Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182094 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sekar Dara Ninggar, atuhor
"Skripsi ini membahas mengenai gambaran work-family conflict yang dialami ibu bekerja di PT. X sumber serta bentuk dukungan sosial yang mereka peroleh dalam mengatasi work-family conflict. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa ibu bekerja di PT. X menghadapi work-family conflict berbasis waktu seperti banyaknya waktu yang dihabiskan dalam pekerjaan mengurangi waktu ibu bekerja dengan keluarganya dan berbasis tekanan seperti tuntutan pekerjaan dari atasan yang membuat ibu bekerja merasa tertekan maupun konflik dalam keluarga yang memberikan tekanan dan stres kepada ibu bekerja yang berdampak pada dirinya sendiri, keluarga, dan pekerjaannya. Dalam mengatasi konflik tersebut, ibu bekerja melakukan upaya yang bersumber dari dirinya sendiri, mendapatkan dukungan sosial baik dari keluarga seperti orang tua, suami, kerabat, asisten rumah tangga, teman dan perusahaan. Dukungan sosial yang diterima ibu bekerja yaitu dalam bentuk dukungan emosional berupa kata-kata positif, dukungan informasi terkait anak, dukungan persahabatan berupa ketersediaan teman yang menghabiskan waktu bersama, dan dukungan berwujud berupa bantuan mengasuh anak, finansial, mengerjakan pekerjaan, fasilitas perusahaan, serta fleksibilitas waktu bekerja. Hasil penelitian ini merekomendasikan agar ibu bekerja meningkatkan komunikasi dan waktu berkualitas dengan keluarganya serta saling menerapkan active listening antar anggota keluarga. Selain itu, perusahaan terutama atasan juga dapat meningkatkan kesadaran dan fasilitas untuk membantu permasalahan ibu bekerja.

This study discusses the description of work-family conflict experienced along with the sources and forms of social support received by working mothers at Company X in overcoming work-family conflicts. The approach used in this research is a qualitative approach with descriptive research type. The results of this study explain that working mothers at PT. X face time-based work-family conflict, such as the amount of time spent in work reduces the time to spend with with her family and time-based conflict, such as work demands by managers that make working mothers feel depressed or conflicts in the family that give pressure and stress to working mothers which have an impact to herself, her family, and her work. In overcoming this conflict, working mothers make several efforts to overcome them, namely those that come from themselves, get social support from families such as parents, husbands, relatives, household assistants, friends, and companies. The social support received by working mothers is in the form of emotional support such as positive words and motivation, informational support related to children, companionship support in the form of friends to spend time together, and tangible support in the form of childcare assistance, financial assistance, doing work, company facilities, as well as flexibility in working time."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfianti Zakia
"Seperti negara berkembang lainnya, industri garmen merupakan salah satu industri andalan bagi perekonomian Indonesia. Namun, disamping menjadi industri andalan, industri garmen masih mengantongi banyak masalah terutama terkait kondisi kerja. Kondisi kerja yang buruk ini kemudian mempengaruhi kehidupan pribadi para pekerjanya, hingga menimbulkan konflik dan berbagai pengaruh negatif lainnya. Penelitian ini dilakukan untuk memahami bagaimana work-family conflict yang dialami oleh pekerja di industri garmen di Indonesia diakibatkan oleh kondisi kerja yang buruk, dan bagaimana dukungan sosial berperan dalam hubungan antara keduanya. Data dikumpulkan dari 10 kelompok FGD yang melibatkan 93 responden yang berasal dari lima kota pusat industri garmen di Indonesia. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif melalui proses coding manual dibantu dengan Qualitative Data Analysis Software (QDAS) berupa Nvivo 12. Dari hasil analisis, ditemukan bahwa pekerja pada industri garmen masih merasakan kondisi kerja yang buruk berupa target harian yang berlebih dan jam kerja yang panjang. Akibat dari kondisi tersebut, banyak pekerja mengalami work-family conflict terutama yang berkaitan dengan anak-anak. Dukungan sosial dari pasangan dan rekan kerja ditemukan dapat mengurangi work-family conflict yang dirasakan pekerja. Perusahaan dapat membuat kebijakan untuk mengurangi beban kerja dan jam kerja menjadi lebih masuk akal. Dengan jam kerja dan target kerja harian yang lebih sedikit, work-family conflict dan efek negatif dari work-family conflict yang dirasakan pekerja akan berkurang

