Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 249062 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Uweisha Eraz Puteri
"Bunuh diri termasuk penyebab kematian ketiga pada remaja usia 10 hingga 19 tahun. Pada tahun 2016, angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia diestimasikan sebesar 3,4 per 100.000 penduduk. Kematian akibat bunuh diri adalah sebuah fenomena gunung es, dimana besarnya masalah akan terlihat lebih jelas jika perilaku bunuh diri dimasukkan dalam perhitungan. Salah satu faktor utama perilaku bunuh diri remaja usia sekolah adalah bullying. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara bullying dengan perilaku bunuh diri ada pelajar SMP dan SMA di Indonesia setelah dikontrol oleh variabel confounding. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan pendekatan kuantitatif menggunakan data sekunder Global School Based Health Survey Indonesia 2015. Sampel penelitian ini adalah pelajar SMP dan SMA yang berusia 12-17 tahun (n = 8733). Analisis yang digunakan adalah analiss univariat, bivariat dan multivariabel dengan level kepercayaan 95%. Hasil analisis multivariabel dengan regresi logistik berganda, menunjukkan rasio odds terjadinya perilaku bunuh diri pada pelajar SMP dan SMA di Indonesia yang pernah mengalami bullying dibandingkan dengan pelajar yang tidak pernah mengalami bullying adalah 2,27 (95% CI: 1,92-3,53). Selain itu, hasil analisis multivariabel juga mununjukan adanya variabel interaksi (variabel moderator/effect modifier) yaitu perilaku berkelahi dan kekerasan seksual. Strategi pencegahan bullying dan perilaku bunuh diri berbasis sekolah sangat diperlukan untuk mengurangi risiko perilaku bunuh diri pada pelajar.

Suicide is the third leading cause of death in adolescents aged 10 to 19 years old. In 2016, the death rate due to suicide in Indonesia was estimated at 3.4 per 100,000 population. Complete suicide is an iceberg phenomenon, where the problem will be seen more clearly if suicidal behavior was involved. One of the main factors that could intensify suicidal behavior risk among high school students is bullying. This study examined the association between bullying and suicide among high school student in Indonesia after adjusting for confounder variables. It was a secondary analysis of Global School Based Health Survey Indonesia 2015 which used cross sectional study design. Univariate, bivariate, and multivariable analyses were performed at 95% confidence level. Multivariable regression logistic model showed that students who had been bullied had 2.27 times greater odds of having suicidal behavior compared to students who had never experienced bullying (OR: 2,27; 95% CI: 1,92-3,53). Besides, we indicated that physical fighting, and sexual abuse as effect modifiers (moderator or interaction variables) that affect the association between bullying and suicidal behavior. School-based bullying and suicidal behavior prevention strategies are needed to reduce the risk of suicidal behavior among students."
Depok: Fakultas Kesehatan masyarkat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmadianti Sukma Hanifa
"Bunuh diri merupakan salah satu masalah kesehatan global yang masih terjadi dan merupakan penyebab kematian ke-2 pada kelompok usia 15-29 tahun. Berdasarkan estimasi terakhir yang dilakukan oleh WHO, prevalensi kematian akibat bunuh diri yang terjadi di Indonesia pada tahun 2016 diperkirakan sebesar 3,4 per 100.000 penduduk. Berdasarkan sebuah pemodelan yang dilakukan oleh WHO, ditemukan bahwa dari setiap orang yang meninggal akibat bunuh diri, diperkirakan ada 20 orang lainnya yang melakukan percobaan dan merencanakan untuk bunuh diri yang kemudian dikenal sebagai perilaku bunuh diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi perilaku bunuh diri pada pelajar SMP dan SMA di Indonesia dengan menggunakan desain studi campuran (mix method) kuantitatif potong lintang dan kualitatif wawancara mendalam. Analisis multivariat regresi logistik dilakukan terhadap 8.949 responden Global School Based Health Survey Indonesia Tahun 2015, sedangkan analisis kualitatif dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam terhadap pelajar SMP dan SMA di Kota Malang, guru bimbingan konseling sekolah terkait, dan pakar pencegahan bunuh diri di Indonesia, dengan jumlah informan sebanyak 11 orang. Hasil penelitian menunjukan prevalensi gangguan perilaku bunuh diri pada pelajar SMP dan SMA di Indonesia adalah sebesar 1,7%. Analisis risiko menunjukan bahwa menjadi perempuan, memiliki perilaku merokok, memiliki perilaku penyalahgunaan alkohol, memiliki perilaku penggunaan obat-obatan, sering atau selalu merasa cemas berlebihan dan kesepian, serta mengalami peristiwa perundungan, merupakan faktor risiko dari gangguan perilaku bunuh diri. Intervensi untuk mengurangi angka gangguan perilaku bunuh diri diantaranya adalah dengan mengintegrasikan usaha kesehatan jiwa pada tingkat sekolah secara lebih komprehensif.

