Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141109 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Milzril Suhendar
"Penguasaan tanah di Indonesia diatur dalam Pasal 33 Ayat (3) UUD NRI 1945.
Indonesia yang merupakan negara agraris mayoritas wilayah merupakan hutan, dan
hutan merupakan sebahagian besar sumber peghidupan masyarakat. Dewasa ini,
peralihan fungsi dan status hutan konservasi mejadi dilema bagi masyarakat yang
menggantunkan hidupnya pada hutan, dimana akses pemanfaatan hutan sebagai
sumber penghidupan masyarakat kawasan hutan dibatasi. Tulisan ini adalah sebuah
reaksi atas pemanfaatan kawasan hutan sebagai pencetakan kebun oleh masyarakat
sekitar kawasan hutan. Secara khusus, tulisan ini menganalisis pemanfaatan
kawasan hutan sebagai pencetakan kebun, dan bagaimana hubungannya dengan
asas keadilan, hukum progresif dan teori hukum pembangunan. pemanfaatan
dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan melalui penghapusan kemiskinan.
Tetkait pemanfaatan kawasan hutan, skema yang dapat dilakukan terdiri dari aspek
landreform dalam UUPA, aspek perhuatanan soisal, aspek sosial ekonomi dan
budaya, dan aspek hukum lainnya. Terkait sistem penguasaan dan pengusahaan
tanah dalam kawasan hutan harus memperhatikan sudut pandang kepastian hukum,
keadilan, dan kemanfaatan. Terkait partisipasi masyarakat dalam pembangunan
dibidang pemanfaatan kawasan hutan sebagai pencetakan kebun burtujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan taraf hidup masyarakata kawasan
hutan untuk mewujudkan cita-cita kesahteraan sosial dalam konstitusi Indonesia

Land tenure is regulated in Article 33 Paragraph (3) of the 1945 Constitution of the
Republic of Indonesia. Indonesia, which is an agricultural country, has the majority
of its territory as forests, and forests constitute a large part of the community's
livelihoods. Nowadays, the change of function and status of conservation forests is
a dilemma for community who depend on the forest for their livelihoods, where the
access of forest utilization as a source of livelihood for forest area communities is
limited. This article is a reaction to utilization of forest areas for printing plantations
by communities around forest areas. In particular, this article analyzes utilization
of forest areas for garden printing, and how it relates to the principle of justice,
progressive law and legal theory of development. The utilization is intended to
improve welfare through poverty alleviation. Regarding the use of forest areas,
schemes that can be implemented consist of land reform aspects in the
UUPA,aspect of social foresty, socio-economic and cultural aspects, and other legal
aspects. Regarding the system of land tenure and exploitation in forest areas, it must
pay attention to the point of view of legal certainty, justice and benefit. Regarding
community participation in development in the field of utilization of forest areas as
a garden printing for the purpose of improving welfare and improving the standard
of living of forest area communities to realize the ideals of social welfare in the
Indonesian constitution.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Arselan
"Keberadaan slenk batang gadis dan Taman Nasional Batang Gadis di Kabupaten Mandailing Natal memberi karakteristik topografis dan dinamika penggunaan tanah yang spesifik. Melalui penerapan model bentuk medan Van Zuidam dan klasifikasi penggunaan tanah, penelitian ini bertujuan ingin mengungkapkan variasi penggunaan tanah pada berbagai jenis bentukan asal di Kabupaten Mandailing Natal. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode overlay peta topografi, peta geologi dan peta penggunaan tanah yang diperkuat dengan survey lapangan. Penggunaan tanah yang terdapat di berbagai jenis bentukan asal pada wilayah penelitian umumnya didominasi oleh hutan. Variasi penggunaan tanah yang tinggi terdapat pada bentukan asal vulkanik, structural dan fluvial.

The existence of batang gadis slenk and Batang Gadis National Park in Kabupaten Mandailing Natal give topographical characteristics and dynamics of a specific landuse. Through the application of the model of Van Zuidam terrain and landuse classification, this research aims to reveal the landuse variation of various landforms in Kabupaten Mandailing Natal. This research is descriptive by using overlay method topographic maps, geological maps and maps of landuse. This method strengthened with field survey. Landuse which is available in various landform of the research area is generally dominated by forest. The highly variation of landuse is founded in the vulcanic, structural and fluvial region."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S34097
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muharram
"Mandailing Natal merupakan kabupaten muda, dari pemekaran kabupaten Tapanuli Selatan yang berpusat di Panyabungan sebagai pusat administratifnya, kini melakukan kendali administratif sendiri sesuai dengan potensi daerahnya secara struktural, kultural, sosial dan psikologis mengalami perubahan dari sebelumnya. Perubahan ini terlihat begitu jelas, terutama pembangunan pisik, mendahului pembangunan bidang-bidang lainnya seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial bahkan religiositas (sifat keberagamaan). Khususnya bidang pendidikan, kesehatan, pendapatan akan berawal dari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) nya yang baik.
Permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah; (1). Mengapa IPM Kabupaten Mandailing Natal masih rendah. (2). Apa yang akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Mandailing Natal untuk meningkatkan IPM didaerah ini.
Tujuan penelitian ini adalah; (1). Mendiskripsikan dan menganalisis secara mendalam mengenai IPM di Kabupaten Mandailing Natal. (2). Menganalisis upaya-upaya yang telah dilaksanakan dan akan dilaksanakan Pemerintah Daerah Kabupaten Mandailing Natal untuk meningkatkan IPM.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah; wawancara, observasi/pengamatan, dokumentasi, audio dan visual serta studi pustaka. Dengan analisis deskriptif dimana data?data mentah yang masih berupa kata-kata, kalimat, statement, perilaku, kejadian, uraian, paparan akan diolah agar mudah dipahami dalam bentuk informasi.
Teori yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah; Indeks Pembangunan Manusia, Cara mengukur IPM, Pendidikan, Kesehatan, Pendapatan, Pertumbuhan ekonomi, Tenaga kerja, Kebijakan, Pengambilan, Keputusan, Pembangunan manusia dalam meningkatkan kualitas masyarakat, Hubungan antara IPM dengan pertumbuhan ekonomi, Ketahan Daerah.
Sektor IPM. IPM di Mandailing Natal pada saat ini berada pada urutan 29 dari 33 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara. IPM yang berada dibawahnya adalah Nias urutan ke 30, Nias Utara urutan 31, Nias Selatan urutan 32, Nias Barat urutan 33, sedang Indek Pembangunan Manusia tertinggi di Sumatera Utara adalah Pematang siantar berada pada urutan ke 1. Posisi ini terlihat jauh tertinggal dalam 25 tahun terakhir, karena sebelumnya Daerah Mandailing Natal dikenal menjadi basis Sumber Daya Manusia untuk Sumatera Utara. Pemerintah mengupayakan peningkatan IPM di Mandailing Natal termasuk peningkatan kualitas guru/pendidik, Hal ini disadari harus dilakukan secara terus menerus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat dan dinamis.
Dengan menyadari sepenuhnya bahwa sumber daya guru merupakan faktor langsung bagi peningkatan Indeks Pembangunan Sumber Daya Manusia. SDM merupakan faktor utama dalam mencapai tujuan pembangunan, untuk itu diperlukan SDM yang berkualitas dan baik. Untuk memperoleh SDM yang berkualitas tidak bisa lepas dari pendidikan karena pendidikan merupakan salah satu faktor utama dalam meningkatkan kualitas SDM, untuk mendapatkan SDM yang berkualitas dan baik, kualitas pendidikannya juga harus baik, termasuk ketersediaan perangkat pisik, sarana dan prasarana pendidikan, seperti gedung, guru yang berkualitas, kurikulum dan alat-alat pendidikan juga suasana belajar yang kondusif guna mendukung kegiatan proses belajar mengajar. Peningkatan Kualitas SDM, bisa melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Karena pendidikan merupakan salah satu faktor utama dalam keberhasilan pembangunan suatu bangsa, maka apabila perhatian Pemerintah Daerah berkurang terhadap dunia pendidikan maka pendidikan itu sendiri akan mengalami kemerosotan, sehingga pembangunan di daerah tersebut juga akan mengalami kemerosotan. Pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap kualitas SDM, apabila tingkat pendidikan rendah maka kualitas SDM juga akan rendah, kualitas SDM yang rendah akan menyebabkan kualitas hidup rendah yang akan meningkatkan kemiskinan sehingga masyarakat akan kesulitan untuk memperoleh pendidikan yang baik. Maka seyogianya Pemerintah mengambil peran besar dalam memajukan dunia pendidikan di daerah Mandailing Natal. Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal mempunyai tugas dan tanggungjawab dalam melaksanakan tugas Pemerintah Daerah dibidang pendidikan. Oleh sebab itu Dinas Pendidikan mempunyai tugas dan tanggungjawab yang besar atas kemajuan pendidikan untuk memperoleh SDM yang berkualitas dan baik di Kabupaten Mandailing Natal, meskipun hal ini merupakan tanggung jawab seluruh komponen, baik pemerintah maupun masyarakat.
