Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2526 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mentari Putri Ramadhanti
"Di Indonesia istilah keramik cenderung digunakan untuk benda-benda yang terbuat dari bahan batuan (stoneware) dan porselen (porcelain) serta diglasir, sedangkan untuk benda-benda yang terbuat dari tanah liat bakar (earthen ware atau pottery) disebut dengan istilah tembikar atau gerabah. Identifikasi terhadap temuan keramik hasil penelitian arkeologi menjadi suatu tahapan yang penting untuk mengeluarkan informasi yang ada pada temuan-temuan tersebut. Salah satu situs arkeologi dengan temuan keramik yang berlimpah adalah Kawasan Percandian Muarajambi, yang diinterpretasikan sebagai situs dari masa kerajaan Melayu Kuno dan Sriwijaya abad 7 – 13 Masehi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk, teknologi pembuatan, ragam hias dan kronologi dari keramik-keramik yang ditemukan di area yang berada diantara Candi Astano dan Candi Kembarbatu, Muarajambi, yang dinamakan sektor MJB/ABH/2018. Berdasarkan penelitian sebelumnya, area ini diduga merupakan bekas hunian di masa lalu, sehingga identifikasi terhadap temuan keramik yang ditemukan melalui kegiatan ekskavasi di daerah ini menjadi penting untuk dilakukan. Pengumpulan data diperoleh melalui ekskavasi, dan berdasarkan analisis khusus yang dilakukan terhadap temuan keramik tersebut diketahui bahwa terdapat beberapa bentuk wadah seperti pasu, guci, vas, piring, mangkuk, cawan dan cepuk. Wadah-wadah ini dibuat dengan menggunakan roda putar serta terdapat hiasan berupa garis, sulur-suluran dan flora. Melalui perbandingan dengan keramik-keramik muatan kapal tenggelam di perairan Indonesia, diketahui bahwa sebagian besar keramik berasal dari masa Dinasti Song abad 10 – 13 Masehi. Asumsi yang diperoleh dari hasil penelitian ini mendukung interpretasi bahwa lokasi diantara Candi Astano dan Candi Kembarbatu tersebut merupakan bekas hunian di masa lalu, berdasarkan temuan keramik yang ditemukan yang diduga digunakan sebagai wadah perkakas sehari-hari.

In Indonesia, the term ceramic tends to be used for objects made of stoneware and porcelain and glazed, while for objects made of burnt clay (earthenware or pottery) it is called tembikar or gerabah. Identification of ceramic findings from archaeological research is an important step in releasing this information. One of the archaeological sites with abundant ceramic finds is the Muarajambi Temple Area, which is interpreted as the site of the Ancient Malay and Sriwijaya Kingdoms from 10 – 13 AD. This study aims to identify the form, manufacturing technology, stylistic decoration, and chronology of the ceramics found in the area between Astano and Kembarbatu Temples, Muarajambi, which is called the MJB / ABH / 2018 sector. Based on previous research, this area is thought to be a former dwelling in the past, resulting in the identification of the findings of ceramics found through excavation in this area is important to do. The collection of data obtained through excavation, and is based on a special analysis conducted on the ceramic findings note that there is some form containers such as basin, jars, vase, bowls, dish cups and cover box. These containers are made using a wheel manufacture technology and and decorations with excision or incision, impression pressure and painting techniques such as linear, tendrils, and florals. Through comparisons with the ceramics cargo shipwreck in Indonesian waters, it is known that most of the ceramics originate from the Song Dynasty in the 10 - 13 AD. Assumptions obtained from these results support the interpretation that the location between the Astano temple and the Kembarbatu temple is a former dwelling in the past, based on the findings of ceramics found which is allegedly used as an everyday tool container."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Widiatmoko
