Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171590 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ridhwan
"Penelitian ini membahas kondisi NEET (Not In Employment, Education or Training) di kalangan penduduk muda usia 15-29 di Indonesia yang umumnya rentan memasuki pasar kerja bahkan menghambat transisi kehidupan mereka. Eksistensi pemuda NEET memiliki dampak buruk kepada potensi pemuda itu sendiri sehingga semakin terpinggirkan. Berbeda dengan studi terdahulu yang menekankan penyebab NEET pada latar belakang individu dan kondisi pasar kerja, kali ini pengamatan lebih mendalam terhadap latar belakang keluarga orang tua dengan menggunakan indeks sosial ekonomi orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kecenderungan latar belakang orang tua memengaruhi pemuda berstatus NEET dengan mengunakan data longitudinal individu dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) tahun 2007 dan 2014. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa peningkatan sumber daya orang tua (human capital dan finansial) berupa indeks sosial ekonomi dapat meningkatkan peluang anaknya menjadi NEET dikarenakan dapat mendorong anaknya untuk menahan diri dari pekerjaan atau lebih selektif mencari pekerjaan.

This study discusses the condition of NEET (Not In Employment, Education or Training) among young people aged 15-29 in Indonesia who are generally vulnerable to entering the labor market and even hinder their life transition. The existence of this NEET youth has a bad impact on the potential of the youth itself so that they are increasingly marginalized. In contrast to previous studies which emphasized the causes of NEET on individual backgrounds and labor market conditions, this time a more in-depth look at the family background of parents using the parents socioe-conomic status index. This study aims to determine how parental background trends affect youth with NEET status by using individual longitudinal data from the Indonesian Family Life Survey (IFLS) in 2007 and 2014. The results of this study explain that the increase in parental resources (human capital and financial) with The socio-economic status index can increase the chances of a child becoming a NEET because it can encourage children to refrain from work or be more selective in looking for work."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Razak Noe`man
Jakarta: Noura Books, 2012
306.874 RAN a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Widyaningtyas
"ABSTRAK
Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan antara masa kanak-kanak dan
dewasa yang penuh dengan perubahan-perubahan baik secara fisik maupun
emosional. Terjadinya perubahan-perubahan tersebut membutuhkan
masa
secara
penyesuaian diri baik dari pihak remaja maupun dari pihak orang tua (Papalia &
Olds, 1998). Kegagalan kedua belah pihak dalam menyesuaikan diri mereka
terhadap perubahan yang terjadi, dapat membawa remaja pada tingkah laku yang
beresiko tinggi (Papalia & Olds, 1998; Santrock, 1998; Tumer & Helms, 1995).
Salah satu sebab yang selalu dipertimbangkan sebagai penyebab remaja terlibat
dalam perilaku beresiko tinggi adalah faktor keluarga, yaitu keluarga yang dipenuhi
dengan konflik, parenting practice yang kurang atau tidak konsisten, dan
hubungan antar anggota keluarga yang tidak harmonis.
Beberapa ahli mengatakan bahwa ketidakharmonisan orang tua dapat
digolongkan sebagai tahap awal dari suatu proses perceraian (Hohannon dalam
Tumer & Helms, 1995; Ahrons dalam Carter & McGoldrick, 1989). Tahap
tersebut meliputi perceraian emosi di antara pasangan suami-istri. Dari banyak
penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa
ketidakharmonisan hubungan orang tua membawa dampak yang negatif bagi anak.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti
lebih lanjut tentang masalah-masalah yang dihadapi remaja sehubungan dengan
ketidakharmonisan hubungan orang tua serta dukungan sosial yang dibutuhkan
oleh remaja agar akibat negatif yang diasosiasikan dengan ketidakharmonisan
hubungan orang tua, dapat dihindari.
Penelitian ini menggabungkan kedua pendekatan yang biasa digunakan
dalam penelitian-penelitian psikologi, yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Metode pengambilan data yang digunakan pun mencerminkan kedua pendekatan yang digunakan, yaitu melalui kuesioner dan wawancara mendalam yang ditunjang
dengan observasi.
Dari penyebaran kuesioner diperoleh hasil bahwa masalah utama yang
sering menyebabkan konflik diantara ayah dan ibu subyek adalah masalah ideologi
peran jender dan diikuti dengan masalah keuangan. Selain itu juga ditemukan
bahwa pasangan yang mempunyai masalah perselingkuhan, biasanya juga
mengalami masalah lain yang cukup banyak dalam dimensi-dimensi yang lain.
