Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153950 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanif Aditya Kurniawan
"TikTok merupakan aplikasi media sosial yang berfungsi sebagai platform berbagi video pendek. Aplikasi ciptaan ByteDance asal Cina ini merupakan aplikasi yang paling banyak diunduh pada tahun tahun 2019 hingga kuartal awal tahun 2020 dengan total sebanyak 350 juta kali. Penulisan ini bertujuan untuk memetakan motivasi apa yang dimiliki oleh pengguna TikTok dalam menggunakan aplikasi tersebut dan dalam membuat sebuah konten. Berpijak pada teori Uses & Gratification, penelitian ini mengidentifikasi berbagai macam jenis motivasi yang dimiliki oleh para pengguna TikTok. Motivasi tersebut hadir untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh para pengguna melalui aplikasi TikTok. Penelitian metaanalisis ini dilakukan terhadap 5 artikel jurnal internasional yang terbit pada 2019 dan 2020. Hasil penelitian memperlihatkan beberapa motivasi yang paling banyak dimiliki oleh pengguna; yaitu hiburan, mengisi waktu kosong, dan mengekspresikan diri. Jenis-jenis konten yang memotivasi yang memotivasi pengguna TikTok yaitu video positif, komedi, dan informasi atau pengetahuan. Motivasi tersebut dimiliki oleh para pengguna TikTok untuk memenuhi kepuasan yang mereka inginkan dalam penggunaan TikTok.

TikTok is a social media application that functions as a short video-sharing platform. This application, created by ByteDance from China, was the most downloaded application in 2019 until the first quarter of 2020 with a total of 350 million times. This writing aims to map out what motivation TikTok users have in using the application and in creating content. Based on the Uses & Gratification theory, this research identifies the various types of motivation that TikTok users have. This motivation is here to fulfil the needs desired by users through the TikTok application. This meta-analysis research was conducted on 5 international journal articles published in 2019 and 2020. The results of the research shows some of the most motivational users: entertainment, filling leisure time, and self-expression. Types of motivational content that motivate TikTok users are positive videos, comedy, and information or knowledge. TikTok users have this motivation to fulfil the satisfaction they want in using TikTok."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Chelsea Phandinata
"Penelitian ini menganalisis pola tindakan intervensi oleh layanan federal pemerintah Rusia yaitu Rozkomnodzor, terhadap arus publikasi konten pada media sosial populer TikTok. Penelitian ini menggunakan data yang diambil dari konten-konten video TikTok yang mengandung muatan kritik, sindiran, dan ejekkan terhadap pemerintahan Federasi Rusia dan Presiden Vladimir Putin yang dipublikasikan sejumlah akun TikTok yang terafiliasi dengan tagar #russiangovernment, #vladimirputin, #presidentputin, #политикароссия, #тупаяроссия, dan #протестнаяроссия, serta sejumlah video tanpa tagar yang turut viral dan masuk ke dalam rekomendasi untuk ditonton atau dikenal dengan istilah For Your Page (FYP) Dengan menggunakan metode analisis konten visual didukung dengan teori proses politik oleh Doug McAdam, penelitian ini membuktikan bahwa pemerintah Federasi Rusia dapat melakukan berbagai tindakan intervensif tersebut dengan menghapus konten dan memblokir akun TikTok yang memuat publikasi konten video bernuansa negatif terhadap pemerintah Rusia hingga memberikan sanksi teguran hingga denda terhadap otoritas TikTok.

