Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122990 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Husnah
"Perencanaan merupakan bagian penting dalam proses pengadaan di sebuah Apotek. Perencanaan dapat dilakukan berdasarkan metode konsumsi ataupun epidemiologi. Kelompok kelas terapi obat yang paling banyak keluar dari Apotek dalam periode tertentu dapat dijadikan prioritas dalam pengadaan untuk periode berikutnya. Pembelian obat di Apotek dapat dilakukan tanpa resep ataupun dengan resep. Oleh karena itu kelas terapi obat yang paling sering diresepkan oleh dokter merupakan salah satu pertimbangan dalam melakukan perencanaan. Data kelas terapi didapat dengan memeriksa kelas terapi setiap obat yang tertulis pada seluruh resep yang masuk ke Apotek Roxy Mangga Besar selama periode 16-22 Agustus, selanjutnya ditentukan presentase untuk tiaptiap kelas terapi. Dari analisa yang dilakukan didapatkan tiga kelas terapi utama yang paling banyak diresepkan yaitu obat obat dalam kelas terapi Antiinfeksi terutama antibiotik (32,88%), Obat untuk saluran cerna (30,96%), dan Analgesik-Antipiretik (29,62%) dari total 520 resep. Dari data yang didapatkan dapat dijadikan acuan dalam melakukan perencanaan, dimana ketiga kelas terapi tersebut dapat dijadikan prioritas atau sebagai kelompok obat yang diberikan porsi terbesar dari anggaran dalam perencanaan obat untuk pengadaan periode berikutnya.

Planning is an important part of the procurement process at a pharmacy. Planning can be done based on consumption or epidemiological methods. The drug therapy class group that leaves the pharmacy the most in a certain period can be prioritized in the procurement for the next period. Purchasing drugs at the pharmacy can be done without a prescription or by prescription. Therefore, the drug therapy class most often prescribed by doctors is one of the considerations in planning. The therapy class data obtained by examining the therapy class of each drug written on all prescriptions that have been submitted to the Apotek Roxy Mangga Besar during the period 16-22 August, then it is determined percentages for each therapy class. From the analysis carried out, it was found that the three main classes of therapy were most widely prescribed, namely drugs in the class of anti-infective therapy, especially antibiotics (32.88%), drugs for the digestive tract (30.96%), and analgesics-antipyretics (29.62%) of a total of 520 prescriptions. From the data obtained, it can be used as a reference in planning, where the three classes of therapy can be prioritized or as a group of drugs that are given the largest portion of the budget in drug planning for the procurement of the next period."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abu Hasan Alfatah
"Obat merupakan elemen penting dalam kesehatan. Penggunaan obat dengan tepat menjadi target sebagai seorang apoteker untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien di setiap sarana pelayanan kesehatan. Pelayanan kefarmasian yang dapat dilakukan untuk memastikan penggunaan obat dengan baik pada pasien yaitu dengan kegiatan pemantauan terapi obat. Tujuan pemantauan terapi obat dilakukan untuk memperkecil resiko apabila terdapat masalah terkait penggunaan obat. Tujuan dari pelaksanaan tugas ini adalah untuk mengidentifikasi dan melakukan pemantauan terapi obat pada pasien tertentu serta mengedukasi pasien untuk menggunakan obat dengan baik yang dilakukan selama Praktik Kerja Profesi Apoteker periode Agustus 2020 di Apotek Roxy Condet. Metode pelaksanaan dilakukan dengan mengumpulkan resep pasien royal Apotek Roxy Condet pada bulan Juli dan Agustus 2020, kemudian resep diidentifikasi dan dikaji berdasarkan kriteria pemenuhan pemantauan terapi obat dan di dapatkan 2 resep pasien yang terpilih yaitu resep Ny. R dan Tn D. Dari 2 resep pasien yang dipilih setelah dilakukan pengkajian dan identifikasi permasalahan terkait obat yang diberikan pada pasien, terdapat kemungkinan interaksi antar obat yang dikonsumsi. Setelah dilakukan pemantauan terapi obat resep Ny. R tidak mendapatkan hasil yang optimal karena pasien menolak untuk dilakukan pemantauan terapi, dan resep Tn. D mendapatkan respon yang baik tetapi tidak memiliki waktu yang optimal untuk dilakukan pemantauan terapi sehingga edukasi dilakukan kurang maksimal.

