Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161129 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitorus, Ferry Maurist
"Ketidaksesuaian antara kualifikasi pendidikan dan pekerjaan (educational mismatch) adalah isu yang masih sering terjadi di pasar kerja Indonesia. Salah satu implikasi yang dihasilkan dari educational mismatch adalah pendapatan yang diterima tidak sesuai dengan kualfikasi pendidikan yang dimiliki. Studi ini mencoba mengkaitkan fenomena educational mismatch dengan isu migrasi internal. Sehingga studi ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh educational mismatch pada pendapatan pekerja lebih khusus pekerja pendatang dan lokal. Pembahasan educational mismatch lebih spesifik pada pekerja pendatang dan pekerja lokal karena kedua jenis pekerja ini memiliki potential earning yang cukup berbeda. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2019. Unit analisis yang digunakan yaitu pekerja berstatus buruh/karyawan/ pegawai selain TNI/ POLRI berusia 15-64 tahun ke atas. Hasil penelitian menunukkan bahwa pekerja pendatang lebih cenderung mengalami overeducation dibandin pekerja lokal dan sebaliknya pekerja lokal lebih cenderung mengalami undereducation dibanding pekerja pendatang. Kemudian dari hasil analisis regresi linier berganda ditemukan bahwa pekerja pendatang mengalami wage penalty yang lebih besar dibanding pekerja lokal.

The mismatch between educational and occupational is an issue that still frequently occurs in the Indonesian job market. One of the implications from educational mismatch is the wages that received don’t match with the educational qualification. This study tries to link the education mismatch phenomenon with internal issues. So this study aim to determine the effect of educational mismatch on workers earning, especially migrant and native workers. The discussion of educational mismatch is more specific to migrant and native workers because these two types of workers have quite different potential earning. The data used in this study was gained from the National Labor Force Survey (Sakernas) August 2019. The unit of analysis used are workers that have status as labor / employee / employees other than TNI/ POLRI who are 15-64 years old. The results showed that migrant workers were more likely to overeducation than native workers and local workers were more likely to undereducation than migrant workers. Then from the analysis of multiple linear regression found that migrant workers have a higher wage penalty than local workers."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Amalia
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari atribut produk pada minuman kopi termasuk konten sensorik, konten fungsional, dan kemasan merek terhadap persepsi nilai termasuk nilai utilitarian dan hedonis, kepuasan konsumen dan loyalitas termasuk pembelian kembali, positif WOM, dan keinginan membeli lebih. Penelitian ini juga merupakan studi komparasi antara merek kopi lokal dan juga global. Dalam penelitian ini terdapat 189 responden pada konsumen kopi lokal dan 191 responden pada konsumen kopi global. Penelitian ini menggunakan SEM dalam menganalisis data hasil survey.
Penemuan yang dihasilkan mengindikasi bahwa atribut produk tidak dapat membentuk nilai utilitarian maupun hedonis pada konsumen kopi lokal. Namun persepsi nilai dapat mempengaruhi kepuasan konsumen dan juga loyalitas. Penelitian ini juga menghasilkan bahwa nilai utilitarian lebih dominan dalam mempengaruhi kepuasan konsumen, serta kepuasan konsumen lebih mendorong terbentuknya positif WOM dibanding formasi loyalitas lainnya. Penelitian ini dapat menjadi referensi dalam menentukan strategi komunikasi perusahaan.

The purpose of this study was to examine the effects of product attributes on coffee drinks including sensory content, functional content, and packaging branding on perceived value including utilitarian and hedonic values, consumer satisfaction and loyalty including repurchase intention, positive WOM, and willingness to pay more. This study is also a comparative study between local and global coffee brands. In this study there are 189 respondents on local coffee consumers and 191 respondents on global coffee consumers. Structural Equation Modelling was employed to analyse the survey data.