This article analyzes the pattern of intervention acts by the Russian government federal service Rozkomnodzor, on the flow of contents publication on the popular social media TikTok. This article uses data taken from TikTok video content containing criticism, satire, and ridicule of the government of the Russian Federation and President Vladimir Putin published by TikTok accounts that affiliated with the hashtags #russiangovernment, #vladimirputin, #presidentputin, #политикароссия, #тупаяроссия, and #протестнаяроссия, as well as a number of videos without hashtags that went viral and included in the recommendations to watch or known as For Your Page (FYP). The government of the Russian Federation can carry out these various intervening actions by removing content and blocking TikTok accounts containing the publication of video content with negative nuances against the Russian government to giving sanctions from reprimands and fines against TikTok authorities."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Kusuma Wardhani
"Seorang dokter memiliki kewajiban untuk memberikan informasi mengenai kesehatan kepada pasien, saat ini perkembangan media sosial memudahkan dokter untuk membagikan informasi mengenai dunia kesehatan kepada khalayak tanpa mengenai jarak dan waktu. Mudahnya membagikan sebuah informasi membuat lahirnya para konten kreator dalam media sosial. Seorang individu dapat dikatakan sebagai konten kreator apabila memiliki pengikut yang banyak dan konten yang viral. Individu tersebut dinamakan influencer. Untuk dapat menjadi influencer yang terkenal, seorang individu harus memiliki sebuah hal yang berbeda dengan individu lainnya, hal ini disebut dengan personal branding. Personal branding yang baik memiliki delapan dimensi hukum personal branding milik Peter Montoya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi eight laws of personal branding dalam konten Tiktok Ayman Alatas. Teori utama yang digunakan adalah teori delapan hukum personal branding. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif eksploratif. Pengumpulan data dilakukan dengan menganalisis konten tiktok dan wawancara semi-terstruktur dengan informan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dr. Ayman Alatas memiliki hampir semua elemen-elemen dari delapan hukum personal branding yaitu, law of specialization, law of leadership, law of personality, law of distinctiveness, law of visibility, law of persistence, law of goodwill kecuali the law of unity.

A doctor has an obligation to provide information about health to patients, currently the development of social media makes it easier for doctors to share information about the world of health to the public regardless of distance and time. The ease of sharing information makes content creators born on social media. An individual can be said to be a content creator if he has many pengikut and viral content. These individuals are called influencers. To be a famous influencer, an individual must have something different from other individuals, this is called personal branding. Good personal branding has eight legal dimensions of Peter Montoya's personal branding. This study aims to explores eight laws of personal branding in Ayman Alatas' Tiktok content. The main theory used is the theory of eight personal branding laws. This research is qualitative descriptive exploratory research. Data was collected by analyzing the content of tiktok and semi-structured interviews with informants. The results of this study indicate that dr. Ayman Alatas has almost all the elements of the eight personal branding laws, namely, the law of specialization, the law of leadership, the law of personality, the law of distinctiveness, the law of visibility, the law of persistence, the law of goodwill except the law of unity.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah
"Penelitian ini membahas kosakata bahasa Arab pada aplikasi media sosial TikTok yang dianalisis dari segi morfologi dan semantik. Alasan memilih objek pada kosakata bahasa Arab dalam aplikasi media sosial TikTok yaitu meningkatnya jumlah pengguna aplikasi TikTok khususnya juga masyarakat Arab sehingga terdapat pula istilah-istilah berbahasa Arab aplikasi tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan objek sesuai dengan makna objek yaitu data-data yang ditemukan dalam kosakata Arab pada aplikasi TikTok. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pembentukan kata dari segi morfologi dan makna kosakata Arab dari segi semantik pada aplikasi TikTok tersebut. Hasil dari penelitian ini berdasarkan tinjauan morfologis terdapat arabisasi, derivasi, lambang dan singkatan, pluralisasi, gabungan kata, dan hibrida. Adapun dari tinjauan semantik terdapat metafora, penerjemahan, perubahan makna, sementara berdasarkan relasi maknanya terdapat sinonim, antonim dan juga idiom.

