Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94184 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nickyta Cahaya Putri
"Penelitian ini mengkaji komponen makna verba bahasa Korea yang memiliki relasi makna ‘memakai’. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perbedaan makna enam verba bahasa Korea yang memiliki relasi makna ‘memakai’, yakni verba sseuda, sayonghada, iyonghada, chakyonghada, ibta, dan sinta berdasarkan komponen maknanya. Penelitian ini dirancang untuk menjawab dua pertanyaan penelitian, yaitu bagaimana makna konseptual keenam verba tersebut dan bagaimana perbedaan makna keenam verba yang menjadi objek penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif-analitis. Analisis komponen makna digunakan untuk mencari tahu perbedaan keenam objek penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan: pertama, keenam verba memiliki makna konseptual yang sama dari tiga kamus yang digunakan sebagai data primer. Kedua, perbedaan keenam verba ini dibagi ke dalam 4 kategori komponen maknanya, yakni objek yang diikuti oleh verba, tujuan pemakaian, posisi objek, dan asal kata. Terdapat 1 komponen umum dan 13 komponen pembeda dari keenam verba yang dianalisis.

This research examines componential meaning of Korean verb which have the semantic relation of ‘to use’. The purpose of this research is to describe the difference in meaning of the six Korean verbs that have semantic relation of ‘to use’ based on the componential meaning, namely sseuda, sayonghada, iyonghada, chakyonghada, ibta, and sinta. This research aims to answer two questions, which are how is the conceptual meaning of the six verbs and how is the meaning differences between the six verbs which are the object of this research. This research is a qualitative research which uses a descriptive analysis method. Componential analysis of meaning is used to find out the difference between those six research objects. This research concludes that the six verbs have the same conceptual meaning with three different dictionaries used as a primary data. Furthermore, the differences between those six verbs differ based on the categories, which are the object that followed by the verb, the purpose of the usage, the position of the object, and the origin of the word. In this research, there is 1 common component and 11 diagnostic components from the analyzed six verbs."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indoneisa, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nickyta Cahaya Putri
"Penelitian ini mengkaji komponen makna verba bahasa Korea yang memiliki relasi makna ‘memakai’. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perbedaan makna enam verba bahasa Korea yang memiliki relasi makna ‘memakai’, yakni verba sseuda, sayonghada, iyonghada, chakyonghada, ibta, dan sinta berdasarkan komponen maknanya. Penelitian ini dirancang untuk menjawab dua pertanyaan penelitian, yaitu bagaimana makna konseptual keenam verba tersebut dan bagaimana perbedaan makna keenam verba yang menjadi objek penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif-analitis. Analisis komponen makna digunakan untuk mencari tahu perbedaan keenam objek penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan: pertama, keenam verba memiliki makna konseptual yang sama dari tiga kamus yang digunakan sebagai data primer. Kedua, perbedaan keenam verba ini dibagi ke dalam 4 kategori komponen maknanya, yakni objek yang diikuti oleh verba, tujuan pemakaian, posisi objek, dan asal kata. Terdapat 1 komponen umum dan 13 komponen pembeda dari keenam verba yang dianalisis.