The findings indicate that product attributes cannot form utilitarian or hedonic values in local coffee consumers. But perceived value can affect consumer satisfaction and also loyalty. This study also found that utilitarian value have a dominant influence on consumer satisfaction, and consumer satisfaction is more encouraging the formation of positive WOM than other loyalty formation. This study can serve as a reference in determining the company 39 s communication strategy.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rininta Irientantya
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara motivasi pekerja dan kepuasan pekerja, dengan pengaruh pendidikan dan kesesuaian pekerjaan sebagai efek moderasi. Hubungan dan efek antara pekerja di dua negara, Indonesia dan Belanda juga akan ditentukan.Berikutnya, penelitian ini juga akan menjelaskan bagaimana motivasi pekerja memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap motivasi pekerja, namun tidak memiliki efek yang lebih besar atau lebih rendah antara pekerja Indonesia dan Belanda. Selanjutnya, kesesuaian pendidikan dengan pekerjaan tidak memoderasi hubungan antara motivasi pekerja dan kepuasan pekerja.

ABSTRACT
The purpose of this research is to find out the relationship between workers motivation and workers satisfaction, with the effect of education and occupation match as moderation effect between the relationships. The relationship and the effect between workers in two countries, Indonesia and Netherlands will also be determined. Later on, this paper would also explain that workers motivation has positive significant influence to workers motivation, but does not have greater or lower effect between Indonesian and Dutch workers. Further, the education occupation match does not moderate the relationship between workers motivation and workers satisfaction."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Keisya Alysha Puteri Sandiya
"Mobilitas pekerjaan adalah fenomena yang umum terjadi di pasar tenaga kerja dan terkait erat dengan kecenderungan pekerja untuk berhenti. Hal ini mengacu pada kemungkinan pekerja meninggalkan pekerjaan mereka dalam jangka waktu tertentu. Di pasar tenaga kerja Indonesia, berbagai indikator seperti mencari pekerjaan saat bekerja (Job Hunt), kesediaan untuk menerima tawaran pekerjaan lain (Job Hop), dan tanpa pelatihan di tempat kerja (Sans OJT) digunakan untuk mengidentifikasi kecenderungan pekerja untuk berhenti. Masalah ini dapat menyebabkan biaya organisasi dan berdampak pada produktivitas dan ekonomi. Studi ini mengeksplorasi dampak job vertical mismatch, upah, dan interaksi keduanya terhadap kecenderungan pekerja untuk berhenti bekerja di pasar tenaga kerja Indonesia, dengan menggunakan metode regresi logistik dengan data SAKERNAS dari Agustus 2021 dan 2022. Hasil analisis menunjukkan undereducated mengurangi kemungkinan berhenti bekerja, sementara overeducated justru meningkatkan. Selain itu, pekerja undereducated lebih cenderung menghindari job hop daripada job hunter, sedangkan pekerja overeducated lebih cenderung untuk job hop. Selain itu, pekerja undereducated lebih kecil kemungkinannya untuk sans OJT, sementara hal yang sebaliknya pada overeducated. Upah yang lebih tinggi secara signifikan mengurangi kemungkinan pekerja untuk berhenti bekerja, dengan upah pekerja undereducated cenderung meningkatkan. Pada tahun 2021 menunjukkan kecenderungan untuk berhenti lebih rendah, sedangkan tahun 2022 lebih tinggi, seiring pemulihan pasar tenaga kerja pasca pandemi COVID-19.