This study discusses Arabic vocabulary in the TikTok social media application which is analyzed in terms of morphology and semantics. The reason for choosing objects in Arabic vocabulary in the TikTok social media application is the increasing number of users of the TikTok application, especially the Arab community so that there are also Arabic terms for the application. The method used in this study is a descriptive method which aims to describe and explain objects according to the meaning of the object, namely the data found in Arabic vocabulary in the TikTok application. The purpose of this study is to determine word formation in terms of morphology and the meaning of Arabic vocabulary in terms of semantics in the TikTok application. The results of this study based on a morphological review there are arabization, derivation, symbols and abbreviations, pluralization, word combinations, and hybrids. As for the semantic review there are metaphors, translations, changes in meaning, while based on the meaning relations there are synonyms, antonyms and also idioms."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfi Agusta Satyawan
"Penelitian ini berupaya untuk menganalisis efek media pada konten Tiktok Sisca Kohl dengan menggunakan konsep modal sosial dan prestise merek. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan efek media pada konten Sisca Kohl terhadap pengikutnya dalam pembentukan prestise merek. Penelitian berangkat dari atensi pengguna Tiktok terhadap konten Sisca Kohl yang unik karena memamerkan kekayaannya pada setiap video yang diunggah. Konten yang dinilai unik tersebut menuai pro dan kontra dari pengguna Tiktok. Namun kontroversi yang dibuat malah menjadikan dirinya salah satu konten kreator yang banyak di endorse perusahaan. Fenomena ini yang coba penulis analisis dengan mengaitkan konsep modal sosial dan prestise merek dalam melihat pengaruh media kepada penonton yang melihat konten Sisca Kohl. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengambilan data berupa wawancara, observasi, dan studi pustaka. Berdasarkan dugaan sementara penulis, terdapat kaitan antara modal sosial dengan pembentukan prestise pada suatu merek pada barang yang diiklankan oleh akun Tiktok Sisca Kohl. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya pemanfaatan modal sosial akun Sisca Kohl untuk memberikan efek media berupa prestise merek pada suatu produk.

This study analyzes the effect of media of Sisca Kohl's Tiktok content by using the concepts of social capital and brand prestige. In terms of its purpose, the study aims to explain the media effects of Kohl's content and her followers in the process of creating brand prestige. The first part of the research discuss the attention of Tiktok users toward Kohl's unique content in which she boasts her wealth in every videos. Consequently, this act of displaying wealth sparks controversy among TikTok users. Interestingly, however, Kohl’s popularity skyrocketed, and she’s been widely endorsed by a variety of brands. To analyze this phenomenon, this study connects the concepts of social capital and brand prestige. This study uses qualitative research methods with data collection techniques in the form of interviews, observations and literature studies. The researcher assumes that there is a link between social capital and the creation of brand prestige toward the products that that are endorsed by Kohl. Finally, this study concludes that Kohl actively utilises social capital to provide brand prestige toward the products that she endorses."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
La Moriansyah
"ABSTRAK
Media sosial sering digunakan sebagai media untuk mempromosikan kampanye sosial. Kampanye stop illegal fishing merupakan salah satu kampanye yang menggunakan media sosial. Salah satu cara untuk meningkatkan efektifitas kampanye tersebut adalah pesan kampanye mendapatkan sikap yang positif oleh target pengguna yang dituju. Dalam penelitian ini motivasi terhadap pesan kampaye dan motavasi untuk menggunakan media sosial dijadikan faktor yang dapat mempengaruhi sikap pengguna terhadap kampanye di media sosial. Selain itu juga dilakukan analisis pengaruh sikap pengguna terhadap kampanye dengan intensi untuk memberikan rekomendasi (word of mouth). Menggunakan metode Partial Least Square, dilakukan uji empiris untuk mengetahui hubungan motivasi, sikap, dan intensi pengguna pada kampanye di media sosial. Adapun sampel yang pada penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pengguna yang belum pernah dan sudah pernah melihat kampanye stop illegal fishing di media sosial. Masing-masing kelompok dianalisis secara terpisah.

