Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181086 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shafa Gendis Nurasty Nofara
"

Pendahuluan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari hasil kombinasi pada terapi hipertensi antara terapi konvensional dan terapi herbal, masing-masing antara captopril dan Apium graveolens. Tren tekanan darah dan status oksidatif malondialdehyde dan katalase pada jaringan jantung diamati. Metode: Penelitian ini merupakan studi lanjutan dari penelitian sebelumnya tentang farmakokinetik dan farmakodinamik terapi kombinasi captopril dan Apium graveolens. Data diperoleh dengan menggunakan jaringan jantung tikus Sprague-Dawley yang telah diberikan NaCl 4% secara oral sekali sehari selama 46 hari. Data dibagi menjadi lima kelompok dengan dua kelompok kontrol; kelompok normal dan kelompok negatif dan tiga kelompok perlakuan; Kelompok perlakuan kaptopril 1,25 mg, kaptopril 1,25 mg dengan ekstrak seledri, dan captopril 2,5 mg dengan ekstrak seledri. Pengukuran tingkat katalase dan malondialdehid diamati menggunakan nilai absorbansi dan uji asam thiobarbituric (TBA) pada nilai protein melalui standar Bovine Serum Albumin. Ini dihitung dengan Paket Statistik untuk Ilmu Sosial (SPSS). Hasil: Kecenderungan perubahan tekanan darah yang diamati pada hari ke-46 menunjukkan hasil serupa pada hari terakhir antara terapi kombinasi dan terapi kaptopril pada hipertensi. Pada pengukuran malondialdehid dan katalase, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam terapi kombinasi dan terapi konvensional pada tingkat stres oksidatif. Kesimpulan: Tidak ada pengurangan yang cukup pada tingkat katalase dan malondialdehid pada jaringan jantung antara semua kelompok yang diamati. Dengan demikian terapi kombinasi relatif aman pada jaringan jantung tikus dalam penelitian ini dan memiliki hasil yang serupa pada hasil akhir tren penurunan tekanan darah.

 

Kata Kunci:

Hypertension, Rat’s Heart, Apium graveolens, Captopril, Catalase, Malondialdehyde


Introduction: The aim of this research is to study the combination outcome on hypertension therapy between conventional therapy and herbal therapy, respectively between captopril and Apium graveolens. Blood pressure trend and the oxidative level status  of malondialdehyde and catalase on cardiac’s tissue is being observed. Method: The study is a continuation study from previous research on pharmacokinetic and pharmacodynamic of captopril and Apium graveolens combination therapy.  The data obtain using Sprague-Dawley rat’s cardiac tissue that has been given NaCl 4 %  orally once daily for 46th days. The data is divided into five groups with two control group; normal group and negative group and three treatment group; captopril 1,25mg treatment group, captopril 1,25mg with celery extract, and captopril 2,5mg with celery extract. Catalase and malondialdehyde level measurement is observed using the absorbance value and the thiobarbituric acid assay (TBA) on protein value through the bovine serum albumin standard. The is calculated with Statistical Package for the Social Sciences (SPSS). Results: The trend on Blood pressure changes observed in 46th days show similiar outome on the last day between the combination therapy and captopril therapy on hypertension. On malondialdehyde and catalase measurement, is no valueable differences in combination therapy and conventional therapy on oxidative stress level. Conclusion: There is no sufficient reduction on catalase and malondialdehyde level on the cardiac tissue between all group observed. Thus the combination therapy is relatively safe on the rat’s cardiac tissue in this research and has similiar outcome on blood pressure decrement trend.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhifa Ayu Nisrina
"Kaptopril merupakan obat golongan angiotensin-converting enzyme inhibitors (ACEi) yang umum digunakan pada pengobatan hipertensi. Kaptopril dapat diformulasikan menjadi sediaan transdermal untuk mengatasi permasalahan bioavailabilitas dan meningkatkan kepatuhan pasien pada sediaan oral. Kaptopril memiliki log P = 0,34 yang menyebabkannya bersifat terlalu hidrofilik sehingga diperlukan upaya untuk mengatasinya dengan microneedles. Tujuan penelitian ini adalah memformulasikan kaptopril menjadi sediaan dissolving microneedles (DMNs) menggunakan polimer kombinasi poli(vinil alkohol) (PVA) dan poli(vinil pirolidon) (PVP) K-29/32 dan mengevaluasinya. Terdapat sembilan formula dengan konsentrasi polimer yang berbeda-beda. Evaluasi yang dilakukan meliputi evaluasi mikroskopis optik, penetapan kehilangan massa selama proses pengeringan, sifat mekanis, simulasi insersi ke dalam kulit, pelarutan secara ex vivo, penetapan kadar menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi, dan uji permeasi in vitro menggunakan sel difusi Franz dengan membran uji berupa kulit tikus betina galur Sprague-Dawley. Berdasarkan hasil evaluasi, seluruh formula memiliki jarum lancip berbentuk piramida dengan tinggi yang optimal (~600 µm.); memiliki persentase penurunan tinggi jarum <10%; dan mampu menembus lapisan parafilm ke-3 sedalam 375 µm. Berdasarkan uji pelarutan ex vivo, jarum pada MN-6 dapat melarut sempurna dalam 9,2 ± 1,4 menit. Dari sembilan formula, MN-6 (PVA 5%˗PVP K-29/32 35%) dan MN-9 (PVA 7,5%˗PVP K-29/32 35%) dipilih sebagai formula optimal yang memenuhi karakteristik ideal sediaan DMNs. Berdasarkan hasil uji permeasi in vitro, diperoleh jumlah kumulatif kaptopril yang terpermeasi ke kompartemen reseptor setelah 24 jam untuk MN-6 dan MN-9 secara berturut-turut adalah 7,49±0,17 mg dan 7,20±0,25 mg (p > 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa DMNs berpotensi untuk dijadikan alternatif penghantaran kaptopril secara transdermal.

