Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205238 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ni Wayan Kristina Eka Yanti
"Penelitian mengenai produksi biomassa dan lipid Stanieria HS-48 pada medium NPK dengan penambahan variasi konsentrasi ekstrak tauge dalam sistem fotobioreaktor pengangkut udara (APBR) telah dilakukan. Ekstrak tauge merupakan salah satu bahan alami yang dapat ditambahkan dalam medium NPK untuk menumbuhkan mikroalga, salah satunya Stanieria. Stanieria HS-48 adalah salah satu strain yang diisolasi dari sumber air panas Ciater di Jawa Barat. Stanieria HS-48 ditumbuhkan dalam medium Bold Basal’s Medium (BBM) sebagai kontrol dan medium NPK dengan penambahan variasi konsentrasi 1%, 2%, dan 3% ekstrak tauge sebagai perlakuan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian medium BBM dan medium NPK 350 ppm dengan penambahan variasi konsentrasi 1%, 2%, dan 3% ekstrak tauge terhadap pertumbuhan biomassa Stanieria HS-48. Selain itu, penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan total lipid dari biomassa Stanieria HS-48 pada medium BBM dan medium NPK 350 ppm dengan penambahan variasi konsentrasi 1%, 2%, dan 3% ekstrak tauge. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan mengenai pengaruh penambahan variasi konsentrasi 1%, 2%, dan 3% ekstrak tauge dalam medium NPK terhadap pertumbuhan biomassa Stanieria HS-48. Hal tersebut dapat ditinjau dari pola penaikan dan penurunan rerata kerapatan sel dan laju pertumbuhan (r) pada fase log yang menunjukkan hasil yang relatif sama, yaitu kisaran ±0,5. Sementara itu, hasil kadar total lipid menunjukkan terdapat perbedaan kandungan total lipid biomassa Stanieria HS-48 dalam medium BBM dan medium NPK dengan penambahan variasi konsentrasi 1%, 2%, dan 3% ekstrak tauge. Kadar lipid tertinggi terdapat pada Stanieria HS-48 dalam medium NPK 350 ppm dengan penambahan 3% ekstrak tauge, yaitu sejumlah 69,6%.

The study about biomass and lipid production of Stanieria HS-48 on NPK medium with the addition of variations the concentration of bean sprout extract in an airlift photobioreactor (APBR) has been done. Bean sprout extract is a natural substance that can be added to the NPK medium for microalgae growth which is Stanieria. Stanieria with strain code HS-48 was isolated from Ciater hot springs in West Java. Stanieria HS-48 was grown on Bold Basal’s Medium (BBM) as control and NPK medium with the addition of variations the concentration of bean sprout extract 1%, 2%, and 3% as a treatment media. The aim of this study to determine the effect of the BBM and the addition of variations in the concentration of bean sprout extract 1%, 2%, and 3% on NPK 350 ppm medium in biomass production of Stanieria HS-48. Other than that, this study aimed to determine differences of total lipid from Stanieria HS-48 biomass on BBM and NPK medium with addition of variations the concentration of bean sprout extract 1%, 2%, and 3%. The results showed that there was no significant effect on the addition of variations in the concentration of bean sprout extract 1%, 2%, and 3% on NPK medium to the growth of Stanieria HS-48 biomass.  This phenomenon can be seen from the pattern of increased and decreased the average cell density and growth rate in the log phase which shown relatively similar with range ±0.5. Nevertheless, the results of total lipid from Stanieria HS-48 on NPK medium with addition of variations the concentration of bean sprout extract 1%, 2%, and 3% has a significant effect. The highest total lipid was produced in Stanieria HS-48 on NPK medium with an addition of 3% bean sprout extract with a percentage of 69.6%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Toriq Rochmanto