Medicine is an important element in health. Appropriate use of drugs is the target as a pharmacist to provide the best service to patients in every health service facility. Pharmaceutical services that can be done to ensure proper use of drugs in patients are monitoring drug therapy activities. The purpose of monitoring drug therapy is to minimize the risk if there are problems related to drug use. The purpose of carrying out this task is to identify and monitor drug therapy in certain patients and educate patients to use drugs properly during the Pharmacist Professional Work Practice for the period of August 2020 at the Roxy Condet Pharmacy. The method of implementation was carried out by collecting the Royal Apotek Roxy Condet's patient prescriptions in July and August 2020, then the recipes were identified and reviewed based on the fulfillment criteria for drug therapy monitoring and 2 selected patient prescriptions were obtained, namely Mrs. R and Mr. D. Of the 2 patient prescriptions selected after an assessment and identification of problems related to drugs given to patients, there is a possibility of interactions between the drugs consumed. After monitoring the prescription drug therapy, Mrs. R did not get optimal results because the patient refused to be monitored for therapy, and Mr. D got a good response but did not have the optimal time for monitoring therapy so that education was not optimal. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Deani Nurul Mubarika
"Setiap pasien yang mendapatkan terapi obat memiliki resiko mengalami masalah terkait obat seperti efek samping obat, kontraindikasi hingga polifarmasi. Kompleksitas penyakit dan penggunaan obat, serta respon pasien yang sangat individual meningkatkan munculnya masalah terkait obat. Hal tersebut menjadi dasar perlunya dilakukan pemantauan terapi obat dalam praktik profesi untuk mengoptimalkan efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki. Pasien dengan diagnosis epilepsi mendapatkan terapi obat keppra, depakene serta vitamin D. Pasien dengan diagnosis tukak lambung mendapatkan terapi obat pariet, dan obat racikan yang berisikan obat clast, domperidone, disflatyl, dan irbosyd. Pasien dengan diagnosis epilepsi mendapatkan terapi obat keppra (levetiracetam) dengan dosis yang tinggi sehingga apoteker perlu melakukan diskusi dengan dokter yang mendiagnosis terkait dosis yang digunakan. Pasien dengan diagnosis tukak lambung mendapatkan polifarmasi untuk terapi antiemetik sehingga perlu di hentikan salah satu dari antiemetik yang sedang dikonsumsi. Selain itu, terdapat interaksi antara obat antisekresi dengan domperidon apabila dikonsumsi secara bersamaan. Kemudian, dosis dari obat-obat racikan tidak sesuai dan perlu dilakukan peninjauan ulang atau dilakukan diskusi antara apoteker dengan dokter.

