Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152914 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nabila Fridianty
"Di tahun 2019, Netflix merilis serial drama-komedi Inggris yang digarap oleh Laurie Nunn
berjudul Sex Education . Serial ini mendapat banyak ulasan positif untuk topik yang dibawa, yang
berkisar seputar seks dan gender yang dibalut dalam alur cerita kehidupan sekolah menengah.
Salah satu karakter dalam seri yang menjadi perhatian adalah Adam Groff. Menarik untuk
mendalami karakter tersebut karena latar belakangnya memainkan peran penting dalam
pembentukan identitasnya sebagai seorang pria. Dilihat dari masyarakat Inggris saat ini, kaum
muda telah dihadapkan pada pengetahuan yang lebih memadai tentang seksualitas. Meski
demikian, transparansi terkait seksualitas masih eksklusif dan seringkali dirahasiakan. Dengan
menggunakan konsep maskulinitas dan representasi, penelitian ini menganalisis serial Sex
Education (2019-sekarang) melalui penuturan, penokohan, dan kode-kode visual yang
digambarkan tokoh untuk mengungkap bagaimana hegemoni maskulinitas mempengaruhi
identitas suatu tokoh yang kemudian mengungkap jenis baru maskulinitas yaitu 'new man' atau
‘pria baru’ dan identitas seksual tertutup yang diwakili oleh karakter tersebut.

In 2019, Netflix released a British drama-comedy series created by Laurie Nunn called Sex
Education. The series received many positive reviews for the topic it brought, which revolves
around sex and gender wrapped in the storyline of high-school life. One character in the series
that was brought to attention is Adam Groff. It is interesting to dive deep into the character as his
background played an essential part in the making of his identity as a man. Looking through the
British society today, the youth has been exposed to a more sufficient knowledge regarding
sexuality. Despite it, the transparency regarding sexuality is still exclusive and remains
undisclosed oftentimes. Using the concept of masculinity and representation as the base, this
research analyzed the series Sex Education (2019-present) through the narrative,
characterization, and the visual codes the character portrayed in order to reveal how hegemonic
masculinity affects the identity of a character, which later uncover the new kind of masculinity of
‘new man’ and the closeted sexual identity the character represented
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indoneisa, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jagat Alfath Nusantara
"Tugas Karya Akhir ini membahas mengenai pembentukan dan penyebaran wacana moral panik melalui petisi online Change.org pada kasus petisi penolakan film Kucumbu Tubuh Indahku. Film ini dianggap memilki ancaman moral dan ancaman terhadap rusaknya nilai-nilai dan norma pada masyarakat dominan. Ancaman ini berkaitan pada keyakinan dan kepercayaan tentang gender dan seksualitas di masyarakat Indonesia. Film Kucumbu Tubuh Indahku dianggap masyarakat memilki konten dan perilaku homoseksual. Masyarakat Indonesia memilki sensitifitas terhadap homoseksual, karena dianggap sebagai penyimpangan dan sesuatu yang abnormal untuk itu film Kucumbu Tubuh Indahku dianggap sebagai “folk devils”. Kepanikan moral terhadap adanya penayangan film Kucumbu Tubuh Indahku mengundang reaksi masyarakat untuk menolak film ini. Penolakan film ini ditransformasikan dalam bentuk petisi dengan menggunakan teks sebagai sarana untuk membentuk opini di masyarakat. Wacana moral panik dibuat sebagai bentuk kepentingan masyarakat dominan dalam menjaga nilai dan budaya mengenai konsep gender dan seksualitas yang ada dan diyakini di masyarakat. Proses penyebaran wacana moral panik menggunakan sosial media sebagai strategi untuk menyebarkan dan membentuk wacana.