Sedangkan dari wawancara dan observasi kepada 3 orang subyek yang orang
tuanya mengindikasikan ketidakharmonisan hubungan orang tua, diperoleh hasil
bahwa masalah yang dihadapi remaja sebagai implikasi ketidakharmonisan
hubungan orang tua meliputi rentang yang cukup luas, seperti pergaulan yang
salah, ketergantungan yang berlebihan pada pacar, keraguan dalam membangun
hubungan intim dengan lawan jenis, kesadaran akan penderitaan ibu, sering
bertengkar dengan ayah, kebingungan dalam memihak, ibu sering melampiaskan
rasa frustasinya kepada anak-anaknya, dan hubungan dengan ayah yang semakin
menjauh. Dukungan emosional dan dukungan jaringan sosial merupakan dukungan
yang paling banyak diterima oleh subyek, sedangkan dukungan instrumental hampir
tidak didapatkan oleh subyek. Selain itu juga ditemukan bahwa sebagian besar
subyek wawancara mengaku belum cukup puas terhadap dukungan sosial yang
sudah diberikan oleh orang-orang di sekitar mereka. Subyek mengharapkan
dukungan yang tidak hanya bersifat menenangkan tetapi juga dukungan berupa
tindakan yang dapat membuat orang tuanya harmonis kembali. Subyek juga
mengharapkan dukungan orang-orang terdekat mereka, terlebih lagi orang-orang
yang tinggal satu rumah dengan mereka yang mengalami langsung
ketidakharmonisan hubungan orang tuanya, misalnya kakak.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan agar dilakukan penelitian
yang sama terhadap remaja laki-laki. Remaja laki-laki cenderung enggan bercerita
tentang hal-hal yang menggelisahkan hatinya dan justru keengganannya itulah yang
potensial menimbulkan tingkah laku yang agresif. Selain itu penulis juga
menyarankan keterlibatan orang tua subyek dalam penelitian selanjutnya. Hal
tersebut dilakukan perlu sebagai upaya untuk mengerti permasalahan dari berbagai
sudut pandang."
2001
S3053
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Bonita Diliana
"Pemuda yang tidak sekolah dan tidak bekerja (NEE) menjadi suatu masalah karena orang muda tidak mengerjakan apa-apa, maka transisi kehidupan mereka selanjutnya akan semakin sulit. Studi ini menganalisis apakah pemuda yang NEE akan seterusnya menjadi NEE dengan menggunakan data panel IFLS 2007 dan 2014 untuk pemuda usia 15-29 tahun dengan metode regresi multinomial logit.
Analisis menunjukkan bahwa pemuda yang tetap NEE sejumlah 11,4 persen. Karakteristik yang berpengaruh terhadap peluang pemuda untuk tetap NEE yaitu karakteristik sosial demografi, regional, ekonomi, dan soft skills. Pemuda tersebut perlu dibantu dengan biaya pendidikan yang murah atau gratis dan peningkatan soft skills untuk menunjang employability.

Youth not in school and not working (NEE) become a problem because young people do not do anything, then the transition of their life will be increasingly difficult. This study analyzes whether the youth who are NEE will always be NEE using panel data from the 2007 and 2014 IFLS that covered youth aged 15-29 years with a multinomial logit regression method.