"Penelitian mengenai produksi biomassa Mastigocladus HS-46 pada medium NPK dengan penambahan variasi konsentrasi ekstrak tauge dalam sistem flat photobioreactor telah dilakukan. Optimalisasi kandungan makronutrien medium NPK sebagai pengganti Bold's Basal Medium (BBM) untuk menumbuhkan cyanobacteria dapat melalui penambahan kandungan ekstrak tauge. Mastigocladus HS-46 diisolasi dari sumber air panas Maribaya pada suhu lingkungan 42 oC. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan Mastigocladus HS-46 terdiri atas medium BBM sebagai kontrol dan medium NPK 350 ppm dengan penambahan konsentrasi ekstrak tauge 1%, 2%, dan 3%. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan variasi konsentrasi ekstrak tauge dalam medium NPK 350 ppm dan medium BBM terhadap produksi biomassa Mastigocladus HS-46. Selain itu, penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar lipid Mastigocladus HS-46 dalam medium. Hasil penelitian menunjukkan medium NPK 350 ppm dengan penambahan ekstrak tauge 3% menghasilkan berat biomassa dan lipid tertinggi Mastigocladus HS-46 dibandingkan dengan medium BBM dan NPK 350 ppm dengan penambahan ekstrak tauge 2% dan 1%. Medium NPK 350 ppm dengan penambahan ekstrak tauge 3% menghasilkan berat biomassa tertinggi sebesar 0,1632 g/mL dengan kadar lipid tertinggi sebesar 62 %.

Research on Mastigocladus HS-46 biomass production on NPK medium with the addition of bean sprout extract with varying concentrations in flat photobioreactor system has been done. Optimization of the macronutrient content as a replacement to the Bold's Basal Medium (BBM) for cyanobacteria cultivation can be done with the use of bean sprout extract. Mastigocladus HS-46 was isolated from Maribaya Hot Spring at the temperature of 42 °C. The mediums used for Mastigocladus cultivation are BBM as control, and NPK mediums with the addition of bean sprout extract of 1%, 2% and 3% concentrations for the experimental group. The purpose of his research is to understand the effect of BBM and bean sprout extract addition with varying concentrations in 350 ppm NPK medium on Mastigocladus HS-46 biomass production. This research also aims to determine differences in the lipid content of Mastigocladus HS-46 in mediums. The results showed that 350 ppm NPK medium with 3% bean sprout extract addition produces the highest amount of biomass and lipid compared to the BBM and 350 ppm NPK medium with 2% and 1% bean sprout extract addition, producing 0,1632 g/ml of biomass and containing 62% lipid."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zanuba Nur Arifah Al Lail
"Penelitian mengenai produksi biomassa dan protein Stanieria HS-48 yang ditumbuhkan pada medium NPK dan BBM dalam sistem fotobioreaktor kedap suara telah dilakukan. Medium NPK merupakan salah satu medium dengan biaya rendah yang dibuat dengan melarutkan pupuk NPK komersial. Medium NPK dan BBM dapat digunakan untuk menumbuhkan berbagai mikroalga, termasuk Stanieria. Stanieria HS-48 merupakan salah satu strain Cyanobacteria asli Indonesia yang diisolasi dari sumber air panas Ciater, Jawa Barat. Cyanobacteria berpotensi sebagai sumber protein karena memiliki kandungan protein yang tinggi. Medium NPK dan BBM digunakan sebagai perlakuan untuk memproduksi biomassa dan protein Stanieria HS-48. Biakan Stanieria HS-48 diinkubasi pada sistem fotobioreaktor kedap suara untuk mencegah gangguan suara dari luar sistem yang dapat memengaruhi pertumbuhan mikroalga. Pengukuran kadar protein terlarut Stanieria HS-48 dilakukan dengan metode Bradford. Penelitian bertujuan untuk mengukur dan membandingkan pertumbuhan serta kadar protein terlarut dari biomassa