Patients who gets drug therapy has the risk of experiencing drug-related problems such as drug side effects, contraindications to polypharmacy. The complexity of the disease and drug use, as well as the highly individualized patient response increases the emergence of drug-related problems. This is the basis for the need to monitor drug therapy in professional practice to optimize the effect of therapy and minimize undesirable effects. Patients with a diagnosis of epilepsy received drug therapy for prescription drugs, depakene and vitamin D. Patients with a diagnosis of gastric ulcers received parietal drug therapy, and a concocted drug containing clast, domperidone, dysflatyl, and irbosyd drugs. Patients with a diagnosis of epilepsy receive high doses of prescription drug therapy (levetiracetam) so that pharmacists need to have a discussion with the doctor who diagnoses the dosage used. Patients with a diagnosis of gastric ulcers receive polypharmacy for antiemetic therapy so it is necessary to stop one of the antiemetics that is being consumed. In addition, there is an interaction between antisecretory drugs and domperidone when taken simultaneously. Then, the dosage of the concocted drugs is not appropriate and needs to be reviewed or discussed between the pharmacist and the doctor."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Alina Rahmadiani
"Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang memiliki prevalensi tinggi di Indonesia dan dapat menyebabkan komplikasi serius seperti stroke, penyakit jantung, dan gagal ginjal jika tidak dikelola dengan baik. Penggunaan obat-obatan antihipertensi sering kali dilakukan secara kombinasi untuk mencapai tekanan darah yang terkontrol, namun hal ini juga meningkatkan risiko terjadinya interaksi obat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis interaksi obat pada pasien hipertensi yang berobat di Apotek Roxy Pondok Labu selama periode Oktober 2023. Metode penelitian yang digunakan adalah pengumpulan resep obat yang mengandung obat antihipertensi, yang kemudian dianalisis menggunakan perangkat lunak Micromedex untuk mengidentifikasi interaksi obat yang mungkin terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa interaksi obat dengan tingkat keparahan moderate hingga major, terutama pada kombinasi obat dari golongan ACE inhibitor, ARB, dan NSAID. Kesimpulannya, interaksi obat berpotensi memengaruhi efektivitas terapi pasien dan dapat menimbulkan risiko kesehatan jika tidak diantisipasi. Oleh karena itu, diperlukan pengawasan dan evaluasi resep yang lebih cermat oleh apoteker untuk meminimalkan risiko interaksi obat dan meningkatkan keselamatan pasien.

Hypertension is a common non-communicable disease in Indonesia, known for causing serious complications such as stroke, heart disease, and kidney failure if not properly managed. Antihypertensive medications are often used in combination to achieve optimal blood pressure control, but this also increases the risk of drug interactions. This study aims to analyze drug interactions in hypertensive patients at Roxy Pharmacy, Pondok Labu, during the October 2023 period. The research method involved collecting prescriptions containing antihypertensive drugs, which were then analyzed using Micromedex software to identify potential drug interactions. The results revealed several drug interactions of moderate to major severity, particularly between ACE inhibitors, ARBs, and NSAIDs. In conclusion, drug interactions can affect patient therapy outcomes and pose health risks if not managed properly. Therefore, thorough prescription review and evaluation by pharmacists are necessary to minimize the risk of drug interactions and improve patient safety. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Shafira Apriyani
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Tujuan kegiatan PTO adalah untuk meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD). Kegiatan PTO mencakup pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan rekomendasi perubahan dan alternatif terapi. PTO harus dilakukan secara berkesinambungan dan dievaluasi secara teratur pada periode tertentu agar keberhasilan atau kegagalan terapi dapat diketahui. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh agen infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang umumnya menyerang organ paru pada manusia. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan kegiatan PTO yaitu pengumpulan data pasien melalui status pasien, data penunjang seperti data hasil pemeriksaan laboratorium, pengkajian pemilihan obat meliputi dosis, cara pemberian, waktu dan respon terapi, identifikasi masalah terkait obat, analisis pemantauan SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment dan Plan), rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat, pemantauan efektivitas dan efek samping obat. Obat-obat yang diberikan yaitu, kodein, salbutamol, vitamin B6, curcuma, N-acetylsistein, rifampisin, isoniazid, pyrazinamid, ethambutol, omeprazole, dexamethasone, ceftriaxone, ciprofloxacin, dan meropenem. Berdasarkan hasil kegiatan PTO yang dilakukan terhadap pasien Nn.S.R. adanya interaksi obat dengan kategorinya yaitu interaksi antara Rifampisin dan Isoniazid dengan kategori major, rifampisin dan pyrazinamid dengan kategori major, isoniazid dan kodein dengan kategori moderate, dan pyrazinamid dan isoniazid dengan kategori minor. Diperlukan monitor pada pemakaian obat-obat yang berinteraksi tersebut, dan monitor terhadap pemeriksaan fungsi hati.

