Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 192536 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dina Mizanie
"Fandom merupakan subkultur yang menjadi salah satu fitur penting dalam budaya
populer. Bagi industri K-Pop misalnya, kehadiran fandom berperan banyak untuk
mencapai popularitas. Kesuksesan BTS sebagai sebuah fenomena budaya juga tidak
lepas dari dukungan fandomnya yaitu ARMY yang kini telah menjadi sebuah fandom
global. Dengan fitur yang dimiliki masyarakat jejaring, fandom seperti ARMY sangat
aktif memproduksi media penggemar dan membagikannya di media sosial.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis etnografi
digital terhadap ARMY yang aktif di media sosial khususnya Twitter. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur sebagai data
primer, sementara observasi pasif sebagai data sekunder.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan kegiatan produktivitas media fandom ditandai
dengan membuat dan menyebarkan konten penggemar, melakukan promosi, dan
memberikan afeksi kepada objek fandom. Dalam penelitian ini juga tergambar
bagaimana produktivitas penggemar ini membentuk suatu budaya penggemar yang
unik. Ikatan emosional yang dirasakan ARMY juga menjadi penting untuk menjaga
mereka untuk tetap loyal terhadap fandom.

For the K-Pop industry, for example, the presence of fandom played a role in achieving
popularity. The success of BTS as a cultural phenomenon is also inseparable from the
support of the fandom, ARMY, which has become a global fandom. With the features
of the network society, fandoms like ARMY are very active in producing fan media
and sharing them on social media.
This study uses a qualitative approach with digital ethnographic analysis methods of
ARMY who are active on social media, especially Twitter. The data technique used
was semi-structured interviews as primary data, while passive observation was
secondary data.
The results of this study indicate the productivity of fandom media that creates and
approaches fans, promotes, and gives affection to fandom objects. This research also
illustrates how fan productivity forms a unique fan culture. The emotional bond
between BTS and ARMY is also important to keep them loyal to the fandom"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiskus Xaverius Pradhipta Surya
"Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Praktik fan culture tentunya banyak mengalami perkembangan akibat perkembangan teknologi komunikasi. Kajian ini memberikan gambaran tentang proses konsumsi dan produksi yang dilakukan oleh fandom Sepak Bola Jakarta yang merupakan pendukung Persija Jakarta di era digital. Peneliti menemukan bahwa Soccer Jakarta memiliki beragam produk yang ditunjukkan dengan berbagai jenis saluran media yang digunakan oleh fandom Sepak Bola Jakarta. Produk-produk Soccer Jakarta diidentifikasikan menjadi dua jenis besar, yaitu digital dan fisik dan beroperasi bukan berdasarkan keinginan mencari untung dan bergerak hanya berdasarkan kecintaan mereka pada Persija Jakarta sehingga dapat dikatakan telah melakukan praktik penggemar sebagai buruh.

This research is a research that uses a qualitative method using a case study approach. The practice of fan culture has certainly undergone many developments due to the development of communication technology. This study provides an overview of the consumption and production processes carried out by the Jakarta Football fandom who are supporters of Persija Jakarta in the digital era. Researchers found that Soccer Jakarta has a variety of products which are indicated by the various types of media channels used by the Jakarta Soccer fandom. Soccer Jakarta's products are identified into two major types, namely digital and physical and operate not based on the desire to make profit and move only based on their love for Persija Jakarta so that it can be said that they have practiced fans as laborers."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachma Salsa Sifana
"Saat ini Hallyu telah berkembang menjadi New Hallyu atau Hallyu 2.0. Dalam Hallyu 2.0, salah satu fandom terbesar saat ini adalah fandom ARMY. ARMY merupakan fandom boyband BTS. Aktivitas ARMY dalam mendukung BTS juga menjadi media dalam penyebaran konten Hallyu 2.0. Penelitian ini menganalisis mengenai partisipasi fandom ARMY Indonesia dalam penyebaran konten Hallyu 2.0 melalui dukungan terhadap BTS. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan aktivitas fandom ARMY Indonesia dalam mendukung BTS yang berpengaruh terhadap penyebaran konten budaya Hallyu 2.0. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif dengan teori budaya partisipatoris dan fandom. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas ARMY Indonesia dalam fandom mendukung penyebaran konten budaya Hallyu 2.0 yang meliputi makanan Korea (hansik), bahasa Korea, K-fashion, dan pariwisata. Media sosial (Twitter, WhatsApp, dan Instagram) digunakan sebagai sarana ARMY Indonesia untuk menyebarkan konten Hallyu 2.0. Penyebaran konten Hallyu 2.0 dilakukan secara tidak langsung melalui budaya partisipatoris ARMY Indonesia.