Stanieria HS-48 yang ditumbuhkan pada medium NPK dan BBM dalam sistem fotobioreaktor kedap suara. Parameter pertumbuhan yang diukur meliputi kerapatan sel (vegetatif dan baeocyte), kandungan klorofil, dan laju pertumbuhan. Biakan Stanieria HS-48 diinkubasi pada suhu 29—31 °C, intensitas cahaya 1800—1900 lux, pH 5—6, dan fotoperiodisitas 12 jam terang-12 jam gelap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata total kerapatan sel dan rerata kandungan klorofil Stanieria HS-48 pada medium NPK dan BBM dalam sistem fotobioreaktor berdasarkan uji T (a=0,05). Rerata total kerapatan sel Stanieria HS-48, yaitu 1,789 x 106 sel/mL pada medium NPK dan 1,969 x 106 sel/mL pada BBM. Rerata kandungan klorofil Stanieria HS-48, yaitu 0,088 mg/L pada medium NPK dan 0,109 mg/L pada BBM. Meskipun demikian, laju pertumbuhan Stanieria HS-48 pada medium NPK dan BBM memiliki nilai yang berbeda, yaitu 0,217 per hari pada medium NPK dan 0,236 per hari pada BBM. Selain hal tersebut, hasil pengukuran kadar protein terlarut Stanieria HS-48 pada medium NPK dan BBM dalam sistem fotobioreaktor kedap suara tidak berbeda, yaitu 0,155% untuk Stanieria HS-48 pada medium NPK dan 0,158% untuk Stanieria HS-48 pada BBM.

The study about biomass and protein production of Stanieria HS-48 grown in BBM and NPK medium on a soundproof photobioreactor system has been done. NPK medium is one of the low-cost mediums made by dissolving commercial NPK fertilizers. BBM and NPK medium can grow various microalgae, including Stanieria. Stanieria HS-48 is a Cyanobacteria strain indigenous Indonesia isolated from the Ciater hot springs in West Java. Cyanobacteria has the potential as a source of protein because it has a high protein content. BBM and NPK medium were used as treatments to produce Stanieria HS-48 biomass and protein. The Stanieria HS-48 culture was incubated in a soundproof photobioreactor system to prevent noise outside the system from affecting microalgae growth. Soluble protein content of Stanieria HS-48 was measured using Bradford method. This study aimed to measure and compare the growth and soluble protein content of Stanieria HS-48 on BBM and NPK medium in a soundproof photobioreactor system. Growth parameters measured included cell density (vegetative and baeocyte), chlorophyll content, and growth rate. Stanieria HS-48 culture were incubated in the temperature 29—31 °C, the light intensity 1800—1900 lux, pH 5—6, and the photoperiodisity 12 hours dark-12 hours light. The results showed no significant difference between the average total cell density and the average chlorophyll content of Stanieria HS-48 on BBM and NPK medium in a soundproof photobioreactor system based on T test (a=0,05). The average of total cell density Stanieria HS-48 are 1,789 x 106 cell/mL in NPK medium and 1,969 x 106 cell/mL in BBM. The average of chlorophyll content Stanieria HS-48 are 0,088 mg/L in NPK medium and 0,109 mg/L in BBM. Nonetheless, the growth rate of Stanieria HS-48 on BBM and NPK medium had different values, namely 0,217 per day in NPK medium and 0,236 per day in BBM. The results for water-soluble content of Stanieria HS-48 on BBM and NPK in a soundproof photobioreactor system was not different, namely 0,155% for Stanieria HS-48 on NPK medium and 0,158% for Stanieria HS-48 on BBM. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulthan Rafii Ardiansyah
"Penelitian mengenai produksi biomassa (cyanobacteria) Synechococcus HS-9 dalam sistem fotobioreaktor pengangkut udara (APBR) dengan variasi diameter komponen pengatur arus (baffle) telah dilakukan. Komponen pengatur arus (baffle) dalam sistem fotobioreaktor (PBR) umum digunakan untuk meningkatkan kelarutan gas. Gas yang terlarut dengan baik menyediakan sumber karbon dan oksigen guna proses metabolisme mikroalga. Synechococcus HS-9 merupakan cyanobacteria berbentuk bulat hasil isolasi dari sumber air panas di wilayah Rawa Danau, Banten. Synechococcus HS-9 ditumbuhkan dalam sistem fotobioreaktor kolom gelembung (BCPBR) sebagai kontrol dan fotobioreaktor pengangkut udara (APBR) dengan variasi ukuran diameter baffle berukuran 6 dan 8 cm sebagai perlakuan. Tujuan dilakukan penelitian, yaitu mengetahui pengaruh peningkatan kelarutan gas akibat variasi ukuran diameter baffle terhadap pertumbuhan biomassa Synechococcus HS-9. Selain itu, penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan kandungan total lipid biomassa Synechococcus HS-9 yang ditumbuhkan pada sistem APBR dengan variasi diameter baffle. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi ukuran diameter baffle tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan biomassa Synechococcus HS-9. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah rerata biomassa dan rerata densitas optik pada saat peakyang relatif sama serta panjang fase log yang berkisar 4-5 hari. Meskipun demikian, terdapat perbedaan kandungan total lipid biomassa Synechococcus HS-9 yang ditumbuhkan dalam sistem PBR. Kandungan lipid tertinggi diproduksi oleh biomassa Synechococcus HS-9 yang ditumbuhkan dalam APBR baffle tipe A dengan persentase sebesar 19,78%.

The study about biomass production (cyanobacteria) of Synechococcus HS-9 in airlift photobioreactor (APBR) with diameter variation of flow adjustor component (baffle) has been done. Flow adjustor component (baffle) is common to be used in photobioreactor (PBR) system for increasing gas solubility. Dissolved gas providing carbon and oxygen for microalgae metabolism. Synechococcus HS-9 is a coccoid cyanobacteria isolated from hot spring located in Rawa Danau, Banten. Synechococcus HS-9 was incubated in bubble column photobioreactor (BCPBR) as control dan airlift photobioreactor (APBR) with baffle diameter size variation of 6 and 8 cm as treatment. The aim of this study to determine effect of increased gas solubility due baffle diameter size variation in biomass production of Synechococcus HS-9. Other than that, this study aimed to determine differences of total lipid content from Synechococcus HS-9 biomass that is grown in APBR with baffle diameter size variation. The results shown that baffle diameter size variation has no significant effect to Synechococcus HS-9 biomass growth. This phenomenon can be seen from similarity of average biomass number and optical density at peakalso from the log phase length that ranges from 4-5 days. Nevertheless, there were differences in the total lipid content of Synechococcus HS-9 biomass grown in the PBR system. The highest lipid content was produced by Synechococcus HS-9 biomass grown in type A baffle APBR with a percentage of 19.78%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosua Adi Santoso
"Penelitian mengenai produksi biomassa Synechococcus HS-9 dalam fotobioreaktor tubular tanpa aerasi dengan pemaparan gelombang bunyi sine dan square telah dilakukan. Synechococcus HS-9 merupakan cyanobacteria berbentuk coccoid yang diisolasi dari sumber air panas Rawa Danau, Banten. Gelombang bunyi diketahui merupakan salah satu faktor fisik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroalga. Gelombang bunyi dapat dibedakan berdasarkan bentuk gelombangnya; dua di antaranya yaitu gelombang bunyi sine dan gelombang bunyi square. Penelitian bertujuan untuk mengukur dan membandingkan kerapatan sel, laju pertumbuhan, dan kadar total lipid biomassa Synechococcus HS-9 dalam fotobioreaktor yang dipaparkan gelombang bunyi sine dan square. Penelitian dilakukan dengan membiakkan Synechococcus HS-9 dalam fotobioreaktor tubular tanpa pemaparan gelombang bunyi sebagai kontrol (PBr-K), serta fotobioreaktor tubular yang dipaparkan gelombang bunyi sine pada frekuensi 279,9 Hz (PBr-A) dan gelombang bunyi square pada frekuensi 279,9 Hz (PBr-B) sebagai perlakuan uji. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa pemaparan gelombang bunyi sine dan square tidak memberikan perbedaan signifikan terhadap rerata kerapatan sel dan densitas optik Synechococcus HS-9 (α=0,05). Meskipun demikian, terdapat perbedaan laju pertumbuhan dan kadar total lipid biomassa Synechococcus HS-9 yang dipaparkan gelombang bunyi sine dan square. Laju pertumbuhan Synechococcus HS-9 pada PBr-A, PBr-B, dan PBr-K berturut-turut adalah; 0,224 atau setara dengan 22,4% per hari, 0,205 atau setara dengan 20,5% per hari, dan 0,171 atau setara dengan 17,1% per hari. Kadar total lipid biomassa Synechococcus HS-9 pada PBr-A, PBr-B, dan PBr-K berturut-turut adalah; 50,6%, 62,3%, dan 47,3%.

