Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86189 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bintang Qanitah Putri
"Resiliensi merupakan kapasitas yang penting untuk ditunjukkan oleh keluarga pasien COVID-19 agar tetap mampu menjaga kesejahteraannya. Pada masa pandemi COVID- 19, peran keluarga juga menjadi sangat penting untuk membantu anggota keluarganya bertahan dan menyesuaikan diri di hadapan berbagai tantangan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran keberfungsian keluarga dalam memprediksi resiliensi dewasa muda yang memiliki anggota keluarga positif COVID-19. Keberfungsian keluarga mengacu pada McMaster Model of Family Functioning dan diukur menggunakan Family Assessment Device (FAD), sedangkan resiliensi diukur menggunakan Resilience Scale 14 item (RS-14). Partisipan penelitian ini adalah 111 dewasa muda dengan rentang usia 18-29 yang memiliki salah satu anggota keluarga terdiagnosa positif COVID-19 selama 3 bulan terakhir. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga berperan sebagai prediktor yang signifikan, dan berkontribusi sebesar 22.6% terhadap resiliensi anggota keluarga pasien positif COVID-19. Beberapa dimensi dari keberfungsian keluarga juga ditemukan memprediksi resiliensi secara signifikan, yaitu dimensi komunikasi dan responsivitas afektif. Berdasarkan hasil tersebut, resiliensi anggota keluarga pasien COVID-19 dapat meningkat ketika persepsinya terhadap keberfungsian keluarganya semakin baik, terutama dalam pola komunikasi yang jelas dan respon emosional yang sesuai dengan keadaan.

Psychological resiliency is an important aspect that is needed to be shown by family members of COVID-19 patients to maintain their well-being. In times of this pandemic, the role of families becomes very important in protecting their family members to survive and adapt in the face of challenges. This study aims to investigate the role of self-perceived family functioning to psychological resiliency among young adults with family member tested positive for COVID-19. Family functioning refers to the McMaster Model of Family Functioning and was measured with the Family Assessment Device (FAD), while psychological resiliency was measured with the 14-item Resilience Scale (RS-14). Participants were 111 young adults with an age range of 18- 29 years old whose family member tested positive for COVID-19 in the last 3 months. The results show that family functioning is a significant predictor and contributed to 22.6% of psychological resiliency among COVID-19 patients’ family member. Some of the dimension of family functioning that was found to significantly predict resiliency were communication and affective responsiveness. Based on this result, family members of COVID-19 patients show better resiliency when their family is perceived to function well, specifically in terms of clear communication patterns and the ability to give proper emotional responses."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felisitas Gemma Setyowati
"Dewasa muda yang tinggal bersama orangtua tunggal lebih rentan terhadap berbagai masalah psikologis, sehingga dibutuhkan kemampuan untuk bertahan dalam situasi ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi keberfungsian keluarga sebagai prediktor resiliensi anak usia dewasa muda yang tinggal bersama orangtua tunggal. Resiliensi sebagai kemampuan untuk beradaptasi dan bangkit dari kemalangan yang diukur dengan Resilience Scale-14 (RS-14). Keberfungsian keluarga ialah bagaimana setiap anggota keluarga menjalankan fungsinya dengan efektif yang tercermin dalam enam dimensi utama (penyelesaian masalah, komunikasi, peran, responsivitas afektif, keterlibatan afektif, dan kontrol perilaku) dan dimensi tambahan yaitu keberfungsian keluarga umum, dengan pengukuran melalui Family Assessment Device (FAD). Analisis terhadap seluruh dimensi dilakukan agar diperoleh pemahaman yang komprehensif terkait persepsi keberfungsian keluarga orangtua tunggal. Partisipan penelitian yaitu 118 dewasa muda usia 18-29 tahun (28 laki-laki dan 90 perempuan) yang tinggal bersama orangtua tunggal. Metode analisis statistik menggunakan teknik simple regression dan multiple regression membuktikan bahwa keberfungsian keluarga merupakan prediktor resiliensi yang signifikan (21.4%). Dimensi penyelesaian masalah menjadi dimensi yang paling signifikan berkontribusi terhadap resiliensi dewasa muda yang tinggal bersama orangtua tunggal. Maka dalam konteks ini keterampilan penyelesaian masalah penting untuk dikembangkan oleh para dewasa muda, khususnya ketika tinggal bersama orangtua tunggal.

