Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172994 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Purbaning Tyas
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan dari kesehatan mental ibu terhadap kejadian stunting pada balita di Indonesia yang berkaitan dengan karakteristik ibu, anak, serta rumah tangga berdasarkan kelompok usia balita. Dalam penelitian ini menggunakan data longitudinal dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) tahun 2007 dan tahun 2014 dengan metode Regresi Logistik Biner (logit). Kesehatan mental ibu diukur menggunakan instrumen CESD-10. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kelompok balita usia 0-59 bulan dan 24-59 bulan, peningkatan total skor CESD-10 berhubungan dengan kejadian stunting pada balita setelah dikontrol dengan seluruh karakteristik. Sementara pada kelompok balita usia 0-23 bulan, peningkatan total skor CESD-10 tidak berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. Tinggi ibu, durasi menyusui, usia anak, berat lahir, dan lokasi tempat tinggal berhubungan dengan kejadian stunting di semua kelompok usia. Pendidikan ibu dan kuintil pengeluaran berhubungan dengan kejadian stunting di kelompok usia 0-59 bulan dan 24-59 bulan. Sementara terdapat dua variabel yang hanya berhubungan dengan kejadian stunting di satu kelompok usia balita saja, yaitu usia ibu (kelompok balita 0-59 bulan) dan kondisi sanitasi (kelompok balita 24-59 bulan).

This study aims to study the association of maternal mental health to stunting in children under five years old in Indonesia, which is related to the characteristics of mothers, children, and households based on the age group of children under five years old. This study uses longitudinal data from the Indonesian Family Life Survey (IFLS) in 2007 and 2014 with the Logistic Regression method. Maternal mental health was measured using the CESD-10 instrument. The results showed that in the children's age group of 0-59 months and 24-59 months, an increase in the total CESD-10 score associated with stunting in children after being controlled by all the characteristics. In age 0-23 months, the increase in the total score of CESD-10 was not associated with stunting. Maternal height, duration of breastfeeding, child age, birth weight, and location of residence were associated with stunting in all age groups. Maternal education and expenditure quintiles were associated with stunting in the 0-59 months and 24-59 months age groups. Meanwhile, two variables only relate to the incidence of stunting in one age group of children under five, namely maternal age (0-59 months of children under five) and sanitary conditions (24-59 months of children under five)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Kurniati
"Obesitas merupakan permasalahan global yang semakin sering ditemukan diberbagai negara. Obesitas berkaitan erat dengan permasalahan penyakit tidak menular lainnya dan menyebabkan kematian pada 2,80 juta orang dewasa setiap tahunnya. Beberapa penelitian menemukan bahwa obesitas dapat disebabkan oleh status pertumbuhan individu pada usia dini. Sementara itu prevalensi obesitas saat dewasa di negara berkembang juga meningkat bersamaan dengan tingginya prevalensi kekurangan gizi pada masa anak-anak. Beberapa studi menunjukkan adanya fenomena catch up growth atau mengejar ketertinggalan pertumbuhan yang berdampak pada kelebihan gizi di masa depan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan status gizi stunting saat balita terhadap risiko obesitas saat dewasa di Indonesia berdasarkan analisis data Indonesia Family Life Survey tahun 1993 dan 2014. Desain penelitian adalah kohort retrospektif. Besar sampel yang digunakan adalah 588 sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara status gizi stunting saat balita terhadap risiko obesitas saat dewasa (p=0,003). Hasil analisis multivariat juga menunjukkan bahwa responden dengan status gizi stunting saat balita cenderung 1,63 (95% CI 1,18-2,27) kali berisiko mengalami obesitas saat dewasa setelah dikontrol variabel riwayat obesitas ibu, jenis kelamin, berat badan lahir, dan daerah tempat tinggal. Perlu penguatan program gizi spesifik, seperti pemeriksaan antenatal care (ANC) pada ibu hamil dan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil yang kekurangan energi kronis (KEK). Selain itu adanya upaya penguatan edukasi pada remaja perempuan saat mulai memasuki masa pubertas, dengan cara mengkonsumsi makanan yang tinggi protein seperti telur, susu, daging, ikan, keju, kerang dan udang. Protein nabati juga dianjurkan untuk dikonsumsi seperti tempe, tahu dan kacang- kacangan.