Captopril (CAP) is an angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACEi) commonly used in hypertension treatment. CAP can be given transdermally to overcome its bioavailability problems and improve patient compliance in oral administration. CAP has log P = 0.34, which causes too hydrophilic; thus, it must be enhanced with microneedles. This study aimed to formulate CAP-loaded dissolving microneedles (DMNs) using a combination polymer of poly(vinyl alcohol) (PVA) and poly(vinyl pyrrolidone) (PVP) K-29/32 and evaluate it. There were nine formulas with different polymer concentrations. The evaluations consist of microscopic evaluation, determination of loss on drying, mechanical strength, penetration into the skin, ex vivo dissolution, determination of theoretical drug content, determination of drug content using high-performance liquid chromatography, and in vitro permeation study using Franz diffusion cells with Sprague-Dawley female rats. Based on the evaluation, all DMNs produced pyramid-shaped needles with optimal height (~600 µm); the percentage of height reduction was <10%; and they could penetrate the 3rd parafilm layer as deep as 375 µm. At the ex vivo dissolution test, MN-6’s needles dissolved completely after 9.2 ± 1.4 minutes. From nine formulas, MN-6 (PVA 5%˗PVP K-29/32 35%) and MN-9 (PVA 7.5%˗PVP K-29/32 35%) were selected as optimal formulas. Based on the in vitro permeation study, the cumulative amounts of CAP permeated into the receptor compartment after 24 hours for MN-6 and MN-9 were 7.49±0.17 mg dan 7.20±0.25 mg, respectively (p > 0.05). The results of this study indicate that transdermal delivery systems, such as DMNs, may serve as a promising system for CAP."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhati Aulia Sari Junaidi
"Captopril adalah inhibitor oral aktif angiotensin converting enzyme ACE yang telah banyak digunakan untuk pengobatan hipertensi dan gagal jantung kongestif. Captopril memiliki waktu paruh biologis yang pendek dan bioavailabilitas yang rendah, sehingga obat harus dikonsumsi berulang kali untuk mendapatkan efek terapeutik yang diharapkan. Mikroenkapsulasi obat dengan menggunakan polimer biodegradabel adalah salah satu alternatif untuk meniminalkan kekurangan tersebut.
Dalam penelitian ini polipaduan poli asam laktat dengan polikaprolaton digunakan sebagai material yang akan mengenkapsulasi captopril. Mikrokapsul dibuat dengan metode penguapan pelarut minyak dalam air dengan menggunakan larutan Tween 80 sebagai emulsifier. Variasi dilakukan pada kecepatan pengadukan emulsi dan waktu pengadukan dispersi. Kondisi optimum untuk mikroenkapsulasi adalah 60 PLA : 40 PCL dengan konsentrasi tween 80 0,5 . Efisiensi enkapsulasi captopril optimum sebesar 90,63 . Uji disolusi yang dilakukan selama 55 jam, menunjukkan hasil pelepasan obat sebesar 14,05 dalam larutan pH 1,2 dan 15,56 pada pH 7,4.