Suicide remains as one of global public health problem and the second leading cause of mortality among 15-29 years old people. Based on WHO’s estimation, it is known that the prevalence of suicide death in Indonesia 2016 was 3.4 per 100,000 people. Furthermore, based on a modelling by WHO, it is stated that behind every suicide death, there are approximately 20 more people having suicide attempt or suicide plan that are further known as suicidal behavior. This study aimed to discover the associated factors of suicidal behavioral disorder among high school students in Indonesia by using mix method study design. Logistic regression analysis was done to 8,949 Global School Based Health Survey Indonesia 2015’s respondents and in-depth interview was done to high school students in Malang, related counselour teachers, and suicidologist in Indonesia. The study showed that the prevalence of suicidal behavior disorder was 1.7%, while risk analysis showed that being female, smokers, substance abuser, alcohol misuser, anxious most of the time, lonely most of the time, having no friends, and bullied were the risk factors for developing suicidal behavior disorder. One of the interventions that can be done to address this finding is by integrating mental health effort on school bases comprehensively."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Humaira
"Latar belakang: Kejadian perundungan pada remaja di Indonesia terutama pada pelajar menempati urutan kelima tertinggi diantara 78 negara pada tahun 2018. Dampak dari perundungan yakni terkait dengan aspek fisik, mental, sosial serta memungkinkan perilaku berisiko yang dapat memengaruhi kualitas hidup remaja. Perundungan yang terjadi pada remaja disebabkan berbagai faktor diantaranya faktor individu dan faktor sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor sosial dan faktor individu dengan kejadian perundungan pada remaja di Indonesia berdasarkan data GSHS 2015.
Metode: Penelitian ini menggunakan data sekunder Global School-Based Student Health Survey (GSHS) 2015 dengan desain studi cross-sectional. Sampel penelitian adalah remaja umur 10-19 tahun yang menjawab variabel penelitian secara lengkap (n=9.500). Analisis univariat dilakukan dengan menampilkan frekuensi dan presentase, sedangkan analisis bivariat menggunakan uji chi square dan menghitung odds ratio (OR).
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 20,1% remaja di Indonesia mengalami kejadian perundungan selama 30 hari terakhir. Diketahui bahwa remaja yang tidak memiliki teman dekat (POR: 1,59; CI:1,20-2,10), tidak mendapat dukungan teman sebaya (POR: 1,51; CI:1,35-1,67), orang tua yang tidak peduli (POR: 1,12; CI: 1,00- 1,24), dan orang tua yang tidak mengawasi (POR: 1,38; CI: 1,25-1,54), untuk memiliki odds yang lebih tinggi mengalami kejadian perundungan. Remaja laki-laki (POR: 1,43; CI: 1,30-1,59), berusia 14 tahun kebawah (POR: 1,12; CI: 1,01-1,24) dan memiliki status kerawanan pangan (POR: 2,37; CI: 1,91-2,94) memiliki odds yang lebih tinggi mengalami perundungan.
Kesimpulan: Faktor sosial orang tua dan teman serta faktor individu menunjukkan hubungan signifikan dengan kejadian perundungan. Diharapkan penelitian selanjutnya melakukan analisis multivariat untuk melihat besar pengaruh tiap variabel.

Background: Incidence of adolescent bullying in Indonesia, particularly among students, is fifth highest among 78 countries in 2018. Impacts of bullying are related to physical, mental, and social aspects, and it can lead to risky behaviors affecting the adolescent’s quality of life. Bullying among adolescents is caused by various factors, including individual and social factors. This study aims to determine the association between social and individual factors with the incidence of bullying among adolescents in Indonesia.
Methods: This study uses secondary data from the 2015 Global School-Based Student Health Survey (GSHS) with a cross-sectional study design. Sample consists of adolescents aged 10-19 years who completed the survey variables (n=9,500). Univariate analysis was performed by presenting frequencies and percentages, while bivariate analysis used the chi-square test and with odds ratio (OR).
