Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 209191 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Femy Sanana Sanvia
"Sektor bangunan gedung merupakan salah satu pengguna energi listrik terbesar. Sistem pada bangunan gedung yang menggunakan energi listrik terbesar, antara lain adalah sistem tata udara, sistem pencahayaan, dan sistem transportasi gedung. Energy Saving Performance Contract (ESPC) dapat menjadi salah satu alternatif dalam mendukung implementasi efisiensi energi pada sektor bangunan gedung hingga 10-30%. Studi ini menginvestigasi penerapan ESPC dalam Replacement perangkat sistem tata udara pada gedung, yaitu Chiller. Replacement perangkat Chiller dapat menghasilkan efisiensi energi listrik sebesar 1200 MWh/tahun atau mengurangi konsumsi energi listrik hingga 34% dengan investasi payback period 5 tahun. Studi ini dapat diperluas untuk mengembangkan penerapan ESPC di Indonesia.

Building sector is one of the biggest electricity energy consumption. Building’s system that used the biggest electrical energy consumption, are air conditioning systems, lighting systems, and building transportation systems. Energy Saving Performance Contract (ESPC) could be an alternative to support implementation of energy efficiency in the building sector up to 34%. This study investigates the application of ESPC in the Replacement of the air conditioning system in the building, Chiller. Chiller Replacement can produce 1200 MWh/year energy efficiency or reduce 34% electrical energy consumption with a 5-year payback period investment. This study can be broadened to develop application of ESPC in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adityo Nurcahyo
"Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan akan mengalami peningkatan yang signifikan, diperlukan ketersediaan dan suplai energi yang memadai.  Pertumbuhan ekonomi juga akan mendorong konsumsi energi yang tinggi. Energi baru terbarukan (EBT) seperti matahari, angin, panas bumi, air, bio energi dan gelombang laut dinilai dapat mendukung memenuhi kebutuhan energi di masa depan. Pemerintah Indonesia juga telah menetapkan pengembangan EBT sebagai prioritas pembangunan di masa depan Efisiensi energi di industri pulp dan kertas sangat penting untuk mengurangi penggunaan energi dan biaya produksi. Menurut sebuah kajian efisiensi energi di industri pulp dan kertas, kebutuhan energi industri pulp dan kertas akan menurun sebesar 12,5% pada tahun 2027 dengan skenario efisiensi energi. Potensi penghematan energi industri pulp dan kertas mulai tahun 2023 sebanyak 8,4 juta SBM dan menjadi 16,9 juta SBM pada tahun 2027. Untuk memenuhi kebutuhan energi di masa depan diperlukan penelitian yang lebih spesifik terhadap industri pulp dan kertas guna berkontribusi dalam efisiensi energi. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tantangan dalam penerapan efisiensi energi pada industri pulp dan kertas menggunakan multi criteria decision making (MCDM) yang disebut Best Worst Method (BWM). Hasil penelitian menunjukan bahwa masalah perubahan operasi, performa peralatan, dan perubahan harga energi/bahan bakar menjadi tiga tantangan prioritas. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pedoman agar terwujudnya penerapan efisiensi energi pada industri pulp dan kertas dapat tercapai.