Captopril is an active oral angiotensin converting enzyme ACE inhibitor that has been widely used for the treatment of hypertension and congestive heart failure. Captopril has a short biological time and low bioavailability, which allows it to be used for the expected therapeutic effect. Microencapsulation of drugs by using biodegradable polymers is one of the alternatives to minimize the deficiency.
In this study polyblend poly lactic acid with polycaprolactone as a material that will encapsulate captopril. The microcapsules are prepared by an oil boosting method in the air by using Tween 80 solution as emulsifier. Variations were performed at the speed of the emulsion stirring and the stirring time of the dispersion. The optimum condition for microencapsulation is 60 PLA 40 PCL with 80 tween 80 concentration. Optimum captopril encapsulation efficiency was 90.63 . Dissolution test conducted for 55 h, showed drug release result of 14,05 in solution of pH 1,2 and 15,56 at pH 7.4.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T51460
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evita Stephanie
"Hipertensi adalah salah satu penyebab kematian utama di dunia dan dapat menyebabkan penyakit lain, seperti chronic kidney disease (CKD) dan hipertensi pada ginjal. Selain obat antihipertensi (captopril), tanaman herbal (Apium graveolens) juga terkenal untuk menurunkan tekanan darah. Malondialdehyde akan meningkat jika reactive oxygen stress (ROS) juga meningkat, sedangkan katalase adalah enzim antioksidan yang memetabolisme H2O2. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati efek aditif dari kombinasi captopril dan ekstrak seledri dalam menurunkan tekanan darah, katalase, dan MDA. Studi data eksperimental laboratorium yang menggunakan jaringan ginjal dari tikus Sprague-Dawley. Tikus di induksi dengan metode non-invasive blood pressure selama kurang lebih 60 hari. Setiap sampel dianalisa dengan ELISA untuk menentukan kadar MDA, katalase dengan menggunakan data protein jaringan ginjal. Hasil uji tekanan darah menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara grup pengobatan captopril dengan ekstrak seledri (p = 0,000). Hasil uji kombinasi pengobatan captopril dengan ekstrak seledri tidak menunjukkan adanya perbedaan signfikan dengan kelompok negatif dalam menurunkan tingkat katalase (p = 0,355) dan MDA (p = 0,213). Studi analisis data menunjukkan perbedaan bermakna dalam menurunkan tekanan darah, tetapi tidak menunjukkan perbedaan bermakna untuk menurunkan tingkat katalase dan MDA dalam jaringan ginjal tikus yang diberikan kombinasi pengobatan captopril dan ekstrak Apium graveolens. 