ABSTRACT
Frequently social media is used for promoting social campaign. For example, Stop Illegal Fishing campaign. When users have possitive attitude toward the campaign, the effectiveness of the campaign will increasing. This research uses motivation of content-related and motivation to use social media as factors that influence users attitude toward the campaign. Moreover, this also analyze the relationship between users attitude and users intention to recommend (word of mouth). Applying Partial Least Square method, empirical test will be run to examine the relationship of motivation, attitude, and intention of social media users for social campaign. In addition, there are two group of sample in this research, which are users that have prior-exposure and users with no prior-exposure of Stop Illegal Fishing campaign in social media.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T44906
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denny Octavian
"Konten TikTok memiliki konten beragam jenis, salah satunya adalah konten tempat wisata. Penelitian ini ingin mencari tahu mengenai terdapat dampak dari konten yang telah dipersonalisasi khusus terhadap pengguna serta faktor lain berupa kualitas dari konten seperti konten yang menghibur, kreatif, dapat dipercaya, dan informatif dapat membuat seseorang merasa takjub dan merasa berguna yang memicu seseorang ingin mendatangi tempat tersebut. Penelitian ini menggunakan mixed methods dengan menyebarkan kuesioner secara online melalui media sosial dan wawancara kepada 6 responden kuesioner yang terpilih. Penelitian ini mendapatkan jumlah responden yang valid sebanyak 590 responden. Pengolahan kuantitatif pada penelitian ini menggunakan metode Partial Least Square Structural Equation Modelling (PLS-SEM) serta Partial Least Square Multi Group Analysis (PLS-MGA) menggunakan SmartPLS 3. Hasil penelitian ini menunjukan konten yang dipersonalisasi kepada pengguna mempengaruhi entertainment, creativity, informativeness, credibility dan visit intention pengguna. Sementara itu entertainment dan creativity pada suatu konten membuat pengguna merasa kagum terhadap konten dan informativeness dan credibility pada suatu konten membuat pengguna merasa konten tersebut berguna, serta pengguna merasa kagum dan konten berguna mempengaruhi visit intention seseorang. Hasil PLS-MGA menjelaskan terdapat perbedaan moderasi antara generasi Z dan Milenial pada personalisasi konten terhadap tingkat kreativitas konten, serta rasa berguna dari konten terhadap visit intention.

TikTok has various types of content, one of which is content on tourist attractions. This research wants to find out about the impact of personalized content specifically on users and other factors in the form of quality content such as entertaining, creative, credibility, and informative content that can make someone feel amazed and useful to then trigger someone to want to visit that tourist attraction. This study used mixed methods by distributing questionnaires online through social media and interviewing 6 selected questionnaire respondents. This study obtained a valid number of respondents as many as 590 respondents. Quantitative processing in this study uses the Partial Least Square Structural Equation Modeling (PLS-SEM) method and Partial Least Square Multi Group Analysis (PLS-MGA) using SmartPLS 3. The results of this study show that personalized content influences entertainment, creativity, informativeness, user credibility and visit intention. Meanwhile, entertainment and creativity in a content make users feel “wow” at the content and informativeness and credibility in a content make users feel the content is useful, and users feel “wow” and useful content affects someone's visit intention. The PLS-MGA results explain that there are differences in moderation between generation Z and Millennials in content personalization to the level of content creativity, as well as the usefulness of content related to visit intention."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ray Hans Surjadinata