Drug Therapy Monitoring (PTO) is a process that includes activities to ensure safe, effective, and rational drug therapy for patients. PTO activities aim to increase the effectiveness of therapy and minimize the risk of Adverse Drug Reactions (ROTD). PTO activities include reviewing drug choices, dosages, methods of drug administration, therapeutic response, adverse drug reactions (ROTD), and recommendations for changes and alternative therapies. PTO must be carried out continuously and evaluated regularly at certain periods so that the success or failure of therapy can be known. Tuberculosis is a contagious infectious disease caused by the infectious agent Mycobacterium tuberculosis which generally attacks the lungs in humans. The stages carried out in carrying out PTO activities are collecting patient data through patient status, supporting data such as data from laboratory examination results, assessment of drug selection including dosage, method of administration, time and response to therapy, identification of drug-related problems, analysis of SOAP monitoring (Subjective, Objectives, Assessment and Plan), recommendations for solving drug-related problems, monitoring drug effectiveness and side effects. The drugs given were codeine, salbutamol, vitamin B6, curcuma, N-acetylcysteine, rifampicin, isoniazid, pyrazinamide, ethambutol, omeprazole, dexamethasone, ceftriaxone, ciprofloxacin, and meropenem. Based on the results of PTO activities carried out on patients Nn.S.R. There were drug interactions with their categories, namely interactions between Rifampicin and Isoniazid in the major category, rifampicin, and pyrazinamide in the major category, isoniazid and codeine in the moderate category, and pyrazinamide and isoniazid in the minor category. Monitoring is needed on the use of these interacting drugs and monitoring of liver function tests."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tania Ikhsani Putri
"HIV (Human Immunodeficiency Virus) melemahkan sistem kekebalan tubuh dan dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) jika tidak ditangani. Terapi antiretroviral (ARV) sangat penting dalam pengelolaan HIV, tetapi memerlukan kepatuhan tinggi karena ketidakpatuhan dapat menyebabkan resistensi obat dan hasil terapi yang buruk. Penelitian ini memantau terapi obat pada pasien HIV dengan komorbiditas di RSUD Cengkareng menggunakan metode SOAP (Subjective, Objective, Assessment, Plan) untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah terkait obat (Drug-Related Problems/DRP). Masalah yang ditemukan meliputi dosis yang tidak tepat, kepatuhan yang rendah, penggunaan antibiotik yang tidak rasional, dan efek samping obat. Rekomendasi mencakup penyesuaian regimen obat, meningkatkan edukasi pasien, dan evaluasi rutin. Hasil penelitian ini menegaskan peran penting apoteker dalam mengoptimalkan terapi, mengurangi risiko, dan meningkatkan hasil pengobatan pasien.

HIV (Human Immunodeficiency Virus) weakens the immune system and, if untreated, can progress to AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), a condition marked by opportunistic infections and high mortality rates. Antiretroviral (ARV) therapy is the cornerstone of HIV management, requiring strict adherence to ensure viral suppression, improved immune function, and reduced transmission risks. However, noncompliance and drug-related problems (DRPs), such as dosing errors, irrational drug use, and adverse effects, often hinder therapeutic success. This study monitored drug therapy for hospitalized HIV patients with comorbidities at RSUD Cengkareng using the SOAP (Subjective, Objective, Assessment, Plan) method to identify and address DRPs comprehensively. Key findings highlighted issues in medication adherence, irrational antibiotic transitions without culture-based evidence, and potential adverse drug reactions such as hepatotoxicity and anemia. Recommendations included optimizing ARV regimens, ensuring rational antibiotic use based on culture results, enhancing patient counseling on medication adherence, and routine monitoring of drug effects. Additionally, pharmacists' interventions were essential in improving drug safety and effectiveness by providing tailored recommendations and ensuring the appropriateness of therapy. This research underscores the critical role of pharmacists in HIV management, particularly in identifying, preventing, and resolving DRPs, thereby supporting better clinical outcomes and enhancing patient safety. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mamay Kusumawaty
