Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123470 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Josephine Indah Setyawati
"Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan kondisi medis kronis yang tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat ditekan virusnya dengan terapi obat Antiretroviral (ARV) . Obat ini harus diminum seumur hidup dengan tingkat kepatuhan 95% agar virus dapat ditekan dengan optimal. Akan tetapi banyak faktor yang memengaruhi kepatuhan pengobatan ini, salah satunya yaitu adanya perceived stigma, adanya kekhawatiran bahwa dirinya mendapatkan stigma dari lingkungan. Berbagai penelitian selanjutnya menjelaskan bahwa perceived stigma ini membuat mereka menjadi tertutup dan tidak mendapatkan akses dukungan sosial yang dibutuhkan, sehingga perceived social support menjadi menurun, dan selanjutnya berpengaruh pada pembentukan self-efficacy, faktor intrapersonal yang krusial untuk mendorong kepatuhan pengobatan. Melihat bahwa stigma HIV masih sangat kuat di masyarakat, maka penelitian ini penting untuk dilakukan, untuk melihat bagaimana perceived stigma berpengaruh pada kepatuhan pengobatan ARV, dengan menguji peran perceived social support dan self-efficacy sebagai mediator. Terdapat 100 ODHIV dari Jabodetabek yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Data diperoleh melalui kuesioner daring lalu dianalisis menggunakan analisis serial mediation. Hasilnya menunjukkan bahwa perceived social support dan self-efficacy tidak memberikan indirect effect dalam hubungan antara perceived stigma dan kepatuhan pengobatan ARV ketika dilakukan serial mediation, dan ditemukan bahwa self-efficacy secara konsisten memprediksi kepatuhan pengobatan ARV. Hasil penelitian dan limitasi dari penelitian ini akan dibahas lebih lanjut pada bagian diskusi penelitian

Human Immunodeficiency Virus (HIV) infection is a chronic medical condition that cannot be cured, but the virus can be suppressed with antiretroviral therapy (ARV). ARV must be taken for life with an adherence level of 95% to make the virus suppressed optimally. However, many factors influence adherence to this treatment, one of which is the perceived stigma. Previous studies found that perceived stigma became a barrier to disclosure and does not get adequate social support needed, so that perceived social support decreases, and then affects the development of self-efficacy, the crucial intrapersonal factor to medication adherence. Based on the phenomena that HIV stigma is still very strong in society, this research is important to do, to see how perceived stigma affects ARV medication adherence, by examining the role of perceived social support and self-efficacy as mediators. There were 100 PLHIV from Jabodetabek who participated in this study. Data obtained through online questionnaires and then analyzed using serial mediation analysis. The results showed that perceived social support and self-efficacy did not provide a significant indirect effect in the relationship between perceived stigma and adherence to ARV through serial mediation, and self-efficacy was found to consistently predicted ARV treatment adherence. The research results and limitations of this study will be discussed further in the research discussion section"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safitri Fadilla Wardhani
"Terapi antiretroviral telah terbukti efektif dalam mengurangi kematian yang disebabkan oleh HIV-AIDS. Namun, efektivitas terapi antiretroviral dipengaruhi oleh kepatuhan. Faktor yang memengaruhi kepatuhan Antiretroviral adalah keintiman suami sebagai dukungan psikososial yang dibangun di atas aspek emosional, sosial dan seksual. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara keintiman pasangan dengan kepatuhan antiretroviral. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode pengambilan sampel secara berurutan yang melibatkan 115 orang dewasa yang hidup dengan HIV-AIDS (ODHA) yang menerima Antiretroviral sebagai responden. Hasil penelitian dianalisis dengan uji Chi Square dan menunjukkan hubungan yang signifikan antara keintiman suami dengan kepatuhan antiretroviral (nilai p = 0,000; 95% CI). ODHA yang memiliki tingkat keintiman yang tinggi juga memiliki tingkat kepatuhan ARV yang tinggi. Penelitian ini bermanfaat bagi penyedia kesehatan dalam mendukung peningkatan kepatuhan ART dengan melibatkan mitra ODHA dalam program perawatan, dukungan dan pengobatan.