"Sosial media telah membawa beberapa perubahan berarti berkat kehadiran fitur User Generated Content yang memungkinkan pengguna untuk membuat konten secara mandiri yang mengakibatkan kaburnya batas-batas komunikasi massa dengan privat, serta adanya algoritma penyebaran informasi milik platform sosial media yang mengubah aliran informasi dengan hanya memilih dan mengamplifikasi konten yang dianggap dapat menggugah dan meningkatkan keterlibatan pengguna. Tidak hanya itu, perkembangan sosial media juga mengubah fungsinya dari yang awalnya hanya sebagai sarana penyampaian informasi, kini juga menjadi sarana perdagangan melalui sistem elektronik. Namun kebebasan dalam pembuatan konten tersebut malah membawa isu baru mengenai maraknya penyebaran konten illegal seperti misinformasi yang dapat menyebabkan kekacauan dalam masyarakat maupun disinformasi yang dapat merugikan konsumen, terutama dalam fungsinya sebagai penyelenggara perdagangan melalui sistem elektronik. Penyebaran konten illegal juga diperparah oleh algoritma penyebaran informasi milik platform sosial media yang bersifat komersil yang hanya mengutamakan penyebaran informasi berbasis sensasionalisme untuk menarik keterlibatan pengguna sebanyak mungkin demi keuntungannya sendiri. Mengacu pada semakin besarnya kebergantungan masyarakat akan keberfungsian platform sosial media yang kini semakin meluas khususnya di Indonesia, maka keproaktifan dan juga pertanggungjawaban para platform sosial media untuk memastikan keandalan sistem dalam layanan digitalnya pun sangat diperlukan, terutama dalam memoderasi konten dan menyediakan sistem tata kelola dalam memitigasi penyebaran konten tersebut. Sebagai penelitian doktrinal, dengan memahami konsep dan kerangka hukum yang ada sebagai sumber hukum tertulis, penelitian ini akan membahas mengenai kesesuaian upaya pertanggungjawaban dan tata kelola para platform sosial media dengan kerangka regulasi Indonesia dan juga dalam menangani resiko. Melihat peraturan perundang-undangan yang secara tegas melarang keberperanan platform dalam menyebarkan konten illegal, para platform sebagai bagian dari pertanggungjawabannya sudah seharusnya wajib memastikan bahwa pihaknya tidak menjembatani penyebaran konten illegal dengan menerapkan sistem tata kelola yang aman, andal, dan bertanggungjawab.

Social media has brought significant changes thanks to the feature of User Generated Content that allow users to create content independently which results in the blurring between mass and private communication, as well as the existence of information dissemination algorithms owned by social media platforms that changes the information flow by only selecting and amplifying content that is able to increase user-engagement. Notwithstanding, the development of social media has also changed its original function from means of disseminating information, to now also means of trading through electronic systems. However, freedom to create content has instead brought new issues regarding the rampant spread of illegal content such as misinformation that cause chaos in society or disinformation that can harm consumers, especially in its function as means of trade through electronic systems. The spread of illegal content is also exacerbated by the information dissemination algorithm owned by social media platforms that prioritizes the spread of sensationalism-based information to attract as much user-engagement for their own benefit. Referring to the increasing dependence of society on the functioning of social media platforms in Indonesia, the proactivity and responsibility of social media platforms to ensure the reliability of their digital environment are demanded, especially in moderating content and providing a system to mitigate the spread of such content. As a doctrinal study, understanding the existing legal concepts and frameworks as written legal sources, this study will discuss the suitability of social media platforms' responsibility and governance efforts with the Indonesian regulatory framework upon dealing with the risk. Seeing the laws and regulations that has strictly prohibited the role of platforms in spreading illegal content, platforms as part of their responsibility should ensure that they don’t bridge the spread of illegal content by implementing a safe, reliable, and responsible governance system."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Savana Orcaputri
