Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130167 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anak Agung Ayu Ari Widhyasari
"Musik tradisional di Indonesia merupakan suatu kekayaan budaya yang telah ada sejak jaman nenek moyang dan terus ada hingga sekarang. Musik tradisional yang beragam dan memiliki ciri khas dan unik tentunya menarik minat orang untuk mempelajarinya. Sehingga tak jarang banyak musisi – musisi dan seniman yang memadukan musik tradsional dengan musik modern untuk memunculkan ciptaan musik baru. Banyak musik tradisional Indonesia yang digunakan di luar negeri dan bahkan banyak orang asing yang mempelajari musik tradisional Indonesia seperti gamelan, angklung, gong, dan seni musik lainnya.
Bahkan banyak musisi Indonesia yang memadukan musik tradisional dengan musik modern. Sebut saja seperti Balawan dan Ethnic Percussion yang selalu membawakan musik tradisional dengan musik modern lalu ada juga grup musik Emoni yang menggunakan musik modern dan tradisional dalam membawakan semua lagunya. Bisa dikatakan hal yang dilakukan oleh kedua musisi tersebut untuk melestarikan budaya seni musik tradisional Indonesia.
Salah satu bentuk atau proses melestarikan budaya bisa dilihat pada pementasan musik Megalitikum Kuantum. Pada pementasan ini, terdapat perpaduan musik tradisional dan musik modern. Pementasan ini merupakan ide kreatif dari Rizaldie Siagian yang merupakan seorang musisi dan seniman. Megalitikum Kuantum memiliki arti langit yang merupakan atap dari segala unsur kehidupan seperti batu, air, kayu dan beberapa unsur lainnya. Unsur – unsur ini pun diambil dari seni musik tradisional Indonesia seperti jegog, gamelan, dan lain – lain.
Pementasan Megalitikum Kuantum menimbulkan beberapa Hak dan Hak Cipta dan bagaimana kedudukan seni musik tradisional dalam pementasana tersebut. Beberapa hak yang timbul dalam Hak Cipta merujuk pada Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta serta perlindungan musik tradisional merujuk pada Undang – Undang Nomor 5Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Kedua peraturan perundang – undangan tersebut memiliki ketentuan – ketentuan yang melindungi musik tradisional dan bagaimana jika muncul ciptaan baru karena perpaduannya dengan musik modern.

Traditional music in Indonesia is a cultural wealth that has existed since ancient times and continues to exist today. Traditional music that is diverse and has distinctive and unique characteristics certainly attracts people to learn it. So it is not uncommon for many musikians and artists to combine traditional music with modern musik to create new musikal creations. A lot of Indonesian traditional music is used abroad and even many foreigners have studied traditional Indonesian music such as gamelan, angklung, gong, and other musical arts. In fact, many Indonesian musikians combine traditional musik with modern music. For example, Balawan and Ethnic Percussion, who always present traditional music with modern music, then there is also an Emoni music group that uses modern and traditional music in performing all their songs. It could be said that the things done by the two musikians were to preserve the culture of Indonesian traditional music arts. One form or process of preserving culture can be seen in the Megalitikum Kuantum music performance. In this performance, there is a combination of traditional music and modern music. This performance is a creative idea from Rizaldie Siagian who is a musician and artist. Megalitikum Kuantum have the meaning of the sky which is the roof of all living elements such as stone, water, wood and several other elements. These elements are also taken from traditional Indonesian musik such as jegog, gamelan, and others. Megalitikum Kuantum performances give rise to several rights and copyrights and how the position of traditional music in the performance. Several rights arising in copyright refer Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 about Hak Cipta and and Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Both laws and regulations have provisions that protect traditional music and what if a new creation appears because of its combination with modern music."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Aurora Marsye, examiner
"Teknologi perekaman suara dan media penyimpanan informasi dijital memfasilitasi pesatnya pertumbuhan jumlah data musik yang ada saat ini. Terlebih lagi dengan kecanggihan teknologi jaringan komputer saat ini, pengguna internet dapat saling menukar koleksi musik hingga terkumpul jutaan data musik seperti koleksi yang dimiliki oleh situs layanan unduh musik. Pengorganisasian sejumlah besar data musik bukanlah hal yang mudah. Berkenaan dengan hal ini, perolehan informasi musik yang efektif menjadi suatu kebutuhan tersendiri.
Beberapa studi mulai meneliti perolehan informasi musik lagu tradisional namun belum banyak penelitian yang meneliti perolehan informasi musik daerah Indonesia. Hal ini memotivasi penulis untuk meneliti perolehan informasi musik poliponik berdasarkan isi menggunakan pendekatan sederhana yang melibatkan informasi poliponik secara keseluruhan dan efektif dengan pengujian terhadap lagu daerah Indonesia. Perolehan informasi musik yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan tahapan ekstraksi melodi dokumen musik dan kueri pengguna, pembuatan representasi teks informasi musik, pengindeksan, dan pengukuran kemiripan. Metode utama yang dibandingkan pada eksperimen adalah pengukuran kemiripan dengan pencocokan pola dan penggunaan sistem perolehan informasi teks. Koleksi yang digunakan pada eksperimen adalah 2158 musik poliponik dalam format MIDI dengan 191 lagu daerah Indonesia termasuk di dalamnya. Lima kelompok kueri dirancang dengan masing-masing terdiri dari 30 kueri monoponik lagu daerah Indonesia.