Antiretroviral therapy has been proven effective in reducing deaths caused by HIV-AIDS. However, the effectiveness of antiretroviral therapy is influenced by adherence. Factors that influence Antiretroviral adherence are husband's intimacy as psychosocial support that is built on emotional, social and sexual aspects. This study aims to identify the relationship between partner intimacy and antiretroviral adherence. This study used a cross sectional design with sequential sampling methods involving 115 adults living with HIV-AIDS (PLWHA) who received antiretrovirals as respondents. The results of the study were analyzed with the Chi Square test and showed a significant relationship between husband's intimacy with antiretroviral adherence (p = 0,000; 95% CI). PLWHA who have a high level of intimacy also have a high level of ARV compliance. This research is beneficial for health providers in supporting increasing ART adherence by involving PLWHA partners in care, support and treatment programs."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Intan Qolbiyah
"Infeksi Virus Human Immunodeficiency mungkin memiliki dampak psikososial pada penderitanya. Penyakit ini menciptakan stigma, yang membuat orang dengan HIV / AIDS (ODHA) cenderung menutupi status HIV mereka di masyarakat. Ketakutan ditolak dan diperlakukan secara berbeda membuat ODHA menyembunyikan perlakuan mereka. Jenis perilaku dapat mengganggu pengobatan mereka, sehingga mereka tidak mendapatkan kepatuhan dengan obat yang seharusnya 95% -100% dari dosis obat yang diberikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengungkapan status HIV dan stigma dengan kepatuhan pengobatan antiretroviral. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional pada 112 Odha di RSKO Jakarta dan Puskesmas Pasar Rebo. Instrumen yang digunakan termasuk Skala Singkat Pengungkapan HIV untuk menilai pengungkapan status HIV, Skala Stigma HIV Berger untuk menilai stigma, dan Skala Kepatuhan Pengobatan Morisky (item MMAS 4) untuk menilai kepatuhan ARV.
Hasil penelitian ini dianalisis menggunakan chi-square dan menunjukkan tidak ada hubungan antara pengungkapan status HIV dengan kepatuhan menggunakan ARV, (nilai p = 1.000; α = 0,05) dan tidak ada hubungan antara stigma dan kepatuhan ARV (nilai p = 0,849 ; α = 0,05). Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk layanan perawatan kesehatan agar lebih memperhatikan kepatuhan pengobatan pasien mereka dan memberikan dukungan kepada mereka untuk meningkatkan pengobatan mereka. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan studi orientasi seksual terlebih dahulu.

Human Immunodeficiency Virus Infection may have a psychosocial impact on the sufferer. This disease creates a stigma, which makes people with HIV / AIDS (PLWHA) tend to cover their HIV status in the community. Fear of being rejected and treated differently makes PLHIV conceal their treatment. This type of behavior can interfere with their treatment, so they do not get compliance with drugs that should be 95% -100% of the drug dose given.
This study aims to determine the relationship between disclosure of HIV status and stigma with adherence to antiretroviral treatment. This study used a cross-sectional design for 112 people living with HIV in RSKO Jakarta and Pasar Rebo Health Center. Instruments used included the HIV Disclosure Brief Scale to assess HIV status disclosure, the Berger HIV Stigma Scale to assess stigma, and the Morisky Treatment Compliance Scale (MMAS 4 item) to assess ARV compliance.