Aligned with economic growth which is projected to experience a significant increase, adequate availability and supply of energy is needed. Economic growth will also encourage high energy consumption. Renewable energy (EBT) such as solar, wind, geothermal, water, bio-energy and ocean waves are considered to be able to support meeting energy needs in the future. The Indonesian government has also determined the development of EBT as a development priority in the future Energy efficiency in the pulp and paper industry is critical to reducing energy use and production costs. According to a study on energy efficiency in the pulp and paper industry, the energy demand for the pulp and paper industry will decrease by 12.5% ​​in 2027 under an energy efficiency scenario. The energy saving potential for the pulp and paper industry starting in 2023 is 8.4 million BOE and will become 16.9 million BOE in 2027. To meet future energy needs, more specific research is needed on the pulp and paper industry to contribute to energy efficiency. For this reason, this study aims to analyze the challenges in implementing energy efficiency in the pulp and paper industry using multi criteria decision making (MCDM) called the Best Worst Method (BWM). The results of the study show that the problems of changes in operations, equipment performance, and changes in energy/fuel prices are the three priority challenges. The research results are expected to serve as a guideline for realizing the application of energy efficiency in the pulp and paper industry."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Budi Rahmayani
"Konsumsi energi rumah tangga sebagai bagian besar dari total konsumsi energi di Indonesia memiliki potensi besar dalam konservasi energi dan pengurangan emisi. Selain itu, pada tahun 2021, penerapan efisiensi energi memberikan kontribusi sebesar 20% terhadap penurunan CO2. Meningkatkan efisiensi energi dapat secara efektif mendorong konservasi energi di tingkat rumah tangga. Namun, peningkatan efisiensi energi tidak selalu mencapai potensi konservasi energi teknis seutuhnya seperti yang diharapkan atau disebut juga rebound effect. Sehingga, studi ini bertujuan untuk menganalisis rebound effect energi rumah tangga pada level provinsi dengan menggunakan input-output inter-regional. Hasil rebound effect sedikit terfokus pada daerah Indonesia bagian timur. Nilai rata-rata rebound effect tidak langsung lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata rebound effect langsung. Rata-rata rebound effect ekonomi dari 34 provinsi di Indonesia adalah 98,85%. Sehingga, dengan mempertimbangkan rebound effect langsung dan rebound effect tidak langsung, maka kurang dari 3% penghematan energi yang diakibatkan oleh peningkatan efisiensi energi dapat tercapai di setiap provinsi. Selain itu, terdapat 13 provinsi yang memiliki nilai rebound effect ekonomi lebih dari 100%. Hal ini mangindikasikan bahwa ketiga belas provinsi tersebut memiliki backfire effect.

Household energy consumption as a large part of total energy consumption in Indonesia has a great potential in energy conservation and emission reduction. In addition, in 2021, the improvement of energy efficiency contributes 20% to the reduction of CO2. Improving energy efficiency can effectively promote energy conservation at the household level. However, the increase in energy efficiency does not always achieve the full technical energy conservation potential as expected or also known as the rebound effect. Thus, this study aims to analyze the rebound effect of household energy at the provincial level using inter-regional inputs outputs. The results of the rebound effect are slightly focused on the eastern part of Indonesia. The average value of the indirect rebound effect is higher than the average value of the direct rebound effect. The average economic rebound effect from 34 provinces in Indonesia is 98.85%. Thus, after considering the direct rebound effect and indirect rebound effect, less than 3% of energy savings due to increased energy efficiency can be achieved in each province. In addition, there are 13 provinces that have an economic rebound effect value of more than 100%. This indicates that the thirteen provinces have a backfire effect.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Riandika Nurfakhri
"Penggunaan perangkat elektronik pada sektor rumah tangga meningkat setiap tahunnya, serta berbanding lurus dengan laju pertumbuhan penduduk. Penggunaan pengkondisi udara merupakan yang tertinggi dalam memengaruhi konsumsi energy sektor rumah tangga. Pengukuran tingkat energi dalam perangkat AC berdasarkan Energy Efficiency Ratio (EER) merupakan nilai perbandingan antara beban pendinginan dengan kebutuhan listrik yang dibutuhkan. Pada Pengujian AC secara keseluruhan disebut kalorimeter merupakan pengukuran jumlah panas yang diserap untuk menentukan panas spesifik yang akan dikalkulasi menjadi besaran beban pendinginan. Pengujian AC metode entalpi udara, parameter utama yang dianalisa adalah sifat dari udara tersebut.
Udara yang berasal dari unit uji akan disalurkan ke alat yang disebut receiving chamber atau psychometric measurement chamber. Pada receiving chamber terdapat air sampler yang berfungsi mengukur entalpi udara berdasarkan sifat udara. Sebelum dilakukan pengukuran entalpi udara untuk menentukan nilai EER dibutuhkan nozzle agar aliran udara saat pengukuran sesuai dengan standar yang dijadikan acuan. Berdasarkan standar acuan, udara ketika melewati nozzle harus memiliki kecepatan udara 15-35 m/s.