"ABSTRAK
Situs Muarajambi merupakan salah satu peninggalan arkeologis masa Klasik Hindu - Buddha di Daerah Aliran Sungai DAS Batanghari yang berada di Provinsi Jambi. Berdasarkan identifikasi terhadap kondisi geografis dan tinggalan arkeologis, Situs Muarajambi merupakan satuan ruang yang memiliki pola dan sebaran tinggalan aktivitas manusia masa lalu yang mempunyai kronologi dari abad ke7 ndash; 12 Masehi, terdapat temuan fitur kompleks bangunan kuno yang oleh masyarakat umum dikenal dengan candi, yaitu Kompleks Candi Astano, Kompleks Candi Kembar Batu, Kompleks Candi Tinggi I, Kompleks Candi Tinggi, Kompleks Candi Gumpung, Kompleks Candi Gedong I, Kompleks Gedong II, Kompleks Candi Kedaton, dan bekas permukinan kuno, serta fitur perairan antara lain parit, sungai, kolam-kolam kuno, dan danau.Situs Muarjambi berdasarkan perbandingan kesamaan kronologi, keluasan situs, teknologi bangunan, kondisi lokasi, serta jenis-jenis kompleks bangunan, yakni dengan Situs N?land? dan Situs Vikramasila di India yang secara tradisi masih berjalan living tradition di Monastic University Sera Jey yang didirikan orang-orang Buddha Mahayana Tibet di India, mempunyai kesamaan fungsi dan ikatan historis pada masa lalu dengan Situs N?land? dan Situs Vikramasila , serta pada sekarang dengan tradisi Buddha Mahayana yang masih dipegang teguh oleh pemeluk agama Buddha di Tibet.Analisis yang dilakukan secara intergral terhadap Situs Muarajambi dengan memperhatikan setiap fitur kompleks bangunan candi, temuan artefak, dan fitur bentang daratan sebagai sisa permukiman kuno, serta fitur artifisial dan alam yang ada di dalam situs, secara khusus menunjukan Situs Muarajambi bukan semata-mata lokasi ritual dan pemujaan agama Buddha, namun lebih jauh juga sebagai permukiman keagamaan agama Buddha. Analis yang didukung komparasi dengan Situs N?land? dan Situs Vikramasila serta living tradition pendidikan agama Buddha Mahayana di Monastic University Sera Jey menunjukan Situs Muarajambi pada masa lalu merupakan m?havihar? dan pusat Pendidikan agama Buddha.

ABSTRACT
Muarajambi Site is one of an archaeology remains during Hindu Buddha Classical Period at the Batanghari Watershed, Jambi Province. Based on geographical and archaeological identifications, the site have spatial unit patterns and distribution of human past activities which reveal chronological time from 7 12th century AD, consists Astano Temple Compound, Kembar Batu Temple Compound, Candi Tinggi I Temple Compound, Candi Tinggi Temple Compound, Gumpung Temple Compound, Gedong I Temple Compound, Gedong II Temple Compund, Kedaton Temple Compound, ancient settlements, and hydrological feature, canal, ditch, river, creek, ancient reservoir pond , and lake.Muarajambi site based on chronological, site area, construction technology, location setting, and type of building similarities, compare to N land Site and Vikramasila Site in India which still practice living tradition in Sera Jey Monastic University established by Tibetan Mahayana Buddhists adherent. Those site have similarities both function and strong historical bond with the past. Nowadays, Mahayana Buddhists tradition still practice faithfully by Buddhist adherent in Tibet.Analysis conducted integrally to Muarajambi site, observing every temple compound features, artefacts, landscape as ancient settlement remains, artificial and natural feature within the site. Muarajambi Site not solely Buddhists ritual and worship location, further, as Buddhists adherent settlement. The analysis supported by N land and Vikramasila Sites as well as Sera Jey Monastic University education which still practice as living tradition. Several evidence reveal Muarajambi Sites is m havihar and center of Buddhist education in the past."