Garment industry is one of the mainstay industries for the Indonesia economy. However, despites being a mainstay industry, garment industry still holds many problems, especially related to its working conditions. These poor working conditions then affect the personal lives of workers, causing conflicts and other negative effect. This research was conducted to understand how work-family conflict which was experienced by workers in the garment industry in Indonesia derived from poor working condition and how social support plays a role in the relationship between the two. Data from 10 focus group discussion, wich involved 93 participants from five major garment industry cities in Indonesia, were gathered. The analysis was carried out using qualitative methods trough manual coding process assisted with Qualitative Data Analysis Software (QDAS) in the form of Nvivo 12. The analysis found that workers in the garment industry still experience poor working conditions in the form of excessive daily targets and long working hours. As a result of these conditions, many workers experience work-family conflicts, especially related to children. Social support from spouses and coworkers was found to reduce work-family conflict felt by workers. Companies can create policies that will reduce workload and work hours and make it more sensible. With fewer work hours and daily targets, work-family conflict and negative effects of work-family conflict felt by workers will decrease"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devy Fitria Rahmatika
"Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah work-family conflict work interfering with family/ WIF maupun family interfering with work/ FIW dan kepuasan kerja berhubungan secara negatif dan apakah family supportive supervisor behavior dapat berperan sebagai moderator untuk melemahkan hubungan negatif di antara work-family conflict WIF maupun FIW dan kepuasan kerja.
Tipe penelitian ini ialah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional. Penelitian dilakukan kepada 205 ibu bekerja dengan menyebarkan kuesioner offline dan kuesioner online. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tiga variabel penelitian, yaitu Work-Family Conflict Scale WFCS untuk mengukur work-family conflict, Minnesota Satisfaction Questionnaire MSQ short-form untuk mengukur kepuasan kerja, dan Family Supportive Supervisor Behavior Scale untuk mengukur family supportive supervisor behavior.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa work-family conflict berhubungan secara negatif dan signifikan dengan kepuasan kerja work interfering with family, ? = -0.32, p < 0.05 dan family interfering with work, ? = -0.29, p < 0.05 . Akan tetapi, penelitian ini belum berhasil membuktikan peran moderasi family supportive supervisor behavior untuk melemahkan hubungan negatif antara work interfering with family maupun family interfering dan kepuasan kerja secara signifikan.

The aim of this study were to prove whether work family conflict work interfering with family WIF and family interfering with work FIW negatively related to job satisfaction and whether family supportive supervisor behavior as a moderator, could weaken negative relationship between work family conflict WIF and FIW and job satisfaction.
Type of this research was quantitative research with cross sectional design and conducted on 205 working mothers via offline and online questionnaire. There were three instruments to measure three variables, such as WFCS to measure work family conflict, MSQ SF to measure job satisfaction, and FSSB Scale to measure Family Supportive Supervisor Behavior.
This research has proven successfully that work family conflict WIF and FIW related negatively and significantly with job satisfaction work interfering with family 0.32, p 0.05 and family interfering with work 0.29, p 0.05. However, this research has not proven moderating role of family supportive supervisor behavior significantly to weaken negative relationship between work interfering with family nor family interfering with work and job satisfaction.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S68865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alia Mufida
"Penelitian ini melihat hubungan antara work-family conflict (WFC) dengan psychological well-being (PWB) ibu yang bekerja. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 90 orang Ibu bekerja dari berbagai instansi swasta maupun pemerintahan. Terdapat tiga dimensi dari WFC menurut Greenhaus dan Beutell yang peneliti gunakan, yaitu, time-based conflict, strain-based conflict dan behavior-based conflict. Masing-masing dimensi memiliki dua arah yaitu work interference with family (WIF) dan family interference with work (FIW). Sedangkan variabel PWB memiliki enam dimensi yang diungkapkan oleh Carol D. Ryff yaitu, Penerimaan diri, Hubungan positif dengan orang lain, Otonomi, Penguasaan Lingkungan, Tujuan Hidup, dan Pertumbuhan diri.
Hasil penghitungan korelasi dengan metode Spearman-Brown antara WFC dan PWB didapatkan hasil sebesar .525 yang merupakan hasil yang signifikan pada l.o.s 0.01. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara WFC dengan PWB Ibu bekerja. Koefisien korelasi juga dihitung antara masing-masing dimensi dari WFC dan PWB. Terdapat nilai korelasi yang signifikan antara : dimensi Time (WIF) dengan dimensi penguasaan lingkungan, tujuan dalam hidup dan penerimaan diri; time (FIW) dengan dimensi penguasaan lingkungan, pertumbuhan diri, dan penerimaan diri; dimensi strain (WIF) dengan dimensi penguasaan lingkungan, hubungan positif dengan orang lain dan penerimaan diri; dimensi strain (FIW) dengan seluruh dimensi dari PWB; dimensi behavior (WIF & FIW) dengan seluruh dimensi dari PWB kecuali dimensi otonomi.