Hypertension is one of the leading causes of death and can cause other morbidities, such as chronic kidney disease and renovascular hypertension. Aside from antihypertensive medications (captopril), herbal medicine (Apium graveolens) is popular to decrease the blood pressure. Malondialdehyde will increase along with ROS activity, while catalase is an antioxidant enzyme to metabolize H2O2. This study aims to examine the additive effect of captopril and celery extract in decreasing blood pressure, MDA, and catalase. Laboratory experimental data using kidney tissue from Sprague-Dawley rats. The rats underwent induction by non-invasive blood pressure method for around 60 days. Samples are analyzed using ELISA, by obtaining data for MDA, catalase, and protein content from kidney tissue. Blood pressure showing significant decreases between combination treatment groups (p = 0,000). There are no significant differences between combination treatment groups with negative groups in decreasing catalase with p = 0,355) and MDA level (p = 0,213). Study data analysis showed significant differences in decreasing blood pressure, but did not show statistically significant differences in decreasing catalase and MDA level in rats treated with combination treatment of captopril and Apium graveolens extract. "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fira Amaris
"Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu tanaman obat
tradisional yang banyak digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit. Penelitian
terdahulu melaporkan bahwa G. mangostana mempunyai aktivitas antioksidan yang
poten yang berperan melindungi sel dari stres oksidatif. Tujuan penelitian adalah
menguji efek hepatoprotektif dari ekstrak etanol kulit buah manggis (EEKBM) pada
tikus yang diinduksi dengan karbon tetraklorida (CCl4). Tikus jantan galur Sprague-
Dawley dengan berat 150-200 g, 11-12 minggu, dibagi menjadi 5 kelompok secara
acak, tiap kelompok terdiri atas 5 ekor tikus. Kelompok I: kontrol. Kelompok II:
diberikan CCl4. Kelompok perlakuan III, IV, V diberikan EEKBM dengan dosis 900,
1080 dan 1296 mg/kgBB/hari secara oral selama 8 hari. Aktivitas alanin
aminotransferase (ALT), malondialdehid (MDA) dan glutation (GSH) diukur pada
plasma dan jaringan hati tikus. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas ALT plasma
dan kadar MDA hati kelompok EEKBM (900, 1080 dan 1296 mg/kg BB) lebih
rendah dibanding kelompok CCl4 secara bermakna (p<0,05). Kadar MDA plasma
tidak berbeda bermakna dengan kelompok kontrol, tetapi lebih tinggi dibanding
kelompok CCl4 secara bermakna (p<0,05). Kadar GSH hati dan plasma dari
kelompok EEKBM (900 dan 1080 mg/kg BB) lebih tinggi dibanding kelompok CCl4
secara bermakna (p<0,05). Pada kelompok EEKBM (1296 mg/kg BB) kadar GSH
plasma lebih tinggi dibanding kelompok CCl4 secara bermakna (p<0,05).
Kesimpulannya, EEKBM mempunyai kemampuan untuk melindungi hati dari
kerusakan oksidatif akibat CCl4, kemampuan ini diduga berhubungan dengan
aktivitas antioksidan dari kandungan senyawa Garcinia mangostana L.

Mangosteen fruit (Garcinia mangostana L.) is traditionally used as medicinal plant.
Previous studies mentioned that G. mangostana has a potent antioxidant activity to
protect the cells from oxidative stress. This study aimed to investigate the
hepatoprotective effect of the ethanol extract of mangosteen pericarp (EEMP) in rats
induced by carbon tetrachloride (CCl4). Male Sprague-Dawley rats weighing 150-200
g, 11-12 weeks were randomly devided into 5 groups of 5 animals each. Group I:
controls. Group II: treatment CCl4, and 3 treatment Groups (III, IV, V). Group III:
EEMP 900 mg/kgBW, Group IV: EEMP 1080 mg/kgBW and Group V: EEMP 1296
mg/kgBW. All treatment with plant extracts administered orally, once per day for 8
days. The activity of alanine aminotransferase (ALT), malondialdehyde (MDA) and
glutathione (GSH) was measured in rats plasma and liver tissue. Results showed that
the plasma ALT activity and liver MDA levels of EEMP groups (900, 1080 and 1296
mg/kgBW) were significantly lower compared to CCl4 group (p<0,05), while the
plasma MDA levels were not significantly different compare to control group
(p<0,05) but higher compared to CCl4 groups (p<0,05). GSH levels of liver and
plasma of treatment groups (900 and 1080 mg/kgBW) were significantly higher
compared to CCl4 group (p<0,05), while at treatment group of 1296 mg/kgBW, only
the GSH levels of plasma were significantly higher compared to CCl4 group
(p<0,05). Hence, in conclusion ethanol extract of mangosteen pericarp (EEMP)
demonstrated the ability to protect the liver from oxidative damage caused by CCl4,
which was assumed due to the antioxidant activity of the active compound of
Garcinia mangostana L.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T35740
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siska
"