Obesity is a global problem that is increasingly found in various countries. Obesity is closely related to other non-communicable disease problems and causes death in 2,80 million adults each year. Several studies have found that obesity is also caused by an individual growth status in early age. Meanwhile, the prevalence of obesity as adults in developing countries has also increased, the prevalence of malnutrition in childhood was high. Several studies have shown that there is a catch- up growth phenomenon that results in excess nutrition in the future. The purpose of this study was to determine the relationship between stunting in childhood to the risk of obesity in adulthood in Indonesia based on analysis of Indonesia Family Life Survey data in 1993 and 2014. We used a retrospective cohort study. The sample size was 588 respondents based on inclusion and exclusion criteria. The results showed that the nutritional status of stunting in children associated with the risk of obesity in adolescent (p=0,003). The results of the multivariate analysis also showed that respondents with stunting nutritional status in children tended to be 1,63 (95% CI 1,18-2,27) times at risk of developing obesity in adolescent after controlling for the variables of history of maternal obesity, sex, birth weight, and area of residence. It is necessary to strengthen specific nutrition programs, such as antenatal care examinations for pregnant women and provision of additional food for pregnant women with chronic energy deficiency. In addition, there are efforts to strengthen education for teenager when they start entering puberty, by consuming foods that consist of high protein such as eggs, milk, meat, fish, cheese, shellfish, and shrimp. Plant-based or nabati protein is also recommended for consumption such as tempe, tofu, and nuts."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ernia Haris Himawati
"Stunting merupakan masalah kesehatan yang dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang anak dan bersifat permanen. Penyebab stunting tidak hanya karena faktor gizi, tetapi beberapa faktor lain seperti riwayat kesehatan ibu dan anak, lingkungan dan sosio-ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan hygiene dan sanitasi dengan kejadian stunting pada anak balita di Kabupaten Sampang. Penelitian ini merupakan studi cross sectional dengan besar sampel sebanyak 207 balita di Sampang dengan pengambilan sampel total sampling. Data bersumber dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI. Analisis data dengan regresi logistik multivariabel. Prevalensi stunting diperoleh sebanyak 49.2%. Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara hygiene dan sanitasi, yaitu variabel pengelolaan sampah (OR 2.005; 95%CI : 1.037-3.879) dan penggunaan jamban (OR 2.861; 95%CI : 0.973-8.417) Riwayat penyakit ISPA juga berhubungan signifikan dengan kejadian stunting (OR 3.116; 95%CI : 1.071-9.062) Walaupun tidak signifikan, riwayat diare juga menunjukkan adanya risiko terhadap stunting pada balita (OR 1.953; 95% CI 0.694-5.495) Berdasarkan hasil penelitian, disarankan bagi masyarakat Sampang untuk meningkatkan pengetahuan dan kualitas Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, kesehatan untuk ibu dan anak, serta peningkatan penyuluhan dan perbaikan sarana prasarana hygiene-sanitasi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang.

Stunting is a health problem which could affect the childs growth and development permanently. The cause of stunting is not only due to nutritional factors, but also several other factors such as maternal and child health history, environment and socio-economics. The purpose of this study was to determine the relationship of hygiene and sanitation with the incidence of stunting among under five age children in Sampang. This research was a cross sectional study with 207 samples in Sampang using a total sampling technique. Data was from the Riskesdas 2018 by the Indonesian Ministry of Healths Research and Development Agency. The results showed that there is a significant relationship between hygiene and sanitation, namely the variable of waste management (OR 2,005; 95% CI: 1,037-3,879) and the use of latrines (OR 2,861; 95% CI: 0.973-8,417). A history of Upper Respiratory Track Infection was also significantly related to the incidence of stunting (OR 3.116; 95% CI: 1.071-9.062). Even if theres no significant result for diarrhea, it showed that there was a risk by 1.9 times (OR 1.953; 95% CI 0.694-5.495) Based on the results of the study, its recommended to society improving their knowledge and quality of protection of Clean and Healthy Living, health for mothers and children, as well as improving the guidance and improvement of health-sanitation infrastructure by the Sampang District Health Office."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Dranesia
"Stunting merupakan salah satu dampak dari kekurangan gizi kronik pada anak yang akan membawa dampak jangka panjang pada pertumbuhan serta lintas generasi ibu melalui siklus sindrom stunting.. Keberadaan anak stunting di kabupaten Kerinci mencapai setengah dari populasi balita yang dapat dipengaruhi oleh faktor anak, keluarga dan budaya. Penelitian cross sectional dilakukan untuk mengetahui faktor determinan kejadian stunting. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 290 anak yang dipilih dengan metode cluster random sampling.
Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara kejadian stunting dengan jenis kelamin p=0,019, riwayat ASI eksklusif p=0,038, dan suku ibu p=0,042. Hasil analisis multivariat menggunakan regresi logistik menunjukkan faktor yang berhubungan terhadap kejadian stunting pada balita adalah jenis kelamin, riwayat pemberian ASI eksklusif, praktik pemberian makanan menurut kepercayaan/tradisi ibu, larangan makan dan tekanan untuk makan. Sementara faktor yang paling berhubungan dengan kejadian stunting adalah riwayat pemberian ASI eksklusif. Dengan demikian pemberian asuhan keperawatan pada anak stunting dapat dilakukan dengan melakukan peningkatan upaya pemberian ASI eksklusif, serta berfokus kepada budaya ibu dalam pemberian makan pada anak.

Stunting is one of chronic malnutrition in children that will have long term impact on growth across generations through the cycle of stunting syndrome. The presence of stunting children in Kerinci district were about half of the under five years children population that can be affected by children, family and culture factors. Cross sectional study was conducted to determine the determinant factor of stunting. The number of samples in this study were 290 children selected by cluster random sampling method.
The result of bivariate analysis shows the relationship between stunting incidence with sex p 0,019, history of exclusive breastfeeding p 0,038, and maternal ethnicity p 0,042 . The results of multivariate analysis using logistic regression showed factors related to stunting were gender, history of exclusive breast feeding, feeding practices according to mother 39 s belief tradition, restriction and pressure to eat. While the factor most related to the incidence of stunting is history of exclusive breastfeeding. Thus the provision of nursing care in stunting children can be done by improving exclusive breastfeeding efforts, and focusing on the mother 39 s culture in feeding the child.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50880
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.A. Della Patrisia Pramesti
"Latar Belakang: Prevalensi stunting di Provinsi DKI Jakarta dan beberapa kabupaten/kota di dalamnya masih berada di atas 20 berdasarkan beberapa riset berbeda di tahun 2013, 2015, dan 2016. Stunting masih menjadi masalah gizi di wilayah tersebut.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita 6-59 bulan di Provinsi DKI Jakarta tahun 2016.
Metode: Penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional ini menggunakan data sekunder yaitu data Pemantauan Status Gizi 2016. Penelitian ini menggunakan sampel sejumlah 1562 balita untuk menganalisis 10 faktor risiko stunting.
Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi stunting dalam penelitian ini sebesar 21.1. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan secara bermakna dengan kejadian stunting diantaranya adalah usia balita POR = 1.62, 95 CI = 1.23-2.12, jumlah balita dalam rumah tangga POR = 3.24, 95 CI = 1.08-9.71 , dan pendidikan ibu POR = 1.52, 95 CI = 1.18-1.95.
Kesimpulan: Prevalensi stunting di Provinsi DKI Jakarta dalam penelitian ini masih diatas 20 dan hanya ada tiga faktor risiko yang memiliki hubungan signifikan secara statistik dengan kejadian stunting.

Background: The prevalence of stunting in DKI Jakarta Province and some districts were still above 20 based on different researches in 2013, 2015, and 2016. Stunting was still a nutritional problem in the region.
Objective: This study aimed to determine the factors that associated with stunting among children aged 6 59 months in DKI Jakarta Province 2016.
Methods: This quantitative research with cross sectional study design used secondary data, Pemantauan Status Gizi 2016. This research used 1562 children under five years as samples to analyze the 10 risk factors of stunting.