The results of this study were analyzed using chi-square and showed no relationship between disclosure of HIV status with adherence using ARVs (p value = 1,000; α = 0.05) and no relationship between stigma and ARV compliance (p value = 0.849; α = 0.05). This research is expected to be useful for health care services to pay more attention to the treatment compliance of their patients and provide support to them to improve their treatment. Suggestions for further research is to conduct a sexual orientation study first.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessi Marantika Nilam Sari
"Kurangnya kepatuhan terhadap pengobatan menjadi faktor risiko munculnya jenis HIV yang resisten terhadap obat, yang dapat ditularkan kepada orang lain. Kepatuhan terhadap pengobatan yang buruk tidak hanya membahayakan kesehatan individu tetapi juga meningkatkan penularan. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya ketidakpatuhan minum obat ARV pada ODHIV yang mendapatkan terapi ARV di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilakukan di poli HIV Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang dan waktu penelitian dilakukan pada bulan November 2023 menggunakan data sekunder. Populasi penelitian berjumlah 1.337 ODHIV yang aktif menjalani pengobatan antiretroviral di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang dengan menggunakan total sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi sehingga sampel penelitian berjumlah 1.286 ODHIV. Hasil analisis univariat menunjukan bahwa usia ≥ 35 tahun (56,45), laki-laki (61,20%), pendidikan rendah (87,10%), belum kawin atau cerai (51,92%), domisili dalam kabupaten Tangerang (55,88%), mendapatkan konseling kepatuhan (63,73%), memiliki jaminan kesehatan (51,92%), ≥5km akses layanan kesehatan (54,07%), IO non TB (40,90%), stadium lanjut (63,69%), viral load ≥40 mL (46,73%), tidak ada efek samping obat (53,34%), lamanya pengobatan >5 tahun (72,01%), masuk kedalam populasi kunci (88,01%) dan tidak mendapat dukungan (61,12%). Hasil analisis kai kuadrat secara statistik ada hubungan antara umur, jenis kelamin, status pendidikan, status perkawinan, domisili, pelayanan konseling kepatuhan, stadium klinis WHO, viral load, lamanya pengobatan ARV, kelompok populasi kunci dan dukungan teman sebaya (P-Value<0,05) dengan ketidakpatuhan minum obat ARV. Hasil analisis cox regression dengan faktor yang secara statistik berhubungan terhadap ketidakpatuhan minum obat antiretroviral pada ODHIV adalah umur (P-Value=0,01) nilai PR 1,20 dengan 95% CI (1,05-1,38), status perkawinan (P-Value=0,02) nilai PR 1,18 dengan 95% CI (1,03-1,36), domisili (P-Value=0,01) nilai PR 1,19 dengan 95% CI (1,04-1,36), viral load (P-Value=0,001) nilai PR 1,27 dengan 95% CI (1,10-1,43), lamanya pengobatan ARV (P-Value=0,005) nilai PR 1,25 dengan 95% CI (1,07-1,47), kelompok populasi kunci (P-Value=0,02) nilai PR 1,27 dengan 95% CI (1,04-1,56), dukungan teman sebaya (P-Value=0,04) nilai PR 1,15 dengan 95% CI (1,00-1,32). Faktor umur, status perkawinan, domisili, viral load, lamanya pengobatan, kelompok populasi kunci dan dukungan teman sebaya  memiliki pengaruh terhadap ketidakpatuhan minum obat antiretroviral (ARV) pada ODHIV di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang.