Analysis showed that the number of youth who remain NEE are 11.4 percent. Characteristics that affect the opportunities of youth to remain NEE are youth's socio demographic, economic characteristics, region, and soft skills. The youth needs help with the cheap or free cost for education and improving the soft skills for employability."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T45988
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Syofyanti
"ABSTRAK
Selain ibu, ayah juga memiliki peran yang tak kalah pentingnya dalam
perkembangan anak, diantaranya adalah perkembangan jender. Jender terkait dengan
karakteristik psikologis (maskulin, feminin, dan androgini), bagaimana seharusnya
seseorang bertingkah laku sebagai pria atau wanita (peran jender), bagaimana cara
berinteraksi dan persepsi diri sebagai pria atau wanita (stereotip peran jender), dan
bagaimana seseorang mengidentifikasikan dirinya sebagai pria atau wanita (identitas
peran jender). Terutama bagi anak laki-laki, ayah merupakan model maskulinitas yang
paling terlihat dan paling signifikan tentang bagaimana seorang laki-laki harus bersikap
dan bertingkah laku. Namun menurut Hetherington dan Parke (1993) ada beberapa alasan
yang menyebabkan ayah tidak dapat hadir bagi anak-anaknya yaitu kematian, perceraian,
bepergian dalam jangka waktu lama, ayah yang dikirim ke medan perang, dan ayah pasif
dan kurang perhatian walaupun secara fisik hadir. Penelitian Nash (dalam Benson, 1968)
menyatakan bahwa anak laki-laki yang mengalami ketidakhadiran ayah pada lima tahun
pertama hidupnya seringkali gagal dalam memperoleh sifat-sifat yang maskulin. Hal ini
sejalan dengan penelitian Dagun (1990) yang menyebutkan bahwa anak yang tidak
mendapat asuhan ayah maka ciri-ciri maskulinnya men jadi kabur.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan penghayatan jender pria dewasa
muda yang mengalami ketidakhadiran ayah pada masa kanak-kanaknya (dibawah usia
lima tahun). Subyek dewasa muda diambil dengan alasan bahwa pada tahap usia ini
identitas jender telah terbentuk dan individu telah mengerti apa yang biasa atau tidak
biasa dilakukan oleh pria dan wanita (Baron & Byme, 1997). Bila dikaitkan dengan tugas
perkembangan dewasa muda maka pada tahap ini individu telah mengembangkan
keintiman dalam hubungan interpersonal dan proses pemilihan karir. Penelitian ini juga
akan menjelaskan bagaimana implementasi penghayatan jender dalam hubungan
interpersonal dan proses pemilihan karir pria dewasa muda yang mengalami ketidak
hadiran ayali.
Penelitian ini dapat digolongkan sebagai penelitian kualitatif. Metode
pengumpulan data yang dipakai adalah wawancara, observasi, dan Rem Sex Role
Invwentory (BSRJ). Dalam penelitian kualitatif diharapkan suatu gejala dapat dipahami
sebagaimana pengalaman subyek jadi bukan semata-mata kesimpulan yang dipaksakan
peneliti (Bogdan & Taylor, 1975). Pedoman wawancara yang digunakan disusun oleh
peneliti berdasarkan teori yang terkait dengan penelitian ini. BSRI yang digunakan diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan telah diujicobakan, direvisi dan dihitung
validitas dan rcliabilitas itemnya oleh Seniati (1991).
Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah bahwa pria dewasa yang
mengalami ketidakhadiran ayah pada masa kanak-kanaknya tetap memiliki sifat-sifat
maskulin. Walaupun memiliki beberapa sifat feminin, mereka dapat menampilkannya
pada situasi dan kondisi yang tepat. Mereka juga mampu mengidentifikasikan diri
terhadap peran jender dan menyadari keberadaan mereka sebagai pria. Dalam menjalani
hubungan interpersonal mereka terbuka dan memiliki ikatan emosional yang cukup erat,
lebih cenderung mencari sahabat yang memiliki ide, nilai dan sifat yang hampir sama
dengan mereka. Dalam hubungan percintaan mereka sedikit khawatir dalam
berkomitmen. Jadi mereka lebih memilih menjalani hubungan tanpa komitmen atau tidak
memiliki pasangan.
Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain adalah kurang beragamnya alasan
ketidakhadiran ayah yang dialami subyek. Selain itu, subyek juga sedikit kesulitan dalam
mengingat kejadian masa kanak-kanaknya."
2003
S3246
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatia Rahma Sari
"Perubahan, tuntutan, dan tantangan yang terjadi merupakan ciri khas yang akan dihadapi oleh individu ketika memasuki usia dewasa muda. Memiliki harga diri yang tinggi sangat diperlukan bagi individu untuk mampu menghadapi segala perubahan yang terjadi dengan baik. Salah satu faktor yang berperan pada keberlangsungan harga diri adalah bahasa cinta yang ditunjukkan oleh orang tua. Pada penelitian ini, peneliti ingin melihat keterkaitan antara masing-masing dimensi bahasa cinta orang tua dengan harga diri pada dewasa muda. Partisipan merupakan 241 dewasa muda yang berusia 18-25 tahun dan berdomisili di Indonesia. Variabel harga diri diukur menggunakan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) dan variabel bahasa cinta orang tua diukur menggunakan Parental Love Languages Scale (PLLS). Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara bahasa cinta orang tua words of affirmation (r = .30, p < .001), quality time (r = .32, p < .001), acts of service (r = .29, p < .001), giving gift (r = .24, p < .001), dan physical touch (r = .18, p < .01) dengan tingkat harga diri. Penelitian ini merupakan eksplorasi lebih lanjut terkait teori Lima Bahasa Cinta dan dapat dijadikan sebagai dasar intervensi terkait peningkatan harga diri pada dewasa muda.