Variasi kueri yang digunakan pada eksperimen adalah panjang kueri, posisi kueri, dan jenis proses pembuatan kueri. Hasil eksperimen metode pencocokan pola dan penggunaan sistem perolehan informasi teks terhadap variasi kueri tersebut memberikan hasil sebagai berikut: penggunaan kueri panjang memberikan hasil yang lebih baik daripada kueri pendek; pemilihan posisi kueri tidak berpengaruh pada pengindeksan lagu penuh namun kueri yang dipilih dari awal lagu memberikan hasil yang lebih baik pada pengindeksan lagu sebagian; penggunaan kueri yang dibuat dengan piano virtual memberikan hasil yanghampir sama baiknya dengan kueri yang diambil langsung dari dokumen relevan; panjang kueri yang efektif adalah 14 not.
Berdasarkan hasil eksperimen yang mencakup variasi metode pengindeksan, pengukuran kemiripan, dan keragaman kueri, terlihat bahwa metode pencocokan pola dan penggunaan sistem perolehan informasi teks merupakan dua metode yang sama baiknya dan efektif untuk perolehan informasi musik."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"The traditional music of Talempong Batuang is a cultural manifestation
in rural community of Sungai Cocang, Silungkang Oso, Sawah Lunto. The
music can be played individually or in ensemble. The musical instrument
consists of one segment of bamboo whose skin is peeled to make some strings
where both ends are supported. The strings produce humming sound when
beaten‘ Talempong Batuang musical instrument has soft character of sound
and the melody is simple that suggests a sense of peace to the listeners.
The song repertoire comes from the melody of typical songs from Sungai Cocang,
Silungkang Oso that have distinctive character of Talempong Batuang, so the
melodies are always welcomed by the community. It is needed as a form of
entertainment in various contexts of ceremonies in the community, such as
wedding receptions, social events in the community, entertainment ofbakongsi
(group work) in the rice fields, and family entertainment (private) at home.
Specificity contained in Talempong Batuang music has its own
special attraction, in terms of organology and system of play."
WAE 3:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Christ Billy Aryanto
"ABSTRAK
Penelitian Mozart effect telah banyak dilakukan di negara-negara barat, tetapi belum diketahui pengaruhnya pada partisipan di Asia, khususnya Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh musik klasik barat dan musik tradisional Indonesia terhadap kemampuan penalaran spasial mahasiswa Indonesia. 37 partisipan mengerjakan tiga borang tugas spasial setelah mendengarkan Sonata for Two Pianos in D, KV. 448 karya Mozart, musik Gamelan Bali, dan hening selama 10 menit. Mood, arousal, dan kesukaan serta kelaziman terhadap lagu yang didengarkan juga diukur untuk mengetahui apakah hal tersebut memengaruhi skor penalaran spasial. Ditemukan bahwa musik karya Mozart dan musik Gamelan Bali secara signifikan meningkatkan penalaran spasial dibandingkan keadaan hening. Musik karya Mozart diketahui dapat meningkatkan mood dan arousal, sedangkan musik Gamelan Bali hanya meningkatkan arousal saja. Analisis dari kesukaan dan kelaziman lagu menunjukkan musik karya Mozart lebih disukai dibandingkan musik Gamelan Bali, meskipun kedua lagu sama-sama lazim bagi partisipan. Hasil dan saran penelitian akan didiskusikan lebih lanjut untuk mengeksplorasi hasil yang tidak konsisten dari penelitian Mozart effect sebelumnya.

ABSTRACT
Research on Mozart effect have been widely researched in western countries, but it is not known the influence on participants in Asia, especially Indonesia. This study aims to determine the effect of western classical music and Indonesian traditional music on Indonesian students rsquo spatial reasoning abilities. 37 participants did three spatial task rsquo s forms after listening to Sonata for Two Pianos in D, KV. 448 works by Mozart, Balinese Gamelan music, and silence for 10 minutes. Mood, arousal, and liking also familiarity of the songs were also measured to determine whether this affects the score of spatial reasoning. It was found that Mozart music and Balinese Gamelan music significantly improve spatial reasoning compared to the state of silence. Music by Mozart are known to improve mood and arousal, while the Balinese Gamelan music only enhances arousal. Analysis of liking and familiarity of the songs show that by Mozart music is preferred over Balinese Gamelan music, although both songs were equally familiar for participants. Results and recommendations will be discussed to explore the inconsistent results from previous studies Mozart effect."
2016
T47462
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wallach, Jeremy
""This book is an ethnographic investigation of Indonesian popular music genres and their producers and listeners during a period of dramatic political and cultural transformation." --introd.