Results: This study showed that the prevalence of stunting in this study was 21.1. The analysis result showed that significant factors related to stunting were child rsquo s age POR 1.62, 95 CI 1.23 2.12, number of children under five years in household POR 3.24, 95 CI 1.08 9.71, and mothers education POR 1.52, 95 CI 1.18 1.95.
Conclusion: The prevalence of stunting in DKI Jakarta Province in this study is still above 20 and there are only three risk factors that have statistically significant association with stunting.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiyatuz Zahrah
"Pendahuluan: Sebagian besar kematian pada balita di negara berkembang diakibatkan oleh penyakit diare. Indonesia sebagai negara berkembang juga berpotensi mengalami kejadian ini. Kejadian diare yang dialami balita dapat dicegah dengan pola hidup bersih dan sehat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat pengetahuan mencuci tangan pada ibu yang memiliki balita pertama dengan kejadian diare pada balita di kecamatan Cimanggis. Metode pada penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan responden sebanyak 378 orang di kecamatan Cimanggis yang dipilih menggunakan metode purposive sampling. Hasil analisis menunjukkan tingkat pengetahuan mencuci tangan cukup pada ibu sebanyak 106 (28%) dengan 101 (26.7%) balitanya mengalami kejadian diare. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian diare pada balita (p-value < 0.05). Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang cuci tagan pada ibu.

Introduction: Most deaths in children under five years old in developing countries are caused by diarrheal diseases. Indonesia as a developing country also has the potential to experience this incidence. The incidence of diarrhea experienced by children under five years old can be prevented by a clean and healthy lifestyle. This study aimed to see the relationship between the level of knowledge of hand washing in mothers who have their first children under five years old with the incidence of diarrhea in children under five years old in Cimanggis sub-district. Method This study used a cross sectional design with 378 respondents in Cimanggis sub-district who were selected using purposive sampling method. The results showed that the level of knowledge of sufficient handwashing in mothers was 106 (28%) and was 101 (26.7%) children under five years old experienced diarrhea. There was a significant relationship between level of knowledge and the incidence of diarrhea in children under five years old (p-value < 0.05). Future research are expected to further analyze the factors that influenced the level of knowledge of knowledge of washing hands in mothers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuyu Buono Ayuning Pertiwi
"Di era pandemi ini, banyak sekali kegiatan yang mengharuskan kita untuk dilakukan secara online. Kegiatan bisnis yang awalnya dilakukan secara tunai juga telah berubah menjadi non tunai, seperti menggunakan switching bill payment. Akan tetapi, jika terdapat banyak pengguna yang melakukan request, maka biller dapat mengalami overloaded dan menjadi tidak responsif. Oleh karena itu, penulis ingin membuat sebuah circuit breaker yang dapat menentukan kondisi dari biller kemudian memutuskan koneksi antara switching dengan biller jika biller tersebut dalam kondisi yang kurang baik. Circuit breaker yang ada akan diimplementasi menggunakan 2 service, dimana service pertama akan memiliki sebuah library circuitbreaker dalam bentuk decorator yang memiliki fungsi memutuskan atau menyambungkan koneksi antara switching dan biller. Service lainnya dari circuit breaker yaitu service model yang berfungsi sebagai penentu apakah suatu biller sedang berada dalam kondisi normal atau tidak. Cara service tersebut menentukan kondisi biller adalah dengan menggunakan sebuah dataset dummy yang kemudian dilakukan transformasi menggunakan Sequence Graph Transform (SGT). Kemudian, dataset yang telah ditransformasi tersebut akan dilakukan training menggunakan tensorflow untuk menghasilkan suatu model yang dapat melakukan prediksi terhadap kondisi biller. Penerapan circuit breaker ke sebuah switching bill payment dapat memberikan kenyamanan kepada pengguna dalam melakukan transaksi pembayaran berupa layanan yang cepat dari switching tersebut.

In this pandemic era, there are a lot of activities that requires us to do it online. Business activity that is done by using cash has now become cashless, like for example by using switching bill payment. However, if there is a lot of users making a request, there is a chance that the switch will be overloaded and it will become unresponsive. As a result, the author tried to create a circuit breaker that is able to determine biller's condition and if it is in bad condition then the circuit breaker will cut off the connection. The circuit breaker will be implemented using 2 services in which one of the services will have a circuitbreaker library in a shape of decorator . The other service is a service model where it will decide if a biller is in a normal condition or not. The way it determines biller's condition is by using a dummy dataset that is transformed using Sequence Graph Transform (SGT). Then, the transformed dataset will be trained using TensorFlow to produce a model that can be used to predict biller's condition. Implementing a circuit breaker into a switching bill payment gives convenience to the user in doing payment transactions by giving them a fast service from the switching."