"Pertimbangan untuk memutuskan ikut kemoterapi sangat dilematis bagi pasien kanker. Kemoterapi bagi sebagian besar penderita kanker merupakan suatu pengobatan yang menakutkan bila dilihat dari efek samping dan begitu besarnya biaya yang harus dikeluarkan. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pasien kanker menolak kemoterapi di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Barat. Metode penelitian ini adalah deskriptif sederhana, melibatkan 30 responden dengan meggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang memiliki nilai Cronbach Alpha (r) = 0.8 . Hasil penelitian didapatkan pada faktor intrinsik yang berpengaruh besar yaitu keyakinan (28,9%) diikuti minat, nilai, perasaan dan pikiran; sementara faktor ekstrinsik terbesar pegaruhnya adalah tingkat sosial ekonomi (76,7%). Selain itu sebagian besar pasien kanker yang menolak kemoterapi pernah mendapat konseling yang komprehensif sebesar 66,7%. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa faktor ekstrinsik merupakan faktor terbesar yang rnempengaruhi pasien kanker menolak kemoterapi, dimana sosial ekonomi mendominasi. Penelitian ini merekomendasikan untuk peneliti selanjutnya agar mengeksplorasi hubungan atau korelasi antara faktor-faktor intrinsik dan eksrinsik mencakup seluruh faktor yang dapat mempengaruhi pasien kanker menolak kemoterapi."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5623
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Handayani
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang bertujuan untuk memahami berbagai pengalaman ILWHA (Injecting Drug User Living with HIV/AIDS) dalam menjalani terapi ARV pada saat terapi rumatan metadon. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang yang telah menjalani terapi ARV lebih dari 3 bulan dan sedang menjalani terapi rumatan metadon. Partisipan dipilih dengan cara purposive sampling. Pengumpulan data adalah dengan wawancara mendalam dan analisis serta sintesis menggunakan metode ?Colaizzi?s?. Hasil penelitian menunjukan pengalaman ILWHa dalam menjalani terapi ARV pada saat terapi rumatan metadon yang diungkapkan secara mendalam dengan berbagai penjelasan yang penuh emosi dan digambarkan dengan pernyataan-pernyataan tematik. Penelitian ini menyimpulkaan setiap ILWHA mengalami kebuaran dan lebih fungsional dalam hidup. Setiap ILWHA mengalami: 1)beban fisik akibat efek ARVdan gejala putus obat, 2)beban psikologi, yaitu ketidakberdayaan, kecemasan dan gangguan mood, 3)beban sosial, yaitu stigma dan diskriminasi serta kehilangan kesempatan bekerja. Menjalani terapi ARV pada saat terapi rumatan metadon merupakan proses pembelajaran dan dijalani dengan kepasrahan. Terdapat berbagai kebutuhan pelayanan kesehatan yaitu pelayanan yang terintegrasi antara ARV dan metadon, informasi penanggulangan efek ARV dan gizi serta informasi HIV, ARV dan emtadon bagi masyarakat. . Berdasarkan hal tersebut, perawat medikal bedah perlu memahami aspek fisik, psikologis, dan sosial serta kedinamisan ILWHA dalam terapi ARV pada saat terapi rumatan metadon selain itu juga perlu mengidentifikasi dan mengembangkan lebih lanjut kebutuhan pelayanan kesehatan pada ILWHA yang sedang menjalani terapi ARV.

ABSTRACT
This is a qualitative research with phenomenological approach which was aimed to understand ILWHA experiences in receiving ARV therapy during methadone maintenance therapy. Six participants who have had received ARV therapy for more than 3 months and were undergoing methadone maintenance therapy were chosen using purposive sampling. Data was collected with a deep interview and further was analyzed and synthesized with Colaizzi?s. The results showed ILWHA experiences in receiving ARV therapy during methadone maintenance therapy were expressed in depth with various emotional explanations and were described with thematic statements. The conclusion of this research was every ILWHA experiences fitness and more functional in live. Every ILWHA experiences: 1) physical burden as the effect of ARV and drug withdrawal, 2) psychological burden, including helplessness, anxiety and mood disturbance, 3) social burden, such as stigma, discrimination and losing opportunity to work. Receiving ARV therapy during methadone maintenance therapy is a learning process and should be through in a sincere heart. There are health service needs such as integrated service between ARV and methadone, information of ARV effects, nutrition, and knowledge related to HIV, ARV and methadone for community. Based on this fact, medical surgical nurses need to understand physical, psychological and social aspects and ILWHA dynamicity in receiving ARV therapy during methadone maintenance therapy. The nurses are also necessary to identify and develop a further nursing care needs among ILWHA who are receiving ARV."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Nadia Nurrahmah
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah salah satu pelayanan farmasi klinis yang diberikan Apoteker untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien dengan tujuan meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD). Pencatatan rekam medis pasien dianalisis menggunakan metode Subjective, Objective, Assessment dan Intervention (SOAP) untuk mengidentifikasi masalah terkait obat atau drug related problems (DRPs) berdasarkan klasifikasi PCNE (Pharmaceutical Care Network Europe). Apoteker dapat memberikan rekomendasi atau merencanakan intervensi sesuai literatur farmakoterapi, guideline dan evidencebased medicine kepada tenaga kesehatan lainnya.