Young adults who live with single-parent are more vulnerable to various psychological problems. Ability to survive in these situations is needed. This study aims to identify family functioning as predictor of psychological resilience in young adult children who live with single parents. Psychological resilience is the ability to adapt and rise from adversity as measured by Resilience Scale-14 (RS-14). Family functioning is how each family member do their function effectively in six main dimensions (problem solving, communication, role, affective responsiveness, affective involvement, and behavior control) and additional dimension named general functioning, measured through Family Assessment Device (FAD). This study analyzed all of dimensions to obtain a comprehensive understanding related to single parent family functioning. The study participants were 118 young adults (18-29 years old, with 28 male and 90 female) who live with single-parent. Statistical analysis method with simple regression and multiple regression techniques were used to prove that family functioning is a significant resilience predictor (21.4%). The results show that problem-solving dimension becomes the most significant dimension that contribute to the resilience of young adults who live with single-parents. In this context, problem-solving skill are important to be developed by young adults, especially when living with single parent."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Prayoga Prata
"Fenomena Pandemi COVID-19 yang terjadi seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), perubahan sistem pendidikan, dan kekhawatiran akan terinfeksi COVID-19 baik diri sendiri maupun keluarga sejatinya berdampak negatif terhadap stabiliitas keluarga. Berdasarkan hal tersebut tiap-tiap anggota keluarga harus berkontribusi dalam menekan atau mengedalikan stressor yang muncul untuk bersama-sama membangun ketahanan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran regulasi emosi individu dalam memprediksi resiliensi keluarga pada situasi krisis Pandemi COVID-19 di DKI Jakarta. Resiliensi keluarga adalah kemampuan yang dimiliki keluarga untuk dapat beradaptasi dan bangkit dari situasi krisis. Sementara itu, individu yang dapat mengendalikan emosi pada situasi emosi negatif dianggap memiliki regulasi emosi yang baik. Teknik sampling yang digunakan adalah non-probability sampling, yaitu convenience sampling dengan mempertimbangkan rentang usia produktif (17-65). Partisipan itu jumlah 168 partisipan berdomisili DKI Jakarta (M= 23,92 dan SD = 7,95). Penelitian ini menggunakan alat ukur Difficulties in Emotion Regulation Scale (DERS) untuk variabel regulasi emosi dan alat ukur Walsh Family Resilience Questionnaire untuk variabel resiliensi keluarga. Hipotesis penelitian ini diuji menggunakan teknik analisis regresi sederhana. Penelitian ini menunjukkan bahwa regulasi emosi secara signifikan berperan sebagai prediktor resiliensi keluarga pada anggota keluarga dalam Situasi Pandemi COVID-19 di DKI Jakarta.

The phenomenon of the COVID-19 pandemic that occurs such as termination of employment (PHK), changes in the education system, and concerns about being infected with COVID-19 both for yourself and for your family have a negative impact on family stability. Based on this, each family member must contribute in suppressing or controlling stressors that arise to jointly build family resilience. This study aims to examine the role of individual emotion regulation in predicting family resilience in the COVID-19 pandemic crisis situation in DKI Jakarta. Family resilience is the ability of the family to be able to adapt and rise from crisis situations. Meanwhile, individuals who can control their emotions in negative emotional situations are considered to have good emotional regulation. The sampling technique used is non-probability sampling, namely convenience sampling by considering the productive age range (17-65). The participants were 168 participants domiciled in DKI Jakarta (M= 23,92 dan SD = 7,95). This study used the Difficulties in Emotion Regulation Scale (DERS) for emotion regulation variables and the Walsh Family Resilience Questionnaire for family resilience variables. The hypothesis of this study is tested by simple regression analysis technique. This study shows that emotion regulation plays a significant role as a predictor of family resilience in family members in the COVID-19 Pandemic Situation in DKI Jakarta."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Atikah Mawaddah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi keberfungsian keluarga terhadap autonomy pada remaja akhir. Keberfungsian keluarga diukur dengan Family Assessment Device Eipstein, Baldwin, Bishop, 1983 sedangkan autonomy diukur dengan Adolescent Autonomy Questionnaire yang dikembangkan oleh Noom, Dekovic dan Meeus 1999 dan telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Sumayyah 2014. Sebanyak 192 remaja 18-21 tahun menjadi responden dalam penelitian ini M=19.45 tahun, SD=1.20 tahun. Analisis dengan teknik regresi menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga dapat menjadi prediktor autonomy pada remaja akhir R= 0.312.