This study is discussed regarding the formation and spread of the discourse of moral panic through the petition online Change.org in the case of the petition refusal movie Kucumbu Tubuh Indahku. This film is considered to have a moral threat and a threat to the destruction of values and norms in the dominant society. This threat is about belief and beliefs about gender and sexuality in Indonesian society. Film Kucumbu Tubuh Indahku is considered by the public to have homosexual content and behavior. Indonesian society has a sensitivity towards homosexuality, because it is considered a deviation and something abnormal is for this that the film Kucumbu Tubuh Indahku is considered as "folk devils". The moral panic over the screening of the film Kucumbu Tubuh Indahku prompted public reactions to reject this film. Rejection of the film is transformed in the form of petitions by using the text as a means to establish opinion on society. Moral panic discourse is made as a form of dominant society's interest in maintaining values and culture regarding the concept of gender and sexuality that exist and are believed in society. The process of spreading moral discourse in panic uses social media as a strategy to disseminate and shape discourse."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Savindraputra Muksan
"Makalah ini menganalisis fungsi dan aktivitas petisi online. Fungsi dan aktivitas ini dianalisis berdasarkan dua petisi Change.org yang sukses di Indonesia, yaitu `# TolakRUUPermusikan` sebagai Studi Kasus 1 dan `Presiden Jokowi, Jangan Setuju RKUHP di Sesi Paripurna DPR` sebagai Studi Kasus 2. Kedua studi kasus dijelaskan terlebih dahulu, dan ini dilakukan secara deskriptif. Setelah itu, makalah ini menggunakan studi kasus berganda dan embedded. Unit analisis embedded pertama dimulai dari tingkat individu, tingkat organisasi sampai tingkat sistem, sedangkan, unit analisis embedded kedua dikategorikan oleh aktivitas online dan offline. Makalah ini menemukan bahwa fungsi dan kegiatan studi kasus memiliki kesamaan dan perbedaan. Terlepas dari kesamaan dan perbedaan ini, penelitian ini menyimpulkan bahwa petisi online tetap menjadi alat penting untuk advokasi kebijakan, meskipun mereka digolongkan sebagai taktik gerakan sosial berbasis internet dengan ambang batas rendah.
This research paper analyses the functions and activities of online petitions. These functions and activities are analysed based on two successful Indonesian Change.org petitions, namely `#TolakRUUPermusikan` as Case Study 1 and `Presiden Jokowi, Jangan Setujui RKUHP di Sidang Paripurna DPR` as Case Study 2. Both case studies are examined individually first, and this is done in a descriptive manner. An embedded, multiple case study research is then utilised. The first embedded unit of analysis starts from the individual-level, the organisational-level to the system-level, while the second embedded unit of analysis are categorised by online and offline activities. The research paper finds that both case studies` functions and activities possess similarities and differences. Despite these similarities and differences, the research concludes that online petitions remain an important tool for policy advocacy, even though they are classified as a low threshold internet-based social movement tactic."
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hulya Amina Putri
"Artikel ini membahas bagaimana laki-laki menggunakan makeup dan membuat video tutorial makeup di YouTube seperti Jeffree Star dan Patrikstarrr yang menentang konsep maskulinitas tradisional dengan menggunakan makeup. Dalam studi kasus ini, media sosial, yaitu YouTube, tidak hanya berperan sebagai media ekspresi diri, namun juga sebagai media untuk memperoleh persamaan hak. Analisis Alvarez mengenai maskulinitas digunakan sebagai kerangka dalam studi ini. Dengan menggunakan analisis teks, dapat ditampilkan bahwa laki-laki yang menggunakan makeup cenderung dimarginalisasi oleh laki-laki yang berada dalam grup dominan di dalam masyarakat yang menganut sistem patriarki dimana mereka diharapkan untuk menerapkan ciri-ciri yang secara stereotipikal merepresentasikan laki-laki, seperti memiliki tubuh yang berotot dan menekan emosi yang dirasakan. Selanjutnya, artikel ini tidak hanya membahas tujuan laki-laki tersebut untuk menentang hegemoni maskulinitas dan mendapatkan persamaan hak, melainkan mereka juga memperkuat standar kecantikan bagi perempuan dengan menampilkan cara tertentu dalam mengaplikasikan makeup. Oleh karena itu, artikel ini memberikan kontribusi dalam pengetahuan mengenai laki-laki yang mengaplikasikan karakter feminin dan penggunaan media sosial yang memberikan pengaruh lebih lanjut dalam studi mengenai gender, jenis kelamin, dan identitas.

