Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166873 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aji Putera
"Tidak bisa dipungkiri kemampuan kognitif merupakan modal dasar bagi anak-anak dalam berproduktivitas dan melakukan kegiatan sehari-hari. Pandangan pembentukan dan perkembangan kognitif anak sering hanya dilihat dari sudut pandang institusi pendidikan dan sebagai satu-satunya tempat dalam membentuk kognitif anak. Padahal, dalam perkembangan kognitif anak, institusi keluarga yaitu orang tua memiliki peran vital sebagai orang pertama yang dikenali dan dipercayai oleh anaknya sehingga analisis apakah orang tua berpengaruh dalam pembentukan dan perkembangan kognitif anak perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari apakah ada pengaruh waktu orang tua (ayah dan ibu) dalam bermain dan berinteraksi dengan anaknya terhadap perkembangan kognitif anak. Penelitian ini menemukan hasil bahwa waktu ayah ataupun ibu bermain dan berinteraksi dengan anaknya sama-sama mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap perkembangan kognitif anak di usia dini. Akan tetapi, ketika anak sudah beranjak remaja, waktu ayah ataupun ibu bermain dan berinteraksi dengan anaknya sudah tidak mempunyai pengaruh lagi. Dengan demikian, hal ini menunjukkan bahwa investasi rumah tangga yaitu waktu ayah dan waktu ibu vital pada anak berusia dini dan kecil dalam perkembangan kognitifnya.

It is undeniable that cognitive abilities are the basic capital for children in productivity and doing daily activities. The view of the formation and cognitive development of children is often only seen from the perspective of educational institutions and as the only place in shaping children's cognitive. In fact, in the cognitive development of children, family institutions, namely parents, have a vital role as the first person to be recognized and trusted by their children, so an analysis of whether parents are influential in the formation and cognitive development of children needs to be done. This study aims to study whether there is an influence of parents' time (father and mother) in playing and interacting with their children on children's cognitive development. This research found that father and mother playing and interacting with their children both had a significant positive effect on children's cognitive development at an early age. However, when the child is a teenager, when the father or mother play and interact with their children have no influence anymore. Thus, this shows that household investment, namely father's time and mother's time is vital in early and small children in their cognitive development."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purnama Fitri
"Latar belakang: Seorang anak dapat tumbuh sehat dan cerdas karena dipengaruhi oleh berbagai faktor. Bahasa merupakan salah satu indikator perkembangan kemampuan kognitif anak. Pengalaman sensorik, stimulasi dan pajanan bahasa selama periode ini dapat menentukan sinaptogenesis, mielinisasi, dan hubungan sinaptik. Membacakan buku cerita/dongeng kepada anak dapat memperkaya proses pembelajaran bahasa dan bahkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi secara bersamaan, namun saat ini belum diteliti di Indonesia.Tujuan: Mengetahui nilai kognitif Developmental Quotient Cognitive Adaptive test , bahasa Developmental Quotient Clinical Linguistic and Auditory Milestone Scale , Full Scale Developmental Quotient, usia bahasa reseptif dan ekspresif pada anak.Metode: Penelitian quasi eksperimental pre-post test dilakukan pada lima Posyandu dan kunjungan rumah di Cilandak, Jakarta Selatan, Indonesia, pada bulan September 2017 hingga November 2018. Subyek penelitian adalah anak-anak usia 12-30 bulan sebanyak 24 anak pada masing-masing grup grup perlakuan dan grup kontrol . Dilakukan pemeriksaan kemampuan kognitif dan bahasa anak sebelum dan sesudah stimulasi melalui nilai kognitif Developmental Quotient Cognitive Adaptive Test , bahasa Developmental Quotient Clinical Linguistic and Auditory Milestone Scale , Full Scale Developmental Quotient, usia bahasa reseptif dan ekspresif dimana pemeriksaan ini dilakukan oleh dua orang dokter anak berbeda yang sudah terlatih. Kedua grup dilakukan pemeriksaan sebanyak dua kali dengan menggunakan Capute Scales. Subyek pada grup perlakuan mendapatkan stimulasi selama 12 minggu diantara pemeriksaan Capute Scale pertama dan kedua. Sementara subyek pada grup kontrol mendapatkan stimulasi setelah dilakukan pemeriksaan Capute Scale kedua. Stimulasi yang diberikan kepada grup kontrol dilakukan semata-mata untuk etik suatu penelitian.Hasil:. Setelah intervensi nilai Developmental Quotient Cognitive Adaptive Test, Clinical Linguistic and Auditory Milestone Scale, Full Scale, pada grup perlakuan lebih tinggi dibandingkan grup kontrol, dengan hasil berturut-turut sebagai berikut: DQ CAT : 97.35 vs 89.18