Sektor kesehatan. Kondisi sarana dan prasarana kesehatan di Kabupaten Mandailing Natal saat ini sudah baik, dengan adanya dukungan anggaran DAK dari pusat yang diambil dari APBN. Dukungan APBN dapat membantu pengadaan sarana dan prasarana kesehatan, karena prioritas pembangunan kesehatan baik pisik, non pisik maupun peralatan sesuai dengan petunjuk teknis. Anggaran dari APBN dipergunakan untuk pembangunan sarana dan prasarana Puskesmas, rehab Puskesmas, pembangunan Poskedes untuk tempat tinggal bidan desa. Pemerintah menyiapkan anggaran untuk pembangunan Poskedes, sedangkan kesiapan lahan dari masyarakat. Kesehatan tidak hanya merupakan tanggung jawab oleh Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan, akan tetapi peran serta dari masyarakat juga sangat diharapkan untuk mendukung tercapaianya tingkat kesehatan yang baik di Kabupaten Mandailing Natal. Sejak adanya pemekaran Kabupaten pada tahun 1998 kondisi sarana pisik, peralatan, pelayanan kesehatan di Kabupaten Mandailing Natal kondisinya membaik.
Sektor Pendapatan. Laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mandailing Natal untuk tahun 2012 sudah mencapai angka 6,4 %, tahun 2013 ditargetkan mencapai 6,7 % berarti kategori cukup bagus khususnya di Kabupaten Mandailing Natal. Pertumbuhan ekonomi yang paling menonjol adalah sektor pertanian, karena tingkat pertumbuhan ekonomi paling maju adalah yang ditopang oleh sektor pertanian. Kemudian perkebunan dan sektor lainnya tiap tahun berubah, seperti perdagangan, jasa, meskipun sebagai sektor yang paling lemah terutama jasa perhotelan. Peningkatkan laju pertumbuhan ekonomi diproyeksikan pada sektor pertanian karena yang menopang perekonomian sebagian besar adalah pertanian, dalam hal ini yang paling berperan adalah Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. Dinas Pertanian setiap tahun sudah memprogramkan pelatihan petani, dalam bentuk sekolah lapangan yang dipandu oleh penyuluh-penyuluh dan setiap tahunnya diupayakan untuk menambah jumlah penyuluh yang ada di Kabupaten Mandailiang Natal, agar bisa memberikan pengarahan, bimbingan, tuntunan kepada para petani yang ada di Kabupaten Mandailing Natal.
Hasil menunjukkan bahwa pendidikan, kesehatan dan pendapatan sangat berperan dalam meningkatkan Indek Pembangunan Manusia. Dilihat dari aspek pendidikan, kesehatan dan pendapatan. Pendidikan mempunyai peranan dalam pertahanan keamanan karena aspek pedidikan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik dari masyarakat terhadap jiwa nasionalisme, rasa cinta terhadap tanah air, dan rasa lebih mencintai daerahnya sendiri. Dari aspek kesehatan, masyarakat yang sehat lebih berkualitas dari pada masyarakat yang tidak sehat hal ini akan berpengaruh terhadap ketahanan daerah, keluarga dan ketahanan diri, sehingga ketahanan daerahnya dapat lebih terjamin. Dari aspek pendapatan masyarakat yang lebih baik pendapatannya akan berpengaruh terhadap ketahanan daerah, ketahanan keluarga dan ketahanan pribadi, dengan demikian ketahanan daerah tersebut akan lebih baik. Dari penjelasan diatas memberikan gambaran bahwa Indeks Pembangunan Manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan ketahanan daerah. Ketahanan daerah yang baik tidak terlepas dari peran serta dari pada pendidikan, kesehatan dan pendapatan.

Mandailing Natal is a young district, from district division based in South Tapanuli Panyabungan as its administrative center, is now doing its own administrative control of the region in accordance with the potential structural, cultural, social and psychological changes from the previous. This change is made apparent, especially physical development, precedes the development of other fields such as education, health, economic, social and even religiosity (religious nature). Particularly in education, health, income will be started from the quality of Human Resources (HR) its good.
The problems that exist in this research are: (1). How HDI District Mandailing Natal remains low. (2). What will be done by the District Government Mandailing Natal to improve the HDI in this area.
The goal of this research are: (1). Describe and analyze in depth the District IPM in Mandailing Natal. (2). Analyzing the efforts that have been implemented and will be implemented Mandailing Natal regency administration to improve the HDI.