2015
D2426
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasan Djafar
"Disertasi ini pada dasarnya merupakan hasil penelitian terpadu dalam bidang arkeologi, yang bertujuan untuk merekonstruksikan sejarah kebudayaan daerah panlai utara Jawa Barat, berdasarkan peninggalan arkeologi yang diperoleh rnelalui survei dan ekskavasi di kawasan silus Balujaya, Karawang, Jawa Barat, sejak tahun 1985 hingga tahun 2006. Cakupan waktunya meliputi masa akhir prasejarah (akhir Masa Perundagian) sampai masa akhir Tarumanagara, yang meliputi kurun waktu sekitar abad ke-2 hingga abad ke-10. Dalam disertasi ini dibahas beberapa unsur kebudayaan berdasarkan sumber utamanya berupa peninggalan arkeologi, di antaranya berupa sisa-sisa kompleks percandian bata, arca, bcnda-benda hiasan (ornamen), inskripsi, meterai (volive tablet) terakota, gerabah, alat logam, perhiasan, dan kerangka manusia. Melalui analisis dan tinjauan dengan pendekatan induktif-deduktif dan holistik, diperoleh kesimpulan-kesimpulan dan penafsiran yang kemudian digunakan secara eksplanatif untuk mcnjelaskan dan merekonstuksikan gambaran mengenai sejarah kebudayaan Jawa Barat, khususnya daerah pantai utara. Rekonstruksi sejarah kebudayaan ini meliputi rekonstruksi unsur-unsur kebudayaannya yaitu: (1) tatanan permukiman; (2) tata masyarakat; (3) religi; (4) kesenian; (5) teknologi; (6) bahasa dan keberaksaraan; (7) sistem perekonomian.
Daerah pantai utara Jawa bagian barat, khususnya daerah pantai utara Jawa Barat, merupakan daerah hunian pantai yang luas, yang sudah terbentuk sejak Zaman prasejarah, dari Masa Bercocok Tanam hingga Masa Perundagian. Daerah permukiman ini dikenal sebagai Daerah Kebudayaan Buni atau Kompleks Gerabah Buni (Buni Pottery Complex), dan dilandai terutama oleh tinggalan budayanya berupa artefak gerabah yang memiliki daerah persebaran yang luas. Masyarakat penghuni daerah ini tergolong ke dalam ras Mongoloid. Mereka hidup dari perdagangan yang didukung oleh kegiatan industri gerabah, pertanian dan penangkapan ikan (nelayan). Masyarakat budaya Buni ini telah memiliki stratifikasi sosial dan sistem kepimpinan dalam kehidupan bermasyarakat.
Ketika orang-orang India datang di daerah pantai ulara Jawa Barat ini masyarakat setempat mulai menyerap unsur-unsur kebudayaan India dan terjadilah proses akulturasi yang menyebabkan timbulnya perubahan dalam kehidupan bermasyarakat. Pengenalan dan penerapan konsep-konsep baru dalam kehidupan masyarakat ini telah menumbuhkan dinamika sosial-budaya menuju suatu kehidupan baru yang berlandaskan unsur-unsur kebudayaan India. di antaranya terwujud dalam bentuk institusi kerajaan yang bernama Tarumanagara dan religi baru yaitu agama Weda dan Buddha. Dalam kehidupan masyarakat di wilayah ini terlihat adanya kesinambungan dari masa akhir prasejarah ke masa awal sejarah, khususnya dari akhir Masa Perundagian ke masa awal Tarumanagara.
Unsur religi dari kebudayaan India yang mula-mula diserap adalah agama Weda, seperti yang tersirat di dalam inskripsi-inskripsi yang dikeluarkan oleh Purnawarman, raja Tarumanagara. Di samping agama Weda, kemudian muncul pula agama Buddha yang meninggalkan sisa-sisanya berupa kompleks percandian di kawasan situs Batujaya. Agama Buddha yang berkembang di daerah pantai utara Jawa Barat ini bercorak Mahayana. Kompleks percandian agama Buddha di Batujaya ini mempunyai ciri yang sangat menonjol, yaitu telah menggunakan bahan bangunan berupa bata dan lepa stuko. Penggunaan bata dan lepa stuko pada percandian di Batujaya ini menandai pula tingkat perkembangan teknologi bangunan yang telah dicapai pada waktu itu. Gaya seni hias dan seni arcanya memperlihatkan ciri gaya seni Nalanda yang telah dipengaruhi oleh gaya seni Gandhara. Penemuan inskripsi-inskripsi di kompleks percandian Batujaya yang telah menggunakan aksara Palawa dan bahasa Sanskena, walaupun masih terbatas dalam kegiatan religi, telah menandai munculnya Lradisi budaya bertulis (lirerate culture), suatu babakan baru dalam kehidupan budaya masyarakat setempat.