This research examines componential meaning of Korean verb which have the semantic relation of ‘to use’. The purpose of this research is to describe the difference in meaning of the six Korean verbs that have semantic relation of ‘to use’ based on the componential meaning, namely sseuda, sayonghada, iyonghada, chakyonghada, ibta, and sinta. This research aims to answer two questions, which are how is the conceptual meaning of the six verbs and how is the meaning differences between the six verbs which are the object of this research. This research is a qualitative research which uses a descriptive analysis method. Componential analysis of meaning is used to find out the difference between those six research objects. This research concludes that the six verbs have the same conceptual meaning with three different dictionaries used as a primary data. Furthermore, the differences between those six verbs differ based on the categories, which are the object that followed by the verb, the purpose of the usage, the position of the object, and the origin of the word. In this research, there is 1 common component and 11 diagnostic components from the analyzed six verbs."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Tri Ariyanti
"Penelitian ini membahas komponen makna kata bahasa Korea yang memiliki relasi makna ‘melepas’. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komponen makna umum dan komponen makna pembeda dari kata beotda (벗다), pulda (풀다), tteda (떼다), dan kkeureuda (끄르다). Rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah apa saja komponen makna umum dan komponen makna pembeda dari kata beotda, pulda, tteda, dan kkeureuda. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif. Prosedur dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah penelitian komponen makna yang dikemukakan oleh Parera (2004). Sumber data makna dan contoh yang dibahas dalam penelitian ini diperoleh dari Gungnipgugeowon Pyojungugeosajeon (국립국어원 표준국어사전) atau Kamus Standar Bahasa Korea Institut Nasional Bahasa Korea. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari keempat kata yang dianalisis terdapat 1 komponen makna umum dan 14 komponen makna pembeda, yaitu komponen makna yang dapat menunjukkan perbedaan makna dari kata-kata yang berada pada domain yang sama. Klasifikasi komponen makna pembeda dalam penelitian ini berdasarkan pada ciri-ciri objek sebanyak 8 komponen makna, bentuk objek sebanyak 5 komponen makna, dan subjek selain manusia sebanyak 1 komponen makna.

This research discusses the meaning components of Korean words which related to ‘took off’ meaning. This research aims to analyze the common and diagnostic meaning components within the words of beotda (벗다), pulda (풀다), tteda (떼다), dan kkeureuda (끄르다). This research’s problem formulation goes with what are the common meaning component and diagnostic meaning components from beotda, pulda, tteda, and kkeureuda. This research will be elaborated with a qualitative-descriptive method. The procedure in this research uses the steps of the meaning component research proposed by Parera (2004). The sources of meaning data and examples discussed in this study were obtained from Gungnipgugeowon Pyojungugeosajeon (국립국어원 표준국어사전) or the Standards Korean Language Dictionary of the National Institute of Korean Language. The result of this research indicates 1 common meaning component and 14 diagnosric meaning components were founded from those four words, those are the meaning component that can show the different meanings of words that are in the same domain. The meaning component classification in this research is based on 8 meaning components of object characteristics, 6 meaning components of the object type, and 1 meaning component of the probable non-human subject."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jeon, Su Tae
Seoul: Bagijeong, 2009
KOR 495.78 JEO g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Widyaningsih
"Meokta (먹다) merupakan verba yang dipelajari dalam bahasa Korea tingkat dasar
dengan frekuensi tingkat penggunaan yang tinggi. Verba ini memiliki makna leksikal
‘makan’ atau ‘makan dengan memasukkan objek padat ke dalam tubuh melalui mulut’
dan berbagai makna turunan lainnya. Penelitian ini membahas tentang makna polisemi
verba meokta (먹다) dalam bahasa Korea. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan variasi makna polisemi verba meokta (먹다) dalam bahasa Korea.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi pustaka dengan
pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa verba meokta
(먹다) sebagai polisemi memiliki berbagai makna yang dimotivasi oleh kedekatan
ruang, kedekatan sebab akibat, dan kesamaan sifat. Variasi makna dasar meokta (먹다),
yaitu ‘makan’, ‘mengunyah’, dan ‘minum’. Sementara itu, variasi makna turunan
meokta (먹다) berdasarkan kedekatan ruang, yaitu ‘menghirup’, ‘makan (subjek
hewan)’, dan ‘menyerap (subjek tumbuhan)’. Berikutnya, makna turunan meokta (먹다)
berdasarkan kedekatan sebab akibat, yaitu ‘mendapatkan hal positif atau negatif’,
‘mendapatkan pengalaman’, dan ‘kehilangan benda konkret atau abstrak’. Terakhir,
makna turunan meokta (먹다) berdasarkan kesamaan sifat, yaitu ‘dimakan’, ‘dipotong’,
‘diserap’, dan ‘ditempel’.