The methodology used in this study are; interview, observation/observation, documentation, audio and visuals as well as the study of the literature. With descriptive analysis where the data raw is still in the form of words, sentences, statements, behavior, events, descriptions, exposure will be processed in order to be easily understood in the form of information.
The theory is used to support this research are: the Human Development Index, HDI measure Way, Education, Health, Income, Economic Growth, Labor, Policy, Decision, Decisions, Human development in improving the quality of society, relationship between HDI and economic growth, Resilience areas HDI sector. IPM in Mandailing Natal at this time are on the order of 29 of the 33 districts/municipalities in the province of North Sumatra. IPM that are below it is number 30 Nias, North Nias order of 31, South Nias sequence 32, 33 West Nias sequence, being the highest Human Development Index in North Sumatra is Siantar was ranked 1. This position looks far behind in the last 25 years, since before the Regional Mandailing Natal is known to be bases of Human Resources for North Sumatra.
The government effort to improve IPM in Mandailing Natal including improving the quality of teachers / educators, This is realized must be done in accordance with the continuous development of science and technology that is fast and dynamic. Knowing full well that the teacher resource is a direct factor for improving the Human Development Index. HR is a major factor in achieving development goals, it is necessary and good quality human resources. To obtain the qualified human resources can not be separated from education because education is one of the major factors in improving the quality of human resources, to ensure the recruitment of qualified and good, quality education should also be good, including the availability of the physical, educational facilities, such as buildings, teachers quality, curriculum and educational tools are also conducive learning environment to support teaching and learning activities. Improved quality of human resources, either through formal and non-formal education. Because education is one of the major factors in the successful development of a nation, the Local Government reduced if attention to the world of education, the education itself will decline, so that development in the area will also decline.
Education is a big influence on the quality of human resources, low levels of education if the quality of human resources will also be low, the low quality of human resources will lead to lower quality of life will increase poverty so that people will find it hard to get a good education. So the government should take a larger role in promoting education in the area Mandailing Natal. Mandailing Natal District Education Office has the duty and responsibility in carrying out the duties of Local Government in the field of education. Therefore, the Department of Education have a duty and a great responsibility for the advancement of education to obtain a good quality human resources and in the District of Mandailing Natal, although it is the responsibility of all components, both government and society.
Health sector . The condition of health infrastructure in the district Mandailing Natal is good now, with the support from the central budget DAK taken from the state budget. Budget support can help procurement of health infrastructure , health priorities well as physical, non- physical and technical equipment according to the instructions . Budget of the budget is used for the construction of facilities and infrastructure health center , health center rehabilitation, development Poskedes to stay midwife. The government prepared a budget for the construction Poskedes, while the readiness of the public lands. Health is not just the responsibility of the Regional Government in this case the Department of Health , but the participation of the community are also expected to support tercapaianya level of good health in the District Mandailing Natal. Since the division of the district in 1998 physical condition of facilities, equipment, health services in the District of Mandailing Natal condition improved.
Income sector. The rate of economic growth in the District Mandailing Natal for 2012 has reached 6.4%, in 2013 is expected to reach 6.7% means the category is quite good, especially in the District Mandailing Natal. The most prominent economic growth is the agricultural sector, as the most advanced level of economic growth is sustained by the agricultural sector. Then the estate and other sectors changed each year, such as trade, services, although as the weakest sector, especially hospitality services. Increasing the rate of economic growth is projected to sustain the agricultural sector as the economy is mostly agricultural, in this case the greatest role is the Department of Agriculture and Food Security. Department of Agriculture each year already programmed training of farmers, in the form of a field school hosted by the extension-extension and every year sought to increase the number of extension workers in the district Mandailiang Natal, in order to provide direction, guidance, guidance to farmers in the district Mandailing Natal.