Currently, Hallyu has developed into Hallyu 2.0. BTS`s fandom, ARMY is one of the biggest fandoms in Hallyu 2.0. ARMY`s activities in supporting BTS also became an instrument in the spread of Hallyu 2.0 contents. This research analyzes the participation of Indonesian ARMY in the spread of Hallyu 2.0 contents through their support for BTS. This research aims to explain the fandom activity of Indonesian ARMY in supporting BTS that affects the spread of Hallyu 2.0 cultural contents. This research is using descriptive qualitative analysis methods with participatory cultural theory and fandom theory. The results of this study show that Indonesian ARMY`s activities in fandom support the spread of Hallyu 2.0 cultural contents that include Korean food (hansik), Korean language, K-Fashion, and tourism. Various social media (Twitter, WhatsApp, and Instagram) are used as an instrument by Indonesian ARMY to spread Hallyu 2.0 contents. The spread of Hallyu 2.0 contents by Indonesian ARMY is done indirectly through participatory culture in fandom.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Robihah
"Budaya populer Thailand semakin berkembang seiring dengan meningkatnya antusiasme publik terhadap industri entertainment Thailand. Perkembangan ini membentuk suatu kolektif penggemar yang kemudian mendefinisikan dirinya sebagai "Thai Enthusiast". Penelitian ini menganalisis perkembangan fandom digital dan budaya penggemar "Thai Enthusiast" di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode etnografi digital atau netnografi, meliputi wawancara mendalam secara daring dan observasi partisipan secara digital di media sosial. Hasil temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa budaya populer Thailand di Indonesia mulai berkembang pesat terutama semenjak pandemi. Perkembangan ini membawa hadirnya ragam budaya penggemar yang direpresentasikan melalui berbagai praktik penggemar dalam ruang-ruang digital. Dalam aktivitasnya, setiap penggemar saling berbagi perspektif dan berbagi makna dalam mengekspresikan relasi emosional dengan idol dan mengkonseptualisasikan nilai tentang fandom digitalnya.

Thai popular culture is growing along with the increasing public enthusiasm for the Thai entertainment industry. This development formed a fan collective which later defined itself as a "Thai Enthusiast". This study analyzes the development of digital fandom and fan culture of "Thai Enthusiast" in Indonesia. This research was conducted using digital ethnographic methods or netnography, including online in-depth interviews and digital participant observation on social media. The findings in this study indicate that Thai popular culture in Indonesia has begun to develop rapidly, especially since the pandemic. This development presents a variety of fan culture which is represented through various fan practices in digital spaces. In their activities, each fan shares perspectives and shares meaning in expressing emotional relationships with idols and conceptualizing values about their digital fandom."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zhafira Athifah Sandi
"Penelitian ini membahas mengenai bagaimana anggota fandom musik pop melakukan engagement dan berpartisipasi dalam komunitas fanbase di media sosial, khususnya pada Instagram, Twitter, dan LINE yang termasuk dalam jajaran platform paling populer di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan desain fenomenologi. Melalui wawancara dengan perwakilan dari lima komunitas fanbase, penelitian ini mengeksplor praktik-praktik yang dilakukan dalam fandom musik pop dari perspektif dan pengalaman penggemar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggemar aktif terlibat dalam beragam proses produksi dan konsumsi konten, mulai dari informatif, interpretif, karya transformatif, proyek bersama komunitas, hingga merchandise. Produktivitas penggemar dalam melakukan berbagai aktivitas engagement tersebut menunjukkan adanya kesetiaan dan dedikasi terhadap musisi favorit.
Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa komunitas fanbase beroperasi berdasarkan konsep reward industry, yang mana penggemar termotivasi oleh adanya keuntungan-keuntungan emosional yang didapat dari interaksi dengan komponen industri, antara lain musisi, label rekaman, rekan media, dan promotor konser.