This article investigates how men who wear and do makeup tutorial videos on YouTube like Jeffree Star and Patrickstarrr challenge the traditional concept of masculinity by wearing makeup. In the chosen case studies, social media, in this case YouTube, does not only work as a media of expression, but also as a tool to seek equality. Alvarez rsquo s analysis about masculinities is used as the framework of this study. By using textual analysis, it is shown that men who wear makeup are more likely to be marginalized by the dominant group of men in patriarchal society where men are expected to perform the traits that stereotypically represent masculinity, such as having muscular bodies and oppressing emotions. Furthermore, this article does not only discover the purpose of these men to challenge hegemonic masculinity and seek equality, this also finds that they reinforce beauty standards on women by showing the way they put on makeup. Thus, this study contributes to the knowledge about men who perform feminine traits and the use of social media which give further impacts in the study of gender, sex, and identity."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, Tagor Ricardo
"Tesis ini membahas mengenai 2 dua aturan yang berbeda terkait permohonan pemeriksaan terhadap Perseroan Terbatas PT oleh pemegang saham minoritas, yaitu Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas UU No. 40/2007 dan Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 032/SK/IV/2006 tentang Memberlakukan Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan KKMA Pedoman Teknis 2006, yang juga dibahas melalui contoh kasus permohonan pemeriksaan PT SLJ Global Tbk. Secara khusus, tesis ini mengkaji bagaimana sifat pemeriksaan dari permohonan pemeriksaan terhadap PT oleh pemegang saham minoritas menurut UU No. 40/2007 dan ketentuan mana yang berlaku dalam hal terjadi perbedaan pengaturan mengenai sifat pemeriksaan dari permohonan pemeriksaan terhadap PT antara KKMA Pedoman Teknis 2006 dengan UU No. 40/2007.
Hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif menunjukkan bahwa pemeriksaan dari permohonan pemeriksaan terhadap PT dalam UU No. 40/2007 seharusnya bersifat voluntair, bukan contentiosa. Hal ini berdasarkan pada ketentuan-ketentuan terkait permohonan pemeriksaan terhadap PT dalam UU No. 40/2007 yang: i menggunakan terminologi upaya hukum yang mengacu pada sifat voluntair, yaitu 'permohonan', ii pengaturan mengenai pihak berperkara hanya diberikan terhadap 'pemohon', iii menunjukkan ketiadaan sengketa, dan iv memberikan batas waktu penyelesaian pemeriksaan PT oleh ahli pemeriksa terhitung sejak tanggal pengangkatan ahli pemeriksa berdasarkan penetapan pengadilan negeri. Adapun penentuan aturan mana yang berlaku seharusnya mengacu kepada asas pembentukan peraturan perundang-undangan, yaitu asas kesesuaian jenis, hierarki dan materi muatan. Dalam hal ini, demi terciptanya kepastian hukum, seharusnya KKMA Pedoman Teknis 2006 tunduk pada ketentuan UU No. 40/2007 mengenai permohonan pemeriksaan terhadap PT.

This thesis discusses about 2 two different regulations related to the company examination petition by minority shareholders, namely Law Number 40 Year 2007 on Limited Liability Company the 'Company Law' and Decision of Head of Supreme Court of Republic of Indonesia Number 032 SK IV 2006 on Enforcing the Book II of Guidance of Court rsquo s Duties and Administration the 'Supreme Court Guidance', which are also discussed through a case study of the company examination petition of PT SLJ Global Tbk. Specifically, this thesis assesses on how the nature of the examination of the company examination petition by minority shareholders under the Company Law and which regulation should be applied when there are different provision on the nature of the examination of the company examination petition between the Supreme Court Guidance and the Company Law.