The results showed that education, health and income play an important role in improving the Human Development Index. Viewed from the aspect of education, health and income. Education has a role in security and defense aspects of the education because it can provide a better understanding to the people of spirit nationalism, love for the homeland, and a sense of its own country more love. From the aspect of health, a healthy society is more qualified than the people who are not healthy it will affect the local resistance, and resilience in the family, so that the region can be assured durability. From the aspect of people's income better earnings will affect regional resilience, family resilience and personal resilience, thus the resilience of the area would be better. From the above explanation suggests that the Human Development Index has a very important role in enhancing regional resilience. Resilience is not a good area in spite of the participation of the education, health and income.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Zachrani
"Pondok Pesantren tradisional atau salafiyah merupakan Pondok Pesantren yang menggunakan kitab klasik sebagai metode utama dalam pembelajarannya. Artikel ini membahas tentang salah satu pondok pesantren di Mandailing Natal, Sumatera Utara yaitu Pondok Pesantren Musthafawiyah yang sampai saat ini masih mempertahankan ke salafiyahannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan dengan teknik wawancara dan studi pustaka dalam mengumpulan data. Teori yang digunakan adalah teori perubahan dari Samuel Koenig dan teori lima elemen dasar dari Zamakhsyari Dofier. Fokus pembahasan artikel ini terletak pada sistem pembelajaran di Pondok Pesantren Musthafawiyah dan orientasi para alumni Pondok Pesantren Musthafawiyah setelah mereka lulus. Temuan dari penelitian ini adalah Pondok Pesantren Musthafawiyah dibangun atas keinginan masyarakat yang di sampaikan kepada Syekh Musthafa Husein. Pondok Pesantren Mustahafawiyah memiliki kurikulum utama yaitu kurikulum yang diserap dari Madrasah Ash-shalatiyah Makkah dan kurikulum tambahan yaitu kurikulum muadalah. Orientasi para alumni Pondok Pesantren Musthafawiyah sangat beragam, yaitu menjadi guru, melibatkan diri dalam organisasi keagamaan, serta keluar dari daerah Purba Baru untuk melanjutkan pendidikan dan mencari pekerjaan.

Traditional or salafiyah Islamic boarding schools are Islamic boarding schools that use classic books as the main method of learning. This article discusses one of the Islamic boarding schools in Mandailing Natal, North Sumatra, namely the Musthafawiyah Islamic Boarding School which until now still maintains its salafiyah. This study uses qualitative methods with interview techniques and literature in collecting data. The theory used is the theory of change from Samuel Koenig and the theory of the five basic elements from Zamakhsyari Dofier. The focus of this article's discussion lies on the learning system at the Musthafawiyah Islamic Boarding School and the orientation of alumni of the Musthafawiyah Islamic Boarding School after they graduate. The findings from this study are that the Musthafawiyah Islamic Boarding School was built based on the wishes of the people which were conveyed to Syekh Mustafa Husein. The Mustahafawiyah Islamic Boarding School has a main curriculum, namely the curriculum absorbed from the Ash-Shalatiyah Madrasah Makkah and an additional curriculum, namely the MuJadi curriculum. The orientations of alumni of the Musthafawiyah Islamic Boarding School are very diverse, namely becoming teachers, involving themselves in religious organizations, and leaving the Old New area to continue their education and look for work."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andra
"ABSTRAK
Hak asasi atas akses air menjadi hak mendasar untuk dapat hidup bagi setiap
orang. Oleh karena itu, kebutuhan akan air sangat vital. Hal itu terkait air sebagai
unsur penting bagi keberlangsungan hidup setiap orang di dalam suatu
masyarakat. Maka dari itu, diperlukan suatu landasan pengaturan terkait kepastian
di dalam pemenuhan hak asasi atas akses air. Pengaturan tentang air di Indonesia
kembali pada Undang ? undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan yang
diberlakukan melalui Putusan Mahkamah Konstitusi No. 85/PU-XII/2013.
Putusan tersebut membatalkan UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
(LNRI 2004-32; TLNRI 4377). Pembatalan itu adalah terkait penafsiran berbeda
atas pelaksanaan hak atas air. Dengan demikian terjadi perubahan fungsi sosial air
yang lebih menekankan hak guna usaha atas air yang dijalankan oleh pihak
swasta dibandingkan dengan hak guna pakai air bagi masyarakat. Di samping itu,
adanya pergeseran peran pemerintah dalam menyediakan air bagi masyarakat.
Namun ke semua hal itu dalam kenyataannya belum dapat mengatasi persoalan
mendasar yang dihadapi oleh masyarakat terkait akses mereka atas air, khususnya
di Kota Kecamatan Natal, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara.
Akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana air tetap saja terbatas. Begitu
pula pemberdayaan masyarakat terkait masyarakat terkait pengelolaan sumber
daya air. Pelaksanaan dari berbagai perencanaan yang dibuat oleh pemerintah juga
belum dapat mensejahterahkan masyarakat di Natal. Hal itu bahkan berpotensi
memunculkan konflik kepentingan dalam pemanfaatan sumber daya air di antara
masyarakat sekitar dan pelaku usaha. Studi ini dimaksudkan untuk mengetahui
bagaimana persoalan pemenuhan hak akses air bagi masyarakat di Natal seperti
tidak meratanya distribusi air terakit saluran akses air dari sumber air yang ada
beberapa rumah masyarakat. Sarana dan prasarana sumber daya air masih minim
dalam memenuhi akses masyarakat atas air di Natal. Di samping itu
pemberdayaan masyarakat masih lemah di mana sebagian masyarakat di Natal
belum memiliki pemahaman apa yang menjadi haknya dalam akses terhadap air.