Dalam penelitian ini dikemukakan pula beberapa kesimpulan lain yang bcrkenaan dengan perkembangan sejarah di wilayah ini, yaitu invasi Sriwijaya ke Bhimijawa (yang tidak lain adalah kerajaan Tarumanagara), menjelang akhir abad ke-7. lnvasi Briwijaya ke Taruminagara ini telah membawa pula pengaruh baru terhadap pcrkembangan politik, religi dan kesenian di Tarumanagara, khususnya di daerah pantai utara Jawa Barat. Berdasarkan pertanggalan C14 (radiocarbon dating) dan pertanggalan relatif yang diperoleh berdasarkan analisis terhadap tinggalan-tinggalan yang ada, kompleks percandian di kawasan situs Batujaya berasal dari masa sekilar abad ke-6 dan ke-7 dan berkembang terus hingga akhir abad ke-10. [HSD]."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
D1828
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Fajar Baruvi
"Penelitian ini membahas mengenai bentuk arsitektur pagar halaman I di Percandian Prambanan, Percandian Sewu dan Percandian Plaosan Lor, Jawa Tengah. tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi perbedaan ataupun persamaan antara pagar halaman I di ketiga percandian yang menjadi fokus penelitian ini dan ketentuannya dengan yang terdapat dalam naskah. Unit analisis yang digunakan dalam mengamati arsitektur pagar halaman I adalah bentuk pagar halaman I, komponen-komponen yang terdapat di pagar halaman I, keadaan pagar halaman I dan ragam hias yang dipahatkan di pagar halaman I ataupun dipahatkan pada komponen-komponen lain yang terdapat di pagar halaman I. Melalui metode deskripsi dan komparatif, maka hasil dapat diperoleh secara rinci. Pembuatan pagar halaman I di ketiga pagar di Percandian Prambanan, Percandian Sewu dan Percandian Sewu dan Percandian Plaosan Lor memang dibuat untuk menunjang lingkungan percandian dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam naskah, namun terdapat perbedaan antara ketiga candi karena pertimbangan bentuk geografis tempat candi induk didirikan, faktor seniman dan faktor-faktor lain.

This thesis discuss about the architectural form of fence that is located at courtyard I Prambanan temple, Sewu temple, and Plaosan Lor temple, in Central Java. The purpose of this thesis is to identify the differences and similarities between the fences of those three temple that are the main focus in this thesis and with the provisions contained in the script. The unit of analysis used to observe the architecture of fence at courtyard I, the components on courtyard I fence, the condition of fence at courtyard I and ornaments carved on courtyard I fence or carved on the components on courtyard I fence.
This thesis uses two methods, descriptive and comparative. The fences at those three temple are built and designed to support the environment at each temple. Those fences also built and designed in accordance with the provisions contained in the script. But there are differences between those three temple because of the geographical situation, artist, etc.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasan Djafar
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"[Candi Blandongan merupakan salah satu candi di Komplek Percandian Batujaya,
Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Candi ini belum diketahui bentuk dan
fungsinya secara pasti. Bentuk dan fungsi pada candi ini penting untuk diketahui
guna merekonstruksi tingkah laku manusia pada masa lampau terutama dalam hal
pembangunan candi pada masa awal perkembangan agama Buddha di daerah
Jawa bagian barat. Penelitian mengenai bangunan Candi Blandongan dimulai
dengan pendeskripsian yang dilanjutkan dengan melakukan analisis khusus dan
kontekstual terhadap bangunan candi. Analisis dilakukan dengan cara
membandingkan bangunan Candi Blandongan dengan bangunan candi lain yang
ada di Komplek Percandian Batujaya. Hasil dari analisis tersebut adalah sebuah
eksplanasi bahwa bangunan Candi Blandongan diperkirakan merupakan bangunan
candi yang memiliki stupa pada bagian atasnya dan berfungsi sebagai pusat
pemujaan pada masa awal perkembangan agama Buddha di daerah Jawa bagian
barat., Blandongan Temple is one of the temples in Batujaya Enshrinement Complex.