Meokta (먹다) is a verb learned in elementary level Korean with a high frequency of
usage. It has a lexical meaning of ‘to eat’ or ‘to eat by taking a solid object into the
body through the mouth’ and various other derived meanings. This research discusses
the polysemy meaning of the verb meokta (먹다) in Korean. This research aims to
describe the variation of polysemy meaning of the verb meokta (먹다) in Korean. The
method used to analyze the data in this research is the library research method with a
descriptive qualitative approach. The results show that the verb meokta (먹다) as a
polysemy has various meanings motivated by spatial contiguity, causal contiguity, and
characteristics similarity. The variations of the basic meaning of meokta (먹다) are
‘eating’, ‘chewing’, and ‘drinking’. On the other side, meokta (먹다) derivative
meaning variations based on spatial contiguity are ‘inhale’, ‘eat (animal subject)’, and
‘absorb (plant subject)’. Also, meokta (먹다) derivative meanings based on causal
contiguity are ‘getting positive or negative things’, ‘getting experience’, and ‘losing
concrete or abstract objects’. Lastly, meokta (먹다) derivative meanings based on
characteristics similarity are ‘eaten’, ‘cut’, ‘absorbed’, and ‘pasted’.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Haryo Lawu
"Kalimat imperatif/perintah merupakan ungkapan yang dituturkan seseorang yang mengharapkan tanggapan berupa tindakan tertentu dari orang yang diajak berbicara. Kalimat imperatif dapat disampaikan secara langsung maupun tidak langsung dan dengan kadar kuat atau lemah. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kalimat imperatif serta memaparkan teknik yang digunakan untuk menerjemahkan kalimat imperatif dalam webtoon Sin-ui Tap ke dalam bahasa Indonesia. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana kalimat imperatif dalam bahasa Korea pada webtoon Sin-ui Tap diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan sumber data webtoon Sin-ui Tap season 1 episode 1-10. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat 68 tuturan imperatif dalam korpus yang diteliti. 17 tuturan menggunakan ragam formal dan 51 tuturan menggunakan ragam informal. Dari tuturan yang ditemukan 58 penggunaan teknik transposisi, 9 teknik modulasi dan 1 teknik ekuivalensi. Teknik transposisi merupakan teknik yang paling banyak digunakan karena tata-bahasa Indonesia dan Korea yang sangat berbeda. Penggunaan teknik modulasi dilakukan untuk memberikan penekanan atau sudut pandang yang berbeda dan teknik ekuivalensi digunakan karena jika menggunakan teknik penerjemahan lain menghasilkan makna yang tidak sepadan. Selain itu terdapat juga beberapa penerjemahan yang mengubah tuturan imperatif dalam bahasa Korea menjadi non-imperatif setelah diterjemahkan.

The imperative sentence / command is an expression uttered by someone who expects a response in the form of a certain action from the person being spoken to. Imperative sentences can be conveyed directly or indirectly and with strong or weak levels. This study aims to explain imperative sentences and describe the techniques used to translate imperative sentences in the Sin-ui Tap webtoon into Indonesian language. The formulation of the problem of this research is how imperative sentences in Korean on the Sin-ui Tap webtoon are translated into Indonesian. This research uses descriptive qualitative method with webtoon data source Sin-ui Tap season 1 episode 1-10. The results of this study indicate that there are 68 imperative utterances in the corpus studied. 17 utterances using formal styles and 51 utterances using informal ones. From the utterances found 58 uses of transposition techniques, 9 modulation techniques and 1 equivalence technique. The transposition technique is the most widely used technique because Indonesian and Korean grammar are very different. The use of modulation techniques is carried out to provide emphasis or a different point of view and the equivalent technique is used because other translation techniques produce unequal meaning. In addition, there are also several translations that change imperative speech in Korean to non-imperative after being translated."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Nurhanifa
"Lirik merupakan salah satu intrumen terpenting dalam penciptaan sebuah lagu. Melalui lirik, penulis atau pencipta lagu bertujuan untuk menyampaikan sebuah pesan yang ingin disampaikan kepada para pendengarnya. Di Korea, dalam proses penulisan lirik, sering kali menggunakan kata bunga matahari sebagai kiasan atau simbol dalam menggambarkan suatu keindahan. Bunga Matahari adalah salah satu contoh bunga yang paling banyak dijadikan sebagai simbol dalam lagu-lagu Korea dari tahun ke tahun. Melalui penelitian ini, penulis menjabarkan makna kata bunga matahari yang terdapat dalam lirik lagu Korea yang berjudul Sunflower. Dalam melakukan penelitiannya, penulis menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dengan cara mengambil penggalam lirik yang mengandung kata bunga matahari untuk dianalisis lebih lanjut. Berdasarkan hasil analisis, penulis menyimpulkan bahwa terdapat makna denotatif dan konotatif dari keenam lagu Korea yang berjudul Sunflower. Makna denotatif tersebut adalah makna sebenarnya, yaitu bunga matahari yang tumbuh dan mekar berwarna kuning, sedangkan pada makna konotatifnya tergambarkan perasaan senang dan sedih. Dari keenam lagu tersebut, penulis mendapatkan 3 lagu diantaranya menggambarkan perasaan sedih, dan 3 lagu lainnya menggambarkan perasaan senang.