Terkait landasan pengaturan, Kabupaten Mandailing Natal masih belum memiliki
peraturan daerah yang mengatur terkait sektor sumber daya air. Upaya ? upaya
pemerintah daerah terkait kewajiban terhadap pelaksanaan atas perencanaan
pembangunan akses air masih belum dijalankan dengan baik. Selain itu, dikaji
bagaimana landasan pengaturan atau hukum dan upaya ? upaya pemerintah
daerah dalam memenuhi hak asasi atas akses air khususnya bagi masyarakat di
kota kecamatan Natal.

ABSTRACT
Rights of access of water into the fundamental right to be able to live for
everyone. Therefore, the need for water is vital. This is related to water as an
essential element for the survival of everyone in a community. Therefore, we need
a foundation of certainty in the regulations related to the fulfillment of rights of
access to water. The arrangement of the water in Indonesia returned to the Act No.
11/1974 on Irrigation imposed by the Constitutional Court Decision No. 85 / PUXII
/ 2013 that withdrawal the Act No. 7/2004 on Water Resources (LNRI 2004-
32; TLNRI 4377). Withdrawal because of different interpretations related to the
implementation right to water. Thus a change in the social function of water is
more emphasis on the right to cultivate the water run by the private water right
run by private than the right to use water for the community. In addition, the shift
in the role of government in providing water for the community. But to all of it in
fact it cannot to resolve the basic problems faced by the peoples related to their
access to water, especially in the Town District of Natal, Mandailing Natal, North
Sumatra Province. In other side, public infrastructures for support access to the
water remains limited. Similarly, there no community development related to
water resources management. Implementation of the various plans made by the
government is not yet able to prosper the community at Natal District City. It even
has the potential to create a conflict of interest in the utilization of water resources
between local peoples and private. This study research is intended to determine
how the issue of the fulfillment of rights to access for water in the peoples such as
the Town District of Natal uneven distribution of water connection via assembled
of water drains from water sources for peoples houses. Meanwhile, existing water
sources in Natal are shared by the community. Supporting elements in the form of
infrastructure of water resources is still minimal of access water for peoples in
Natal. In other side, the empowerment of people still weak where most peoples in
Natal did not have an understanding of what they are entitled for access to water.
Mandailing Natal Regency still has no local regulations level related to water
resources sector. Efforts made by local government authorities, and obligations
related to the implementation of planning the construction of water access are still
not well executed in the field. In addition, it was studied how the legal foundation,
legal arrangements and efforts by Local Government of Mandailing Natal in fulfill
for rights of access to water especially for people in the Town District of Natal."
2016
S65862
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendi Sumantri
"Sumber karbon utama di ekosistem hutan terdiri dari biomassa pohon, tumbuhan bawah, serasah, kayu mati dan bahan organik tanah. Karbon hutan yang tersimpan pada biomassa atas permukaan (BAP) atau aboveground biomass (AGB) merupakan sumber terbesar dan paling terkena dampak deforestasi dan degradasi hutan. Deforestasi dan degradasi hutan merupakan penyumbang kedua terbesar emisi karbon ke atmosfer yang menyebabkan perubahan iklim, setelah penggunaan bahan bakar fosil oleh industri dan transportasi.
Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji potensi BAP dan stok karbon berdasarkan tipe-tipe hutan, serta mengetahui pengaruh deforestasi terhadap perubahan stok karbon hutan di DAS Batang Natal dan sekitarnya, Mandailing Natal, Sumatera Utara. Pengukuran potensi biomassa pohon dilakukan dalam plot ukur berbentuk persegi panjang dengan ukuran 20 m x 125 m sebanyak 15 plot ukur. Sebanyak 8 plot dibuat di hutan lahan kering, 4 plot di hutan mangrove dan 3 plot di hutan rawa.
Total area hutan yang disurvei mencapai 3,75 ha. Pohon dengan Diameter at Breast Height (DBH) ≥ 2 cm diidentifikasi dan diukur diameternya. Penghitungan biomassa dilakukan melalui persamaan alometrik yang sudah ada untuk hutan tropis. Analisis deforestasi dilakukan melalui pendekatan penginderaan jauh. Data citra satelit Landsat tahun 2000 dan 2011 dianalisis dengan metode klasifikasi terbimbing (supervised classification) Maximum Likelihood Classifier (MLC). Analisis perubahan biomassa dan stok karbon dilakukan melalui Stock-Difference Method. Perubahan biomassa dan stok karbon total untuk setiap tipe hutan dilakukan melalui perkalian Mg ha-1 dengan luas hutan.