Lack of treatment adherence becomes a risk factor for the emergence of drug-resistant strains of HIV, which can be transmitted to others. Poor adherence to treatment harms the individual’s health and increases the risk of transmission. This study aims to observe the factors associated with the occurrence of non-adherence to taking ARV drugs in PLHIV who receive ARV therapy at the Regional General Hospital of Tangerang Regency. This type of study uses observational research with a cross-sectional design. The study was conducted at the HIV Specialist of the Regional Govern Hospital of Tangerang Regency and the time of the study was carried out in November 2023 using secondary data. The study population amounted to 1,337 PLHIV who were actively undergoing antiretroviral treatment at the Regional General Hospital of Tangerang Regency using total sampling by inclusion and exclusion criteria so that the study sample amounted to 1,286 PLHIV. The results of the univariate analysis showed that the age of ≥ 35 years (56.45), male (61.20%), low education (87.10%), unmarried or divorced (51.92%), domiciled in Tangerang district (55.88%), received compliance counselling (63.73%), had health insurance (51.92%), ≥5km of health service access area (54.07%), non-TB IO (40.90%), advanced stage (63.69%), viral load ≥40 mL (46.73%), no drug side effects (53.34%), duration of treatment ≥5 years (72.01%), entered into key populations (88.01%) and received no support (61.12%). The results of the kai squared analysis statistically showed there was an association between age, sex, educational status, marital status, domicile, adherence to counselling services, WHO clinical stage, viral load, duration of ARV treatment, key population groups and peer support (P-Value<0.05) with non-adherence to taking ARV drugs. The results of Cox Regression analysis with factors statistically related to non-adherence to taking antiretroviral drugs in ODHIV were age (P-Value = 0.01), PR value 1.20 with 95% CI (1.05-1.38), marital status (P-Value = 0.02), PR value 1.18 with 95% CI (1.03-1.36), domicile (P-Value = 0.01), PR value 1.19 with 95% CI (1.04-1.36), viral load (P-Value = 0.001), PR value 1.27 with 95% CI (1.10-1.43),  duration of ARV treatment (P-Value = 0.005), PR value 1.25 with 95% CI (1.07-1.47), key population group (P-Value = 0.02), PR value 1.27 with 95% CI (1.04-1.56), peer support (P-Value = 0.04), PR value 1.15 with 95% CI (1.00-1.32). Factors such as age, marital status, domicile, viral load, duration of treatment, key population groups and peer support have an influence on non-adherence to taking antiretroviral drugs (ARV) in PLHIV at the Regional General Hospital of Tangerang Regency."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafina Syahada Kurniawan
"Dalam membahas kepatuhan terapi antiretroviral (ARV) pada ODHIV dewasa muda, perlu mempertimbangkan berbagai proses yang terjadi dalam konteks tertentu. Terlebih lagi, HIV merupakan penyakit yang lekat dengan stigma. ODHIV dapat menghayati pandangan-pandangan negatif tentangnya yang berkaitan dengan HIV, atau disebut juga sebagai internalized stigma, dan berimbas pada penurunan kepatuhan terapi ARV. Lebih lanjut, diduga bahwa persepsi dukungan sosial dapat menjelaskan hubungan antara keduanya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran mediasi persepsi dukungan sosial dalam hubungan antara internalized stigma dan kepatuhan terapi ARV pada ODHIV dewasa muda. Penelitian kuantitatif dengan tipe korelasional ini melibatkan 60 ODHIV dewasa muda yang berusia 20—40 tahun di Indonesia yang sedang menjalani terapi ARV (Musia = 30,8; SDusia = 6,13; 88,3% laki-laki). Alat ukur yang digunakan adalah Berger’s HIV Stigma Scale-Short Form, MSPSS (Multidimensional Scale of Perceived Social Support), dan MMAS-8 (Morisky’s Medication Adherence Scale). Hasil penelitian tidak menemukan adanya korelasi signifikan di antara internalized stigma dan kepatuhan terapi ARV pada ODHIV dewasa muda. Selain itu, persepsi dukungan sosial juga tidak terbukti menjadi mediator pada hubungan antara internalized stigma dan kepatuhan terapi ARV pada ODHIV dewasa muda.