Apium graveolens L. (seledri) merupakan obat herbal yang digunakan untuk pengobatan hipertensi. Penelitian terdahulu melaporkan bahwa penggunaan bersama herbal dengan obat sintetik dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada farmakokinetik dan farmakodinamik obat sintetik. Informasi mengenai interaksi antara obat herbal dengan obat sintetik masih terbatas sehingga perlu diketahui efektivitas dan keamanan penggunaan kombinasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya interaksi farmakodinamik dan farmakokinetik kombinasi kaptopril dan ekstrak seledri yang diberikan secara oral sebagai antihipertensi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah pengujian interaksi farmakokinetik dengan mengambil darah tikus pada titik waktu tertentu setelah pemberian obat dan ekstrak seledri. Konsentrasi kaptopril diukur menggunakan kromatografi cair kinerja ultra tinggi-tandem spektrometri massa (KCKUT-SM/SM), selanjutnya dihitung Ke, Cmax, AUC, Tmax, dan T1/2. Bagian kedua yaitu pengujian interaksi farmakodinamik untuk efek antihipertensi dengan metode pengukuran tekanan darah secara non-invasive pada ekor. Tekanan darah diukur sebelum perlakuan, setelah induksi NaCl 4%, dan setelah pemberian bahan uji. Pengambilan sampel urin dan darah untuk pengujian kadar natrium, kalium, volume urin, kadar kreatinin, aktivitas enzim ALT (SGPT), dan enzim penghambat konversi angiotensin. Hasil uji pada profil farmakokinetik kaptopril berbeda antara pemberian tunggal dengan kombinasi ekstrak seledri. Pemberian kaptopril 2,5 mg/kg bb bersamaan dengan ekstrak seledri 40 mg/kg bb tanpa jeda waktu menurunkan Cmax dan AUC serta memperpanjang waktu Tmax dan T1/2. Pemberian ekstrak seledri 1 jam sebelum kaptopril (10 mg/kg bb) pada kombinasi, meningkatkan Cmax dan AUC, serta memperpanjang T1/2. Tekanan darah tikus yang mendapat kombinasi kaptopril dosis 5 mg/kg bb dengan ekstrak seledri dosis 40 mg/kg bb menurun lebih besar dibandingkan dengan pemberian kaptopril tunggal. Penurunan tekanan darah pada kelompok kombinasi kaptopril dan ekstrak seledri diikuti dengan peningkatan volume urin. Kadar natrium urin dan serum, serta kadar kalium serum cenderung mengalami peningkatan pada semua kelompok perlakuan namun tidak berbeda bermakna dengan kelompok normal. Kadar kalium urin cenderung mengalami penurunan kecuali pada kelompok kombinasi kaptopril (5 mg/kg bb) dan ekstrak seledri (40 mg/kg bb). Kreatinin serum cenderung meningkat pada kelompok kombinasi kaptopril dengan ekstrak seledri tetapi masih dalam rentang normal. Kreatinin urin dan bersihan kreatinin pada tikus yang mendapat kombinasi kaptopril dan ekstrak seledri tidak berbeda dengan kelompok normal.  Kadar SGPT cenderung menurun pada semua kelompok kombinasi kaptopril dan ekstrak seledri, namun tidak berbeda bermakna dengan kelompok normal. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah pemberian kombinasi kaptopril dosis 2,5 mg/kg bb dan 10 mg/kg bb dengan ekstrak seledri dosis 40 mg/kg bb secara oral dapat mengubah farmakokinetik kaptopril.  Pemberian kombinasi kaptopril dosis 5 mg/kg bb dan ekstrak seledri dosis 40 mg/kg bb menurunkan tekanan darah kembali normal pada tikus hipertensi yang diinduksi NaCl.


Apium graveolens L. (celery) is commonly used as herbal medicine for antihypertension. There was evidence that herb combines with the synthetic drug may affect the pharmacokinetics and pharmacodynamics of the synthetic drug. Information about the interaction between herbal medicines and synthetic drugs is still limited, therefore it will be necessary to explore the clinical results when using these combinations. This study aimed to investigate the pharmacodynamic and pharmacokinetic interaction of oral administration of combined captopril and celery as antihypertensive agent in animal model. The study was divided into two parts. In the first part which was the pharmacokinetics study, blood samples were collected at a various time points after herb-drug combination administration. The blood values of Ke, Cmax, AUC, Tmax, and T1/2 of captopril were obtained by using LC-MS/MS method. The second part was the pharmacodynamic study. The blood pressure was measured bymeans of non-invasive tail method and recorded before and after treatment of induction of 4% NaCl solution and herb-drug administration. The urine and blood were collected and the sodium and potassium concentration, cumulative urine volume, creatinine, the activities of glutamic pyruvic transaminase enzyme and angiotensin converting enzyme inhibition were measured. The results of the pharmacokinetic study showed that concomittant administration of 2.5 mg/kg bw of captopril and 40 mg/kg bw of celery extract decreased Cmax, Ke, AUC and increased T1/2 and Tmax of captopril. When 40 mg/kg bw of celery extract was given 1 hour before 10 mg/kg bw of captopril, the Cmax, T1/2, AUC of captopril were increased and Ke was decreased compared with captopril alone. The combination 5 mg/kg bw of captopril and 40 mg/kg bw of celery extract decreased the blood pressure in hypertensive rats better than 5 mg/kg bw of captopril alone. The decreased in blood pressure was followed by an increase in urine volume. Urinary and serum sodium, serum potassium levels tended to increase in all treatment groups, but they were not significantly different from the normal group. Urinary potassium levels tended to decrease except in the combined 5 mg/kg bw of captopril and 40 mg/kg bw of celery extract. In conclusion, oral administration of combination of 2,5 mg/kg bw and 10 mg/kg bw captopril with 40 mg/kg bw celery extract changes the pharmacokinetics of captopril, whereas the administration of combination of 5 mg/kg bw captopril and 40 mg/kg bw celery extract decreased the blood pressure to normal value in NaCl-induced hypertension rats.