The result of the analysis conducted through the method of normative juridical research shows that the examination of the company examination petition under the Company Law should be in the nature of 'voluntair' voluntary, not 'contentiosa' contentious. The foregoing is based on the relevant provisions of the company examination petition under the Company Law which i use a term for legal remedy that refers to the nature of voluntary, namely 'petition' ii regulate that the litigant party is only given to 1 one party, 'petitioner' iii indicate the absence of dispute and iv provide that examination completion deadline by the examiner expert as of the appointment of the examiner expert based on the district court stipulation. As for the determination of the applicable regulation, it should refer to the principle of the lawmaking, namely principle of suitability of type, hierarchy and content material. In this regard, for the sake of the legal certainty, the Supreme Court Guidance should be subject to the provisions under the Company Law on the company examination petition.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2017
T47311
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihana Salsabela Agustin
"Berbicara tentang seks seringkali dihindari oleh masyarakat karena dianggap tabu, kotor, dsb. Padahal, seks merupakan fitrah manusia sebagai mahluk hidup untuk berkembang biak. Minimnya pendidikan seks, yang hanya terbatas pada sudut pandang sistem biologis membuat kondisi semakin parah. Akibatnya, remaja tumbuh dengan pengetahuan yang terbatas atau berpotensi menyesatkan yang mereka dapatkan dari Internet. Karena kepolosan mereka, mereka berada di posisi yang rentan untuk menjadi korban pelecehan seksual. Fokus pada penelitian ini adalah TV serial produksi Netflix, Sex Education 2019. Penelitian ini bertujuan untuk berkontribusi pada bidang pendidikan di Indonesia dengan menganalisis kepuasan dan harapan remaja Indonesia kepada pemerintah mengenai kurikulum seks edukasi di Indonesia dengan merefleksikan pengetahuan mereka terhadap serial Sex Education 2019 dari sudut pandang budaya Timur. Pembahasannya akan meliputi dua gagasan utama: bagaimana anak muda Indonesia bereaksi terhadap konten eksplisit dan metode pendidikan dalam Sex Education 2019 dan apa yang penonton harapkan setelah menonton serial tersebut untuk diterapkan pada pendidikan di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanggapan khayalak (audience resoponse). Penelitian ini menemukan bahwa anak muda Indonesia menganggap bahwa series ini menggambarkan pendidikan seks dengan cara yang menakjubkan, namun mereka menyadari bahwa metode yang diterapkan di dalam serial tersebut mungkin tidak dapat diterapkan pada program edukasi dan kondisi di Indonesia.

Talking about sex is often avoided by people since it is considered taboo, dirty, etc. In fact, sex is one essential part of nature as human beings to breed. The lack of education, which is limited to only the perspective of a biological system, makes the condition even worse. Consequently, adolescents grow up with limited or potentially misleading knowledge that they get from the Internet. Because of their innocence, they are fragile to be victims of sexual harassment. The focus of the research is on a Netflix production series, Sex Education 2019. This research aims to contribute to the field of education in Indonesia by analyzing adolescents’ satisfaction with and expectations to the government regarding sex-education curriculum in Indonesia by reflecting their knowledge to Sex Education 2019 series from the perspective of Eastern culture. The discussion will cover two main ideas: how youths react towards explicit content and the method of education in the Sex Education 2019 Series’ and what is expected by the audience after watching the series to be applied to education in Indonesia. The method used in this research was audience responses. The study found that Indonesian youths agreed that the series portrays sex education marvellously, yet they are aware that the method on the series might not be applicable to the education program and conditions in Indonesia. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Mahendra
"ABSTRACT