Research about biomass production of Synechococcus HS-9 in tubular photobioreactor without aeration with exposure of sine and square sound wave has been done. Synechococcus HS-9 is a coccoid cyanobacteria that was isolated from Rawa Danau hot spring, Banten. It has been known that sound wave is one physical factor that could affect microalgae growth. Sound waves could be differentiated based on its forms; two of them are sine wave and square wave. The research was done in order to measure and compare the cell density, growth rate, and lipid content of Synechococcus HS-9 biomass grown in photobioreactor exposed with sine and square sound wave. The research comprised of cultivation of Synechococcus HS-9 in tubular photobioreactor without any sound exposure (PBr-K) as control, and cultivation of Synechococcus HS-9 in tubular photobioreactor exposed with sine wave at the frequency of 279,9 Hz (PBr-A) and square wave at the frequency of 279,9 Hz (PBr-B). The result of Kruskal-Wallis test showed that sine and square sound wave exposure didn’t give significant differences to the mean of cell density and optical density of Synechococcus HS-9 (α=0,05). Nonetheless, there are difference in growth rate and lipid content of Synechococcus HS-9 that was exposed to sine and square sound wave. Growth rate of Synechococcus HS-9 in PBr-A, PBr-B, and PBr-K respectively are 0.224 or equivalent to 22,4% per day, 0.205 or equivalent to 20,5% per day, and 0.171 or equivalent to 17,1%  per day. Lipid content of Synechococcus HS-9 in PBr-A, PBr-B, and PBr-K respectively are 50.7%, 62.3%, and 47.3%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Rubiantin Mesha Nauli
"Penelitian mengenai produksi biomassa Chlorella DPK-01 dalam fotobioreaktor tubular dengan pemaparan gelombang bunyi sine dan square telah dilakukan. Pemaparan gelombang bunyi dalam sistem fotobioreaktor merupakan salah satu cara meningkatkan produksi biomassa mikroalga. Chlorella DPK-01 merupakan mikroalga indigenous Indonesia dari Depok, Jawa Barat. Fotobioreaktor yang digunakan untuk menumbuhkan Chlorella DPK-01 dibedakan atas tiga kelompok perlakuan. Tiga kelompok tersebut, yaitu tidak dipaparkan gelombang bunyi apapun sebagai kontrol (PBR-Kontrol), dipaparkan gelombang bunyi sine dengan frekuensi 279,9 Hz (PBR-A), dan dipaparkan gelombang bunyi square dengan frekuensi 279,9 Hz (PBR-B). Penelitian dilakukan untuk mengukur dan membandingkan kerapatan sel, nilai absorbansi biomassa, dan kadar lipid Chlorella DPK-01 yang dibiakkan dalam sistem fotobioreaktor dengan pemaparan gelombang bunyi sine dan square. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata jumlah sel dan rerata absorbansi biomassa Chlorella DPK-01 dalam PBR-Kontrol, PBR-A, dan PBR-B (α=0,05). Meskipun demikian, laju pertumbuhan Chlorella DPK-01 dalam tiap kelompok sistem PBR memiliki nilai yang berbeda, yaitu 0,188 per hari untuk Chlorella DPK-01 dalam PBR-Kontrol, 0,271 per hari untuk Chlorella DPK-01 dalam PBR-A, dan 0,253 per hari untuk Chlorella DPK-01 dalam PBR-B. Selain hal tersebut, terdapat perbedaan kadar lipid dari biomassa Chlorella DPK-01 dalam tiap sistem PBR. Hasil pengukuran kadar lipid dari biomassa Chlorella DPK-01 dalam PBR-Kontrol adalah 48,32%. Kadar lipid dari biomassa Chlorella DPK-01 dalam PBR-A adalah 47,21%. Sementara itu, kadar lipid tertinggi dicapai oleh biomassa Chlorella DPK-01 dalam PBR-B, yaitu sebesar 53,82%.