This research discusses about how members of pop music fandoms engage and participate in fanbase communities on social media, specifically on Instagram, Twitter, and LINE which are among the most popular platforms in Indonesia. This research uses qualitative method with phenomenology design. Through interviews with representatives of five fanbase communities, this research explores practices in pop music fandom from the fans perspectives and experiences.
The result shows that fans are actively involved in various processes of content production and consumption, from informative, interpretive, transformative, community projects, to merchandise. Fans productivity in doing these engagement activities shows devotion and dedication to their favorite artists.
This research also finds that fanbase communities operate based on reward industry concept, in which fans are motivated by emotional rewards from interaction with industry components, such as the artist, record label, media partner, and concert promotor.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Karlina Ch
"ABSTRAK
Studi ini memberikan gambaran mengenai hasil produksi karya penggemar yang
diciptakan oleh penggemar dewasa My Little Pony: Friendship is Magic, atau
Brony. Penelitian ini juga memberikan gambaran karakteristik karya penggemar
berikut hal-hal yang menyertai proses produksi sebagai bagian dari budaya
partisipatif penggemar. Penelitian ini dikaji dengan menggunakan metode
kualitatif dan pendekatan studi kasus. Peneliti menemukan bahwa karya
penggemar yang dilakukan oleh Brony memiliki keragaman baik dari segi
medium maupun konten, terdapat adanya penyesuaian konten karya penggemar
yang dilakukan penggemar yang perlu diwaspadai dan dihadapi dengan hati-hati,
dan aktivitas antara produksi dan konsumsi karya penggemar yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain.

ABSTRACT
This study provides a portrayal of fan works coming from My Little Pony:
Friendship is Magic adult fans, or Brony. This study also gives a description of
its characteristic as well as things that follows its production process as part of
participatory culture, such as gatekeeping, categorization, and economical
exchange. This study is conducted with qualitative method and case-study
approach. Researcher found that fan works done by Bronies vary in medium and
content, appropriated?which has to be handle with caution, and that the activity
of production and consumption cannot be separated nor has a clear distinction in
realm of fandom."
2015
S58744
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novrista Widiyanti
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana jaringan sosial dan framing terkait identitas kolektif yang diproduksi oleh aktor lokal mampu membentuk suatu aktivisme penggemar. Di Indonesia, popularitas grup idola K-Pop diiringi oleh banyaknya anak muda yang menjadi penggemar membentuk kekuatan baru di dalam fandom. Penggemar yang menjadi bagian dari suatu fandom dapat menggerakkan penggemar lain untuk berpartisipasi dalam aktivisme yang dilakukan. Studi terdahulu mengenai aktivisme penggemar menunjukkan bahwa aktivisme di dalam fandom dapat terwujud karena adanya budaya partisipatif (participatory culture) sebagai ruang yang dapat mendukung atau mendorong aktivisme. Akan tetapi, studi-studi terdahulu cenderung menyamakan aktivisme dengan budaya penggemar pada umumnya, seperti produksi teks atau konten yang mengekspresikan kecintaan mereka kepada idolanya. Oleh karena itu, bagaimana aktivisme penggemar dapat terjadi tidak terlihat dalam penjelasannya. Selain itu, dengan cara seperti apa penggemar menggunakan sumber daya yang ada untuk membentuk aktivisme belum nampak pembahasannya dalam studi-studi terdahulu. Peneliti berargumen bahwa aktivisme penggemar dapat terwujud karena kuatnya jaringan sosial dan adanya framing terkait identitas kolektif yang diproduksi oleh aktor lokal di media sosial. Metodologi kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan melalui wawancara mendalam terhadap aktor lokal dalam fandom grup idola K-Pop, serta observasi online di dalam platform Twitter.