Standar utama yang digunakan pada desain ini adalah SNI 19-6713-2002, dan SASO 2681 (2007), dan ASHRAE 37 (2005), dan ARI 340/360 (2000) sebagai acuan pendukung. Berdasarkan perancangan yang dilakukan dihasilkan ukuran nozzle sebanyak 4 tipe yaitu throat diameter 10 cm dan 15 cm pada indoor unit, serta pada outdoor unit 16 cm dan 22 cm. Sistem pengukuran menggunakan sensor perbedaan tekanan, dan suhu yang berupa sinyal analog, serta daya memiliki output digital. Agar dapat diolah datanya oleh komputer dibutuhkan DAQ untuk mengubah sinyal analog menjadi digital.

Electricity utilization in household unit has increased every year and it has a direct proportional with population growth. The most contribution to the power consumption in house hold is spent by the usage of air conditionig. The measurement of energy in air conditioning depends on value of Energy efficiency ratio (EER) which is a comparation between cooling load AC and power electricity value of AC. AC measuring instrument which is called Calorimeter has a purpose to measure the quantity of absorbed or emitted heat or to determine the specific heat which will be converted to cooling load calculation. Those electrical instrument consist of two method, namely air enthalpy and refrigerant measurement. In air enthalpy method, the principal parameter depends on characteristic of air to be analyzed.
Air from measuring instrument will distribute to the equipment called receiving chamber or psychometric measurement chamber. Receiving chamber has an air sampler which has a function to measure air enthalpy which depends on characteristic of air. Before measuring the air enthalpy to determine EER value, it needs a nozzle as a component to reach the standar air velocity when it comes out to the nozzle. Based on the standard, the velocity of air when it discharges through the nozzle is between 15-35 m/s.
The standards usage in these design are SNI 19-6713-2002, and SASO 2681 (2007) as a primary standard, and it has a ASHRAE 37 (2005), and ARI 340/360 (2000) as a support standard. Based on result, there are several size of nozzle in 4 types. For indoor unit measurement has using 10 cm and 15 cm of throat diameter. For outdoor unit has using 16 cm and 22 cm of throat diameter. For measurement system has need temperature, differential, and power sensor. Temperature and differential pressure has output analog sensor, so on those system must use DAQ to convert analog to digital signal.;
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65491
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidabutar, Bob Alvin
"Indonesia memiliki target pengurangan emisi sebesar 29% atau 835 juta ton CO2 pada tahun 2030, yang ditingkatkan menjadi 32% atau 912 juta ton CO2 pada tahun 2023. Sektor bangunan gedung merupakan salah satu penghasil emisi terbesar di Indonesia. Untuk mengurangi emisi tersebut, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan regulasi konservasi energi yang mengharuskan setiap sektor untuk mengurangi penggunaan energi. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 2023, konservasi energi wajib dilakukan oleh pengguna energi di sektor bangunan gedung yang menggunakan sumber energi setara atau lebih dari 500 Ton Oil Equivalent. Di sisi lain, kenyamanan pengguna gedung harus diperhatikan dalam konservasi energi gedung. Kenyamanan pengguna memengaruhi produktivitas dan efisiensi kerja mereka di dalam gedung. Oleh karena itu, optimalisasi sangat penting untuk menemukan nilai optimal bagi penggunaan energi listrik dan kenyamanan pengguna. Dalam penelitian ini, kami menggunakan evolution mating algorithm (EMA) untuk menemukan nilai optimal bagi penggunaan energi listrik dan kenyamanan pengguna di gedung perkantoran di negara beriklim tropis. Model matematika dari penelitian sebelumnya telah diperbarui untuk melakukan optimalisasi di negara beriklim tropis. Variabel suhu dan pencahayaan yang memengaruhi kenyamanan termal dan visual pengguna di dalam bangunan digunakan untuk mengoptimalkan penggunaan energi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan dan menganalisis nilai optimal suhu dan pencahayaan untuk menghasilkan nilai optimal penggunaan energi listrik dan kenyamanan pengguna di negara beriklim tropis. Penelitian ini membandingkan kondisi gedung perkantoran sebelum dan sesudah optimalisasi. Hasil penelitian membuktikan bahwa kondisi setelah optimalisasi menggunakan EMA berhasil mengurangi konsumsi energi dan meningkatkan kenyamanan pengguna di dalam gedung perkantoran di negara beriklim tropis. Variabel suhu dan pencahayaan setelah optimalisasi berada pada titik optimal yaitu 23°C dan 358,6 lux, yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Indonesia.