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairissa muthia, Author
"Latar belakang: Stunting masih menjadi salah satu masalah gizi kronis dengan prevalensi yang cukup tinggi di dunia. Saat ini, di Indonesia, prevalensi kondisi stunting masih melebihi batasan dari ketentuan WHO (World Health Organization) yaitu ambang batas prevalensi masalah stunting sebesar <20%. Penyakit karies dan status gizi seseorang dapat saling berhubungan satu sama lain. Karies gigi sulung yang tidak dirawat dapat berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Tujuan: Mengetahui prevalensi stunting dan karies pada anak usia 5 tahun di Indonesia serta melihat hubungan antara status kesehatan gigi dan mulut dengan stunting anak usia 5 tahun. Metode: Penelitian cross-sectional pada 410 anak berusia 5 tahun melalui kuisioner data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 dan pemeriksaan klinis gigi. Hasil: Prevalensi stunting pada 410 anak usia 5 tahun adalah 25,4%. Tingkat keparahan karies paling banyak ditemukan pada kategori S-ECC sebesar 260 anak (63,5%). Berdasarkan uji Chi-square, terdapat hubungan (p= 0,001) antara stunting dengan tingkat pendidikan orang tua dan sosial ekonomi. Tidak terdapat hubungan antara karies dengan stunting. Kesimpulan:Terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan orang tua dan status sosioekonomi dengan status gizi berupa stunting.

Background: Stunting, is one of the chronic malnutrition problems with a relatively high prevalence in the world. Nowadays, in Indonesia, the prevalence of stunting conditions still exceeds the limits of threshold prevalence of the World Health Organization (WHO) provisions which is <20%. Caries disease and nutritional status can be related to one another. Untreated caries in deciduous teeth can affect a nutritional status in individuals. Objective: This study aims to determine the prevalence of stunting and caries disease of 5 year old children in Indonesia and to determine the relationship between oral health status with stunting of 5 year-old children. Method: A cross-sectionl study of 410 children aged 5 years old through clinical tooth examinations and questionnaire of National Health Survey 2018. Results: The prevalence of stunting in 410 children aged 5 years old was 25,4%. Caries severity was mostly found in the S-ECC category of 260 children (63,5%). Based on the Chi-square test, there is a correlation (p=0,001) between stunting with the level of parenteral education and sosioeconomic status. There is no correlation between caries and stunting. Conclusion: There is a significant correlation between the level of parenteral education and socioeconomic status with nutritional status in the form of stunting."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Setiowati
"Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan bawah akut yang secara khusus mempengaruhi fungsi paru. Penyakit ini merupakan penyebab kematian balita terbesar setelah diare. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi pneumonia pada kelompok balita sebesar 4,8%, angka ini berada diatas prevalensi pneumonia nasional yaitu 4,0%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita (12-59 bulan) di Indonesia pada tahun 2017. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan jumlah sampel 13.855. Penelitian ini merupakan analisis lanjutan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji chi-square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara kejadian pneumonia pada balita dengan tempat tinggal, jenis dinding, jenis atap, usia 12-23 bulan, usia 24-35 bulan, status imunisasi DPT-Hib, berat badan lahir, dan balita dengan ibu berstatus pendidikan lulus SD. Faktor dominan yang mempengaruhi kejadian pneumonia pada balita di Indonesia berdasarkan data SDKI tahun 2017 adalah jenis dinding.