The aim of this study was to examine the contribution of family functioning towards autonomy in late adolescence. Family functioning was measured by using Family Assessment Device Eipstein, Baldwin, Bishop,1983 while autonomy was measured by Adolescent Autonomy Questionnaire Noom, Dekovic, Meeus,1999 and had been adapted into Indonesian by Sumayyah 2014. The participants in this study consist of 192 late adolescents aged 18 21 years old M 19.45 years, SD 1.20 years. By using regression analysis, the results of this study indicated that family functioning could predict autonomy in late adolescence R 0.312."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S69408
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktarina Rizka Putri
"Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat apakah keberfungsian keluarga dapat berfungsi sebagai prediktor kecanduan internet pada remaja akhir. Pada penelitian ini, partisipan berjumlah 504 orang yang masuk kedalam kategori remaja akhir, yaitu berusia 18 ndash; 22 tahun. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah Internet Addiction Test IAT untuk mengukur kecanduan internet dan Family Assesment Device FAD untuk mengukur keberfungsian dari keluarga yang dipandang oleh partisipan. Kemudian didapatkan hasil bahwa keberfungsian keluarga secara signifikan dapat memprediksi kecanduan internet pada remaja akhir R=,145.

This study has the intent to see whether family functioning predict internet addiction among late adolescents. In this study, participants amounted to 504 people who entered into late adolescent category, namely aged 18 22 years. The measuring tool used in this research are Internet Addiction Test IAT to measure Internet addiction and Family Assessment Device FAD to measure the functioning of the families seen by the participants. Then the results obtained that family functioning can significantly predict internet addiction among late adolescents R ,145."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Owena Ardra
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan keberfungsian keluarga sebagai prediktor terhadap gejala depresi remaja. Keberfungsian keluarga menurut Teori McMaster ialah kemampuan keluarga untuk menyediakan lingkungan yang efektif bagi perkembangan, fisik maupun psikis, anggotanya. Keberfungsian keluarga diukur dengan kuesioner Family Assessment Device FAD . Gejala depresi pada penelitian ini merupakan gejala depresif inti pada ranah suasana hati dan perasaan yang diukur dengan Short Mood and Feelings Questionnaire SMFQ . Responden penelitian merupakan remaja berusia 13-21 tahun. Teknik analisis statistik yang digunakan ialah linear regression. Analisa statistik tambahan dilakukan dengan mengontrol variabel jenis kelamin dan riwayat gangguan psikologis orangtua. Hasil penelitian dengan 488 responden menunjukkan keberfungsian keluarga sebagai prediktor signifikan berkontribusi sebesar 25 terhadap gejala depresi. Beberapa dimensi yang berperan sebagai prediktor secara signifikan ialah dimensi komunikasi, dimensi respon afektif, dimensi keterlibatan afektif, dan dimensi kontrol perilaku.

