Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51992 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sarah Refihana Salim
"Tulisan ini bertujuan mengungkapkan adanya pesan kesetaraan gender dalam sebuah film live-action berjudul Aladdin yang dirilis oleh Walt Disney Picture pada 2019. Film hasil karya rumah produksi barat ini menarik untuk dikaji karena mengangkat sebuah potret budaya masyarakat Arab, yaitu sebuah sastra klasik Timur Tengah. Cerita dalam film Aladdin diambil dari sebuah kisah berjudul Alaa ‘Uddīn wal Miṣbaḥus Siḥr, yang merupakan salah satu kisah dari folklor terkenal asal Timur Tengah, Alfu Laylah wa Laylah atau Seribu Satu Malam. Penulis berhipotesa bahwa film Aladdin 2019 bertujuan menyampaikan pesan-pesan barat melalui sebuah film berlatar belakang dunia Arab, yaitu sebuah pesan kesetaraan gender melalui tampilan dominan Putri Jasmine dalam film Aladdin. Untuk membuktikan hipotesis penulis, adegan di dalam film Aladdin dianalisis dalam sebuah metode analisis semiotika menggunakan teori semiotika Roland Barthes dan teori gender. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa teori semiotika Roland Barthes dan teori gender sesuai untuk mengungkap mitos gender dalam dunia Arab yang ditampilkan dalam film serta pesan kesetaraan gender dalam film Aladdin 2019.

This paper aims to reveal the messages of gender equality in a live-action film entitled Aladdin which was released by Walt Disney Picture in 2019. The film produced by a western production house is interesting to be analyzed because it raises a cultural portrait of Arab society, which is Middle Eastern classical literature. The story in the film Aladdin is taken from a story called Alaa ‘Uddīn wal Miṣbaḥus Siḥr, which is one of the stories of the famous folklore from the Middle East, Alfu Laylah wa Laylah or One Thousand and One Nights. The author hypothesizes that the Aladdin 2019 film aims to convey the western messages through a film set in the Arab world, which is a gender messages through the dominant appearance of Princess Jasmine in the Aladdin film. To prove the author's hypothesis, the scenes in Aladdin film are analyzed in a semoiotic analysis method using Roland Barthes's semiotic theory and gender theory. The results of this study state that Roland Barthes's semiotic theory and gender theory are suitable for exposing gender myths in the Arab world displayed in films as well as the messages of gender equality in the 2019 Aladdin film."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Febrina Maharani
"The Fits 2015 adalah film drama remaja tentang seorang anak perempuan berumur 11 tahun bernama Toni yang mencoba mencari jati dirinya di antara dua kelompok gender, yaitu kelompok tinju dan kelompok tari. Selama proses pencarian identitas dirinya, anak-anak perempuan di kelompok tari tiba-tiba mengalami kejang dan tidak dapat mengontrol tubuhnya. Gejala ini disebut sebagai penyakit fit. Artikel ini akan menggunakan konsep konstruksi gender oleh Joan W. Scott yang kemudian akan membuktikan proses konstruksi identitas gender yang dialami Toni melalui perilaku, penampilan, dan ketakutannya terhadap penyakit fit. Secara mendalam, pembahasan dalam artikel ini akan menunjukkan bahwa Toni memilih femininitas sebagai identitas gendernya yang dominan sebagaimana hal itu dipengaruhi oleh dominasi dari saudara kandung laki-lakinya dan pengaruh dari teman kelompoknya melalui ikatan persaudaraan perempuan sisterhood.

The Fits 2015 is an adolescence drama movie telling a story about an 11 year old girl named Toni who tries to find her identity in two gendered groups mdash boxing and dancing groups. Among challenges and threats that she faces in finding her footage, the girls in the group succumb to a sudden illness called a fit. Using Joan W. Scott's framework of gender construction, this article attempts to dismantle the construction of Toni's gender identity through her changing attitude, physical attribute, and her fear of the fit. Specifically, this article argues that Toni embraces femininity as her dominant gender identity mainly affected by her brother's domination and sisterhood bound from her girlfriends."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Ayu Widyawati
"Dalam era globalisasi ini, identitas menjadi sesuatu yang penting. West Is West 2010 oleh Ayub Khan-Din sebagai corpus penelitian ini menawarkan cara unik dalam merepresentasikan isu identitas dalam film ini. Dengan memusatkan penelitian pada karakter Sajid sebagai remaja Inggris-Pakistan yang selalu merasa tidak cocok dengan budaya Pakistan datang ke negara itu untuk pertama kalinya, studi ini pertama membahas konsep Positioning dan Being Positioned serta Being and Becoming oleh Stuart Hall dalam teori Identitas Budaya yang dikaitkan dengan film.
Dengan menganalisa elemen film seperti dialog, adegan, dan kostum, disimpulkan bahwa karakter mengalami perubahan identitas. Tulisan ini menunjukkan bahwa West Is West memperlihatkan identitas budaya sebagai sebuah proses berkelanjutan dari relasi satu budaya dengan budaya lainnya.