Drug Therapy Monitoring (PTO) is one of the clinical pharmacy services provided by Pharmacists to ensure safe, effective and rational drug therapy for patients with the aim of increasing therapeutic effectiveness and minimizing the risk of Unwanted Drug Reactions (ROTD). Recording patient medical records is analyzed using the Subjective, Objective, Assessment and Intervention (SOAP) method to identify drug-related problems (DRPs) based on the PCNE (Pharmaceutical Care Network Europe) classification. Pharmacists can provide recommendations or plan interventions according to pharmacotherapy literature, guidelines and evidence-based medicine to other health workers."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Roro Wajdilfarah
"Rumah Sakit merupakan insitusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien Standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai serta pelayanan farmasi klinik. Salah satu pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit merupakan pemantauan terapi obat. Pemantauan terapi obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Pemantauan terapi obat memiliki tujuan untuk meningkatkan efektivitas terapi dan meminimailisir resiko reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD). Tugas khusus ini bertujuan untuk melakukan kegiatan pemantauan terapi obat (PTO) pada pasien di RSUP Persahabatan, mengkaji masalah terkait obat, dan memberi rekomendasi dan rencana terkait pemantauan terapi obat. Hasil dari tugas akhir ini adalah penyelesaian masalah terkait pasienĀ  Tn. HD dengan diagnosis CHF ec CAD dengan penyakit penyerta hipertensi, DM tipe 2 dan akut on CKD dd CKD stage 5 di Gedung rawat inap Wijaya Kusuma RSUP Persahabatan. Permasalahan terkait obat dikaji menggunakan metode Hepler dan Strands, ditemukan masalah terakit interaksi antar obat dan indikasi tanpa obat. Rekomendasi terapi dan pemantauan parameter klinis disampaikan untuk mencapai hasil terapi yang diinginkan.

Hospitals are health service institutions that provide individual health services that provide inpatient, outpatient and emergency services. Pharmaceutical service is a direct and responsible service to patients relating to pharmaceutical preparations with the aim of achieving definite results to improve the patient's quality of life. Pharmaceutical service standards in hospitals include the management of pharmaceutical preparations, medical devices and consumable medical materials as well as clinical pharmacy services. One of the pharmaceutical services in hospitals is monitoring drug therapy. Drug therapy monitoring is a process that includes activities to ensure safe, effective and rational drug therapy for patients. Monitoring drug therapy aims to increase the effectiveness of therapy and minimize the risk of advers drug reactions (ADR). This special task aims to carry out drug therapy monitoring activities for patients at Persahabatan Hospital, examine drug-related problems, and provide recommendations and plans related to drug therapy monitoring. The result of this final assignment is solving problems related to patient Mr. HD with a diagnosis of CHF ec CAD with comorbid hypertension, type 2 DM and acute on CKD dd CKD stage 5 in the Wijaya Kusuma inpatient building at Persahabatan Hospital. Drug-related problems were studied using the Hepler and Strands method, problems were found related to interactions between drugs and indications without drugs. Therapeutic recommendations and monitoring of clinical parameters are delivered to achieve the desired therapeutic results. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>