The form and function is important to note in order to reconstruct human behavior
in the past, particularly in temple constructing matters in the early days of the
development of Buddhism teachings in western Java. The research is started by
describing the temple physical building and followed by performing form analysis
and contextual analysis. Analysis is done with comparing Blandongan Temple
building to other building temples inside Batujaya Enshrinement Complex. The
result of said analysis explains that Blandongan Temple building probably is a
temple with stupa on top of it and had been used as worship place in the early
days of the development of Buddhism teaching in western Java.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fastiviani Chandra Dewi
"This is research about color measurements of ceramic glaze with measure the reflectance of glaze ceramic sample that used spectrophotometer UV-VIS and color different calculation, to get quantitative color standard in the ceramic product and to look for the color matching method in each batch of ceramic glaze product that compared with product standard. Ceramic sample used four base colors, these are Blue 4571, Green AV-I500, Yellow DKC-9, and Red 270066, that make variable between the percentage of two base colors in the glaze ceramic composition that applied on the ceramic body and ceramic engobe. Illuminant used Illuminant CIE A, observer standard is CIE 1931 (2°), in the wavelength range 400 - 700nm, with spectrophotometer UV-VIS. The spectrophotometer data (R vs X) result is converted in the tristimulus value (X,Y,Z), chromaticity value (x,y,z) and CIE L*a*b* data with the color different calculation formula, then we can conclude the quantitative color standard and make the plot in color map of chromaticity diagram and the plot in color area of CIE L*a*b*. Color matching method made by measuring sample in each batch of ceramic glaze product and compared by color standard that used the total color different calculation with condition AE < 0.5. The research results will implement in the big ceramic industry to improve the ceramic product and ceramic quality development.

Dalam penelitian ini diteliti pengukuran warna glasir keramik dengan mengukur reflektansi sample keramik berglasir menggunakan spektrofotometer UV-VIS dan perhitungan perbedaan warna, untuk mendapatkan standar warna secara kuantitatif pada produk keramik dan mencari metode colour matching pada setiap batch produk glasir keramik dibandingkan dengan standar produk yang sudah ditetapkan. Pembuatan sample keramik menggunakan empat warna dasar, yaitu Biru 4571, Hijau AV-1500, Kuning DKC-9, dan Merah 270066, yang divariabelkan berdasarkan persentase pencampuran diantara dua warna dasar di dalam suatu komposisi glasir keramik, yang diaplikasikan di atas permukaan badan keramik dan engobe keramik. Illuminant yang digunakan adalah illuminant CIE A, dengan standar observer CIE 1931 (2"). pada daerah panjang gelombang 400 - 700 nm, dengan spektrofotometer UV-VIS. Data spektrolotometri ( R vs X ) yang didapat, dikonversikan ke dalam nilai tristimulus (X,Y,Z) . nilai kromatisitas (x,y,z), dan data CIE L*a*b* dengan menggunakan rumus perhitungan warna, kemudian ditentukan standar warna secara kuantitatif dan dibuat plot pets warna dalam diagram kromatisitas dan posisinya claim ruang warna CIE L*a*b*. Metode colour Matching ditentukan dengan mengukur sample setiap hatch glasir keramik dan dibandingkan dengan standar warna menggunakan perhitungan total perbedaan wama dengan syarat matching jika E < 0.5. Hasil penelitian ini akan diimpelentasikan dalam industri- industri besar keramik untuk lebih meningkatkan pengembangan produk dan kualitas keramik."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T1463
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Harjanto
"Pengembangan material-material baru diharapkan dapat memenuhi tuntutan dari perkembangan teknologi yang ada. Material tipe komposit yang merupakan campuran dari dua atau lebih elemen bahan secara makro menjadi salah satu alternatif yang sedang dikembangkan saat ini. Salah satunya adalah penggunaan komposit sebagai sensor mekanik. Komposit yang ditinjau memiliki elemen CaF2 sebagai matriks dan elemen SiC sebagai penguat. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh dari penambahan SiC sebanyak 0%, 10%, 15%, 20%, dan 25% ke dalam komposit tersebut terhadap berbagai aspek yang diperlukan selaku sebagai sensor mekanik yaitu densitas, kekuatan tekan, kekerasan, dan resistivitas listrik.