This study aims to explain how social networks and collective identity framing produced by local actors are able to form fan activism. In Indonesia, K-Pop idol groups’ popularity followed by many young people who become fans is forming a new force in fandom. Fans who are part of a fandom can encourage other fans to participate in their activities. Previous studies on fan activism have shown that activism in fandom can be formed because of a participatory culture as a space that can support activism. However, previous studies tend to see activism as fan culture in general view, such as the production of texts or content that expresses their love for their idols. Therefore, how fan activism can occur is not seen in the explanation. In addition, the ways in which fans use existing resources to form activism have not been discussed in previous studies. The researcher argues that fan activism can be formed because of the strong social network and collective identity framing produced by local actors on social media. Qualitative methodology is used in this study. The data collection technique that is used through in-depth interviews with local actors in the K-Pop idol group fandom, and online observations on the Twitter.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yona Voria Janesia
"K-Pop yang sudah menjadi budaya populer kini sudah berkembang dengan pesat di seluruh dunia termasuk di Indonesia menyebabkan semakin banyaknya penggemar grup K-pop termasuk dari kalangan perempuan dewasa. Penggemar perempuan dewasa menjadi target pasar tersendiri karena mereka telah mandiri secara finansial dan bersedia membelanjakan lebih banyak untuk idola mereka. Grup pria mulai menggunakan konsep bubblegum pop yang sudah populer di antara grup perempuan dengan memodifikasi judul lagu grup pria.  Penelitian ini berfokus pada praktik – praktik penggemar (fandom practice) oleh Mark Duffet yang terdiri dari pleasure of connection, pleasure of appropriation, dan pleasure of performance. Penelitian ini menggunakan paradigma post-positivistik dengan metode penelitian deskriptif kualitatif. Dari hasil analisis ditemukan bahwa Pleasure of connection dapat dirasakan ketika penggemar bertemu dengan idolanya baik di area konser maupun di luar konser. Pleasure of Appropriation dapat diwujudkan spoiling dimana penggemar mendapatkan dan menyebarkan informasi yang belum dipublikasikan secara resmi dan juga keterlibatan mereka dalam membuat atau membaca fanfiction. Untuk pleasure of performance para penggemar mendapatkannya melalui berpartisipasi aktif dalam acara yang mereka buat sendiri, mengumpulkan barang-barang yang bertemakan sang idola dan juga membagikan pengalaman foto dan video mereka ketika berinteraksi dengan idolanya dengan sesama penggemar di media sosial mereka. Dari tiga bentuk fandom practice oleh para perempuan dewasa penggemar K-pop ditemukan bahwa para noona memiliki kebebasan dalam melakukan praktik-praktik fandom karena mereka mandiri secara finansial. Namun mereka tidak semua dilaksanakan karena faktor usia yang membatasi mereka dari segi waktu, tenaga dan sikap.

K-pop, which has become a popular culture, has grown rapidly all over the world, including in Indonesia, resulting in an increasing number of K-pop group fans, including adult women. Adult women fans become their own market targets because they are financially independent and willing to spend more on their idols. The men's group began to use the bubblegum pop concept that was already popular among women's groups by modifying the title of the male group's songs. This research focuses on Mark Duffet's fandom practice, which consists of pleasure of connection, pleasure of appropriation, and pleasure of performance. The research uses post-positivist paradigms, with qualitative descriptive research methods. The analysis found that the pleasure of connection can be felt when fans meet their idols both in the concert area and outside the concert. Pleasure of Appropriation can be realised by spoiling where fans get and disseminate information that has not been officially published and their involvement in creating or reading fanfiction. For the pleasure of the performance, the fans get it by actively participating in events they've made themselves, collecting items that are about the idol, and sharing their photo and video experiences when interacting with his idol with fellow fans on their social media. From the three forms of fandom practice by the adult women K-pop fans, it was found that the noona had freedom in doing fandom practices because they were financially independent. But not all of them are carried out because of age factors that limit them in terms of time, energy, and attitude."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laura Brigitta Ludju
"Penelitian ini membahas mengenai pengalaman konsumen yang mengkonsumsi BTS Meal dan merupakan seorang ARMY BTS, atau komunitas fandom penggemar BTS. Pada hari peluncurannya di Indonesia tanggal 9 Juni 2022, McD berhasil menciptakan respon luarbiasa dari masyarakat, melalui menu kolaborasinya bersama BTS yang dinamakan BTS Meal. Meski menu yang ditawarkan adalah menu regular yang dijual McD yaitu 9 buah mcnuggets, french fries, saus chilli, saus cajun dan medium drink, keuntungan McD secara global dilaporkan berhasil mencapai US$ 2,22 miliar atau setara Rp 32,1 T, penjualan bersih McDonald’s’s naik 57% sebesar US$ 5,89 milliar atau setara dengan Rp 85,3 T, dan secara global meningkat 40,5% dari tahun sebelumnya. Di Indonesia, keberhasilan menu kolaborasi ini terlihat dari penutupan beberapa gerai McD yang tidak sanggup meneruskan penjualan akibat kerumunan yang tercipta, serta ditemukannya beberapa bungkus BTS Meal dijual kembali dengan harga yang fantastis pada platform e-commerce. Selain itu, #BTSMeal juga berhasil menjadi trending topic posisi ketiga di seluruh dunia dengan total 21.000 tweets (Nafasya, 2021). Hal ini membuat peneliti membagi ruang penelitian ke dalam tiga bagian besar yaitu 1) fandom, 2) tindakan komunikasi yang berisi ekspresi simbolik dalam digital fandom, fanatisme dan textual poachers, serta 3) konsumsi dalam perspektif consumer culture theory. Paradigma yang digunakan adalah konstruktivis dengan pendekatan kualitatif dan strategi penelitian studi kasus. Data diperoleh dari hasil wawancara terhadap tiga informan yang tergolong sebagai fans dengan tingkat ultimate loyalty, observasi dan studi literatur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) pendefinisian diri dalam fandom mendorong aktifitas konsumsi BTS Meal serta 2) dalam konteks budaya konsumsi, fandom hadir sebagai aspek dasar dengan bagian yang cukup besar, dalam mendorong suatu aktifitas konsumsi.