Job mobility is a prevalent phenomenon in the labor market and is closely linked to workers' tendency to quit. This refers to the likelihood of workers leaving their jobs within a specific timeframe. In the Indonesian labor market, various indicators such as job searching while employed (Job Hunt), willingness to accept other job offers (Job Hop), and without on-the-job training (Sans OJT) are used to identify workers' tendency to quit. This issue can lead to organizational costs and impact productivity and the economy. This study explores the impact of job-vertical mismatch, wage, and their interplay on workers' tendency to quit in Indonesia's labor market, using logistic regression methods with SAKERNAS data from August 2021 and 2022. The analysis shows that being undereducated reduces the likelihood of quitting while overeducated increases it. Additionally, undereducated individuals are more inclined to avoid job hopping than job hunting, whereas overeducated individuals tend to job hop more. Moreover, undereducated workers are less likely to sans OJT, while the opposite holds for overeducated workers. Higher wages significantly reduce the likelihood of workers quitting, with undereducated workers' wages increasing their tendency to quit. Overall, the results for 2021 indicate a lower tendency to quit. In contrast, by 2022, there is an increase in job mobility expectations, likely influenced by the labor market rebound due to the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurina Paramitasari
"Pendidikan adalah investasi penting dalam sumber daya manusia. Perluasan pendidikan tanpa penambahan kesempatan kerja akan berdampak buruk. Pendidikan harus selaras dengan kebutuhan pasar tenaga kerja untuk memaksimalkan sumber daya manusia. Jika hal ini tidak terjadi, maka akan timbul ketidaksesuaian antara pekerjaan dan pendidikan. Ketidaksesuaian antara pekerjaan dan pendidikan dapat menjelaskan fenomena pengangguran. Ketika tenaga kerja melebihi permintaan, tingkat pengangguran meningkat. Dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencari pekerjaan yang cocok atau menerima pekerjaan yang tidak sesuai dengan tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki. Studi ini berfokus pada ketidaksesuaian pekerjaan dan pendidikan di kalangan lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK), yang merupakan sumber pengangguran terbesar di Indonesia. Studi ini menggunakan data Sakernas tahun 2017–2019 untuk menyediakan analisis komprehensif tentang ketidaksesuaian pekerjaan dan pendidikan di kalangan lulusan SMK, dimulai dari prevalensinya, selanjutnya menyelidiki faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya, dan terakhir mengkaji dampaknya terhadap upah. Studi ini membahas tiga jenis ketidakcocokan pekerjaan-pendidikan: overeducation (ketika tingkat pendidikan melebihi yang dipersyaratkan), horizontal mismatch (ketika keterampilan berbeda dari yang dibutuhkan), dan real mismatch (mengalami overeducation maupun horizontal mismatch). Dengan menggunakan metode analisis jabatan, penelitian ini menemukan kasus ketidakcocokan pekerjaan-pendidikan, khususnya horizontal mismatch dalam kasus yang tinggi. Setelah mengendalikan endogenitas dan bias pemilihan sampel, penulis menemukan hubungan negatif antara ketidaksesuaian pekerjaan-pendidikan dan kepadatan pekerjaan, yang merupakan ukuran aglomerasi. Kepadatan pekerja yang tinggi efektif mengurangi resiko pekerja lulusan SMK mengalami ketidakcocokan pekerjaan dan Pendidikan. Analsisi sub-sampel pada lima wilayah aglomerasi di Indonesia—Jabodetabek, Gerbang Kertosusilo, Kedung Sepur, Mebidangro, and Sarbagita— mendukung hasil temuan utama. Jabodetabek adalah yang paling kurang efisien dibandingkan wilayah aglomerasi lainnya dalam mengatasi ketidakcocokan pekerjaan dan pendidikan pada lulusan SMK. Aglomerasi mempunyai peran penting dalam proses pencocokan pekerjaan dan pendidikan utamanya pada pekerja usia muda yang bekerja di sektor industri dengan jurusan teknik. Penulis juga menemukan bahwa ketidaksesuaian pekerjaan dan pendidikan mengakibatkan upah yang lebih rendah. Horizontal mismatch dan real mismatch mengakibatkan penurunan upah secara signifikan, sementara pekerja yang overeducated tidak terkena dampaknya. Studi ini juga menemukan bahwa real mismatched workers (mereka yang mengalami dua jenis ketidaksesuaian) mempunyai hukuman upah yang paling besar.