Background: Growth and development of children are influenced by many factors. Language is one of developmental indicator of children cognitive ability. Sensory, stimulation and language experience in critical periode influences synaptogenesis, myelinization and synaptic relation. Despite storytelling enriched child language learning process and even may increase communication skills as well, currently it was not well studied in Indonesia Objective: To determine effect of storytelling stimulation on children rsquo;s cognitive, language and full scale developmental quotient including expressive and receptive language age.Methods: A quasi experimental pre-post study was conducted in five posyandu and home visits in Cilandak, South Jakarta, Indonesia from September 2017 to November 2018. Subjects were children aged 12-30 months consisted of 24 children in each group case and control group . Pre and post stimulation children cognitive and language ability were measured using Developmental Quotient DQ of Cognitive Adaptive Test CAT , Clinical Linguistic and Auditory Milestone Scale CLAMS , Full Scale Developmental Quotient FSDQ , receptive and expressive language age of Capute Scales test and it was conducted by two different trained pediatricians. Both groups were assessed two times using Capute Scales test. Subjects in case group received stimulation for 12 weeks between first and second Capute Scales test. Meanwhile subjects in control group received the stimulation after the second Capute Scale test. The stimulation given to control group merely for ethical reason.Results: Results of post intervention DQs of case group were higher compared to control group as follow : DQ CAT : 97.35 vs 89.18 p"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T57606
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fifi Husnil Fitry
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T29676
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Friedberg, Robert D.
New York: Guilford Press, 2009
618.92 FRI c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Efri Widianti
"Remaja yang harus menjalani masa masa hukuman akibat tindak kriminal yang pernah dilakukannya sangat rentan mengalami ansietas. Ansietas sebagai salah satu masalah psikososial dapat di atasi dengan beberapa psikoterapi diantaranya terapi logo dan terapi suportif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Terapi Logo dan Terapi Suportif terhadap ansietas remaja di rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan wilayah Jawa Barat.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment pre-post test with control group dengan 78 responden yang merupakan hasil screening berdasarkan kriteria inklusi, terdiri dari 39 responden untuk kelompok intervensi dan 39 responden untuk kelompok kontrol. Terapi ini diberikan dalam 8 sesi yang terdiri dari terapi logo 4 sessi dan terapi suportif 4 sessi. Penelitian ini dilakukan selama 5 minggu. Karakteristik dan tingkat ansietas remaja dianalisis menggunakan uji independent t test, chi-square dan marginal homogenity.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh terapi logo dan terapi suportif terhadap penurunan tingkat ansietas remaja secara bermakna pada kelompok intervensi. Rekomendasi penelitian ini ditujukan kepada Kanwil Hukum dan HAM Provinsi Jawa Barat selaku pemegang kebijakan, perawat spesialis dalam aplikasi terapi spesialis, keilmuan dan pendidikan serta penelitian selanjutnya.

Adolescence who should spend their punishment time for a criminal action, highly susceptible to anxiety. Anxiety as a psychosocial problem which often happen in youth can be solved by psychotherapies, including logo and supportive therapy. The purpose of this study was to determine the influence of logo and supportive therapy of anxiety level in adolescence at detention centers and correctional institutions in West Java.