The study about production of Chlorella DPK-01 biomass in tubular photobioreactors with the exposure of sine and square sound wave has been done. Exposure of the sound wave to microalgae in photobioreactor system has known as a way to increase microalgae biomass production. Chlorella DPK-01 is Indonesia’s indigenous microalgae from Depok, West Java. Photobioreactors that were used to grow Chlorella DPK-01 were distinguished into three treatment groups, which are not exposed to any sound wave as control (PBR-Kontrol), exposed to 279.9 Hz sine sound wave (PBR-A), and exposed to 279.9 Hz square sound wave (PBR-B). The study was conducted to measure and compare cell density, biomass absorbance values, and total lipid percentage of Chlorella DPK-01 biomass in tubular photobioreactors with the exposure of sine and square sound wave. The result of Kruskal-Wallis Test showed that there were no significant differences in the number of cells and average absorbance value of Chlorella DPK-01 biomass which were not exposed to sound waves, were exposed to sine sound waves, and were exposed to square sound waves (α =0.05). Meanwhile, the growth rate of Chlorella DPK-01 in each group of PBR systems has different values, which are 0.188 per day for Chlorella DPK-01 in PBR-Kontrol, 0.271 per day for Chlorella DPK-01 in PBR-A, and 0.255 per day for Chlorella DPK-01 in PBR-B. Beside, there are differences in the lipid percentage of Chlorella DPK-01 biomass in PBR systems. The lipid percentage of Chlorella DPK-01 in PBR-Kontrol was 48.32%, the lipid percentage of Chlorella DPK-01 in PBR-A was 47.21%. Meanwhile, the highest lipid content was achieved by Chlorella DPK-01 in PBR-B, which was 53.82%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kulit singkong merupakan limbah kaya karbohidrat yang dapat digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum untuk dapat menghasilkan produk fermentasi, berupa nata. Fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah penambahan nutrisi berupa nitrogen dalam media fermentasi. Sumber nitrogen yang digunakan biasanya dari pupuk anorganik, seperti ZA atau urea. Pada penelitian ini dikembangkan fermentasi dari kulit singkong, menggunakan nitrogen alami yang berasal dari ekstrak tauge dan kacang hijau. Karakteristik produk dilihat dari ketebalan nata dan persen massa produk yang dihasilkan. Nata dibuat dengan perlakuan variasi pH (3, 4, dan 5), dan volume ekstrak sumber nitrogen yang ditambahkan (100%, 75%, 50%, 30%, dan 25%). Hasil optimum produk nata de cassava diuji ketebalan, persen massa produk, dan kandungan gizi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis sumber nitrogen alami yang paling baik adalah ekstrak kacang hijau, pada pH optimum 4, dengan volume 50%. Hasil optimum produk nata de cassava mempunyai ketebalan sebesar 4,13 mm, persen massa produk 37,28%, kadar air 93,14%, kadar gula reduksi 0,37%, kadar protein 0,36%, dan kadar serat 4,17%."