In this globalization era, identity becomes something important. West is West 2010 by Ayub Khan Din as the corpus of this study offers unique ways in representing the issue of identity in this movie. By focusing on the character of Sajid as a British Pakistani boy who is unaccustomed to Pakistani culture comes to the county for the first time, this study first discusses the concepts 'Positioning and Being Positioned' as well as 'Being and Becoming' by Stuart Hall in relation to the issue of cultural identity in the movie.
By analyzing the elements of movie, such as dialogue, scene, and costume, this article concludes that the character experiences changes in identity. It shows that West is West exemplifies cultural identity as an ongoing process of the relation between one culture and other cultures."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nerissa Aviana
"Doctor Strange 2016 merupakan film produksi Marvel Studios yang menceritakan tentang perjalanan Dr. Stephen Strange untuk menyembuhkan cederanya yang parah dengan menemui The Ancient One, sebuah karakter yang ras dan gendernya telah diubah dari aslinya di komik. Artikel ini memfokuskan pada representasi karakter bernama The Ancient One melalui konsep Zajonc yang membahas keterbelakaan eksposur, penggambaran karakter wanita yang perkasa oleh Brown, dan performatifitas gender oleh Butler. Tujuan dari artikel ini adalah untuk menyingkap personifikasi yang sudah berubah bentuk aslinya dari komik, yang kemudian dijadikan film. Selanjutnya, artikel ini menegaskan bahwa perubahan The Ancient One dari komik menjadi film telah berkontribusi untuk penggambaran ras dan gender dalam film yang mempunyai peran besar dalam membentuk perspektif masyarakat.

Doctor Strange 2016 is a film created by Marvel Studios that narrates the journey of Dr. Stephen Strange who wants to meet The Ancient One, the character that has been altered in terms of race and gender from the comics, to heal his severe injury from an accident. This article is focusing on the representation of a character, named The Ancient One. By applying the frameworks of Zajonc's Mere-Exposure, Brown's depiction of powerful female character, and Butler's gender performativity, this article aims to disclose the personification of a comic character in a motion picture. Furthermore, this article asserts that the changes of The Ancient One have contributed to the racial and gender portrayals of characters in films as the media that have great impacts in shaping audience's perspective.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fidhya Nita
"ABSTRAK
Moana 2016 adalah film animasi petualangan fantasi musikal yang diproduseri oleh Waltz Disney Movie. Film ini bercerita tentang petualangan Moana yang berlayar melintasi lautan untuk menyelamatkan penduduk di desanya bersama Maui. Ada banyak penelitian yang membahas gender di film-film Disney, tetapi belum banyak yang membahasnya di Moana. Dengan menggunakan teori dari Sandra Bem tentang skema gender dan performativitas gender dari Judith Butler, artikel ini akan membahas tingkah laku dan tindakan yang akan mematahkan batasan peran gender melalui analisis tekstual dan karakter. Artikel ini memperlihatkan bahwa walaupun karakter Moana dipengaruhi pandangan tradisional tentang peran gender, tingkah laku dan tindakan yang dilakukannya memutustus batasan peran gender.