Diskursus mengenai seksualitas dan gender telah menjadi hal yang begitu sensitif dan kontroversial di Indonesia. Terlebih lagi mengenai eksistensi individu dengan orientasi seksual yang berbeda. Prasangka atau sikap negatif yang diarahkan kepada individu yang diidentifikasi dengan orientasi seksual non-heteroseksual dalam ruang lingkup ilmu psikologi disebut sebagai prasangka seksual. Berbagai penelitian telah berusaha mengungkap variabel yang memiliki hubungan dengan prasangka seksual. Secara konsisten, kontak interpersonal dan religiositas muncul dalam penelitian-penelitian tersebut. Berangkat dari berbagai penemuan tersebut, penelitian ini berusaha untuk menginvestigasi hubungan kausalitas antara kontak interpersonal terhadap prasangka seksual dengan menggunakan desain eksperimental Solomon four group design. Melibatkan 28 laki-laki yang berada dalam rentang usia dewasa muda, penelitian ini berusaha mengerucutkan populasi penelitian pada laki-laki dalam rentang umur 15 ndash; 35 tahun. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan metode analisis statistik Factorial Analysis of Covariate dan melibatkan religiositas sebagai kovariat. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh kontak interpersonal terhadap prasangka seksual, dengan mengontrol pengaruh religiositas terhadap prasangka seksual. Namun, terdapat pengaruh yang signifikan dari religiositas terhadap prasangka seksual yang dimiliki oleh individu. Pembahasan lebih lanjut mengenai temuan dalam penelitian ini akan didiskusikan secara mendetail di dalam naskah.

ABSTRACT
Discourses on sexuality and gender have been a highly controversial and sensitive subject in Indonesia. Moreover, with the existence of individuals possessing dissimilar sexual orientations. Prejudice or negative attitudes directed to individuals with non heterosexual orientations in the scope of psychology is also known as sexual prejudice. The multitudinous nature of studies reveals variables interconnecting with the phenomenon of sexual prejudice. Interpersonal contacts and religiosity persistently arise from those particular studies. By deriving from those specific researches, this study contrives to investigate the causal relationship between interpersonal contacts towards sexual prejudice by utilizing the lsquo Solomon four group design rsquo experimental design. This study comprises of 28 young adult male specifically focusing on the traversing age group of 15 to 35. Data obtained from this study are then processed using the statistical analysis method of Factorial Analysis of Covariate whilst religiosity is allocated as the covariate. By controlling the element of religiosity as an influence to sexual prejudice, the outcome of the analysis exhibits no effect of interpersonal contact towards sexual prejudice. However, religiosity plays a key role in the individual rsquo s sexual prejudice. This study will emphasize on the aforementioned subject which will be onwardly explored in great detail. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lis Susanti
"ABSTRAK
Kebutuhan seksual merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang terhambat pemenuhannya ketika seseorang masuk dalam lapas untuk menjalani masa pidananya. Pemenuhan kebutuhan seksual di lapas dilakukan dengan hubungan sesama jenis, menggunakan media binatang, masturbasi dan dengan lawan jenis dengan memanfaatkan jam kunjungan dan akomodasi petugas.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk pola adaptasi narapidana dalam pemenuhan kebutuhan seksualnya di lapas, kendala yang dihadapi dalam pemenuhan kebutuhan seksual serta efektivitas hak Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK) dalam mengakomodasi pemenuhan kebutuhan seksual narapidana. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Instrument penelitian menggunakan kuesioner terhadap 100 sampel penelitian yaitu narapidana laki-laki di Lapas Klas I Cipinang. Data diolah dan dianalisis dengan menggunaan software SPSS versi 17.0.
Tesis ini membahas pemenuhan kebutuhan seksual narapidana yang terhambat selama menjalani masa pidana di lembaga pemasyarakatan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan seksual tersebut narapidana melakukan pola-pola adaptasi yaitu konformitas, innovasi, ritualisme, retreatisme dan rebellion.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa pola adaptasi seksual yang dominan adalah konformitas, artinya narapidana memilih untuk mengikuti program pembinaan dalam lapas selama menjalani masa pidananya hingga tiba saatnya sesuai dengan tahapan pembinaan memperoleh hak, utamanya dalam pemenuhan kebutuhan seksual, pada pola adaptasi konformitas juga menunjukan bahwa karakteristik sosial demografi pendidikan menyumbang paling besar dalam menentukan perilaku konformitas, sehingga disarankan pihak lapas dalam menyelenggarakan program pembinaan di lapas dilakukan dengan melihat latar belakang pendidikan narapidana sehingga program pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian tepat sasaran.