In discussing antiretroviral therapy (ART) adherence in young adults with HIV, it is necessary to address various processes that occur in certain contexts. Especially, HIV is a disease that is closely attached to stigma. People Living with HIV (PLWH) can internalize negative views about themselves related to HIV, or also known as internalized stigma. Furthermore, it is hypothesized that perceived social support can explain the relationship between the two. This study aims to look at the mediating role of perceived social support in the relationship between internalized stigma and ART adherence in young adults with HIV. This quantitative research with a correlational type involves 60 young adults with HIV aged 20—40 in Indonesia who are currently undergoing ART (Mage = 30,8; SDage = 6,13; 88,3% male). The instruments used in this study are Berger’s HIV Stigma Scale-Short Form, MSPSS (Multidimensional Scale of Perceived Social Support), dan MMAS-8 (Morisky’s Medication Adherence Scale). This study finds no significant correlation between internalized stigma and ART adherence in young adults with HIV. In addition, perceived social support is also not proven to be a mediator in the relationship between internalized stigma and adherence to ART in young adults with HIV.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safitri Fadilla Wardhani
"Antiretroviral (ARV) terbukti efektif untuk menurunkan angka kematian akibat HIV-AIDS. Namun demikian efektifitas ARV sangat dipengaruhi oleh kepatuhan Orang dengan HIV-AIDS (ODHA) dalam mengkonsumsi ARV. Salah satu faktor yang memengaruhi kepatuhan ODHA terhadap pengobatan ARV adalah intimasi pasangan sebagai bentuk dukungan psikososial bagi ODHA yang terbangun dari aspek emosional, sosial dan seksual. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan antara intimasi pasangan dengan kepatuhan pengobatan ARV. Penelitian ini menggunakan desain analitik observasional dengan pendekatan cross sectional pada 115 responden ODHA dewasa yang mendapat pengobatan ARV, sampel diperoleh dengan teknik consecutive sampling.
Hasil analisis uji Chi Square menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara intimasi pasangan dengan kepatuhan pengobatan ARV (p value = 0,000; 95% CI). ODHA yang memiliki tingkat intimasi tinggi, memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi pula. Dari hasil penelitian ini perawat dan konselor dapat melibatkan pasangan ODHA dalam memotivasi, mengawasi dan mengingatkan ODHA untuk patuh terhadap pengobatan ARV.

Antiretroviral therapy has been proven effectively in reducing mortality caused by HIV-AIDS. However, the effectiveness of antiretroviral therapy is affected by adherence. The factor that influences Antiretroviral adherence is spousal intimacy as a psychosocial support that built on emotional, social and sexual aspects. The research aimed to identify the relationship between spousal intimacy with Antiretroviral adhenrence. This research used a cross sectional design with a consecutive sampling method involving 115 adult People Living With HIV-AIDS (PLWHA) who received Antiretroviral as respondents.
The results of the research was analyzed by Chi Square test and showed a significant relationship between spousal intimacy with Antiretroviral adherence (p value = 0,000; 95% CI). PLWHA who have a high level of intimacy also have a high level of Antiretroviral adherence. This research is beneficial for the health provider in supporting the improvement of ART adherence by involving PLWHA partners in care, support and treatment programs.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firhan Nurfalah
"ABSTRACT
HIV/AIDS merupakan penyakit kegawatan yang paling berdampak pada perempuan dengan prevalensi penderita yang terus bertambah. Salah satu langkah penting untuk menurunkan penyebaran adalah dengan meningkatkan kepatuhan minum ARV. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan hubungan antara stigma dengan kepatuhan minum ARV. Sampel penelitian adalah perempuan dengan HIV yang berusis >18 tahun dan sudah minum ARV minimal 6 bulan. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional dengan metode consecutive sampling yang melibatkan 120 responden. Hasil penelitian dianalisis dengan Chi-square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara stigma dengan kepatuhan minum ARV p value = 0,045; OR 2,274; 95 CI 1,081-4,669 perempuan dengan stigma rendah berpeluang 2,247 kali lebih patuh terhadap ARV dibandingkan perempuan dengan stigma tinggi. Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pelayanan agar lebih mampu menjaga privacy dan perawat mampu mneingkatkan harga diri perempuan dengan HIV sehingga stigma internal yang mereka rasakan berkurang. Saran bagi peneliti selanjutnya adalah melakukan penelitian pada perempuan di wilayah lain atau pada laki-laki sebagai pembanding.