"Media sosial merupakan wadah komunikasi baru bagi masyarakat, untuk bisa saling berinteraksi dan bertukar informasi dengan menggunakan sistem elektromagnetik. Namun, dengan meningkatnya jumlah pengguna media sosial, hal tersebut juga diikuti dengan berkembangnya tindak kejahatan pornografi dengan menyalahgunakan media sosial yang ada. Maka dari itu, media sosial sebagai salah satu penyelenggara sistem elektronik (PSE) di Indonesia, dapat dimintakan pertanggungjawaban secara hukum atas tindak pidana pornografi yang difasilitasi dalam sistem elektroniknya. Fokus penelitian ini, akan membahas lebih mendalam mengenai aplikasi TikTok, dan menguraikan secara akademis tentang (i) bagaimana kewajiban media sosial TikTok sebagai PSE dalam mematuhi norma kesusilaan berdasarkan hukum positif di Indonesia; (ii) bagaimana media sosial TikTok mengatur pembatasan muatan seksual yang dilarang untuk disiarkan; (iii) bagaimana pertanggungjawaban media sosial Tiktok terhadap konten pornografi yang ditayangkan pada sistem elektroniknya dalam fitur live streaming. Metode penelitian yang digunakan penulis ialah penelitian yuridis normatif, dengan menggunakan sumber penelitian pustaka, serta dengan sifat penelitian yang analitis dan berbagai jenis data sekunder yang mendukung. Dasar hukum utama yang mengatur mengenai media sosial sesuai dengan hasil analisis penulis ialah, UU ITE, UU Pers, serta UU Penyiaran. Namun penulis akan memfokuskan pembahasan kepada TikTok sebagai PSE resmi di Indonesia, yang diatur oleh peraturan turunan UU ITE, yakni Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2019, dan Peraturan Menteri No. 5 Tahun 2020. Penelitian penulis juga ditinjau dari dasar hukum utama mengenai pornografi, yakni pada UU Pornografi dan KUHP. Pada dasarnya, ketentuan diatas telah memuat hak dan kewajiban TikTok sebagai PSE, yang dimana salah satunya untuk tidak menyebarkan informasi/dokumentasi elektronik yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan. Dalam praktiknya, TikTok masih menyebarkan konten pornografi, sehingga badan usaha asing tersebut wajib mempertanggungjawabkan tindakannya secara hukum dalam hal belum terpenuhi secara lengkap kewajibannya, sebagai PSE berdasarkan peraturan perundangundangan.

Social media is a new communication platform for the public, to be able to interact and exchange information using electromagnetic systems. However, with the increasing number of social media users, this is also followed by the development of pornography crimes by abusing existing social media. Therefore, social media as one of the organizers of the electronic system (PSE) in Indonesia, can be held legally responsible for pornography crimes facilitated in its electronic system. The focus of this research, will go deeper into the TikTok app, and elaborate academically on (i) how TikTok’s as a social media comply with obligations as a PSE in based on moral norms positive law in Indonesia; (ii) how TikTok's as a social media regulates restrictions on sexual content that is prohibited from being broadcast; (iii) how Tiktok's as a social media is responsible for pornographic content that is aired on its electronic system in the live streaming feature. The research method used by the author is normative juridical research, using literature research sources, as well as with the analytical nature of research and various types of supporting secondary data. The main legal basis governing social media in accordance with the results of the author's analysis is the ITE Law, the Press Law, and the Broadcasting Law. However, the author will focus the discussion on TikTok as an official PSE in Indonesia, which is regulated by derivative regulations of the ITE Law, namely Government Regulation No. 71 of 2019, and Ministerial Regulation No. 5 of 2020. The author's research is also reviewed from the main legal basis regarding pornography, namely the Pornography Law and the KUHP. Basically, the provisions have contained the rights and obligations of TikTok as a PSE, one of which is not to disseminate electronic information/documentation that is prohibited by laws and regulations. In practice, TikTok still spreads pornographic content, so the foreign business entity is obliged to legally responsible its actions based on the law, in terms of they have not fully fulfilled their obligations as a PSE based on laws and regulations."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christoval Pratama Irawan