ABSTRACT
Moana 2016 is an animated musical fantasy adventure film produced by Waltz Disney Movie. The story tells about the character Moana who sails across the sea to save her people with her counterpart, Maui. There are many studies about gender in Disney movies, yet not many are done for Moana. By using Sandra Bem rsquo s framework of gender schema and Judith Butler rsquo s performativity, this paper will discuss Moana action and behavior that breaks the binary of gender roles through textual and character analysis. This article argues that although Moana is influenced by traditional view of gender roles, her action and behavior break away from the binary of gender roles."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Lionardi Irsugana
"Anak-anak dalam perawatan sistem asuh seringkali menghadapi risiko pengasuhan yang tidak sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, penting untuk memerhatikan praktik pengasuhan untuk memastikan hasil positif yang mendukung pertumbuhan mereka jangka panjang. Penelitian ini mengeksplorasi pengasuhan anak dalam sistem asuh, khususnya mengenai keterikatan emosional dan dinamika kuasa. Studi ini menggunakan film Systemsprenger (2019) sebagai studi kasus untuk menggali aspek-aspek emosional dan psikologis dalam pengasuhan. Dengan pendekatan sosio-psikologis, penelitian ini memadukan teori attachment dan konsep relasi kuasa untuk menganalisis hubungan antara anak dan pengasuh. Fokus utama penelitian ini adalah bagaimana film tersebut menggambarkan pengaruh attachment anak pada dinamika relasi kuasa dalam konteks sistem asuh. Hasil penelitian menunjukkan pentingnya pendekatan pengasuhan berbasis attachment yang aman, serta dampaknya pada identitas anak dan struktur kuasa dalam sistem asuh. Temuan ini memberikan wawasan baru tentang praktik pengasuhan yang efektif dan humanis, serta relevansinya pada konteks sosial yang lebih luas di dunia nyata.

Children in foster care systems often face the risk of receiving care that does not adequately meet their needs. Therefore, it is crucial to focus on caregiving practices to ensure positive outcomes that support their long-term development. This study explores child care within foster care systems, particularly in terms of emotional attachment and power dynamics. Using the 2019 film Systemsprenger as a case study, this research delves into the emotional and psychological aspects of caregiving. Adopting a socio-psychological approach, the study integrates attachment theory and the concept of power relations to analyze the interactions between children and caregivers. The primary focus is on how the film portrays the impact of a child's attachment on power dynamics within the foster care context. The findings highlight the importance of secure attachment-based caregiving approaches and their effects on a child’s identity and the power structure within the foster care system. These insights offer new perspectives on effective and humane caregiving practices and their relevance in a broader real-world social context."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Prilly Priscillia Harventhy
"ABSTRAK
Dalam sebagian besar film Hollywood dengan genre action-spionase spy , protagonis utama dimainkan oleh seorang agen rahasia laki-laki, sementara karakter perempuan dimainkan sebagai ldquo;kaki tangan rdquo; dari agen rahasia tersebut. Namun, film Spy 2015 menantang stereotip dan peran jender yang dikaitkan dalam film action-spionase pada umumnya dengan memerankan wanita sebagai protagonis agen rahasia utama dan menggambarkan karater laki-laki kebalikan dari stereotip agen rahasia. Penelitian ini berfokus pada bagaimana pergeseran stereotip dan peran jender sebagai agen rahasia tersebut digambarkan dalam film Spy. Analisis tekstual digunakan untuk menyelidiki pergeseran dan pengaruhnya, dan kerangka teoritis yang digunakan adalah Women Existence in Espionage Movies oleh Amalina 2015 dan The Evolution of Female Gender Roles oleh Bayard 2015 . Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa ada perubahan yang signifikan antara karakterisasi tokoh perempuan dan laki-laki sebagai agen rahasia.

ABSTRACT
AbstractIn most of Hollywood action espionage movies, the main protagonists are male secret agents, while female characters play the role of the secret agents rsquo sidekicks. However, Spy 2015 challenges the stereotypes and the attributed gender roles in action espionage movies by having female protagonist as the lead secret agent and depicting the male characters the opposite of secret agent stereotypes. This research focuses on how the shift of stereotypes and gender role of secret agents are portrayed in Spy. Textual analysis is used to investigate the shifts and its effects, and the theoretical frameworks used are Women Existence in Espionage Movies by Amalina 2015 and The Evolution of Female Gender Roles by Bayard 2015 . The research findings reveal that there are significant changes between the female and the male characterizations as secret agents.Keywords Gender Role, Stereotype, Secret Agent"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Aprina Luzt
"Penelitian ini membahas ketidaksetaraan gender yang ada dalam tradisi Ala Kachuu di Kirgistan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan representasi ketidaksetaraan gender dalam film Ала Качуу/Ala Kachuu 2018 dan Film Ала Качуу/Ala Kachuu 2020 dengan teori representasi oleh Stuart Hall dan teori ketidaksetaraan gender oleh Mansour Fakih. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif berdasarkan Creswell (2009) dilengkapi dengan teknik sinematografi Mise-en-scène. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa adanya ketidaksetaraan gender dalam dua film tersebut yang meliputi marginalisasi peran ibu, posisi anak perempuan, stereotip perempuan, beban kerja, subordinasi, dan kekerasan.