This study used quasi experimental, pre-post test with control group design with 78 respondents which is the result of screening based on the inclusion criteria, consist of 39 respondents of intervention group and 39 respondents of control group. These therapies administered at eight sessions, consist of four sessions of logo therapy and four sessions of supportive therapy. The research conducted for 5 weeks. Characteristics and adolescent anxiety levels were analyzed using independent t-test, chi square and marginal homogenity.
The results showed an influence of logo and supportive therapy for adolescent anxiety levels at the intervention group. Research recommendation is addressed to Justice and Human Rights Regional Office of West Java as the holder of the policy, the nurse specialist within a specialist therapeutic applications, scientific and education and further research.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Dwindita
"Regulasi emosi merupakan salah satu aspek perkembangan penting seorang remaja. Kesulitan dalam regulasi emosi menyebabkan munculnya perilaku impulsif, acting-out,
dan berisiko mengalami psikopatologi. Pola asuh menjadi salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan regulasi emosi pada remaja karena menjadi early experience dan berhubungan dengan pembentukan core belief, yang juga merupakan faktor yang berkontribusi pada kemampuan regulasi emosi. Adanya core belief yang maladaptif membuat seseorang kesulitan untuk meregulasi emosi sehingga diperlukan intervensi berbasis kognitif, yaitu cognitive behavior therapy (CBT). Penelitian ini merupakan studi kasus (N=1) yang bertujuan untuk melihat apakah penerapan prinsip CBT dapat meningkatkan kemampuan regulasi emosi pada remaja adopsi dengan pola asuh yang overprotective dan overdemanding. Intervensi dilakukan dalam 6 sesi dengan partisipan anak dan 5 sesi parent training. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CBT yang melibatkan orangtua dapat meningkatkan kemampuan regulasi emosi remaja adopsi.

Emotion regulation is one of the important developmental aspects in adolescent. Parenting become one of the factor that associated with the development of emotion regulation in adolescent as an early experience and associated with development of core belief, in which contributed to the emotion regulation ability. The maladaptive core belief makes one find difficulties to regulate ones emotion so the cognitive based intervention is needed, which is cognitive behavior therapy (CBT). The current research is a case study (N=1), which aims to gain evident if the application of CBT principles is able to increase the emotion regulation ability in adopted adolescent raised by the overprotective and overdemanding parenting practice. The intervention consists 6 sessions with adolescent participant and 5 sessions in parent training. The result of this current research shows that CBT with parental involvement could increase the emotion
regulation ability in adopted adolescent.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T55205
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Dwindita
"Regulasi emosi merupakan salah satu aspek perkembangan penting seorang remaja. Kesulitan dalam regulasi emosi menyebabkan munculnya perilaku impulsif, acting-out, dan berisiko mengalami psikopatologi. Pola asuh menjadi salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan regulasi emosi pada remaja karena menjadi early experience dan berhubungan dengan pembentukan core belief, yang juga merupakan faktor yang berkontribusi pada kemampuan regulasi emosi. Adanya core belief yang maladaptif membuat seseorang kesulitan untuk meregulasi emosi sehingga diperlukan intervensi berbasis kognitif, yaitu cognitive behavior therapy (CBT). Penelitian ini merupakan studi kasus (N=1) yang bertujuan untuk melihat apakah penerapan prinsip CBT dapat meningkatkan kemampuan regulasi emosi pada remaja adopsi dengan pola asuh yang overprotective dan overdemanding. Intervensi dilakukan dalam 6 sesi dengan partisipan anak dan 5 sesi parent training. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CBT yang melibatkan orangtua dapat meningkatkan kemampuan regulasi emosi remaja adopsi.