Hasil penelitian menunjukkan rerata biomassa pohon hutan lahan kering 364,99 ± 39,32 Mg ha-1, hutan rawa memiliki rerata biomassa pohon 643,95 ± 177,71 Mg ha-1, dan rerata biomassa pohon hutan mangrove 387,37 ± 31,10 Mg ha-1. Pada tahun 2000, DAS Batang Natal dan sekitarnya memiliki total luas tutupan hutan mencapai 93.396, dan tahun 2011 menurun dengan luas 67.961 ha. Dengan demikian, selama periode 2000-2011, luas tutupan hutan yang hilang mencapai 25.435 ha dengan rerata deforestasi 6,26% tahun-1 atau setara dengan 2.312 ha tahun-1. Rerata deforestasi hutan lahan kering mencapai 1,78% tahun-1 dengan emisi karbon sekitar 756.710 Mg CO2e tahun-1. Hutan rawa memiliki rerata deforestasi 4,48% tahun-1 dengan emisi 747.115 Mg CO2e tahun-1.

The main source of biomass and carbon in the forest ecosystem are coming from trees, litter, dead wood and soil organic matter. Forest carbon stored in the above ground biomass (AGB) is the largest source; however it is also the most affected by deforestation and forest degradation. Deforestation and forest degradation is the second largest contributor of carbon emissions into the atmosphere which caused the climate change issue, after the use of fossil fuels by industry and transportation.
This research was conducted with the aim to assess the potential of AGB and carbon stocks based on forest tipology, as well as to determine the impact of deforestation on change of forest carbon stock in Batang Natal watershed and the surrounding area, Mandailing Natal, North Sumatra. Biomass of trees measurement performed through 15 rectangular sample plots with 20 m x 125 m in size. A total of 8 plots were established in the dryland forest, 4 plots in the mangrove forest and 3 plots in the swamp forest.
The total sampled area was around 3.75 ha. All trees with Diameter at Breast Height (DBH) ≥ 2 cm were recorded and measured. In the absence of destructive sampling measurements, biomass calculated using the existing allometric equations for the tropical forest. Analysis of the deforestation was carried out using remote sensing approach. Two-dates image pair for 2000 and 2011 were classified using a supervised maximum likelihood classifier (MLC). Analysis of biomass and carbon stock changes was carried out using stock-difference method. The difference in carbon stocks is multiplied by the area of each forest type to obtain the total carbon emissions.
The results showed that average of tree biomass for dryland forest is 364.99 ± 39.32 Mg ha-1, the swamp forest has an average of around 643.95 ± 177.71 Mg ha-1, and for mangrove forests is 387.37 ± 31.10 Mg ha-1. In 2000, the total forest cover of study area reached to 93396 ha, while in 2011 the forest cover decreased to 67961 ha. Thus, during the period 2000-2011, forest cover with total 25435 ha have been converted with rate of 6.26% year-1 or equivalent to 2312 ha year-1. The deforestation rate in the dryland forest reached 1.78% year-1 with carbon emissions estimated at 756710 Mg CO2e year-1. The swamp forest deforestation rate was approximately at 4.48% year-1, equivalent to 747115 Mg CO2e year-1 of carbon emissions.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T40843
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Relief art style that can be interpreted as a redudancy to a certain style, at certain times and places can be used as an indication for the presence of outside influences that affect a work relief. In addition, by comparing the art style can be a relative dating to the building of the temple, in this case is a temple in Simanghambat, North Sumatera."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ritonga, Bastian
"Pertambangan emas secara tradisional di Kecamatan Huta Bargot, Mandailing Natal, Sumatera Utara telah dilakukan + 12 tahun terakhir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara karakteristik lingkungan (kadar merkuri air) dan karakteristik responden (umur, lama tinggal, lama kerja, lama berkerja/hari) dengan kadar merkuri rambut pekerja tambang emas tradisional di kecamatan Huta Bargot. Penelitian ini dilaksanakan di 6 desa yaitu Desa bangun sejati, Desa Binanga, Desa Hutabargot setia, Desa Hutarimbaru, Desa Kumpulan setia dan Desa Huta Bargot Nauli pada bulan Maret 2019 dengan desain cross sectional terhadap 60 orang pekerja tambang emas tradisional. Untuk memilih sampel terpilih digunakan metode quate sampling dengan jumlah sampel tiap desa sebanyak 10 orang Sampel dari tiap desa dipilih menggunakan metode purposive sampling. Kadar merkuri rambut pekerja masih dalam ambang baku mutu dengan rata-rata kadar merkuri 0,2117 µg/g. Dari 6 sampel air sungai yang diperiksa, 3 sampel air berada di atas baku mutu (> 0,001 mg/L ). Dari hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan lama tinggal dengan kadar merkuri rambut. Hasil analisis multivariat diperoleh hubungan antara lama tinggal dengan kadar merkuri pada rambut (nilai p = 0,034)dengan OR=10,737 yang artinya pekerja tambang emas yang lama tinggal > 20 tahun memiliki peluang memiliki kadar merkuri rambut > 0,24 µg/g dibandingkan pekerja tambang yang lama tinggal < 20 tahun.