Results: that 20.1% of adolescents in Indonesia experienced bullying in the past 30 days. Adolescents who did not have close friends (POR: 1.59; CI: 1.20-2.10), did not receive peer support (POR: 1.51; CI: 1.35-1.67), had indifferent parents (POR: 1.12; CI: 1.00-1.24), and unsupervised by parents (POR: 1.38; CI: 1.25-1.54) had higher odds of experiencing bullying. Male adolescents (POR: 1.43; CI: 1.30-1.59), aged 14 years or younger (POR: 1.12; CI: 1.01- 1.24), and food insecurity (POR: 2.37; CI: 1.91-2.94) also had higher odds of experiencing bullying.
Conclusion: Parental and peer social factors as well as individual factors associate with the incidence of bullying. Future research is to conducting multivariate analysis to determine the influence of each variable is recommended.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Hanifa
"Perundungan merupakan fenomena yang sering terjadi di Indonesia, bahkan di dalam lingkungan pendidikan. Perundungan terbukti memiliki dampak negatif, baik pada korban maupun pelakunya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas Program Pelatihan Empati dan Kontrol Diri untuk menurunkan perilaku perundungan, serta meningkatkan empati dan kontrol diri. Peserta pelatihan adalah empat siswa sekolah dasar yang merupakan pelaku perundungan. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi-eksperimental dengan desain one group pre-test post-test. Teknik analisis data menggunakan wilcoxon signed-rank test untuk melihat perbedaan kondisi peserta pelatihan sebelum dan sesudah intervensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Pelatihan Empati dan Kontrol Diri dapat menurunkan perilaku perundungan secara signifikan berdasarkan penilaian oleh teman-teman partisipan (Z=-2.103, p=0.035). Meski demikian, hasil self-report dan penilaian guru menunjukkan penurunan perilaku perundungan yang tidak signifikan (Z=-1.826, p=.068; Z=-1.826, p=.068). Selain itu, program pelatihan ini tidak dapat meningkatkan kemampuan berempati secara signifikan, baik empati secara umum (Z=-1.826, p=0.068), afektif (Z=-1.604, p=0.109), maupun kognitif (Z=-1.826, p=0.068), serta hanya dapat meningkatkan kemampuan kontrol diri peserta secara memadai.

Bullying is a phenomenon that often occurs in Indonesia, even within the educational environment. Bullying proved to have a negative impact on both the victims and the perpetrators. This study aims to evaluate the effectiveness of the Empathy and Self Control Training Program to reduce bullying behavior and increase empathy and self control. The participants were four elementary school bullies. The research method used was quasi-experimental with the design of one group pre-test post-test. Data analysis techniques used Wilcoxon signed-rank test to see differences in the conditions of participants before and after the intervention. The results indicate that the Empathy and Self Control Training Program can reduce bullying behavior significantly based on peer evaluations (Z = -2.103, p = 0.035). However, the results of the self-report and teacher assessment showed a non-significant decrease in bullying behavior (Z = -1.826, p = .068; Z = -1.826, p = .068). In addition, this training program cannot significantly improve empathy skills, both empathy in general (Z = -1.826, p = 0.068), affective (Z = -1.604, p = 0.109), and cognitive (Z = -1.826, p = 0.068), and can only improve the ability of participants to control themselves adequately."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T52343
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Miladia Sari
"Angka hubungan seksual pranikah pada remaja di Indonesia tidak mengalami penurunan yang signifikan sepanjang tahun 2007 hingga 2017. Berbagai penelitian menemukan bahwa remaja usia pertengahan (pelajar SMA) lebih banyak yang melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja usia awal (pelajar SMP). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor determinan perilaku hubungan seksual pranikah pada pelajar SMP dan pelajar SMA di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional dan menggunakan data sekunder Global School-based Student Health Survey (GSHS) tahun 2015. Sampel penelitian ini adalah pelajar SMP dan SMA yang berusia 11 – 18 tahun yang terdapat pada data GSHS 2015. Hasil penelitian menunjukkan 5,8% pelajar SMP dan 3,7% pelajar SMA di Indonesia pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Berdasarkan hasil penelitan, ditemukan bahwa faktor yang berhubungan dengan perilaku hubungan seksual pranikah pada pelajar SMP terdiri dari keterikatan dengan orang tua, peran teman sebaya, pendidikan seksualitas dan HIV/AIDS di sekolah, keinginan bunuh diri, dan konsumsi alkohol. Sementara faktor yang berhubungan dengan perilaku hubungan seksual pranikah pada pelajar SMA, yaitu usia, keterikatan dengan orang tua, peran teman sebaya, keinginan bunuh diri, merokok, dan konsumsi alkohol. Konsumsi alkohol menjadi faktor yang paling berhubungan dengan perilaku hubungan seksual pranikah, baik pada pelajar SMP maupun pelajar SMA.