This study discusses the experiences of consumers who consume BTS Meal and are a BTS ARMY, or the fandom community of BTS fans. On the day of its launch in Indonesia on June 9, 2022, McD managed to create an extraordinary response from the community, through its collaboration menu with BTS called BTS Meal. Although the menu offered is the regular menu that McD sells, namely 9 mcnuggets, french fries, chilli sauce, cajun sauce and medium drink, McD's global profit is reported to have reached US$ 2.22 billion or equivalent to Rp. 32.1 T, net sales McDonald's's rose 57% to US$ 5.89 billion or equivalent to Rp 85.3 T, and globally increased 40.5% from the previous year. In Indonesia, the success of this collaboration menu can be seen from the closing of several McD outlets that were unable to continue sales due to the crowds created, as well as the discovery of several packs of BTS Meal being resold at fantastic prices on e-commerce platforms. In addition, #BTSMeal also managed to become the third position trending topic worldwide with a total of 21,000 tweets (Nafasya, 2021). This makes the researchers divide the research space into three major parts, namely 1) fandom, 2) communication actions that contain symbolic expressions in digital fandom, fanaticism and textual poachers, and 3) consumption in the perspective of consumer culture theory. The paradigm used is constructivist with a qualitative approach and a case study research strategy. Data were obtained from interviews with three informants classified as fans with the ultimate level of loyalty, observation and literature study. The results of this study indicate that 1) self-definition in fandom encourages BTS Meal consumption activities and 2) in the context of consumption culture, fandom is present as a basic aspect with a large enough share, in encouraging a consumption activity."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Balqis Cemal Xaviera Hadi
"Terdapat mutualisme (hubungan saling menguntungkan) antara penggemar dan industri budaya populer. Adanya perspektif negatif terkait penggemar yang menyatakannya sebagai sesuatu yang pasif dan tidak terberdayakan perlu diubah. Berangkat dari hal tersebut, penulis melakukan studi terhadap penggemar NCT (NCTzen) melalui karya penggemar Alternate Universe (AU) dan novel Butterflies yang dibuat oleh Alesa Cakes. Tulisan ini bertujuan untuk melihat mutualisme antara Alesa Cakes sebagai penggemar NCT dan industri budaya populer. Penulis melakukan analisis deskriptif dengan memerhatikan beberapa aspek, yaitu (1) penggemar sebagai textual poacher, (2) penggemar sebagai pemasaran industri budaya populer (fan-labour), (3) fantrepreneurship dan karya penggemar, dan (4) produsage pada karya penggemar. Dari analisis yang dilakukan, ditemukan bahwa Alesa Cakes berhasil memberdayakan dirinya melalui komersialisasi karya penggemar Alternate Universe (AU) Butterflies menjadi sebuah novel dengan judul serupa. Penciptaan karya penggemar tersebut turut menguntungkan industri budaya populer karena membantu memasarkan produk media, yaitu Haechan (NCT) pada khalayak umum.

There is mutualism between fans and the popular culture industry. There is a negative perspective regarding fans who declare it as something passive and helpless that needs to be changed. Based on this, the author studied NCT fans (NCTzen) through Alternate Universe (AU) fan art and the Butterflies novel by Alesa Cakes. This paper aims to see the mutualism between Alesa Cakes as a fan of NCT and the popular culture industry. The author conducts a descriptive analysis by paying attention to several aspects, namely (1) fans as textual poachers, (2) fans as the marketing for the popular culture industry (fan-labour), (3) fantrepreneurship and fanworks, (4)Production of fanworks. From the analysis conducted, it was found that Alesa Cakes succeeded in empowering herself through the commercialization of the fan work Alternate Universe (AU) Butterflies into a novel with a similar title. The creation of fan art also benefits the popular culture industry because it helps market the media product, namely Haechan (NCT), to the general public."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>