Indonesia has set a target to reduce emissions by 29% or 835 million tons of CO2 by 2030, which was increased to 32% or 912 million tons of CO2 in 2023. The building sector is one of the largest contributors to emissions in Indonesia. To reduce these emissions, the Indonesian government has issued energy conservation regulations requiring each sector to reduce energy consumption. According to Government Regulation No. 33 of 2023, energy conservation is mandatory for energy users in the building sector who use energy sources equivalent to or greater than 500 tons of oil equivalent. On the other hand, the comfort of the building's users must be considered in the energy conservation of a building. User comfort impacts their productivity and efficiency inside the building. Therefore, optimization is essential in order to find optimal values for energy use and user comfort. In this study, we used the evolution mating algorithm (EMA) to find optimal values for energy use and user comfort in office buildings in a tropical-climate country. The mathematical model from the previous research has been updated to perform optimization in tropical-climate countries. The temperature and lighting variables that will affect the thermal and visual comfort of the user inside the building are used to optimize the use of energy. The aim of this research is to determine and analyze the optimal values of temperature and lighting to generate the optimal value of energy use and user comfort in a tropical-climate country. This study compares the state of an office building before and after optimization. The results prove that conditions after optimization using EMA succeeded in reducing energy consumption and increasing user comfort inside office buildings in tropical-climate countries. The temperature and lighting variables after optimization are at the optimal point of 23 oC and 358.6 lux, which are in line with Indonesia Government Regulations."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dika Asmawati
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kebijakan implementasi green hospital terhadap perilaku atau kebiasaan hemat energi para pegawai di lingkungan rumah sakit dengan pendekatan Theory of Planned Behavior (TPB). Sampel penelitian 150 pegawai RSUI. Data dianalisis menggunakan Structural Equation Modeling-Partial Least Square (SEM-PLS). Analisis menunjukkan bahwa implementasi kebijakan green hospital memiliki pengaruh signifikan terhadap faktor-faktor pendukung perilaku: sikap, norma subyektif, dan kontrol perilaku. Pengujian juga menunjukkan bahwa norma subyektif tidak memiliki korelasi  positif dengan kebiasaan hemat energi pegawai. Dalam pengolahan data, pengujian efek mediasi faktor-faktor tersebut (sikap, norma subyektif, dan kontrol perilaku) sebagai mediator antara kebijakan implementasi green hospital menunjukkan bahwa sikap dan kontrol perilaku menjadi mediator yang signifikan, sedangkan norma subyektif tidak menjadi mediator yang signifikan dalam meningkatkan niat penghematan energi. Kesimpulan, melihat niat penghematan energi sebagai mediator, dapat dilihat bahwa niat menjadi mediator yang signifikan antara sikap, kontrol perilaku, dan norma subyektif terhadap perilaku hemat energi di rumah sakit.