"
2019
D2586
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilbert Lazarus
"Pendahuluan Diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) diderita oleh sekitar 1 dari 10 orang dewasa di seluruh dunia. Patomekanisme DMT2 yang diperantarai oleh stres oksidatif dapat menyebabkan kerusakan multisistem, khususnya sistem kardiovaskular. Beberapa efek samping penggunaan metformin telah dilaporkan. Hal ini menyebabkan alfa-mangostin (αMG) muncul sebagai salah satu alternatif pengobatan DMT2 yang memiliki potensi tinggi akibat aktivitas anti-oksidatifnya. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi efek protektif αMG terhadap kadar malondialdehid (MDA) dan aktivitas superoksida dismutase (SOD) pada organ jantung tikus model DMT2.
Metode Tiga puluh enam tikus Wistar jantan dibagi ke dalam enam kelompok yang masing-masing berisi enam ekor: kelompok normal, kelompok normal + αMG (200 mg/kgBB), kelompok DMT2, kelompok DMT2 + metformin (200 mg), kelompok DMT2 + αMG 100 dan 200 mg/kgBB. Konsentrasi MDA dan aktivitas SOD diukur untuk menilai tingkat stres oksidatif pada setiap kelompok. ANOVA Welch diikuti dengan uji post-hoc Games-Howell digunakan untuk membandingkan data dengan nilai kemaknaan 0,05.
Hasil Studi ini mendemonstrasikan bahwa αMG dapat menurunkan konsentrasi MDA (p=0,003) dan meningkatkan aktivitas SOD (p=0,001) pada model tikus DMT2 secara signifikan, bahkan hingga melebihi kelompok normal untuk parameter SOD (rerata, 8,98 vs. 6,02 U/mL; p<0,001). Terlebih lagi, αMG dapat meningkatkan aktivitas SOD secara dose-dependent (rerata, 8,98 vs. 11,96 U/mL; p=0,019). Dibandingkan dengan metformin, αMG memperbaiki stres oksidatif lebih baik pada kedua parameter (MDA, p=0,029; SOD, p=0,007).
Kesimpulan Temuan pada studi ini menunjukkan bahwa αMG mampu memperbaiki stres oksidatif pada jaringan jantung tikus yang mengidap DMT2, terbukti pada peningkatan aktivitas SOD serta penurunan konsentrasi MDA.