Education is a significant investment in human capital. Educational expansion without increasing job opportunities will have a detrimental effect. Education must be aligned with labor market needs to maximize human capital. In the absence of this, a job-education mismatch occurs. Job-education mismatches can explain the phenomenon of unemployment. When labor exceeds demand, the unemployment rate rises. It takes longer to find a matching job or to accept a job that does not match the level of education and skills possessed. This study focuses on the job-education mismatch among vocational secondary school (SMK) graduates, Indonesia's largest unemployment source. This study uses Sakernas data from 2017–2019 to provide a comprehensive analysis of job-education mismatch among SMK graduates, starting with prevalence, next investigating what factors affect it, and finally examining its impact on wages, one of the most important labor market outcomes. This study discusses three types of job-education mismatch: overeducation (when education levels exceed those required), horizontal mismatch (when skills differ from those required), and real mismatch (both overeducation and horizontal mismatch). Using job analysis methods, this study found cases of job-education mismatch, especially horizontal mismatch in higher cases. After controlling endogeneity and sample selection bias, the authors found a negative relationship between job-education mismatch and employment density, a measure of agglomeration. A higher employment density effectively reduces the risk of a job-education mismatch. Subsample analysis in five agglomeration regions in Indonesia—Jabodetabek, Gerbang Kertosusilo, Kedung Sepur, Mebidangro, and Sarbagita—supports the main study's findings. Among these regions, Jabodetabek is the least efficient in addressing the job-education mismatch among vocational school graduates. Agglomeration plays a significant role in the job-education matching process, particularly for young vocational school graduates majoring in engineering and working in the industrial sector. The author also found that job-education mismatches result in lower wages. Horizontal and real mismatches result in significantly reduced wages, while overeducated workers are unaffected. This study also found that really mismatched workers (those with two types of mismatches) had the greatest wage penalty. This negative effect is most pronounced for female graduates of SMK, recent graduates between the ages of 18 and 24, individuals with specialized skills in engineering, and those employed in the industrial sector."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsa Marliana
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis bagaimana pengaruh globalisasi hukum terhadap pekerja/buruh migran Indonesia yang bekerja di Malaysia dan Hong Kong. Penulis menggunakan metode penelitian sosio legal dengan studi kepustakaan dan wawancara di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja/buruh migran tidak diberikan kesempatan untuk membuat perjanjian kerja, melainkan negara yang membuat klausula perjanjian kerja untuk melindungi warga negaranya. Hal ini dikarenakan perjanjian kerja antara pekerja/buruh migran dengan majikan, adalah perjanjian kerja yang melintasi yurisdiksi negara pengirim dan penerima. Klausula besaran gaji dibuat kosong untuk memberikan kebebasan menenetukan besarannya antara pekerja/buruh migran dengan majikannya. Tetapi besarnya gaji di lapagan ditentukan oleh agen pengirim.

Abstract
This research aimed to describe and analyze the impact of globalization of law to Indonesian migrant workers who work in Malaysia and Hong Kong. The Researcher use socio-legal research method with literature studies and field research. The research shows that migrant workers have no opportunity to directly negotiate the employment contract. However, the States drafted clauses of the contract to protect its migrant workers. It is because the employment contracts between the migrant workers and the employers were contracts which across the jurisdiction of the sending and receiving States. The clause of remuneration was deliberately unfilled to allow the parties to determine its amount. In fact, the amount of remuneration was determined by the sending agents."
2012
S42441
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Madina Rizqia
"Ketimpangan antar jenis kelamin di pasar tenaga kerja Indonesia masih terjadi. Hal ini memicu pekerja perempuan untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi agar dapat bersaing dengan pekerja laki laki, sehingga pekerja perempuan mengalami job-education mismatch karena memiliki pendidikan yang lebih tinggi dari yang dibutuhkan oleh pekerjaannya. Baik studi mengenai job-education mismatch maupun studi mengenai selisih antara upah pekerja laki-laki dan pekerja perempuan sudah banyak berkembang, namun belum banyak studi yang melihat hubungan antara keduanya.
Penelitian ini diharapkan mampu menemukan bagaimana job-education mismatch mempengaruhi selisih upah antara pekerja laki-laki dan pekerja perempuan di Indonesia. Data yang digunakan adalah data SAKERNAS Agustus 2016. Status mismatch ditentukan dengan job-evaluation method menggunakan standar ISCO 2008 dan ISCED 1997.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan, pekerja yang mengalami overqualified menerima wage penalty, pekerja yang mengalami underqualified menerima wage premium, dan mismatch pada pekerja perempuan memperburuk wage gap antara pekerja laki-laki dan perempuan.

Gender disparity still exists in Indonesias labor market. Discrimination between female and male workers then triggers female workers to achieve a higher education to be able to compete with male workers. That leads female workers to have a mismatch between their job and education, because they are overqualified for their jobs. Even though both studies about job education mismatch and females wage gap are already done by so many researchers, but less discuss about the relationship between them.
This research aims to find out how job education mismatch affects gender wage gap in Indonesia. This research used SAKERNAS August 2016 data. The mismatch status is obtained with job evaluation method using ISCO 2008 and ISCED 1997 standards.