This research aims to analyze the relationship between the implementation of green hospital policy and energy-saving behaviors of employees in the environment of Hospital, using the Theory of Planned Behavior as the theoretical framework. The study's sample consists of 150 permanent employees and the statistical data are analyzed using Structural Equation Modeling-Partial Least Square (SEM-PLS) technique. The results of the analysis indicate that the implementation of the green hospital policy significantly influences the supportive factors of behavior: attitudes, subjective norms, and perceived behavioral control. However, the tests also reveal that subjective norms do not positively correlate with the energy-saving behaviors of employees at the Hospital. The mediation analysis shows that attitudes and perceived behavioral control act as significant mediators between the green hospital policy and the intention to save energy, while subjective norms do not significantly mediate the relationship."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Yosua Stevanus
"Semakin berkembangnya jaman yang diikuti dengan perkembangan teknologi membawa dampak pada peningkatan konsumsi energi listrik sehingga perlu dilakukan penghematan. Salah satu penghematan dengan melalui penghematan konsumsi energi listrik untuk penerangan. Seiring kemajuan teknologi ditemukanlah penerangan dari LED yang lebih hemat energi.Oleh karena itu dilakukanlah pengujian lampu penerangan dari lampu pijar, lampu hemat energi, dan lampu LED untuk menemukan adakah peluang lampu LED untuk menghemat pemakaian energi listrik.
Dari hasil pengujian dan simulasi yang diasumsikan maka diperoleh hasil bahwa 1 watt lampu LED akan setara dengan 1,36 watt lampu hemat energi 1,09 lampu hemat energi bentuk tornado, dan 12,19 watt lampu pijar sehingga memungkinkan peluang penghematan engergi listrik dari pemakaian lampu LED. Untuk saat ini memang biaya yang dikeluarkan untuk pemakaian LED lebih mahal daripada jenis lampu hemat energi yang sudah ada dimana setelah pemakaian 5 tahun lampu LED akan lebih mahal Rp 110.058,00 dari lampu hemat energi biasa dan lebih mahal Rp 211.866,00 dari lampu hemat energi bentuk tornado.

The development of the era which followed with the development of technology brings impact on electrical energy consumption increase so that the savings needed to be made. One with saving through savings on energy consumption of electricity for illumination. Technology progresses in his possession was the explanation of the LEDS more energy efficient.Therefore testing of lighting lamps was did for incandescent lamps, energy-saving lamps, LED lamps to discover the opportunities of LED lamps to save electrical energy consumption.
From the results of testing and simulation assumed then retrieved the results that the 1 watt LED lamps will be the equivalent of 1.36 watts of energy-saving light bulbs, 1.09 watts of energy saving light bulb tornadoes form, and 12,19 watts of incandescent bulbs so allows saving opportunities of electric engergi LED lamps usage. For the moment LED lamps cost's are more expensive than other types of energy-saving light bulbs where after 5 years of use LED lamps will be more expensive Rp 110.058 for energy-efficient lights regular form and more expensive Rp 211.866 from energy-saving lamps tornadoes form.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43035
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Alfonso
"Ketersediaan energi yang berbasis fosil akan menjadi barang yang langka pada beberapa puluh tahun kedepan. Sementara itu populasi manusia setiap tahun semakin bertambah, yang artinya pemakaian energi juga ikut bertambah. Seperti yang kita ketahui, semua manusia pasti membutuhkan tempat peneduh, dan hampir 80% aktifitas manusia berada dalam bangunan. Untuk memenuhi aktifitas sehari-hari, maka dibutuhkan kenyamanan pada bangunan dengan penggunaan energi yang tepat guna. Tulisan ini akan membahas bagaimana cara perhitungan indeks konsumsi energi pada bangunan, terutama pada bangunan dalam tahap perancangan, sehingga hasil dari perhitungan indeks konsumsi energi ini dapat menjadi masukan untuk melakukan alternatif penghematan energi maupun dalam melakukan perubahan-perubahan disain.