Komposit ini dibuat dengan menggunakan metode metalurgi serbuk dimana elemen-elemen pembentuknya pada awalnya berupa serbuk dengan ukuran 2 pm. Masing-masing elemen ditimbang lalu dicampur dengan proses mixing sesuai dengan komposisinya. Setelah itu ditimbang kembali untuk mendapatkan berat sejumlah satu sampel dimana cuplikan tersebut akan dikompaksi pada temperatur ruang dengan tekanan kompaksi yang telah ditentukan. Sampel mentah hasil kompaksi kemudian disinter pada temperatur dan waktu tahan tertentu hingga didapatkan sampel akhir. Dan sampel setelah sinter ini diuji densitas, kekuatan tekan, kekerasan, dan resistivitas listrik serta foto struktur mikro.
Hasil dari penelitian ini adalah untuk densitas dimana nilainya semakin rendah seiring dengan kenaikan jumlah SiC. Sedangkan untuk kekuatan tekan terjadi kenaikan pada penambahan 10% dan 15% SiC, lalu untuk komposisi berikutnya terjadi penurunan nilai kekuatan mekanis. Pada uji kekerasan, kekerasan meningkat pada komposisi 10% dan 15% lalu menurun hingga lebih rendah dari spesimen CaF2 murni (0% SiC) pada 20% dan 25%. Dan terakhir untuk nilai resistivitas listrik penambahan SiC menurun secara drastis dibanding spesimen CaF2 murni (0% SiC) lalu mengalami peningkatan nilai seiring dengan meningkatnya jumlah SiC ke dalam komposit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
LP 1999 27
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Yohan Berntwen
"Penelitian ini mengkaji bentuk arsitektur Percandian Ngempon dan hubungannya dengan penataan candi terhadap upaya penentuan kronologi Percandian Ngempon. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk arsitektur Percandian Ngempon secara lengkap dan dapat menempatkan kronologi Percandian Ngempon. Melalui deskripsi dan perbandingan, penelitian ini memaparkan hasil mengenai arsitektur Percandian Ngempon serta hubungan dengan kronologi Percandian Ngempon. Hasil pemaparan arsitektur Percandian Ngempon juga menunjukan kronologi Percandian Ngempon yang kira-kira dibangun antara tahun 740-760 M.