Emotion regulation is one of the important developmental aspects in adolescent. Parenting become one of the factor that associated with the development of emotion regulation in adolescent as an early experience and associated with development of core belief, in which contributed to the emotion regulation ability. The maladaptive core belief makes one find difficulties to regulate ones emotion so the cognitive based intervention is needed, which is cognitive behavior therapy (CBT). The current research is a case study (N=1), which aims to gain evident if the application of CBT principles is able to increase the emotion regulation ability in adopted adolescent raised by the overprotective and overdemanding parenting practice. The intervention consists 6 sessions with adolescent participant and 5 sessions in parent training. The result of this current research shows that CBT with parental involvement could increase the emotion regulation ability in adopted adolescent."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joevarian
"Penelitian kali ini bertujuan untuk menemukan faktor pembentuk proses sekularisasi selain yang sudah ada dalam teori sebelumnya. Faktor itu adalah cognitive style tipe reflective. Dalam penelitian ini, dinyatakan hipotesis bahwa manipulasi cognitive style yang reflectiveakan mempengaruhi religious dan secular belief. Hipotesis ini dituangkan dalam dua studi. Studi pertama mencoba untuk menguji apakah ada perbedaan tingkat religious belief pada partisipan yang dimanipulasi untuk menyukai cognitive style tipe reflective dengan partisipan yang dimanipulasi untuk tidak menyukai cognitive style tipe reflective. Partisipan penelitian studi 1 berjumlah 56 orang mahasiswa Universitas Indonesia. Manipulasi antar kelompok pada studi kedua sama seperti studi pertama, namun variabel terikat yang diukur adalah secular belief. Partisipan penelitian studi 2 berjumlah 64 orang mahasiswa Psikologi Universitas Indonesia. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh manipulasi cognitive style tipe reflectiveterhadap religious belief, tetapi ada pengaruh terhadap secular belief. Model sekularisasi kemudian dirumuskan, dimana sekularisasi lebih berhubungan dengan secular belief daripada religious belief. Dengan demikian, cognitive style tipe reflective, menjadi faktor yang bisa mempengaruhi proses sekularisasi.

Present study aims to find factor that can shape the process of secularization other than what previous theory mentioned. The factor is named reflective cognitive style. Hypothetically, manipulation of reflective cognitive style should influence religious and secular belief. This hypothesis is manifested within two studies. First study aims to answer whether there is difference on religious belief between participants that is given manipulation that favor reflective cognitive style and participants that is given manipulation that dislike reflective cognitive style. For this study, the samples are 56 college students of Universitas Indonesia. Manipulation for second study is no different with first study. But for second study, secular belief is measured as dependent variable. The samples are 64 college students of Faculty of Psychology Universitas Indonesia. Statistical test shown that there is no effect of reflective cognitive style manipulation on religious belief, but there is effect on secular belief. Secularization model, are thus, being formulated. In this formulation, secularization is linked with secular belief but not with religious belief. And so, reflective cognitive style became one factor that can influence secularization process.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56781
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajriyah Nur Afriyanti
"Bencana merupakan suatu peristiwa yang mengancam dan menganggu yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Dampak psikologis berupa ansietas sering dialami khususnya remaja sebagai kelompok yang rentan terhadap perubahan psikologis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penurunan ansietas remaja dengan CBT di wilayah banjir. Desain penelitian dengan Quasi experimental with control group dengan teknik random sampling, dengan total sampel sebayak 73 remaja.
Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan ansietas remaja yang mendapatkan tindakan keperawatan ners dan CBT serta meningkatnya kemampuan mengatasi anietas (p-value <0.05). Penelitian ini merekomendasikan perlunya mengembangkan program kesehatan jiwa remaja berbasis komunitas.

Disaster is an event that is threatening and disturbing that gives rise to loss of life, environmental damage, loss of property, and psychological impact. The psychological impact in the form of anxiety often experienced by adolescent as a group particularly vulnerable to psychological changes.
This study aims to determine the decrease in adolescent anxiety with CBT in flooded region. Quasiexperimental research design with a control group by random sampling technique, with a total sample of 73 adolescents.