ABSTRACT
This study aimed to examine the role of family functioning as predictor for depressive symptoms in adolescent. Family rsquo s major function, based on McMaster Theory, is to provide the most effective settings for the member rsquo s development. The variable of family functioning by McMaster was measured with Family Assessment Device FAD and the variable of depressive symptoms was measured with Short Mood and Feelings Questionanire SMFQ . Respondents of this study were 488 adolescents with age from 13 to 21. The statistic techniques used to process the data was linear regression. Additional analyses was conducted by controlling the variable of sex and parents rsquo history of psychological disorder. The results revealed that family functioning has a significant role as predictor and contributes 25 to depressive symptoms in adolescent. Some of the dimensions of family functioning with significant role as predictor are communication, affective responsiveness, affective involvement, and behavior control. "
2017
S68379
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aushi Ariana Putri
"Di akhir masa remaja, individu sering mengalami krisis identitas. Peran keluarga sangat penting dalam menjaga kestabilan pembentukan identitas remaja tersebut. Peneliti dalam penelitian korelasional ini ingin melihat keberfungsian keluarga sebagai prediktor identitas remaja akhir. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah McMaster Model of Family Functioning MMFF dan identitas Erikson. MMFF memiliki 6 dimensi di bawahnya yaitu dimensi penyelesaian masalah, komunikasi, peran dalam keluarga, respon afektif, keterlibatan afektif, dan kontrol perilaku.
Peneliti juga ingin melihat dimensi-dimensi MMFF yang memberikan kontribusi dalam memprediksi identitas remaja akhir. Pengukuran variabel MMFF menggunakan alat ukur Family Assesment Device FAD skala general functioning. Pengukuran variabel identitas remaja akhir menggunakan Erikson Psychosocial Stage Inventory EPSI skala identity. Partisipan penelitian berjumlah 496 remaja akhir dengan rentang usia 18 hingga 22 tahun. Pengujian hipotesis dilakukan dengan simple dan multiple regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 18.3 identitas remaja akhir dapat diprediksi oleh keberfungsian keluargnya R=.429.

At the end of adolescents 39 period, a person eventually experiencing an identity crisis. Family 39 s role is very important to keep the stability of adolescents 39 identity formation. Researchers as in this correlation study want to see family functioning as a predictor of late adolescents 39 identity. Theories used in this research are McMaster Model of Family Functioning MMFF theory and Erikson 39 s identity theory. Six dimensions under MMFF are problem solving, communication, family role, effective response, affective involvement, and behavior control.
The researcher also wants to see the MMFF 39 s dimensions that contribute to predicting late adolescents 39 identity. Measurement of MMFF was using a general functioning scale of Family Assessment Device FAD . Measurement of late adolescents 39 identity was using identity scale of Erikson Psychosocial Stage Inventory EPSI. The participants in this study were 496 late adolescents with the range of the age between 18 and 22 years. The hypothesis testing used simple and multiple regression. The results showed that the family functioning can predict 18.3 late adolescents 39 identity R .429.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Azzahro
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat peranan family functioning dalam memprediksi perilaku self-concealment pada remaja. Pengukuran variabel family functioning menggunakan alat ukur Family Assessment Device FAD versi 3. Pengukuran self-concealment menggunakan alat ukur Self-Concealment Scale SCS .
Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 571 dengan rentang usia 13-21 tahun. Pengujian hipotesis menggunakan teknik simple regression, diperoleh hasil bahwa family functioning dapat menjadi prediktor munculnya perilaku self-concealment R=.376, p

This research was conducted to see the role of family functioning in predicting self concealment behavior among the adolescents. The measurement of family functioning variables was using measuring instrument of Family Assessment Device FAD version 3. The measurement of self concealment was using the Self Concealment Scale SCS.
The participants in this study amounted to 571 with an age range of 13 21 years old. Hypothesis testing using simple regression technique, obtained the result that family functioning can be a predictor of the emergence of self concealment behavior R .376, p
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S69765
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amindari Nadia Fitriyanti
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat peranan keberfungsian keluarga dalam memprediksi delinkuen pada remaja di Jakarta. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk melihat kontribusi tiap-tiap dimensi keberfungsian keluarga terhadap perilaku delinkuen. Pengukuran keberfungsian keluarga dilakukan menggunakan adaptasi alat ukur Family Assessment Device FAD yang disusun oleh Epstein, Baldwin dan Bishop 1983 . FAD memiliki 7 dimensi yaitu 6 dimensi kerfungsian keluarga mengacu ke McMaster Model of Family Functioning dan 1 dimensi keberfungsian keluarga secara umum. Nilai koefisien reliabilitas untuk dimensi problem solving adalah sebesar 0.807, dimensi komunikasi sebesar 0.544, dimensi role functioning sebesar 0.630, dimensi respon afektif sebesar 0.707, dimensi keterlibatan afektif sebesar 0.678, dimensi kontrol perilaku sebesar 0.696, dan general functioning sebesar 0.830. Pengukuran perilaku delinkuen dilakukan dengan alat ukur perilaku delinkuen yang dikembangkan oleh Nurwianti 2015. Nilai koefisien reliabilitas untuk alat ukur perilaku delinkuen adalah sebesar 0.711. Partisipan pada penelitian ini berjumlah 289 responden dengan karakteristik berusia 12-17 tahun dan belum menikah, tinggal di Jakarta atau bersekolah di Jakarta, dan mampu membaca dan menulis. Melalui teknik simple regression, diperoleh hasil bahwa persepsi mengenai keberfungsian keluarga dapat memprediksi perilaku delinkuen R=.382.