Prevalence of premarital sexual intercourse among adolescents in Indonesia did not decrease during 2007 to 2017. Various studies found that middle-aged adolescents (high school students) had more premarital sexual intercourse experience than early adolescents (junior high school students). This study was conducted to determine the determinants of premarital sexual intercourse behavior in junior high and high school students in Indonesia. This study is a quantitative study with cross sectional design and uses secondary data from the Global School-based Student Health Survey 2015. The sample of this study was junior and high school students aged 11-18 years in the GSHS 2015. The results showed 5,8% of junior high school students and 3,7% high school students in Indonesia ever had premarital sex. It found that factors related to premarital sexual behavior in junior high school students consisted of parental connectedness, role of peers, education on sexuality and HIV/AIDS at school, suicidal ideation, and alcohol consumption. Meanwhile, factors related to premarital sexual behavior in high school students, namely age, parental connectedness, role of peers, suicidal ideation, smoking, and alcohol consumption. Alcohol consumption is the most related factor to premarital sexual behavior, both in junior high school students and high school students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Social bonding theory which written by Travis Hirschi (1969) is one of
prevailing theory in explaining juvenile delinquency The main idea of this theory explain the motive of a person in committing delinquency because of controlling social factors. This theory has four principle elements of social control specilically attachment, commitment, beliefs, and involvement. This research will analyze the connection between social bonding theory with bullying behaviour of middle school
students in Indonesia. Bullying is a subtype of intimidation behaviour in which the perpetrator use power overa weaker victim through physical or non-physical attack, and that is repeated over time. Bullying behaviour phenomenon has become social trend in the school. ln this research, social control will be viewed from dilierence of
school quality and type of bu/lying behaviour will be viewed from gender difference. Research method chosen is quantitative method based on Hirschi used.
Developed social control indicators based on Morton (1999) and Libbey
(2004) consisted the attachment to the teachen friends, and school, commitment to the school, beliefs toward school rules or policy and the involvement within conventional activity The instrument of the research has been tested Hrst (pretest) and achusted to middle school students perception. The result from 183 students prove that social bonding has an important role on junior high school students
behavioun The strict social control on students in two middle schools disclose negative bullying behaviour Howeven there is a situation that the better quality middle school one has more less of bullying behaviour Therefore, social control influence the Bullying behaviour on middle schools."
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia], 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nuarita Yudhistira. author
"Bullying terjadi di setiap jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi (Langdon & Prable, 2008). Hasil-hasil studi sebelumnya juga menunjukkan bahwa terjadi peningkatan angka kejadian bullying di SMA.Kejadian bullying paling banyak memberikan pengaruh kepada siswa yang berperan sebagai bystander (Hazler, 1996 dalam Comitee for Children, 2005).Salah satu tipe dari bystander adalah outsider. Sementara itu, menurut Frisen dkk (2007) salah satu faktor menyebabkan seseorang melakukan tindakan bullying terhadap orang lain adalah kurangnya respek.
Penelitian ini berusaha melihat hubungan respek dan peran outsider dalam perilaku bullying pada siswa SMA.Partisipan dari penelitian ini berjumlah 178 orang yang berasal dari dua sekolah yang berbeda (sekolah negeri dan swasta). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungna negatif yang signifikan antara respek dengan peran outsider. Selain itu, juga ditemukan perbedaan mean yang signifikan pada respek antara partisipan yang tergolong outsider dan bukan outsider. Hasil yang signifikan ini dapat dijelaskan melalui komponen karakter.

Bullying happens at every level of education, from primary school to university (Langdon & Prable, 2008). The results of previous studies also shows that there is an increase of bullying incidence in high school level. The impact of bullying mostly happens to students who act as bystander (Hazler, 1996 in Comitee for Children, 2005). One of the types of bystander is outsider.Meanwhile, according to Frisen et al (2007) one of the factors causing a person to bully others is the lack of respect.
This study is aimed to look at the correlation between respect and the role of outsider in bullying behavior among high school students. Participants of this research were 178 students who came from two different schools (public and private schools). Results of this study indicate that there is a significant negative correlation between the respect to the role of outsider. In addition, this study also found a significant difference of mean of respect between the participants who had role as outsider with participants who had role as non-outsider. This significant results can be explained by the character components.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46311
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eri Kurniawan
"Skripsi ini mencoba menjelaskan hubungan antara konsep pertahanan diri dengan perilaku bullying siswa Sekolah Menengah Atas ?X? di Bandung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara pertahanan diri dengan perilaku bullying siswa Sekolah Menengah Atas ?X? di Bandung dengan cara membuktikan teori pertahanan diri dari Reckless (1962) ke dalam data empiris di lapangan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan teknik survei. Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada responden berukuran 91 orang. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan cara non probabilitas sampling dengan metode pengambilan sampel secara quota sampling.