The emergence of changes, demands, and challenges is a characteristic that will be faced by someone when entering the phase of emerging adulthood. Having high self-esteem is necessary for individuals to be able to deal with the changes that occur. One of the factors that play a role in the continuity of self-esteem is the love languages shown by parents. In this study, researcher investigated the relationship between each dimension of parental love language and self-esteem in emerging adulthood. Participants were 241 emerging adults aged 18-25 years. The variable of self-esteem was measured using Rosenberg Self- Esteem Scale (RSES) and the parental love language was measured using the Parental Love Languages Scale (PLLS). The results showed that there was a positive and significant relationship between words of affirmation (r = .30, p < .001), quality time (r = .32, p < .001), acts of service (r = .29, p < .001), giving gift (r = .24, p < .001), and physical touch (r = .18, p < .01) with self-esteem. This research is a further exploration of the theory of the Five Love Languages and can be used as a basis for interventions related to self-esteem in emerging adulthood."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvina Lorraine
"Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia menetapkan Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka dengan pendekatan student-centered learning di mana partisipasi mahasiswa merupakan hal yang penting agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Partisipasi mahasiswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pola komunikasi orang tua-anak, persepsi mengenai sikap pengajar, dan kepercayaan diri mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pola komunikasi orang tua-anak dan persepsi mengenai sikap pengajar terhadap partisipasi mahasiswa di Indonesia yang dimediasi oleh kepercayaan diri. Kuesioner penelitian disebarkan pada mahasiswa S1 yang mengikuti pendidikan di universitas di Indonesia (N = 126) dengan metode convenience dan snowball sampling. Empat alat ukur yang dipakai adalah Oral Participation Scale, RFCP-child version, 24-item Classroom Experience Questionnaire dimensi faculty behavior, dan ABC Scale. Hasil analisis mediasi menggunakan PROCESS menemukan bahwa persepsi mengenai sikap pengajar memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kepercayaan diri dan partisipasi mahasiswa (IE = 0,3306) dibandingkan dengan pola komunikasi orang tua-anak (IE = 0,1662). Sikap pengajar yang dipersepsikan positif dapat meningkatkan kepercayaan diri dan partisipasi di kelas. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menganalisis masing-masing dimensi, yaitu conversation orientation dan conformity orientation pada RFCP terhadap kepercayaan diri dan partisipasi mahasiswa pada mahasiswa yang merepresentasikan perguruan tinggi di Indonesia.

The Ministry of Education, Culture, Research, and Technology Indonesia established program called Merdeka Belajar-Kampus Merdeka using student-centered learning approach where student participation has important role for effective learning. Student participation can be influenced by parent-child communication pattern, students’ perception towards lecturers’ attitudes, and self-confidence. This research aims to investigate the effect of parent-child communication pattern and students’ perception towards lecturers’ attitudes on undergraduate student participation in Indonesia mediated by self-confidence. Questionnaire was shared to undergraduate students who study in university in Indonesia (N = 126) through convenience and snowball sampling. Four instruments used in this research are Oral Participation Scale, child version, 24-item Classroom Experience Questionnaire dimension of faculty behavior, and ABC Scale. Based on analysis results using PROCESS, it was found that perception towards lecturers’ attitudes has bigger effect on self-confidence and classroom participation (IE = 0,3306) than parent-child communication pattern (IE = 0,1662). Lecturers’ attitudes that perceived positive could increase self-confidence and classroom participation. Further study is suggested to analyze each dimension of RFCP, which is conversation orientation and conformity orientation with self- confidence and classroom participation in undergraduate students that represent higher education in Indonesia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriati
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Silviliyana