This study correlates work-family conflict (WFC) and psychological wellbeing (PWB) on working mother. The respondents in this study are 90 working mothers of some private companies and government companies. There are three types of WFC that are used in this study, according to Greenhaus & Beutell, they are: time-based conflict, strain-based conflict and behavior-based conflict. Every type of WFC is bidirectional. The directions are work interference with family (WIF) and family interference with work (FIW). PWB has six dimensions that are proposed by Carol D. Ryff which are Self-Acceptance, Positive Relations to Other, Autonomy, Environmental Mastery, Purpose in Life, and Personal Growth. The correlation between WFC and PWB that was calculated with Spearman-Brown formula is .525 and it is significant at the 0.01level.
This result indicates that there is a significant relationship between WFC and PWB. Correlation coefficient was also calculated between each dimensions of each variables (WFC & PWB). There are several significant correlations, which are: between time (WIF) and Environmental Mastery, Purpose in Life and self-acceptance; between time (FIW) and Environmental Mastery, Personal Growth and self-acceptance; between strain (WIF) and Environmental Mastery, Positive Relations to Other and self-acceptance; between strain (FIW) and all six dimensions of PWB; between behavior (WIF & FIW) and all dimensions of PWB except autonomy.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
303.6 MUF h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfianti Zakia
"ABSTRAK
Seperti negara berkembang lainnya, industri garmen merupakan salah satu industri andalan bagi perekonomian Indonesia. Namun, disamping menjadi industri andalan, industri garmen masih mengantongi banyak masalah terutama terkait kondisi kerja. Kondisi kerja yang buruk ini kemudian mempengaruhi kehidupan pribadi para pekerjanya, hingga menimbulkan konflik dan berbagai pengaruh negatif lainnya. Penelitian ini dilakukan untuk memahami bagaimana work-family conflict yang dialami oleh pekerja di industri garmen di Indonesia diakibatkan oleh kondisi kerja yang buruk, dan bagaimana dukungan sosial berperan dalam hubungan antara keduanya. Data dikumpulkan dari 10 kelompok FGD yang melibatkan 93 responden yang berasal dari lima kota pusat industri garmen di Indonesia. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif melalui proses coding manual dibantu dengan Qualitative Data Analysis.Software (QDAS) berupa Nvivo 12. Dari hasil analisis, ditemukan bahwa pekerja pada industri garmen masih merasakan kondisi kerja yang buruk berupa target harian yang berlebih dan jam kerja yang panjang. Akibat dari kondisi tersebut, banyak pekerja mengalami work-family conflict terutama yang berkaitan dengan anak-anak. Dukungan sosial dari pasangan dan rekan kerja ditemukan dapat mengurangi work-family conflict yang dirasakan pekerja. Perusahaan dapat membuat kebijakan untuk mengurangi beban kerja dan jam kerja menjadi lebih masuk akal. Dengan jam kerja dan target kerja harian yang lebih sedikit, work-family conflict dan efek negatif dari work-family conflict yang dirasakan pekerja akan berkurang.

ABSTRACT
Garment industry is one of the mainstay industries for the Indonesia economy. However, despites being a mainstay industry, garment industry still holds many problems, especially related to its working conditions. These poor working conditions then affect the personal lives of workers, causing conflicts and other negative effect. This research was conducted to understand how work-family conflict which was experienced by workers in the garment industry in Indonesia derived from poor working condition and how social support plays a role in the relationship between the two. Data from 10 focus group discussion, wich involved 93 participants from five major garment industry cities in Indonesia, were gathered. The analysis was carried out using qualitative methods trough manual coding process assisted with Qualitative Data Analysis Software (QDAS) in the form of Nvivo 12. The analysis found that workers in the garment industry still experience poor working conditions in the form of excessive daily targets and long working hours. As a result of these conditions, many workers experience work-family conflicts, especially related to children. Social support from spouses and coworkers was found to reduce work-family conflict felt by workers. Companies can create policies that will reduce workload and work hours and make it more sensible. With fewer work hours and daily targets, work-family conflict and negative effects of work-family conflict felt by workers will decrease."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beatrice Clarisa
"Work-family conflict merupakan konflik antar peran yang terjadi ketika tuntutan peran dalam kehidupan pekerjaan dan keluarga bersifat saling bertentangan dalam beberapa hal.
Ketidakmampuan untuk menyeimbangkan dua tuntutan peran yang berbeda dapat memberikan dampak negatif bagi individu, keluarga, maupun perusahaan. Ketersediaan dukungan sosial dapat menyediakan sumber daya bagi individu untuk mengelola tuntutan peran pekerjaan dan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
dukungan sosial supervisor, rekan kerja, dan pasangan dengan work-family conflict pada perawat wanita yang telah menikah. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan tujuan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni 2023 dengan responden 75 perawat wanita yang telah menikah, yang dipilih dengan menggunakan stratified random
sampling sebagai teknik pengambilan sampel. Hasil penelitian melalui uji korelasi Kendall’s tau-b menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial pasangan dan dukungan sosial rekan kerja dalam beberapa aspek (dukungan emosional,
dukungan informasi, dan dukungan penilaian) dengan work-family conflict. Sedangkan itu, ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial supervisor dengan work-family conflict. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat dukungan sosial pasangan dan rekan kerja yang dimiliki, maka akan semakin rendah tingkat
work-family conflict yang dialami. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi manajemen organisasi pelayanan kemanusiaan dalam mengembangkan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dalam kehidupan pekerjaan-keluarga pekerja