Introduction Type 2 diabetes mellitus (T2DM) afflicts about 1 in 10 adults worldwide. Oxidative stress in T2DM leads to multisystem damages, particularly the cardiovascular system. As deteriorating adverse effects on the use of metformin have been reported, alpha-mangostin (αMG) rise as a potential alternative due to its anti-oxidative properties. This study aims to evaluate the protective effects of αMG against oxidative stress markers (i.e. malondialdehyde [MDA] and superoxide dismutase [SOD]) in heart tissued of T2DM-induced rats. Methods Thirty-six male Wistar rats were divided into 6 groups of 6 each, i.e., normal group, normal + αMG (200 mg/kg), T2DM group, T2DM + metformin group, T2DM + various doses of αMG (100 and 200 mg/kg). T2DM were induced using high-fat/high-glucose diet followed by streptozotocin injection (HF/HGSTZ). MDA level and SOD activity were assayed to assess oxidative stress between groups. Welch's ANOVA followed by Games-Howell post-hoc test was used to compare the data with significance level of 0.05.
Results This study demonstrated that αMG remarkably decreased MDA (p=0.003) and increased SOD (p=0.001) in T2DM-induced rats, even to the extent of exceeding controls for SOD (mean 8.98 vs. 6.02 U/mL, p<0.001). Furthermore, αMG were dose-dependent in SOD (mean, 8.98 vs. 11.96 U/mL; p=0.019). Compared to metformin, αMG improves oxidative stress better either for MDA (p=0.029) or SOD (p=0.007). Conclusion These findings suggest that αMG is capable of ameliorating oxidative stress in heart tissues of T2DM-induced rats, evident in the increase of SOD and the decrease of MDA."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yuli Subiakto
"Dengan Vitamin E 200 mg Terhadap Penurunan Stres Oksidatif Dan Peningkatan Antioksidan Pada Teknisi Awaak Pesawat Terbang Militer. Stres oksidatif merupakan kondisi patologis tubuh yang disebabkan oleh terjadinya ketidakseimbangan antara oksidan dengan antioksidan tubuh, yang menghasilkan radikal bebas yang dapat mengakibatkan kerusakan sel secara dini. Radikal bebas akan berikatan bahan penyusun sel meliputi lemak, protein dan DNA akibatnya sel mengalami kerusakan, sehingga sel tidak dapat beregenerasi yang berdampak timbulnya penyakit degeneratif. Teknisi awak pesawat terbang militer sebagai personel khusus dalam melakukan pekerjaan bersinggungan langsung dengan bahan-bahan oksidan, sehingga berisiko tinggi mengalami stres oksidatif. Vitamin C dan vitamin E merupakan antioksidan non enzim dari luar luar tubuh yang memiliki peran menghambat stres oksidatif, sehingga stres oksidatif tidak terjadi. Desain penelitian studi eksperimental dengan intervensi (intervention study) dengan randomized double blind controled trial. Besar sampel 206 orang terbagi dua kelompok yaitu kelompok intervensi besar sampel 103 orang diberikan suplemen kombinasi vitamin C 500 mg dengan vitamin E 200 mg dan kelompok kontrol besar sampel 103 orang diberikan placebo selama 40 hari tanpa putus. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik responden, pola dan jumlah konsumsi vitamin C, vitamin E dan nutrien makanan, yang diperoleh dari food frequecy questionnaire (FFQ) dan 24 jam recall, pemeriksaan stres oksidatif berdasarkan pemeriksaan kadar malondialdehyde (MDA) dan antioksidan berdasarkan pemeriksaan kadar glutathione (GSH) dalam serum darah pada pre dan post intervensi. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan stres oksidatif pada kelompok yang mendapatkan suplemen kombinasi vitamin C 500 mg dengan vitamin E 200 mg dibandingkan dengan kelompok kontrol yang mendapatkan placebo, secara bermakna dengan p value 0,04 dengan besar efek - 0,089 nmol/mL, selang kepercayaan 95% (-0,17875 – 0,00095). Tidak terjadi peningkatan antioksidan pada kelompok yang mendapatkan suplemen kombinasi vitamin C 500 mg dengan vitamin E 200 mg dibandingkan dengan kelompok kontrol yang mendapatkan placebo, secara tidak bermakna dengan p value 0,81 dengan besar efek -0,019 ug/mL, selang kepercayaan 95% (-0,140 – 0,180). Kata kunci : Suplemen Kombinasi Vitamin C dan Vitamin E, Stres Oksidatif, Antioksidan, Teknisi Awak Pesawat Terbang Milite