The result of the research shows that overall, overqualified workers receive wage penalty, underqualified workers receive wage premium, and mismatch worsens the wage gap between male and female workers.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Agung Pribadi Heriawan
"Serat ijuk semakin menarik untuk diteliti sebagai bahan pengisi polimer. Dengan memodifikasi permukaan serat ijuk, didapatkan selulosa mikrofibril (MFC) yang berbasis ijuk untuk kemudian dicampurkan dengan polimer membentuk produk berbasis MFC ijuk. Namun morfologi, kompatibilitas, stabilitas termal MFC berbasis ijuk terhadap sifat produk polimer perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan dibandingkan karakteristiknya dengan produk berbasis bubble glass.
Dalam penelitian ini telah dilakukan proses pencampuran lelehan panas dengan menggunakan mesin rheomix yaitu antara MFC berbasis ijuk dan bubble glass dengan polipropilena jenis homopolimer. Kandungan MFC berbasis ijuk dan bubble glass dalam campuran adalah 0,3; 0,6; dan 1 wt% dalam tiap 50 gram homopolimer polipropilena dengan variasi temperatur 160, 175, dan 190°C selama 15 menit.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa dengan penambahan MFC berbasis ijuk dan bubble glass dapat menurunkan temperatur leleh (Tm) dan menaikan temperatur dekomposisi (Td), kecuali Td produk berbasis bubble glass akibat karakteristik bubble glass yang amorf. Tm maksimum produk berbasis MFC ijuk dan bubble glass didapatkan pada komposisi yang sama yaitu 0,3 wt% masing-masing sebesar 160,68°C dan 161,29°C. Sedangkan pada Tm maksimum produk berbasis MFC ijuk dan bubble glass masing-masing didapatkan pada temperatur pencampuran 190°C sebesar 160,66°C dan 175°C sebesar 162,52°C. Untuk Td maksimum produk berbasis MFC ijuk dan bubble glass didapatkan pada komposisi 1 wt% sebesar 256,08°C dan 0,3 wt% sebesar 296,07°C. Sedangkan pada Td maksimum produk berbasis MFC ijuk dan bubble glass masing-masing didapatkan pada temperatur pencampuran 175°C sebesar 270,72°C dan 160°C sebesar 290,12°C.

Ijuk fiber more interesting to study as a filler material for polymer. By modyfiying the surface fibers, microfibrilscellulose (MFC) ijuk-based obtained and then mixed it with polymer to form MFC ijuk-based products. However morphology, compatibility, thermal stability of MFC ijuk-based towards polymer product need further research and compared its characteristic with glass bubblebased products.
In this research has been carried out the process of hot-melt mixing using a rheomix machine that is between MFC ijuk-based and glass bubble with homopolymer type of polypropylene. The content of MFC ijuk-based and glass bubble in the mixture is 0.3; 0.6; and 1%wt in each 50 grams of homopolymer polypropylene with a temperature variation of 160, 175, and 190°C for 15 minutes.
The result showed that with the addition of MFC ijuk-based and glass bubblebased can lower the melting temperature (Tm) and raise the decomposition temperature (Td), except Td of glass bubble-based products due to the amorphous characteristics of glass bubble. The maximum Tm of MFC ijuk-based and glass bubble products obtained in the same composition that is 0,3%wt at 160.68°C and 161.29°C, respectively. In other side, the maximum Tm MFC ijuk-based and glass bubble-based obtained at mixing temperature of 190°C at 160.66°C and 175°C at 162.52°C, respectively. For maximum Td of MFC ijuk-based and glass bubble-based products obtained on the composition of 1%wt at 256.08°C and 0.3%wt at 296.07°C. In other side, the maximum Td of MFC ijuk-based and glass bubble product obtained at mixing temperature of 175°C at 270.72°C and 160°C at 290.12°C, respectively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45868
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrotul Munawwaroh
"Teknologi komunikasi personal telah tersebar di berbagai kelompok usia, membuat hubungan antara manusia dengan teknologi terjadi semakin mendalam. Berdasarkan orientasi teoritis apparatgeist, penelitian ini mengkomparasi persamaan dan perbedaan persepsi serta penggunaan smartphone pada pekerja migran Indonesia yang mendapatkan kehidupan krusial, dukungan sosial, serta mencapai tujuan melalui smartphone. Menggunakan paradigma positivis, pendekatan kuantitatif, metode survei terhadap 142 responden, dan menganalisis 6 variabel dependen menggunakan ANOVA serta post hoc, hasil menunjukkan bahwa tidak semua hipotesis yang diajukan dapat diterima. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa persamaan dari generasi X, Y, dan Z terdapat pada variabel sikap terhadap smartphone di ruang publik dan penggunaan smartphone untuk tujuan instrumental. Generasi Z memiliki frekuensi komunikasi yang lebih intens melalui pesan serta penggunaan smartphone untuk tujuan ekspresif. Generasi Y memiliki kecenderungan paling tinggi dalam mempersepsikan smartphone sebagai barang fashion berdasarkan tampilannya dan memiliki toleransi yang paling tinggi dalam penggunaan smartphone di ruang publik. Generasi X memiliki tujuan paling kuat dalam menggunakan smartphone untuk keamanan.