Hasil penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara pertahanan diri dengan perilaku bullying. Dengan kata lain, hasil temuan di lapangan mendukung hipotesis di dalam penelitian ini sekaligus bersesuaian dengan teori pertahanan diri yang dikemukakan oleh Walter Reckless.
This undergraduate thesis attempts to explain the relationship between the concept of containment and bullying behaviors of Senior High School students "X" in Bandung. The purpose of this study was to know how the relationship of containment and bullying behavior of Senior High School students "X" in Bandung by way of proving containment theory of Reckless (1962) into the empirical data in the field.
The methodology used in this study is a quantitative research method with survey techniques. The data was collected by giving questionnaire to the respondent size 91 people. The sampling technique is done by quota non-random sampling.
The results of this study indicate that there is a significant relationship between containment and bullying behavior. In other words, the findings in the field support the hypothesis in this study correspond well with the theory of containment by Walter Reckless.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Fitrianto
"Penelitian ini ingin mengetahui hubungan trait kepribadian terhadap perilaku bullying. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan tipe non experimental dan field study. Seluruh partisipan sebanyak 152 orang dengan rentang usia remaja madya. Ada dua alat ukur yang digunakan, yaitu alat ukur trait kepribadian NEO PI dari Costa dan McCrae (1992) dan alat ukur bullying yang merupakan modifikasi alat ukur bullying dari Astari (2008). Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner, sedangkan analisis hasil dilakukan dengan menggunakan metode statistik.
Teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis hasil adalah regresi berganda. Perhitungan regresi berganda yang dilakukan menunjukkan bahwa: (1) Trait kepribadian memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku bullying; (2) Domain trait agreeableness dan openness memiliki kontribusi yang signifikan terhadap perilaku bullying.

This study would like to re veal the correlation of trait pe rsonality and bullying behavior.This is quantitative non experimental type and field study re search. All 152 participants are middle adolescent. There are two scales use d, trait personality scales NEO PI from Costa a nd McCrae and bullying scales modified from Astari (2008). Data from this research collected by questionnaires and analyzed using statistic method.
Statistic technique to analyze data using multiple regression. Computation of multiple regression show that: (1) Trait persona lity has a significant correlation with bullying behavior; (2). Doma in trait agreeableness a nd openness has the most significant contribution with bullying behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
155.2 FAJ h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Nur Wigati
"Siswa SMP (Sekolah Menengah Pertama) masuk dalam fase usia remaja, dimana mereka mulai mengalami pencarian jati diri. Siswa SMP dapat melakukan segala hal untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain yang menyebabkan mereka beresiko menjadi target bullying agar dapat diterima kelompok. Bullying dapat menimbulkan dampak negatif yang berkepanjangan apabila siswa SMP tidak memiliki kemampuan resiliensi. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan rancangan cross-sectional. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik Cluster Sampling dengan jumlah sampel 442 siswa. Penelitian ini menggunakan kuesioner The Revised Olweus Bully/Victim Questionnairedan Resilience Quotient Test. Penelitian ini menggunakan uji Chi-Squaredengan hasil terdapat hubungan yang signifikan antara tindakan bullying dengan tingkat resiliensi (p = 0,049 < α 0,05). Berdasarkan hasil penelitian, peneliti merekomendasikan untuk merancang program intervensi sebagai upaya mencegah tindakan bullying serta mampu membantu siswa untuk meningkatkan resiliensi.

Junior high school students are in the phase of adolescence, where they begin to experience self-discovery. Junior high school students can do anything to gain recognition from others which puts them at risk of becoming targets of bullying in order to be accepted by the group. Bullying can have a prolonged negative impact if junior high school students do not have resilience skills. This study used quantitative methods and cross-sectional design. Sampling was conducted using Cluster Sampling technique with a total sample of 440 students. This study used The Revised Olweus Bully/Victim Questionnaire and Resilience Quotient Test. This study uses the Chi-Square test with the results there is a significant relationship between bullying actions and the level of resilience (p = 0.049 < α 0.05). Based on the results of the study, researchers recommend designing intervention programs as an effort to prevent bullying and help students to increase resilience."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>