ABSTRACT
Sexual needs is one of the basic human need fulfillment was thwarted when a man entered the prison to undergo the criminal. Sexual fulfillment in prisons conducted by same-sex relationships, using the media beast, masturbation, and with the opposite sex by using visiting hours and staff accommodation.
The purpose of this research is to determine the forms of adaptation patterns in a prisoners' sexual needs met in prison, constraints faced in fulfilling the sexual needs and the effectiveness of the rights of Visiting Family Leave (CMK) to accommodate the sexual needs of prisoners. This research is a quantitative study with descriptive design. Instrument research used a questionnaire to study 100 samples of male inmates in prisons Class I Cipinang. Data is processed and analyzed with the software uses the SPSS version 17.0.
This thesis describes the fulfillment of sexual needs inmates who serve time delayed during the criminal in the penitentiary, so to meet the sexual needs of the inmates do the patterns of adaptation is conformity, innovation, ritualism, retreatisme and rebellion.
The research states that the pattern of the dominant sexual adaptation is conformity, which means that inmates choose to follow the guidance program in prison for the criminal to live until the time according to the stage of getting the right coaching, particularly in the fulfillment of sexual needs, in conformity adaptation patterns also indicate that social characteristics demographics of education contributed most in determining the behavior of conformity, so recommended within the prison service training programs conducted in prisons conducted by looking at the prisoners' educational background so that the personality development programs and targeted promotion of independence."
2009
T26716
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadine Azzahra Firnanda
"Tindakan racial profiling terhadap orang Afrika-Amerika di bawah ketidaksetaraan sistemik mendorong dunia hiburan untuk meningkatkan kesadaran tentang masalah ini. Media, seperti film, telah menjadi instrumen terpenting dalam menyikapi isu-isu sosial, terutama isu-isu rasial. Untuk menyoroti peran media dalam hal tersebut, artikel ini menganalisis racial profiling dalam serial televisi Netflix When They See Us (2019) yang disutradarai oleh Ava DuVernay. Dengan menggunakan pendekatan analisis sinematik dan kerangka teori rasisme sistemik sebagai dasar penelitian, artikel ini mengkaji aspek sinematik yang menonjol dari serial tersebut mengenai representasi kehidupan pemuda kulit hitam di balik kasus kejahatan yang diduga dilakukan oleh “The Exonerated Five” di New York pada tahun 1989. Terkait dengan hal tersebut, penelitian ini merujuk pada argumen bahwa When They See Us (2019) menciptakan dampak yang signifikan terhadap masyarakat mengenai racial profiling di bawah ketidaksetaraan sistemik di Amerika Serikat melalui pendekatan sinematik yang berfokus pada representasi kebrutalan polisi dan stereotip media terhadap orang Afrika- Amerika.

The act of racial profiling towards African-Americans under systemic inequality prompts the entertainment world to raise awareness concerning the issue. The media, such as film, has been the most important instrument in addressing social issues, especially racial issues. To highlight the role of the media, this article analyzes racial profiling in the Netflix television series When They See Us (2019) directed by Ava DuV ernay. Using cinematic analysis approach and systemic racism framework as the bases of the research, this article examines the prominent cinematic aspects of the series regarding the representation of the lives of the Black youths behind the case of the crime allegedly committed by “The Exonerated Five” in New York in 1989. With that in mind, I argue that When They See Us (2019) creates a significant impact regarding racial profiling under systemic inequality through cinematic lens by using representations of police brutality and media stereotype towards African-Americans."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>