2014
541 JSTK 5:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anggari Kirana Dewi
"ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap pertumbuhan Stanieria strain HS-31B dan HS-48. Stanieria strain HS-31B diisolasi dari sumber air panas Maribaya dan strain HS-48 diisolasi dari sumber air panas Ciater. Stanieria strain HS-31B dan HS-48 diinkubasi pada suhu 20 C, 35 C, dan 50 C dengan pH awal 6 dan intensitas cahaya 2500 mdash;3000 lux dalam medium BBM Bold Basal Medium . Parameter pertumbuhan yang digunakan, yaitu kerapatan sel dan kandungan klorofil. Kerapatan sel yang dihitung terdiri atas sel vegetatif dan baeocyte. Metode penghitungan kerapatan sel menggunakan kamar hitung Improved Neubauer, sedangkan pengukuran kandungan klorofil menggunakan spektrofotometer UV Vis Nanodrop. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baeocyte strain HS-31B dan HS-48 tumbuh baik pada suhu 20 C dengan kerapatan sel sebesar 4,09 x 105 sel/mL strain HS-31B dan 5,11 x 105 sel/mL strain HS-48 . Sel vegetatif tumbuh baik pada suhu 50 C dengan rerata kerapatan sel 0,55 x 105 sel/mL strain HS-31B dan 1,74 x 105 sel/mL strain HS-48 . Uji korelasi antara total rerata kerapatan sel vegetatif dan baeocyte dengan kandungan klorofil Stanieria strain HS-31B dan HS-48 menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi antara kerapatan sel dan kandungan klorofil.

ABSTRACT
The study aimed to find out the effect growth temperature of Stanieria strain HS 31B and HS 48. Stanieria strains HS 31B isolated from Maribaya hot springs and HS 48 isolated from Ciater hot springs. Stanieria strains of HS 31B and HS 48 were incubated at 20 C, 35 C and 50 C with initial pH 6 and light intensity 2500 mdash 3000 lux in BBM Bold Basal Medium . Growth parameters that used were cell density and chlorophyll content. The calculated cell density consists of vegetative cells and baeocyte. Method of calculating cell density using Improved Neubauer counting chamber and the measurement of chlorophyll content using UV Vis Nanodrop spectrophotometer. The results showed that baeocyte strains of HS 31B and HS 48 grew well at 20 C with cell density of 4.09 x 105 cells mL HS 31B strain and 5.11 x 105 cells mL HS 48 strain . Vegetative cells grew at a temperature of 50 C with a cell density of 0.55 x 105 cells mL HS 31B strain and 1.74 x 105 cells mL HS 48 strain . The result of correlation between total cell density vegetative and baeocyte with chlorophyll content of Stanieria strain HS 31B and HS 48 showed that there was no correlation between cell density and chlorophyll content."
2017
S67615
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Wirawan Sugiarto
"Mikroalga merupakan salah satu bahan baku biofuel yang tengah dikembangkan di dunia dan memiliki potensi yang luas. Penggunaan mikroalga sebagai bahan baku alternatif didasari karena kemampuan alga yang dapat diperbarui di tengah menipisnya bahan bakar fosil dunia. Bahaya yang ditimbulkan dari gas emisi hasil pembakaran bahan bakar fosil terhadap lingkungan juga menjadi pertimbangan yang mendorong penggunaan bahan bakar nabati.
Nannochloropsis sp. merupakan salah satu jenis dari mikroalga yang menghasilkan produk utama lipid. Namun, pemanfaatan mikroalga di Indonesia saat ini belum sepenuhnya dilakukan karena beberapa kekurangan, salah satunya adalah rendahnya yield biomassa yang dihasilkan oleh fotobioreaktor ketika digunakan pada skala industri. Asupan nutrisi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi laju pertumbuhan biomassa mikroalga.
Pada riset ini dilakukan perbandingan produksi biomassa dan kandungan lipid Nannochloropsis oculata yang dikultur dalam fotobioreaktor kolom gelembung dengan pencahayaan internal berskala pilot dengan tiga variasi komposisi medium Walne yang berbeda, yaitu dengan penambahan fosfat, pengurangan nitrat, dan kontrol.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi medium yang optimum untuk laju pertumbuhan biomassa dan kandungan lipid Nannochloropsis oculata. Dari penelitian ini ditemukan bahwa variasi medium dengan penambahan fosfat menghasilkan produktivitas biomassa tertinggi yaitu 0,048 g/L. Sementara itu, kandungan lipid tertinggi terdapat pada variasi medium dengan pengurangan nitrat dengan persentase lipid sebesar 25,77 dari berat kering biomassanya.