Lyrics are one of the most important instruments in the process of creation of a song. Through lyrics, the songwriter aims to convey a message to the listeners. In Korean, the process of writing lyrics often uses the word flower as a metaphor or symbol to describes beauty. For example, sunflowers are the most common use flower that used as a symbol in Korean songs from year to year. In this research, the author describes the meaning of sunflower in the lyrics of Korean song entitled Sunflower. In conducting this research, the author uses qualitative descriptive analysis method by taking some lyrics snippets containing the word sunflower for further analysis. Based on the result of the analysis, the author concludes that there are denotative and connotative meanings from the six Korean song entitled Sunflower. The denotative meaning is indeed the literal meaning of a growing and bloom yellow flower. On the other hand, the connotative meaning describes the feeling of joy and sadness. From the six songs, 3 songs describe the feelings of joy, and the other 3 songs describe the feeling of sadness."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kim, Eun Hee
"Tesis ini membahas penggunaan kata sapaan dalam buku-buku percakapan bahasa Korea yang ditulis oleh orang Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menganalisis penggunaan kata sapaan dalam buku yang tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penggunaan kata sapaan dalam buku-buku percakapan bahasa Korea yang ditulis oleh orang Indonesia. Data penelitian ini adalah buku-buku percakapan bahasa Korea yang berjudul Cepat Mudah dan Praktis Kuasai Percakapan Sehari-hari Bahasa Korea, Gampang Praktis Berbicara Bahasa Korea, Mendadak Pintar Berbicara Bahasa Korea, Percakapan Sehari-hari Bahasa Korea dan Pintar Bahasa Korea. Teori yang dipakai untuk menganalisis penggunaan kata sapaan dalam percakapan bahasa Korea tersebut adalah teori kata sapaan oleh S. Ervin-tripp, teori SPEAKING yang dikemukan oleh Dell Hymes yang menghasilkan konteks percakapan, teori konteks sosial dan Interaksi di antara penutur dan mitra tutur oleh Holmes. Untuk melihat penggunaan kata sapaan ini buku-buku percakapan bahasa Koreayang ditulis oleh orang Korea dipakai sebagai pembanding.
Hasil penelitian menunjukkan adanya kesesuaian dan ketidaksesuaian penggunaan kata sapaan dalam buku-buku percakapan bahasa Korea dan penyebabnya. Ketidaksesuaian penggunaan kata sapaan ini disebabkan oleh adanya perbedaan sistem kata sapaan bahasa Korea dan bahasa Indonesia dan juga konteks sosial. Kata sapaan bahasa Korea ini merupakan bagian dari konteks sosial budaya Korea yang mempengaruhi penggunaan bahasa. Penelitian ini bermanfaat dalam pengajaran bahasa Korea di Indonesia karena memberikan informasi bahan ajar bahasa Korea yang baik.