This study examines the form of Ngempon Temple compound architecture and its relation to the arrangement of the temple in the effort to determined the chronology of Ngempon Temple compound. The purpose of this research is to figure out the complete form of Ngempon Temple architecture completely and can determine Ngempon Temple compound chronology. Based on a description and comparison, this research describes the result of Ngempon Temple compound architecture and its relation to chronology of Ngempon Temple compound. The explanation of Ngempon Temple compound architectural exposure will also show the Ngempon Temple compound chronology that was roughly built between 740 760 AD."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dahyunir Dahlan
"The effect of Fe substitution on AI of garnet ceramic with chemical formula Y3Fe5_5XAl5 O12, where x (synthesis) of 0, 0.05, 0.15, and 0.25, has been investigated. Sample in this study were synthesized using wet oxydation method, Hot Kerosene Drying (HKD). All constituents were used in liquid form from YCI3.6H2O, AIC13, and Fe2O3 and HCI, which were reagents with purity better than 99%. Thermal 'analysis (DTA) was used to investigate calcination and sintering temperature. The resultant powders were calcined at 1250°C and sintered 1350°C and 1400°C. The X-ray diffractogram, which were obtained at room temperature, were refined using crystallographic software package GSAS. The samples contain at least 85% garnet phase with the remaining Fe2O3 impurity phase. In those garnet phases, 0 atom slightly shift. As a concentration increases theoretical densities decreases. For increasing x (synthesis) above, the theoretical densities and unit cell volume, respectively are of 5.148 grlcm3, 4.951 grlcm3, 4.946 grlcm3, 4.918 grlcm3 and 1.890x10-21 cm3, 1.885x10' 1 cm3, 1.874x10-2i cm3, 1.856x10-21 cm3 for the sample sintered at 1350°C. Similarly, at 1400°C, the theoretical densities and unit cell volume, respectively, are of 5.136 grlcm3, 5.100 grlcm3, 5.021 grlcm3, and 1.891x10-21 cm3 1.885 x10-21 cm3 1.875x10-21 cm3 without x (synthesis) of 0.25 . The formula of resultant garnets, respectively, are of Y3Fe4.88O12, Y3Fe3.77A11.23012, Y3Fe3.61A11,39012, and Y3Fe3.25Al1.7512 for the samples sintered at 1350°C. Similarly, at 1400°C, The formula of resultant garnets, respectively, are of Y3Fe4.33O12, Y3Fe4.51A10.89O12, Y3Fe3A12O12. Based on macroscopic measurements, the average bulk density and porosity respectively, are of 3.458 grlcm3 and 27.32%, which confirms the X-ray diffraction (microscopic) measurement.

Telah dilakukan penelitian terhadap keramik garnet dengan rumus kimia Y3Fes-5 AI5xO12. Nilai sintesis x adalah 0; 0,05; 0,15 dan 0,25. Sintesa dilakukan dengan metoda oksidasi basah, yaitu Hot Kerosene Drying (HKD). Bahan dasar yang digunakan adalah YCI3.6H20, AICI3, Fe203, dan HCl dengan kemurnian diatas ± 99%. Setelah sintesa dilakukan analisa termal (DTA) untuk mengetahui temperatur kalsinasi dan temperatur sintering: Sampel dikalsinasi pada pada temperatur 1250°C dan disintering pada temperatur 1350°C dan 1400°C. Analisa difraksi dilakukan pada masing-masing sampel dan diolah dengan perangkat lunak GSAS. Didapatkan persentase garnet yang terbentuk diatas 85% untuk seluruh sampel, dengan fasa pengotor adalah Fe203. Posisi atom-atom penyusun garnet hasil sampel yang disintesa menunjukkan tidak ada perubahan, kecuali pada atom 0 ada sedikit pergeseran posisi atom. Densitas teoritis menurun dengan semakin tingginya konsentrasi Al pada garnet. Dari harga nominal x diatas didapatkan densitas teoritis dan volume per unit selnya berturut-turut: 5,148 gr/cm3, 4,951 gr/cm3, 4,946 grlcm3, 4,918 gr/cm3 dan 1,890x10-1 cm3, 1,885x10-21 cm3, 1,874x10-1 cm'', 1,856x10'21 cm3 untuk temperatur sintering 1350°C serta 5,136 Tice, 5,100 grlcm3, 5,021 grlcm3, dan 1,891x10-21 cm3, 1,885 x10'21 cm3, 1,875x10-1 cm3 untuk temperatur 1400°C (tanpa nilai sintesis x=0,25). Sedangkan rumus kimia garnet yang terbentuk berturut-turut adalah Y3Fe4,88012, Y3Fe3.77A11.23012, Y3Fe3.61A1i.39012, Y3Fe3.25A11.75012 untuk temperatur sintering 1350°C dan Y3Fe4888012, Y3Fe4.51AI0.89012, Y3Fe3A12O12 untuk temperatur sintering 1400°C. Dihitung pula secara makroskopik densitas bulk dan porositas, dengan harga rata-rata 3,458 grlcm3 untuk densitas bulk serta 27,32% untuk porositas."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T1460
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>