Microalgae is one of biofuel raw material which is being developed in the world and has wide potential. The application of microalgae as an alternative energy raw material is based on the ability of algae that can be reproduced in the middle of depletion of fossil fuels. Hazards from fossil fuel combustion on the environment are also a consideration that favoured the use of biofuels.
Nannochloropsis sp. is a type of microalgae that produces lipid as its main product. However, the utilization of microalgae in Indonesia has not been executed due to some drawbacks, one of them is the low biomass yield produced by photobioreactors when used on an industrial scale. Nutritional intake is one of the factors that influence the growth rate of microalgae biomass.
This research contains comparison of growth rate and lipid content of Nannochloropsis oculata that was cultivated in a pilot scale bubble column photobioreactor with internal illumination with three different Walne composition medium, which are phosphate addition, nitrate reduction, and control.
The objective is to determine optimum phosphate and nitrate composition in Walne medium for growth rate and lipid content of Nannochloropsis oculata. On this research, medium with phosphate addition produce highest biomass, which is 0,048 g L. On the other hand, the highest lipid content was found in medium with nitrate reduction which contains 25,77 of lipid out of its biomass.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mentari Yurista
"ABSTRAK
Penelitian mengenai pengaruh variasi pH awal medium terhadap pertumbuhan cyanobacteria genus Stanieria HS-31B dan HS-48 telah dilakukan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pH awal medium terhadap kerapatan baeocyte dan sel vegetatif, serta kandungan klorofil sebagai parameter pertumbuhan Stanieria HS-31B dan HS-48. Stanieria HS-31B dan HS-48 dibiakkan menggunakan Bold Basal Medium BBM dengan variasi pH awal medium yang digunakan, yaitu pH 5, 6, 7, 8, dan 9, dengan tiga kali ulangan. Kedua strain diinkubasi dengan suhu 35 C dan intensitas cahaya 2500 mdash;3000 lux. Penelitian dilakukan selama 22 hari t0 mdash;t21 . Pertumbuhan Stanieria HS-31B dan HS-48 dilihat secara kualitatif berdasarkan kurva pertumbuhan, dan secara kuantitatif berdasarkan uji statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pH awal medium tidak memengaruhi pertumbuhan Stanieria HS-31B dan HS-48. Stanieria HS-31B dan HS-48 dapat tumbuh baik pada lingkungan basa hingga pH 9, dan dapat bertahan pada lingkungan asam dengan pH 5. Selain itu, tidak terdapat korelasi antara kerapatan sel total dengan kandungan klorofil Stanieria HS-31B dan HS-48.

ABSTRACT
Research on the effect of initial pH variation on growth of cyanobacteria genus Stanieria HS 31B and HS 48 had been observed. The research aims to know the effect of initial pH medium to growth of Stanieria HS 31B and HS 48, with growth parameters were baeocyte and vegetative cell density, and chlorophyll content. Stanieria HS 31B and HS 48 were grown in Bold Basal Medium BBM with initial pH 5, 6, 7, 8, and 9, with three repetitions. Incubation temperature was 35 C and light intensity was 2500 mdash 3000 lux. The research was observed during 22 days t0 mdash t21 . The growth of Stanieria HS 31B and HS 48 was qualitatively based on the growth curve, and quantitatively based on statistical tests. The results showed that the initial pH treatment of the medium didn rsquo t affect the growth of Stanieria HS 31B and HS 48. Stanieria HS 31B and HS 48 could grow well in an alkaline environment up to pH 9, and could withstand an acidic environment with a pH 5. In addition, there was no correlation between cell density with total chlorophyll content of Stanieria HS 31B and HS 48."
2017
S68477
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>