This thesis discusses the use of Korean address terms found in Korean conversation books which are written by Indonesian. This research is a qualitative research which aims to analyze the use of Korean address terms. Data of this research are Korean conversation books written by Indonesian, entitled Cepat Mudah dan Praktis Kuasai Percakapan Sehari-hari Bahasa Korea, Gampang Praktis Berbicara Bahasa Korea, Mendadak Pintar Berbicara Bahasa Korea, Percakapan Sehari-hari Bahasa Korea dan Pintar Bahasa Korea. In analyzing the data, this research uses Address Term Theory by S. Ervin-tripp, SPEAKING theory of Dell Hymes, Social Context and Interaction between interlocutors by Holmes.
The result of this analysis shows that there are some inappropriatenesses found in those conversation books related to the use of Korean address terms. These inappropriatenesses are caused both by the difference of addressing system between Korean and Indonesian and by the difference of social context from two countries which influences the use of language. This thesis is useful to enable Indonesian learn Korean
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T45623
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Triana Dewi
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai kesalahan ejaan dan tata bahasa Korea pada karangan yang dibuat oleh 35 mahasiswa Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea Universitas Indonesia angkatan 2013/2014. Penelitian ini menggunakan analisis kesalahan berbahasa dan metode campuran dengan mendiskripsikan jenis kesalahan ejaan dan tata bahasa dari data kuatitatif yang didapat. Sumber penelitian ini diambil dari soal ujian TOPIK (Test of Profiency in Korean). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesalahan berbahasa Korea terjadi pada kesalahan ejaan vokal, konsonan, dan susunan kata, serta kesalahan tata bahasa yakni pada partikel, final ending, kala, dan struktur.

ABSTRACT
The topic of this paper is Korean Grammar and Spelling Errors of writing examination result which was made by 35 Korean Studies Students of the academic year of 2013/3014 of the University of Indonesia. This research is using language error’s analysis, and also using mix method by describing types of grammar and spelling errors from the qualitative data that was got. This sources in this research is taken from writing case of TOPIK (Test of Profiency in Korea). The result of this reseach shows that spelling error is occured on vowel and consonant writing, word formation, and also occurred in grammar, such as Korean particle using, final ending, tenses , and the structure of sentence."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56258
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Utami Ningsetyo
"Jurnal ini adalah sebuah penelitian yang membahas tentang perubahan bahasa populer ke dalam bahasa standar dalam kehidupan masyarakat korea dan akan menitikberatkan pembahasan penelitian pada salah satu jenis karya sastra yaitu lagu dari Deulgukhwa, band legendaris Korea. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahasa populer apa saja yang telah distandarisasikan menjadi bahasa standar dalam kumpulan lagu band Deulgukhwa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa dalam kumpulan lagu band Deulgukhwa terdapat bahasa populer, yaitu ~고프다(~gopheuda-ingin), ~말아, ~말아라, ~말아요 (~mara, ~marara, ~marayo-jangan) dan 푸르르다 (phureureuda-biru) yang kini telah distandarisasikan oleh Pemeritah Korea Selatan melalui sebuah Institusi Nasional Bahasa Korea atau 국립국어원 (guknibgugowon), Institusi yang membuat sebuah kebijakan akan perubahan bahasa populer menjadi bahasa standar. Hal ini dilakukan, supaya masyarakat Korea tidak perlu merasa khawatir atau salah akan berbahasa yang baik dan benar.

This journal is a study that discusses the changing of popular language into standard language in the life of Korean society and will focus on the discussion of research on one type of literary work namely the song from Deulgukhwa, the legendary Korean band. The purpose of this study is to find out which popular language that have been standardized into standard language in the collection of Deulgukhwa band song. The research method used is a qualitative descriptive research method. The results of this study found that in the Deulgukhwa band song there are popular languages, namely ~고프 (~gopheuda-Ingin), ~ 말아, ~말아라, ~말아요 (~ mara, ~ marara, ~ marayo-Jangan) and 푸르르다 (phureureuda -biru) which has now been standardized by the South Korean Government through a Korean National Institution or 국립국어원 (Guknibgugowon), an institution that makes a policy of changing popular languages into a standard language. This is done so that the Korean people do not need to feel worried or wrong in speaking right."
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>