This research is conducted to examine whether family functioning could predict delinquent behavior among adolescence in Jakarta. Contribution of each family functioning dimensions is also examined. Family functioning is measured with an adaptation of Family Assessment Device FAD which was created by Epstein, Baldwin and Bishop 1983. FAD has 7 measuring dimensions, 6 of which are family functioning in accordance to McMaster Model of Family Functioning and 1 dimension of general functioning scale. Reliability coefficient for problem solving is 0.807, 0.544 for communication, 0.630 for role functioning, 0.707 for affective response, 0.678 for affective involvement, 0.696 for behavior control, and 0.830 for general functioning. Delinquency is measured with delinquency scale created by Nurwianti 2015 with a reliability coefficient of 0.711. Participants of this study consist of 289 adolescence in Jakarta with following characteristics aged 12 ndash 17 and not married, currently living in Jakarta or undergoing a study in Jakarta, and capable of reading and writing. Using simple regression analysis, the result pointed out that perceived family functioning could predict delinquent behavior R .382."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S66843
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspita Alwi
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keberfungsian keluarga sebagai prediktor internalizing problem pada remaja yang mengalami bullying. Selain itu penelitian ini ingin melihat dimensi keberfungsian keluarga yang berkontribusi terhadap internalizing problem tersebut. Pengukuran internalizing problem dilakukan dengan menggunakan Strengths & Difficulties Questionnaire(SDQ) dan pengukuran keberfungsian keluarga dilakukan dengan menggunakan Family Asessment Device (FAD). Responden juga diminta untuk mengisi alat ukur bullying questionnare sebagai screening korban bullying. Data didapatkan dari 201 responden yang berasal dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jakarta. Usia responden berkisar antara 12-17 tahun (M = 14,3).
Melalui teknik statistik regresi linear, hasil penelitian menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga secara umum berkontribusi menurunkan internalizing problem pada remaja yang mengalami bullying (p< 0,01) dengan nilai 𝑅2 sebesar 12,1 % dan nilai β sebesar -0,211. Selain itu didapatkan hasil bahwa diantara semua dimensi keberfungsian keluarga, dimensi respon afektif merupakan prediktor yang signifikan untuk mengurangi internalizing problem yang terjadi (p< 0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa keberfungsian keluarga merupakan prediktor yang signifikan untuk mengurangi internalizing problem pada remaja yang mengalami bullying.

This study was conducted to determine the family functioning as a predictor for internalizing problems on adolescences who experience bullying. In addition this study wanted to see the dimensions of family functioning that contribute to internalizing problem. The internalizing problem was measured using Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ) and family functioning was measured using Family Assessment Device (FAD). Respondents were also asked to fill bullying questionnare as a screening of bullying victims. Data were obtained from 201 respondents from Junior High School (SMP) and senior high school (SMA) in Jakarta. The age of respondents ranged between 12-17 years (M = 14.3).
Through linear regression statistical techniques, the results showed that family functioning in general contribute to decrease internalizing problems in adolescents who experienced bullying (p <0.01), with the value of 𝑅2 was 12,1 % and the value of β was -0,211. In addition it showed that among all the dimensions of family functioning, affective responsiveness was a significant predictor to decrease internalizing problems (p <0.05). Based on these results it can be concluded that the family functioning is a significant predictor to decrease internalizing problems in adolescences who experience bullying.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S66471
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>