Traditional gold mining in Huta Bargot Subdistrict, Mandailing Natal, North Sumatra has been carried out  the last 12 years. The purpose of this study was to determine the factors that influence the mercury levels of traditional gold mine workers in the Huta Bargot sub-district. The research was carried out in 6 villages, bangun sejati, Binanga, Hutabargot setia, Hutarimbaru, Kumpulan setia and Huta Bargot Nauli Village in March 2019 with a cross sectional design for 60 traditional gold mining workers. To select the selected sample, the quate sampling method was used with a total sample of 10 villages. Samples from each village were selected using the purposive sampling method. Workers' mercury levels are still within the threshold of quality standards with an average mercury level of 0.2117 µg / g. 3 of 6 water samples were above the quality standard (> 0.001 mg / L). From the results of bivariate analysis shows the length of stay with hair mercury levels. The results of multivariate analysis found a relationship between length of stay with mercury levels in hair (p value = 0,034) with OR = 10.737, which means gold miners who live> 20 years have the opportunity to have a hair mercury level of > 0.24 µg / g compared to miners <20 years."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52671
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Albiner
"Kebutuhan energi, protein, dan zat besi dapat disumbangkan oleh makanan jajanan masing-masing sekitar 36%, 29%, dan 52%. Namun, makanan jajan yang tersedia disamping tidak selalu sehat dan bergizi juga perilaku sisiwa tidak selalu positif untuk kebutuhan gizi. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh media visual poster dan leaflet terhadap perilaku makanan jajanan pelajar suatu SMA di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, 2009. Dengan desain eksperimen kuasi one pre- and post-test group, penelitian dengan perlakuan pajangan poster dan leaflet di sekolah ini menilai pengaruh intervensi 2 minggu setelah perlakuan. Analisis data dilakukan dengan metode uji T-berpasangan terhadap sampel 80 pelajar kelas khusus. Sebelum dan setelah perlakuan, skor rata-rata pengetahuan siswa adalah 1,99 dan 3,00, skor rata-rata sikap adalah 1,80 dan 3,00. Tindakan konsumsi makanan para pelajar juga meningkat sebelum (x=1,76) dan sesudah (x=1,86) intervensi. Terdapat perbedaan yang bermakna antara perilaku konsumsi makanan jajanan pada anak sekolah sebelum dan sesudah intervensi. Dapat disimpulkan bahwa penyuluhan gizi menggunakan media poster dan leaflet mampu meningkatkan perilaku gizi anak sekolah. Disarankan pihak sekolah dan puskesmas menggunakan poster dan leaflet sebagai salah satu media penyuluhan gizi menyampaikan informasi gizi tentang makanan jajanan dan isu kesehatan lain untuk mempromosikan upaya kesehatan sekolah.

Street food plays an important role in students? nutrition. About 36%, 29%, and 52% of energy, protein, and iron, respectively, can be contributed by street food. The aim of the research was to know effect of nutritional extension using healthy food poster and leaflet on street food consumption behaviour among Senior Height School students in District of Mandailing Natal. The research is quasi-experiment with one pre- and post-test group design. The intervention was conducted by displaying poster and giving leaflet to students. Effects of interventions were evaluated two weeks after intervention. Subjects are 80 students. Data were analyzing by using paired sample T-test. Result showed that the average scores of knowledge of students were 1.99 and 3.00 before and after intervention, respectively. The average scores of attitude were 1.80 and 3.00 before and after intervention, respectively). Also, the practice of food consumption among students also increases (1.76 and 1.86 for before and after intervention, respectively). There was a significant difference in street food consumption behavior among students between before and after intervention. It can be concluded that nutritional extension using visual posters and leaflets increase student?s nutritional behaviour. It is suggested that, both school and puskesmas, use poster and leaflet as media of nutritional extension regarding street food and other health issues to promote school health."
2010
Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>