ABSTRACT
HIV AIDS is the most emerging disease affecting women with an increasing prevalence of patients. One important step to reduce the spread is to improve ARV adherence. The purpose of this study is to illustrate the relationship between stigma and ARV adherence. The study sample was women with HIV who were 18 years old and had been taking ARVs for at least 6 months. The design of this study using cross sectional with consecutive sampling method involving 120 respondents. The results of the study were analyzed by Chi square showed a significant association between stigma with ARV drug adherence p value 0.045 OR 2.274 95 CI 1.081-4.669. Women with low stigma were 2.247 times more likely to adherence to antiretroviral therapy than women with high stigma . This study is expected to be useful for services to better maintain the privacy and nurses are able to increase the self esteem of women with HIV so that the internal stigma they feel is reduced. Suggestions for future researchers are to conduct research on women in other regions or in men as a comparison."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessi Marantika Nilam Sari
"Kurangnya kepatuhan terhadap pengobatan menjadi faktor risiko munculnya jenis HIV yang resisten terhadap obat, yang dapat ditularkan kepada orang lain. Kepatuhan terhadap pengobatan yang buruk tidak hanya membahayakan kesehatan individu tetapi juga meningkatkan penularan. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya ketidakpatuhan minum obat ARV pada ODHIV yang mendapatkan terapi ARV di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilakukan di poli HIV Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang dan waktu penelitian dilakukan pada bulan November 2023 menggunakan data sekunder. Populasi penelitian berjumlah 1.337 ODHIV yang aktif menjalani pengobatan antiretroviral di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang dengan menggunakan total sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi sehingga sampel penelitian berjumlah 1.286 ODHIV. Hasil analisis univariat menunjukan bahwa usia ≥ 35 tahun (56,45), laki-laki (61,20%), pendidikan rendah (87,10%), belum kawin atau cerai (51,92%), domisili dalam kabupaten Tangerang (55,88%), mendapatkan konseling kepatuhan (63,73%), memiliki jaminan kesehatan (51,92%), ≥5km akses layanan kesehatan (54,07%), IO non TB (40,90%), stadium lanjut (63,69%), viral load ≥40 mL (46,73%), tidak ada efek samping obat (53,34%), lamanya pengobatan >5 tahun (72,01%), masuk kedalam populasi kunci (88,01%) dan tidak mendapat dukungan (61,12%). Hasil analisis kai kuadrat secara statistik ada hubungan antara umur, jenis kelamin, status pendidikan, status perkawinan, domisili, pelayanan konseling kepatuhan, stadium klinis WHO, viral load, lamanya pengobatan ARV, kelompok populasi kunci dan dukungan teman sebaya (P-Value<0,05) dengan ketidakpatuhan minum obat ARV. Hasil analisis cox regression dengan faktor yang secara statistik berhubungan terhadap ketidakpatuhan minum obat antiretroviral pada ODHIV adalah umur (P-Value=0,01) nilai PR 1,20 dengan 95% CI (1,05-1,38), status perkawinan (P-Value=0,02) nilai PR 1,18 dengan 95% CI (1,03-1,36), domisili (P-Value=0,01) nilai PR 1,19 dengan 95% CI (1,04-1,36), viral load (P-Value=0,001) nilai PR 1,27 dengan 95% CI (1,10-1,43), lamanya pengobatan ARV (P-Value=0,005) nilai PR 1,25 dengan 95% CI (1,07-1,47), kelompok populasi kunci (P-Value=0,02) nilai PR 1,27 dengan 95% CI (1,04-1,56), dukungan teman sebaya (P-Value=0,04) nilai PR 1,15 dengan 95% CI (1,00-1,32). Faktor umur, status perkawinan, domisili, viral load, lamanya pengobatan, kelompok populasi kunci dan dukungan teman sebaya memiliki pengaruh terhadap ketidakpatuhan minum obat antiretroviral (ARV) pada ODHIV di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang.