Work-family conflict is a form of an inter-role conflict that occurs when the demands of roles in work and family life are mutually contradictory in several ways. The inability to balance the demands of two different roles can have a negative impact on individuals, families and
even companies. The availability of social support can provide additional resources for
individuals to manage the competing demands of work and family roles. This research aims
to determine the relationship between the social support of supervisors, colleagues, and
partners with work-family conflict in married female nurses. This study used quantitative
methods with descriptive objectives. Data collection was conducted in June 2023 with 75
married female nurses as respondents, who were selected using stratified random sampling
as the sampling method. The research results obtained from Kendall's tau-b correlation test
showed that there was a significant negative relationship between spousal social support and
coworker social support in several aspects (emotional support, informational support, and
appraisal support) with work-family conflict. However, it was found that there was no
significant relationship between the social support of supervisors and work-family conflict.
The results showed that the higher the level of spousal and co-worker social support an
individual received, the lower the level of work-family conflict experienced. This research is
expected to contribute for the management of human service organizations in developing
efforts to improve the welfare in the work-family life of workers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rimba Eka Handini
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara work-family conflict dan keterikatan kerja pada ibu bekerja. Pengukuran work-family conflict dilakukan dengan alat ukut Work-Family Conflict Scale (Carlson, Derr, & Wadsworth, 2003) dan pengukuran keterikatan kerja dengan alat ukur utretch work engagement scale (Schaufeli, Bakker, & Salanova, 2006). Partisipan berjumlah 72 orang ibu yang bekerja di sektor formal baik sebagai pegawai negeri maupun pegawai swasta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan anatara work-family conflict dan keterikatan kerja pada ibu yang bekerja (r = -0,080; p = 0,507).

This research was conducted to find correlation between work-family conflict and work engagement among working mother. Work-family conflict was measured using a modification instrument named work/family conflict scale (Carlson, Derr, & Wadsworth, 2003) and work engagement was measured using a modification instrument named utrecth work engagement scale (Schaufeli, Bakker, & Salanova, 2006). The participants of this research were 72 mother who work in the formal sector, both public servant and private sector employees. The main result of this research showed that work-family conflict doesn’t have a significant relation with work engagement among working mother (r = -0,080; p = 0,507)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45605
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Greenberg, Cathy L.
Jakarta : Salemba Humanika, 2011
155.646 3 GRE w (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lieke Puspasari
"Tesis ini membahas pengaruh Work Family Conflict WFC , Family Work Conflict FWC dan stres kerja terhadap kepuasan kerja dan komitmen organisasi di lingkungan Sekretariat Kabinet RI. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan analisis jalur menggunakan Lisrel 8.7. metode pengambilan sample menggunakan teknik convenience sampling. Penelitian ini dilakukan di lingkungan Sekretariat Kabinet dengan mengambil sampel sebesar 205 responden yang terdiri dari pejabat eselon III, pejabat eselon IV dan staf.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa WFC, FWC dan stres kerja memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Hasil berikutnya menunjukkan bahwa FWC dan stres kerja meiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap komitmen organisasi namun WFC tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap komitmen organisasi. WFC memiliki pengaruh yang signifikan terhadap komitmen organisasi apabila dimediasi oleh kepuasan kerja.
Penelitian berikutnya diharapkan dapat mengikutsertakan berbagai Instansi Pemerintah sebagai populasi penelitian dan penelitian berikutnya diharapkan dapat mengukur dampak WFC dan FWC terhadap tiga aspek komitmen organisasi secara terpisah, yakni komitmen afektif, komitmen kontinuan dan komitmen normatif.