"The book is divided into two parts. The first half examines the cultural dynamics of particular sites for the production, mediation, and reception of popular music, including record stores, recording studios, video shoots, roadside food stalls, and other public and private spaces where music is performed, consumed, discussed, and debated by Indonesians form all walks of life. The second half of the book investigates spectific live performance events as occasions when musical production, mediation, and reception processes occur simultaneously. The chapters in that half focus on three major youth-oriented popular music genre categories: dangdut, pop, and 'underground' rock." --pref."
Depok: Komunitas bambu, 2017
780.598 WAL m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitya Derisa Rasi Makara
"Tesis ini membahas tentang peranan agregator musik dalam struktur industri musik di indonesia dalam konteks agregator musik ini sebagai agen perubahan strukturasi industri musik dalam hal pendistribusian dan promosi konten musik di era perkembangan teknologi informasi dan komunikasi bagi para musisi indie. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi kasus. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ada 2 faktor utama yang mempengaruhi perubahan industri musik Indonesia. Yang pertama adalah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin maju. Dan yang kedua adalah berkembangnya musik Indie (Sidestream). Agregator musik muncul sebagai platfrom bisnis yang fokus mendistribusikan lagu ke toko musik digital di seluruh dunia. Agregator musik berperan sebagai pengganti label rekaman yang kerap kali menjadi sandungan bagi para musisi untuk memasarkan karyanya. Agregator musik melalui toko digital maupun streaming musik dianggap mampu menjawab tantangan era digital dalam hal distribusi dan promosi karya musik. Terlebih, agregator musik dianggap mampu mewadahi karya-karya musisi baru atau musisi indie yang seringkali mengalami kesulitan luar biasa untuk memperkenalkan karya musiknya.

This tesis discusses about the role of Music Aggregator in structur change of music industry in Indonesia in the context that music aggregator is as an agent to change music industry in term of music distribution and promotion content in the growing information and communication technology era for indie musicians. The thesis applies qualitative design with case study design. The study concluded that two main factor which affect of Indonesia music industry change. The first factor is the rapid growth of information and communication technology. The second factor is the rise of Indie Music (Sidestream). Music Aggregator becames a business platform that focuses on distributing songs to digital music stores all around the world. Music Aggregator contributes as subtitutive record label that alwasy hampers all musician to market their creation. Music Aggregator through digital music store or streaming music platform is able to answer the challenges of digital era in the term of music content distribution and promotion. Music aggregator can collect creations of new musicians or indie musicians who often experience extraordinary diffuculty to introduce their creations."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T46318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evan Eka Wijaya
"Klasifikasi genre musik merupakan salah satu bidang dari Music Information Retrieval (MIR) yang menggunakan pola-pola spektral dalam rekaman audio digital sebagai fitur untuk membentuk sebuah sistem yang dapat menentukan genre dari sebuah musik secara otomatis. Beberapa model deep learning telah dikembangkan untuk memperoleh performa terbaik dalam melakukan klasifikasi genre musik. Tiga di antaranya adalah Convolutional Neural Network (CNN), Long Short-Term Memory (LSTM), dan model hybrid CNN-LSTM. Walaupun model- model tersebut mampu memberikan hasil yang cukup memuaskan, model-model tersebut memiliki kekurangan masing-masing. Model CNN kurang dapat memperhitungkan urutan-urutan fitur pada data berurutan dan model LSTM tidak dapat melakukan komputasi secara paralel. Ketiga model tersebut juga membutuhkan pengulangan dan konvolusi yang kompleks, serta waktu yang cukup panjang untuk perhitungan berurutan. Transformers merupakan arsitektur model yang tidak lagi mengandalkan recurrence/pengulangan, melainkan mekanisme attention yang dapat memperhitungkan urutan-urutan data pada data berurutan dan melakukan perhitungan paralel sehingga jangka waktu yang dibutuhkan dalam perhitungan lebih singkat. Melihat keberhasilan dan kepopuleran dari Transformer pada berbagai bidang seperti Bidirectional Encoder Representations from Transformers (BERT) pada bidang Natural Language Processing dan Vision Transformers pada bidang Computer Vision, pada skripsi ini dilakukan analisis mengenai kinerja model Transformers dalam permasalahan klasifikasi genre musik dibandingkan dengan model CNN, LSTM, dan CNN-LSTM.

Music genre classification is one of the fields of Music Information Retrieval (MIR) that uses spectral patterns in digital audio recording as features to build a system that can automatically classify a music’s genre. Several deep learning models have been developed to get the best performance in classifying music genres. Three of them are Convolutional Neural Network (CNN), Long Short-Term Memory (LSTM), and hybrid CNN-LSTM model. Although those models can give satisfactory results, each model has their own weakness. CNN is less able to consider the sequences in sequential data and LSTM is not able to do parallel computation. All these models also require complex recurrences and convolutions, as well as quite a long time for sequential calculations. Transformers is a model architecture that no longer relies on recurrences, but rather on an attention mechanism that can consider the sequences in data and perform parallel calculations so that the time required for calculation is shorter. Looking into the success and popularity of Transformers in various fields such as BERT in the field of NLP and Vision Transformers in the field of Computer Vision, this thesis analyzes the performance of Transformers on music genre classification compared to CNN, LSTM, and CNN-LSTM."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>