Fossil-based energy will become a rare item in the next decade. Meanwhile, human population is increasing every year, which means that the energy consumption also increases. As we know, all people definitely need a housing and people do almost 80% of their activities in the building. In order to feel comfort in their activity day to day, people must feel comfort inside the building with the appropriate energy usage. This paper will discuss how we can calculate the energy efficiency index in buildings, especially for new building projects, so we can make another alternative for energy saving and can make a beter design for the new building."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42920
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Abi Aufan
"Penelitian ini menganalisa apakah subsidi listrik sebagai faktor eksternal dan pro-environmental intention dan pro-environmental acts sebagai faktor internal memiliki hubungan terhadap perilaku hemat listrik rumah tangga di Indonesia. Tesis ini menganalisa secara empiris data SUSENAS 2017. Dengan menggunakan regresi logistik dan melibatkan variabel kontrol seperti karakteristik tempat tinggal dan sosiodemografi rumah tangga, hasil analisisi statistik menunjukkan bahwa rumah tangga bersubsidi memiliki kecendurungan untuk tidak berhemat listrik dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, keluarga dengan tingkat pro-environmental intention yang lebih tinggi tidak selalu menghemat listrik, sementara itu rumah tangga yang selalu menerapkan perilaku pro-environmental cenderung berhemat listrik. Dari hasil analisis, pemerintah dapat melakukan reformasi subsidi listrik bersamaan dengan pengaplikasian program yang dapat meminimalisasi gap antara intensi dan perilaku ramah lingkungan pada level rumah tangga untuk mendorong kebiasaan hemat energi.

This research analyzes whether electricity subsidy as an external factor and pro-environmental intention and acts as internal factors have any relationship on households electricity-saving behaviors in Indonesia. To this end, Indonesias household data from the National Socioeconomic Survey of Indonesia in 2017 is empirically analyzed. Using logit regression with control factors such as dwellings and sociodemographic characteristics, the statistical analysis reveals that subsidized households are less likely to save the electricity in their daily lives. Furthermore, families with higher pro-environmental intentions are not necessarily likely to save electricity, while households who are accustomed to pro-environmental routines are likely to do so. These demonstrate an existence of  internal gaps between their pro-environmental intention and the acts, suggesting that electricity subsidies reform and program should be considered along with the way how intention-act gaps can be mitigated at household levels for energy saving."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Victor Widiputra
"Intensitas konsumsi energi (IKE) merupakan komponen penting dalam proses audit energi. Nilai IKE yang diperoleh dari hasil audit energi digunakan sebagai acuan untuk menentukan tingkat keefisienan pemakaian energi di suatu gedung. Perhitungan nilai IKE menggunakan perbandingan antara energi yang digunakan dengan luas total bangunan gedung tanpa memperhitungkan area dengan kepadatan energi rendah. Standar IKE yang ada saat ini hanya mengelompokkan suatu gedung komersial sesuai fungsi gedungnya saat ini, mengakibatkan penyamarataan karakteristik pada gedung yang memiliki kebutuhan energi berbeda. Hal ini terjadi khususnya pada hotel di mana kebutuhan akan faktor kenyamanan dipenuhi dengan menggunakan banyak peralatan pengkonsumsi energi. Dalam tesis ini diajukan metode perhitungan IKE dengan memperhitungkan luas area dengan menggunaan persamaan baru yaitu EUI= (TE-EL)/(GFA excluding carpark-LL-ADxAK)x(168/JK) serta proses pengambilan data untuk memperoleh data yang diperlukan.

Energy usage intensity (EUI) is the most important component in energy auditing process. The value of the EUI will be used as a milestone to determine the efficiency level of energy usage in a building. The calculation of EUI is done by dividing the total of energy use in a building with the total gross floor area on a building without considering the area with low energy density. The standard for EUI in recent time divides the EUI for building based on its function. The problems are for the same type of building, there are differences in energy needed for it to be fully functional based on its need of energy. This is true espescially for hotel where the need of comfort is compensated by a lot of energy-consuming tools. In this thesis, a method to calculate EUI with low energy density area considered is proposed. The calculation is done by using the formula EUI= (TE-EL)/(GFA excluding carpark-LL-ADxAK)x(168/JK) steps to create some clusters based on temperature and energy need of hotels are also proposed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44678
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>