This thesis discusses the influence of Work Family Conflict WFC , Work Family Conflict FWC and work stress on job satisfaction and organizational commitment within the Secretariat of the Cabinet Affairs. This research is quantitative analysis using the path lisrel 8.7. sampling method using a convenience sampling technique. This research was conducted within the Secretariat of the Cabinet of the Republic of Indonesia by taking a sample of 205 respondents consisting of echelon III, IV echelon officials and staff.
Results from this study indicate that the WFC, FWC and work stress has a negative and significant effect on job satisfaction. The next result shows that the FWC and work stress has particularly negative and significant effect on organizational commitment but WFC does not have a significant impact on organizational commitment. WFC has a significant influence on organizational commitment when mediated by job satisfaction.
The next study is expected to involve the various government agencies as a population study and subsequent research is expected to measure the impact of WFC and FWC on three separate aspects of organizational commitment, the affective commitment, continuant commitment and normative commitment.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T48735
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Asiva Suri
"Partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja Indonesia mencapai 48,65% pada tahun 2022, menunjukkan peningkatan selama satu dekade terakhir. Partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja, terutama ibu yang bekerja, menimbulkan tantangan baru, seperti jam kerja yang panjang, karena mereka bertanggung jawab mengurus pekerjaan rumah tangga dan kantor yang membuat mereka berisiko mengalami burnout. Oleh karena itu, penelitian ini menyelidiki peran moderasi dukungan sosial dalam hubungan antara tuntutan kuantitatif dan burnout pada Ibu bekerja. Penelitian menggunakan sampel sebanyak 148 partisipan di Indonesia dengan karakteristik karyawan wanita yang sudah atau pernah menikah, berusia 21-55 tahun, memiliki anak dan bekerja minimal enam bulan di perusahaan tersebut. Penelitian ini menggunakan Oldenburg Burnout Inventory (OLBI) sebagai alat ukur burnout, Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ) sebagai alat ukur dukungan tempat kerja dan tuntutan tenaga kerja kuantitatif, dan Family Support Scale sebagai alat ukur dukungan keluarga. Analisis data dengan menggunakan macro process Hayes model 1 regresi moderasi pada program SPSS menunjukkan bahwa dukungan sosial keluarga memiliki efek moderasi terhadap hubungan antara tuntutan kerja kuantitatif dan ketidakterlibatan, sedangkan dukungan sosial tempat kerja memiliki efek moderasi terhadap hubungan antara tuntutan kerja kuantitatif dan kelelahan pada Ibu bekerja hybrid atau WFH. Ibu hybrid/WFH memiliki risiko kelelahan yang lebih rendah saat mendapatkan dukungan sosial tempat kerja yang lebih tinggi, dan Ibu hybrid/WFH memiliki risiko ketidakterlibatan yang lebih rendah saat mendapatkan dukungan sosial keluarga yang lebih tinggi . Oleh karena itu, penting untuk mendapat dukungan dari tempat kerja, baik dari atasan dan rekan kerja maupun dari keluarga dan kerabat dekat.

Women's participation in the Indonesian labor market reached 48.65% by 2022, indicating an increase over the last decade. Women's participation in the labor market, especially working mothers, raises new challenges, such as long working hours, as they are responsible for caring for household and office work that puts them at risk of burnout. Therefore, the study investigates the role of moderation of social support in the relationship between quantitative demands and burnout among working mothers. The study used a sample of 148 participants in Indonesia with the characteristics of married women employees aged 21-55 who had children and worked at least six months at the company. The work background and company background are not limited to the participant sample. This study used the Oldenburg Burnout Inventory (OLBI) as a burnout measurement tool, the Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ) as a workplace support and quantitative labor demands measuring tool, and the Family Support Scale as a family support measure. Data analysis using the macro process Hayes model 1 moderation regression in the SPSS program showed that family social support has a moderating effect on the relationship between quantitative demands and disengagement, while workplace social support had a moderate impact on the relationship between quantitative demands and exhaustion on hybrid or WFH mothers. Hybrid/WFH mothers have a lower risk of exhaustion when obtaining higher workplace social support, and hybrid /WFH mothers have a smaller risk of disengagement when getting higher family social support. Therefore, it is important to get support from the workplace, both from your superior and colleagues as well as from family and close relatives."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>