This research discusses the gender inequality that exists in the Ala Kachuu tradition in Kyrgyzstan. This research aims to reveal the representation of gender inequality in the film Ала Качуу/Ala Kachuu 2018 and Ала Качуу/Ala Kachuu 2020 with representation theory by Stuart Hall and gender inequality theory by Mansour Fakih. The method used in this research is qualitative based on Creswell (2009) complemented with the cinematographic technique Mise-en-scène. The results of the research conclude that there is gender inequality in the two films which includes the marginalization of the mother's role, the position of daughters, women stereotypes, workload, subordination, and violence.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Bramantyo
"

Duka adalah perasaan kehilangan yang intens yang dapat terjadi pada pria dan wanita. Studi tentang duka sering dilihat dari perspektif gender dan psikologis. Penelitian ini secara khusus melihat bagaimana reaksi orang terhadap duka dalam film Three Billboards Outside Ebbing, Missouri (2017). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis intensitas kemarahan yang digambarkan melalui simbolisme dan cara berduka melalui kekerasan di antara tokoh-tokoh utama film ini. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Data dikumpulkan dari beberapa situasi dalam konteks tertentu dan beberapa simbol di beberapa adegan dalam film. Makna dari symbol-simbol tersebut dianalisis dengan menggunakan teori makna denotatif dan konotatif Barthes (1964). Penelitian ini telah menemukan bahwa tidak seperti stereotip gender di mana laki-laki sering digambarkan sebagai lebih tenang dan tidak seterbuka wanita dalam mengekspresikan kesedihan mereka, karakter pria dan wanita dalam film digambarkan untuk berperilaku di luar stereotip. Perbedaan gender dalam menangani kesedihan merupakan indikasi akan hal ini. Misalnya, ada perubahan dalam gaya duka dari karakter wanita utama, dari tidak keras dan intuitif menjadi lebih agresif dan destruktif. Sebagai perbandingan, karakter laki-laki bersifat tetap statis dalam gaya berduka mereka. Selain itu, duka dalam film ini dilambangkan melalui kehadiran rusa dan adegan berdiam diri dari karakter utama wanita di salah satu adegan. Sementara itu, elemen api dan rasa sakit dalam film melambangkan kemarahan, keberanian, dan pemurnian. Terakhir, telah ditemukan bahwa ada dua kesamaan antar gender dalam reaksi terhadap kesedihan. Kesamaan ini adalah tindakan kekerasan dan pemicu menangis, yang dapat dikategorikan ke dalam beberapa penyebab, seperti perpisahan dan kehilangan, kegagalan, kemarahan, dan rasa bersalah. Dengan kata lain, penggambaran duka film ini menunjukkan bahwa industri film tidak lagi bergantung pada stereotip gender dalam penggambarannya tentang berduka.


Grief is an intense feeling of loss that can happen to men and women. Studies on grief have often been seen from gender and psychological perspectives. This study specifically looks at how people react toward grief in the movie Three Billboards Outside Ebbing, Missouri (2017). It aims to analyse tensions of anger as portrayed through symbolism and violent grief among the major characters of the movie.  This study uses the qualitative research method. The data are collected from the context of the situation and several signs in some scenes in the movie, and meanings of the signs are analysed by using Barthes’ (1964) denotative and connotative meanings theory. This study has found that unlike the gender stereotype in which men are often described as more composed and not as open as women in expressing their grief, the male and female characters in the movie are portrayed to behave beyond the stereotype. The gender differences in dealing with grief are an indication of this. For example, there is a change in the grieving style of the main female character, from being inoffensive and intuitive to becoming more aggressive and destructive. In comparison, the male characters remain static in their grieving style. In addition, grief in this movie is symbolized through the presence of the deer and the numbness of the main female character in one of the scenes. Meanwhile, fire and pain in the movie symbolize anger, courage, and purification. Lastly, it has been found that there are two similarities across gender in the reactions to grief. These commonalities are the violent actions and the triggers of crying, which can be categorized into several causes, such as separation and loss, failure, anger, and guilt. In other words, this movie’s portrayal of grief indicates that the movie industry no longer relies on clear-cut gender stereotypes in its depictions of bereavement.

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Phelps, Guy
London: Victor Gollanez, 1975
791.43 Phe f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>