500 mg with Vitamin E 200 mg to Decrease Oxidative Stress and Increase Antioxidant on Technician Crew Military Aircraft. Oxidative stress is pathological condition body that is caused by imbalance between oxidants with antioxidants body, which produces free radicals that can lead cell damage early. Free radical will bind building blocks cell covering of fat, protein and DNA will result damage cell, so cell can not regenerate that affect onset of degenerative diseases. Technicians crew military aircraft as specialized personnel with activity job direct contact with material oxidant, thus high risk of oxidative stress. Vitamin C and vitamin E are antioxidant enzyme exogen outside body which has role inhibiting oxidative stress, so oxidative stress does not occur. The design study experimental studies with intervention randomized double blind controled trial. Sample size 206 people divided into two groups are intervention group with sample size 103 people are given supplements combination vitamin C 500 mg with vitamin E 200 mg and control group with sample size 103 people are given placebo for 40 days without break. Data collected include are characteristics of respondent, pattern and amount of consumption of vitamin C, vitamin E and nutrient food, derived from food frequecy questionnaire (FFQ) and 24-hour recall, examination of oxidative stress by checking levels malondialdehyde (MDA) and examination of antioxidant by checking levels glutathione (GSH) in blood serum in pre and post intervention. The results showed decrease oxidative stress in group intervention who are received suplement combination vitamin C 500 mg with vitamin E 200 mg compared with control group who are received placebo, are significant with p value 0.04 with effects size -0.089 nmol/mL, confidence interval 95 % (-0.17875 - 0.00095). No increase antioxidants in group intervention who are received supplement combination vitamin C 500 mg with vitamin E 200 mg compared with control group who are received placebo, are not significant with p value 0.81 with effects size -0.019 ug/mL, 95% confidence interval ( -0.140 - 0.180)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albertus Marcio Edbert Rompies
"Stres oksidatif yang meningkat pada obesitas mempengaruhi jantung dengan kenaikan terjadinya penyakit jantung setiap tahunnya. Biji ketumbar memiliki antioksidant alami yang dapat mengurangi stress oksidatif. Studi ini bertujuan untuk menilai efek pemberian ekstrak biji ketumbar terhadap stress oksidatif pada jantung tikus yang diinduksi obes. Penelitian ini menggunakan jaringan jantung tersimpan dari tikus Wistar yang telah diinduksi obesitas menggunakan pakan tinggi lemak yang dilakukan selama 12 minggu. Selama 12 minggu pasca induksi diberikan 100 mg/kgBB ekstrak biji ketumbar. Terdapat 5 kelompok tikus yaitu kelompok kontrol normal, kelompok pakan normal + ketumbar, kelompok preventif (pakan tinggi lemak + ketumbar), kelompok kontrol obes, kelompok tikus obes + ketumbar. Aktivitas spesifik katalase jantung diukur menggunakan spektrofotometer. Analisis statistik menggunakan One-way ANOVA apabila diperoleh distribusi data yang normal. Pemberian ekstrak biji ketumbar meningkatkan  aktivitas spesifik katalase secara signifikan pada kelompok tikus dengan pakan  normal dibandingkan dengan kontrol, juga meningkat bermakna pada kelompok preventif dibandingkan dengan kontrol tikus obes. Pada tikus obes yang diberikan ketumbar, aktivitas spesifik katalase meningkat dibandingkan dengan kontrol tikus obes namun tidak bermakna secara statistik. Ekstrak biji ketumbar dapat meningkatkan aktivitas spesifik katalase pada jantung tikus yang diberikan diet normal dan diet tinggi lemak. Dengan demikian ekstrak biji ketumbar berperan dalam mencegah status stres oksidatif pada jantung terutama ketika mengkonsumsi diet tinggi lemak.

Increased oxidative stress in obesity affects the heart with the increase of cardiovascular disease likelihood every year. Coriander seeds (Coriandrum sativum L) have natural antioxidants that can reduce oxidative stress. This research aims to assess the effect of coriander seed extract on oxidative stress in the heart of obesity induced rats. This experiment uses stored heart tissue of Wistar rat that were induced with obesity using high fat diet for 12 weeks. For 12 weeks post induction, the rats are given 100 mg/kgBW of coriander seed extract. There are 5 groups of rats namely normal control group, normal fed + coriander, preventive group (high fat diet + coriander), obese control group, obese rat + coriander group. Catalase specific activity of the heart is measured using spectrophotometer. Statistical analysis using One-way ANOVA is performed if the data distribution is normal. Coriander seed extract significantly increased the catalase specific activity in normal control compared to the control group, also increased significantly in the preventive group compared to the obese control group. In obese rat given coriander, the catalase specific activity is increased compared to the obese control group but is not statistically significant. The coriander seed extract can increase the catalase specific activity in the heart of normal diet and high fat diet rats. Thus, coriander seed extract plays a role in preventing oxidative stress in the heart particularly when consuming a high fat diet.  "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>