Lack of treatment adherence becomes a risk factor for the emergence of drug-resistant strains of HIV, which can be transmitted to others. Poor adherence to treatment harms the individual’s health and increases the risk of transmission. This study aims to observe the factors associated with the occurrence of non-adherence to taking ARV drugs in PLHIV who receive ARV therapy at the Regional General Hospital of Tangerang Regency. This type of study uses observational research with a cross-sectional design. The study was conducted at the HIV Specialist of the Regional Govern Hospital of Tangerang Regency and the time of the study was carried out in November 2023 using secondary data. The study population amounted to 1,337 PLHIV who were actively undergoing antiretroviral treatment at the Regional General Hospital of Tangerang Regency using total sampling by inclusion and exclusion criteria so that the study sample amounted to 1,286 PLHIV. The results of the univariate analysis showed that the age of ≥ 35 years (56.45), male (61.20%), low education (87.10%), unmarried or divorced (51.92%), domiciled in Tangerang district (55.88%), received compliance counselling (63.73%), had health insurance (51.92%), ≥5km of health service access area (54.07%), non-TB IO (40.90%), advanced stage (63.69%), viral load ≥40 mL (46.73%), no drug side effects (53.34%), duration of treatment ≥5 years (72.01%), entered into key populations (88.01%) and received no support (61.12%). The results of the kai squared analysis statistically showed there was an association between age, sex, educational status, marital status, domicile, adherence to counselling services, WHO clinical stage, viral load, duration of ARV treatment, key population groups and peer support (P-Value<0.05) with non-adherence to taking ARV drugs. The results of Cox Regression analysis with factors statistically related to non-adherence to taking antiretroviral drugs in ODHIV were age (P-Value = 0.01), PR value 1.20 with 95% CI (1.05-1.38), marital status (P-Value = 0.02), PR value 1.18 with 95% CI (1.03-1.36), domicile (P-Value = 0.01), PR value 1.19 with 95% CI (1.04-1.36), viral load (P-Value = 0.001), PR value 1.27 with 95% CI (1.10-1.43), duration of ARV treatment (P-Value = 0.005), PR value 1.25 with 95% CI (1.07-1.47), key population group (P-Value = 0.02), PR value 1.27 with 95% CI (1.04-1.56), peer support (P-Value = 0.04), PR value 1.15 with 95% CI (1.00-1.32). Factors such as age, marital status, domicile, viral load, duration of treatment, key population groups and peer support have an influence on non-adherence to taking antiretroviral drugs (ARV) in PLHIV at the Regional General Hospital of Tangerang Regency."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fachri Latif
"Tingkat kepatuhan pengobatan antiretroviral di Indonesia sangat rendah,
yaitu 40 - 70%, yang masih di bawah target nasional dengan tingkat
kepatuhan 95%. Berbeda dengan rata-rata nasional, Puskesmas
Jumpandang Baru justru memiliki tingkat kepatuhan pengobatan antiretroviral
pasien HIV/AIDS di atas 95%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
faktor yang paling berpengaruh terhadap kepatuhan pengobatan
antiretroviral orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Jenis penelitian bersifat observasional
analitik dengan pendekatan potong lintang. Populasi penelitian
adalah 121 ODHA yang aktif menjalani pengobatan antiretroviral di
Puskesmas Jumpandang Baru yang dipilih dengan menggunakan teknik
exhaustive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah 121 sampel.
Penelitian dilakukan pada 22 April hingga 28 Juni 2014 di klinik Voluntary
Counseling and Test Puskesmas Jumpandang Baru Makassar. Analisis data
menggunakan uji kai kuadrat dan regresi logistik. Hasil uji kai kuadrat menunjukkan
ada hubungan antara pengetahuan, persepsi, riwayat efek
samping obat, dukungan keluarga dan teman, serta interaksi antara pasien
dengan petugas layanan antiretroviral terhadap kepatuhan pengobatan antiretroviral
ODHA. Analisis regresi logistik menunjukan bahwa pengetahuan
yang baik, persepsi positif terhadap pengobatan, serta efek samping obat
yang tidak dirasakan adalah faktor yang berhubungan dengan kepatuhan
pengobatan antiretroviral. Penelitian ini menunjukkan ODHA yang tidak
merasakan efek samping obat memiliki kecenderungan terbesar untuk
patuh terhadap pengobatan antiretroviral dengan OR sebesar 13,452.