"Target 8.6 SDGs memiliki tujuan yaitu secara substansial mengurangi proporsi usia muda yang NEET (Not in Employment, Education, or Training) pada tahun 2020. Akan tetapi, capaian NEET secara global maupun nasional masih relatif tinggi, bahkan NEET perdesaan di Indonesia sejak tahun 2016 konsisten selalu lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara capaian nilai Indeks Kesulitan Geografis (IKG) desa tahun 2020 terhadap status pemuda perdesaan untuk menjadi bukan NEET, NEET aktif, ataupun NEET tidak aktif. Penelitian dilakukan terhadap 94.605 sampel individu yang tersebar pada 14.394 desa di seluruh Indonesia berdasarkan hasil Sakernas Agustus 2020 dan Updating Podes 2020 dengan menggunakan metode analisis model regresi logistik ordinal multilevel. Secara umum, pemuda perdesaan didominasi oleh pekerja keluarga/tidak dibayar. Hasil analisis menunjukkan bahwa kenaikan capaian IKG suatu desa satu satuan signifikan menurunkan kecenderungan pemuda perdesaan untuk menjadi NEET (termasuk NEET aktif maupun NEET tidak aktif) serta kecenderungan menjadi NEET tidak aktif. Selain itu juga ditemukan bahwa kenaikan nilai IKG signifikan menaikkan peluang pemuda perdesaan untuk bekerja, namun sebaliknya menurunkan kecenderungan untuk sekolah ataupun pelatihan. Temuan tersebut mengarahkan pada adanya indikasi pemuda perdesaan terpaksa untuk bekerja sebagai pekerja keluarga/tidak dibayar, serta terlihat pula dari lapangan usaha pertanian,perikanan, dan perkebunan, dan pekerjaan juga sektor informal yang mendominasi pemuda pekerja di perdesaan.

Target 8.6 SDGs has a goal of substantially reducing the proportion of young people who are NEET (Not in Employment, Education, or Training) by 2020. However, the achievement of NEET globally and nationally are still relatively high, even rural NEET in Indonesia since 2016 has consistently been higher than youth NEET in urban. This study aims to determine the relationship between the achievement of the Geographical Difficulty Index/Indeks Kesulitan Geografis (IKG) in 2020 and the status of rural youth to become non-NEET, active NEET, or inactive NEET. The study was conducted on 94,605 individual samples spread over 14,394 villages throughout Indonesia based on the results of the August 2020 Sakernas and Updating Podes 2020 using the multilevel ordinal logistic regression model analysis method. In general, rural youth are dominated by family/unpaid workers. The results of the analysis show that an increase in the IKG achievement of a village by one unit significantly reduces the tendency of rural youth to become NEETs (including active NEETs and inactive NEETs) and the tendency to become inactive NEETs. In addition, it was also found that the increase in the IKG score significantly increased the opportunities for rural youth to work, but on the contrary decreased the tendency to go to school or training. These findings lead to indications of rural youth being forced to work as family/unpaid workers, and can also be seen in the fields of agriculture, fisheries, and plantations, as well as the informal sector which dominates youth workers in rural areas."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzah Rana Fadhilah
"Pertanyaan mengenai bagaimana kualitas pendidikan dapat ditingkatkan berakar dari Fungsi Produksi Pendidikan yang menyatakan empat faktor yang mempengaruhi capaian pendidikan, yaitu kemampuan dasar anak, latar belakang keluarga, faktor teman sebaya, dan faktor sekolah. Studi ini mencoba menguji hubungan antara salah satu faktor latar belakang keluarga, status pernikahan orang tua, dengan performa pendidikan anak yang diukur dengan skor kognitif dari Indonesia Family Life Survey (IFLS) 2014. Studi ini menemukan bahwa anak dengan orang tua yang berpisah secara signifikan memiliki performa pendidikan yang lebih rendah dibanding anak yang orang tuanya masih bersama. Temuan ini menunjukkan bahwa anak-anak dengan orang tua yang berpisah perlu didukung dengan faktor lain untuk menutupi dampak negatif perpisahan orang tua pada performa pendidikannya.

The question of how education quality can be improved rooted back to Education Production Function that stated four factors affecting academic achievement, which are children innate ability, family background, peer influence, and school inputs. This study attempts to examine the relation between one of family background characteristics, parental marital status, with children education performance which is proxied by cognitive score from Indonesia Family Life Survey (IFLS) 2014. This study found that children with separated parents have significant lower education performance than those with intact parents. This finding suggests that children with separated parents need to be supported through other factors such as school inputs to offset the negative impact of parental separation on their education performance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>