"Perlindungan Hak Cipta di Indonesia telah diatur dalam UU No. 28 Tahun 2014 yang merupakan wujud dari ikut sertanya Indonesia sebagai anggota World Trade Organization yang mencakup tunduknya pada Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights. Hadiurnya peraturan perundang-undangan tersebut menjadi suatu perlindungan atas Kekayaan Intelektual berupa Hak Cipta atas suatu Ciptaan, yang salah satunya adalah Ciptaan berupa karya lagu dann/atau musik dengan atau tanpa teks. Di era digital ini, manusia dapat dengan mudah memanfaatkan teknologi media internet untuk menjalankan kegiatannya sehari-hari. Namun, hal ini juga menimbulkan dampak negatif, salah satunya adalah dalam masalah pelanggaran Hak Cipta. Mudahnya penggunaan media internet untuk mengkomunikasikan suatu informasi menyebabkan mudahnya terjadi pelanggaran Hak Cipta atas suatu Ciptaam seperti lagu dan/atau musik. Permasalahan semacam ini dapat ditemukan dalam pelanggaran atas Hak Cipta lagu dan/atau musik di media sosial seperti TikTok. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, UU No. 28 Tahun 2014 telah membuka peluang bagi Pencipta, Pemegang Hak Cipta atau Pemilik Hak Terkait untuk mempertahankan hak-haknya apabila terjadi suatu pelanggaran. Selain itu, undang-undang tersebut juga memberikan kesempatan bagi Pemerintah untuk ambil peran dalam upaya pencegahan dengan melakukan koordinasi dengan pihak dalam maupun luar negeri dalam upaya terjadi suatu pelanggaran dalam suatu sistem informasi. Skripsi ini pada pokoknya membahas 3 (3) permasalahan, yaitu bagaimana pengaturan terkait Hak Cipta di dunia dan Indonesia, bagaimana pelaksanaan Hak Cipta di Indonesia, dan bagaimana penegakkan pelanggaran hak cipta lagu dan musik di Indonesia yang terjadi di media sosial TikTok. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah yuridis-normatif, yang menggunakan pendekatan norma hukum secara tertulis dan hasil penelitian mengenai perlindungan Hak Cipta. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa meskipun peraturan perundang-undangan di Indonesia masih dapat diandalkan untuk menangani permasalahan dalam hal terjadi pelanggaran Hak Cipta, namun dirasa perlu restrukturisasi atau penambahan ketentuan spesifik mengenai perlindungan Hak Cipta seperti Hak Cipta atas lagu dan musik di era digital dengan tujuan adanya upaya preventif yang lebih menjamin perlindungan dan menghindari adanya kerugian baik secara materiil maupun imateriil oleh banyak pihak, serta untuk menghindari adanya hambatan dalam pertumbuhan ekonomi nasional.

Copyright protection in Indonesia has been regulated in Law no. 28 of 2014, a manifestation of Indonesia's participation as a member of the World Trade Organization, which includes compliance with the Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights. The presence of these laws and regulations is protection for Intellectual Property in the form of Copyright on a work, one of which is a work in the form of a song and/or music with or without text. In this digital era, humans can easily use internet media technology to carry out their daily activities. However, this also has a negative impact, one of which is the issue of copyright infringement. The easy use of internet media to communicate information makes it easy for copyright infringement to occur on a work such as songs and/or music. This kind of problem can be found in infringement of Copyright of songs and/or music on social media such as TikTok. To overcome these problems, Law no. 28 of 2014 has opened up opportunities for Authors, Copyright Holders, or Related Rights Owners to defend their rights in the event of an infringement. In addition, the law also provides an opportunity for the Government to take a role in prevention efforts by coordinating with domestic and foreign parties to prevent a violation in an information system. This thesis basically discusses 3 (3) problems, namely how to regulate copyright in the world and Indonesia, how to implement copyright in Indonesia, and how to enforce song and music copyright infringement in Indonesia that occurs on TikTok social media. The research method used in writing this thesis is juridical-normative, which uses a written legal norm approach and the results of research on Copyright protection. The conclusion that can be drawn is that although the laws and regulations in Indonesia can still be relied upon to handle problems in the event of copyright infringement, it is deemed necessary to restructure or add specific provisions regarding Copyright protection such as Copyright on songs and music in the digital era with the aim of the existence of preventive measures that better guarantee protection and avoid material and immaterial losses by many parties, as well as to avoid obstacles in national economic growth."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>