Widespread of personal communication technology across various age groups create a deeper relation between machines and humans. Based on the apparatgeist theoretical orientation, this study compares the similarities and differences in perceptions and use of smartphones among Indonesian migrant workers who obtain crucial livelihoods, social support, and achieve goals through smartphones. Using a positivist paradigm, a quantitative approach, a survey method of 142 respondents, and an analysis of six dependent variables using ANOVA and post hoc tests, the results show that not all hypotheses can be accepted. The findings suggest similarities between the X, Y, and Z generations in the variables of attitudes toward smartphones in public spaces and the use of smartphones for instrumental purposes. Generation Z has the highest frequency of communication through messages and the use of smartphones for expressive purposes. Generation Y has the highest tendency to perceive smartphones as fashion items based on their appearance and has the highest tolerance for using smartphones in public spaces. Generation X has the strongest intentions of using smartphones for safety/security."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Rosalina
"Kewirausahaan secara luas diakui sebagai faktor penentu yang dapat meningkatkan pembangunan sosial dan ekonomi, baik di negara maju ataupun berkembang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh efikasi diri kewirausahaan dan kepribadian proaktif terhadap niat berwirausaha melalui sikap terhadap kewirausahaan di antara mantan pekerja migran. Penelitian ini menggunakan metodologi berbasis survei dan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 27 item dengan  penilaian lima poin skala Likert untuk 195 mantan pekerja migran. Penelitian dilakukan di Kota/Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Selanjutnya, studi ini menggunakan pemodelan persamaan struktural dan confirmatory factor analysis untuk menguji hipotesis yang diajukan. Perangkat lunak Lisrel digunakan untuk menganalisis dan menguji tujuh hipotesis yang dibuat berdasarkan model penelitian. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh tidak langsung pada hubungan antara kepribadian proaktif dan niat berwirausaha melalui sikap berwirausaha, namun efikasi diri kewirausahaan ditemukan memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap niat berwirausaha. Selain memberikan kontribusi penting terhadap literatur kewirausahaan, temuan ini juga memberi wawasan baru bagi pembuat kebijakan dan pihak terkait untuk mengembangkan perilaku kewirausahaan para mantan pekerja migran, serta memberikan perhatian pada berbagai elemen kunci yang mempengaruhi proses pembentukan perilaku kewirausahaan.

Entrepreneurship is widely recognized as a determining factor that can improve social and economic development, both in developing and developed country. The purpose of this study is to examine the effects of entrepreneurial self-efficacy and proactive personality on entrepreneurial intentions among migrant returns through attitude toward entrepreneurship. This research employs a survey-based methodology and uses a 27-item questionnaire with five-point Likert for a total sample of 195 migrant returns. The research was conducted in Kupang City/Regency, East Nusa Tenggara province, Indonesia. Further, the study employs the structural equation modelling and confirmatory factor analysis to test the proposed hypotheses. Lisrel were used to analyse and test seven hypotheses derived from the research model. The results show the indirect effect on the relationship between proactive personality and entrepreneurial intention through attitude towards entrepreneurship, while entrepreneurial self-efficacy is found to have negative significant effect on entrepreneurial intention. By doing so, this study gives important contributions to the literature of entrepreneurship. The findings also provide policy makers with important insights how to develop entrepreneurial intentions on post migrant workers and give attention to key elements of the entrepreneurial process"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>