The results showed a decrease in anxiety adolescents get CBT nursing actions and the nurses and the increased ability to cope with anxiety (p-value <0.05). This study recommends the need adolescent mental health program of community based.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T45575
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hannisa Rizka Setiawati
"Pendahuluan: Di Indonesia, diperkirakan 23,6% anak berusia 5-12 tahun berperawakan pendek, oleh karena itu perawakan pendek dijadikan sebagia salah satu prioritas kesehatan. Anak dengan perawakan pendek berkaitan pada tingkat kognitif yang rendah, sehingga akan berdampak pada kualitas hidup.
Metode: Penelitian ini dilakukan secara studi potong lintang pada SDN 01 Kampung Melayu di wilayah Jakarta, Indonesia. Subjek adalah anak dengan perawakan pendek yang berusia 6-12 tahun. Data diambil dengan cara pengukuran tinggi badan menurut umur dengan menggunakan kurva Centers for Disease Control and Prevention-National Center for Health Statistics (CDC-NCHS) dan nilai total penilaian kognitif yang menggunakan instrumen Cognitive Test Battery for Individuals with and without Intellectual Disabilities (CIID). Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menilai kognitif pada anak Sekolah Dasar dengan perawakan pendek.
Hasil: Pada penelitian ini terdapat sekitar 14,61% anak perawakan pendek di SDN 01 Kampung Melayu. Hasil tes CIID, Skor Total di dapatkan rentang 5-26, dengan rerata dan simpang baku 13,59±4,54. Skor Non Verbal di dapatkan rentang 7-39, dengan rerata dan simpang baku 21,94±7,51. Hopkins Verbal Learning Test di dapatkan rentang 6-31, dengan rerata dan simpang baku 19,36±5,90. Verbal Fluency di dapatkan rentang 5-26, dengan rerata dan simpang baku 13,59±4,54. Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, subjek dengan perawakan pendek memiliki nilai menyerupai anak dengan perawakan normal. Tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara anak perawakan pendek dengan status gizi kurang dan anak perawakan pendek dengan status gizi normal, yaitu dengan p = 0,369.
Kesimpulan: Pada penelitian ini terdapat 14,61% anak perawakan pendek dengan skor total rentang 5-26, dengan rerata dan simpang baku 13,59±4,54.

Introduction: In Indonesia, an estimated 23.6% of children aged 5-12 years are short stature, therefore short stature is made one of the health priorities. Children with short stature are associated with low cognitive levels, so that it will have an impact on quality of life.
Method: This research was conducted in a cross-sectional study at SDN 01 Kampung Melayu in the Jakarta, Indonesia. Subjects are children with short stature aged 6-12 years. Data was taken by measuring height according to age according to the curve used by the Centers for Disease Control and Prevention-National Center for Health Statistics (CDC-NCHS) and total value from cognitive assessment using the Cognitive Test Battery for Individuals with and without Intellectual Disabilities (CIID) instrument. This research was conducted aiming to assess cognitive in elementary school children with short stature.
Results: In this study there were about 14.61% of short stature children in SDN 01 Kampung Melayu. CIID test results, Total Score obtained in the range of 5-26, with a mean and standard intersection of 13.59 ± 4.54. Non Verbal Score was obtained in the range 7-39, with mean and standard deviations of 21.94 ± 7.51. Hopkins Verbal Learning Test obtained range 6-31, with mean and standard deviations of 19.36 ± 5.90. Verbal Fluency is obtained in the range of 5-26, with mean and standard intersections 13.59 ± 4.54. When compared with previous studies, subjects with short stature have values similar to those of children with normal stature. No significant difference was found between short stature children with underweight nutritional status and short stature children with normal nutritional status, with p=0.369.
Conclusion: In this study there were 14.61% of short stature children with a total score ranging from 5-26, with a mean and standard crossing of 13.59 ± 4.54."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>