The rate of adherence to antiretroviral treatment in Indonesia is very low, at
40 - 70%, which is still below our national target (95%). Different phenomena
happens at Jumpandang Baru Primary Health Care, whose level of antiretroviral
treatment adherence above 95%. This study aimed to analyze
factors that influence the adherence to antiretroviral treatment of people li-
Efek Samping Obat terhadap Kepatuhan Pengobatan
Antiretroviral Orang dengan HIV/AIDS
Drug Side Effects on Adherence to Antiretroviral Treatment among People
Living with HIV/AIDS
Fachri Latif, Ida Leida Maria, Muhammad Syafar
ving with HIV/AIDS (PLWH). This study used observational analytic with
cross-sectional approach. The population, 121 PLWH are people who actively
undergoing antiretroviral treatment in Jumpandang Baru Primary
Health Care. By exhaustive sampling technique, the sample size of the
study was counted 121 people. The research was conducted on April 22 until
June 28 2014 at Voluntary Counseling and Test Clinic of Jumpandang
Baru Primary Health Care, Makassar. Data was analyzed using chi square
and logistic regression test. Chi square test showed the relationship between
knowledge, perception, drug side effects, family and friends support,
and well interaction between PLWH with antiretroviral providers to antiretroviral
treatment adherence among PLWH. The logistic regression analysis
indicated that high level of knowledge, positive perceived to treatment,
and no drug?s side effects were the related factors influenced antiretroviral
adherence. This result showed that PLWH who do not feel the drug side effects
has the greatest propensity to adherence to antiretroviral treatment
with an OR of 13.452."
2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Najwa Harlika Chandra
"HIV (human immunodeficiency virus) merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga mengharuskan penderitanya melakukan pengobatan Antiretroviral (ARV) sepanjang hidup penderitanya. Orang dengan HIV (ODHIV) mengalami banyak permasalahan sejak pertama kali terdiagnosis HIV positif, sehingga diperlukan resiliensi atau ketahanan pada diri ODHIV. Peneliti ingin melihat adanya hubungan antara resiliensi ODHIV dengan kepatuhan pengobatan ARV. Resiliensi diukur menggunakan kuesioner The Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) dan kepatuhan pengobatan ARV diukur dengan kuesioner Simplified Medication Adherence Questionnaire (SMAQ). Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sebanyak 107 responden di RSU Pengayoman Cipinang dipilih berdasarkan teknik purposive sampling. Hasil analisis menggunakan uji chi-square didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan secara statistic antara resiliensi ODHIV dengan kepatuhan pengobatan ARV (p < 0,05). Tingkat resiliensi ODHIV berperan penting dalam menghadapi stres dan permasalahan yang terjadi selama pengobatan berlangsung, sehingga berdampak pada peningkatan kepatuhan pengobatan ARV.

HIV (human immunodeficiency virus) is a virus that attacks the immune system, requiring the sufferer to take Antiretroviral (ARV) treatment throughout their life. People living with HIV (PLWH) have experienced many problems since they were first diagnosed HIV positive, so resilience is needed. The researcher wanted to see the relationship between PLWH resilience and ARV treatment adherence. Resilience was measured using The Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) questionnaire and ARV treatment adherence was measured using the Simplified Medication Adherence Questionnaire (SMAQ). The research design used was descriptive quantitative with a cross sectional approach. A total of 107 respondents at RSU Pengayoman Cipinang were selected based on purposive sampling technique. The results of the analysis using the chi-square test showed that there was a statistically significant relationship between PLWH resilience and ARV treatment adherence (p < 0.05). The level of resilience of PLWH plays an important role in dealing with stress and problems that occur during treatment, which has an impact on increasing ARV treatment adherence."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>