Pneumonia is acute lower respiratory tract infection that affect lung function in particular. This disease is a leading mortality on under-five children after diarrhea. According to Basic Health Research (Riskesdas) 2018, prevalence of pneumonia on group of under-five children is 4,8%, high than the national pneumonia prevalence which is 4,0%. This study aims to analyse factors related to pneumonia on under-five children in Indonesia on 2017. Cross-sectional design study was chosen with 13.855 samples included. This study is an extension analysis of Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2017 data. The data analysis in this study used chi square test and logistic regression. Result found that there is a statistically significant relationship between pneumonia under-five children with type of residence, type of wall, 12-23 months old, 24-35 months old, DPT-Hib immunisation, birth weight, and elementary school graduated mother. Dominant influencing factors of pneumonia on under-five children in Indonesia based on IDHS 2017 data is type of wall."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almas Grinia Iksan
"Balita pendek stunting merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat diIndonesia yang berdampak negatif dalam jangka panjang. Provinsi Jawa Barat merupakanprovinsi dengan jumlah balita pendek terbanyak diantara provinsi lainnya. Determinanterdekat yang berhubungan dengan stunting ialah status gizi ibu dan asosiasi ini juga dapatdipengaruhi oleh faktor sosioekonomi. Tujuan penelitian ini ialah untuk menilai pengaruhstatus gizi ibu dan faktor sosioekonomi terhadap kejadian stunting menurut umur balita.Studi ini menggunakan data hasil Survey Pemantauan Status Gizi tahun 2017 yang terdiridari data balita, ibu hamil atau wanita usia subur, dan rumah tangga berjumlah 7.555.Pengaruh status gizi ibu tinggi badan dan IMT ibu terhadap Height-for-Age Z score HAZ dianalisis menggunakan regresi linier multivariabel. Prevalensi stunting tertinggiada pada balita usia 24 ndash; 59 bulan. Semakin tinggi pendidikan ibu dan ayah balita,prevalensi stunting semakin menurun. Prevalensi stunting lebih tinggi pada balita yangtinggal di perdesaan dan ibu dengan tinggi badan kurang dari 150 cm. Pada analisismultivariabel, nilai HAZ balita 0 ndash; 11 bulan dipengaruhi oleh TB ibu, IMT ibu,pendidikan ibu, dan tempat tinggal. Sedangkan pada balita usia 24 ndash; 59 bulan nilai HAZdipengaruhi oleh TB ibu, IMT ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan tempat tinggal.Pengaruh TB ibu terhadap nilai HAZ balita paling besar ialah saat balita berusia 6 ndash; 11bulan dan pengaruh tersebut turun saat balita berusia 12 ndash; 23 bulan. Sedangkan pengaruhIMT ibu terhadap nilai HAZ balita tidak berbeda antar kelompok umur balita. Prevalensistunting di Jawa Barat cukup tinggi, sehingga diperlukan intervensi yang sesuai untukmeningkatkan pertumbuhan linier anak. Hal tersebut bisa dilakukan melalui peningkatanpengetahuan mengenai gizi ibu dan balita bagi remaja putri, wanita, dan ibu hamil sebagaipenghasil generasi baru serta pemberian asupan nutrisi yang baik bagi balita, terutamasaat 1000 hari pertama kehidupan.Kata kunci: Stunting, status gizi ibu, faktor sosioekonomi.

Stunting is one of the public health problems in Indonesia which results long termnegative impact. West Java is the province with the highest number of stunted children.A proximate determinant associated to stunting is maternal nutrition and this associationmight be influenced by socioeconomic factors. The aim of this study was to assess theeffect of maternal nutrition and socioeconomic factors on child stunting according to thegroup age. This study used data from Survey of Nutrition Status Monitoring PSG 2017which included data of children under five, pregnant women or women of childbearingage, and households. Effect of mother 39 s nutritional status height and BMI on Heightfor Age Z score HAZ was analysed using multivariable linear regression. The highestprevalence of stunting was in children aged 24 59 months. The higher the education ofmother and father, the lower the prevalence of child stunting. The prevalence of stuntingwas higher in rural areas and mothers with height less than 150 cm. In multivariableanalysis, the HAZ of 0 11 months infants was affected by mother rsquo s height, mother rsquo s BMI,mother rsquo s education, and residence classification. Whereas in infants aged 24 59 monthsHAZ was affected by mother rsquo s height, mother rsquo s BMI, mother rsquo s education, mother rsquo s workstatus, and residence classification. The biggest effect of mother rsquo s height on HAZ was inthe infants aged 6 11 months and the effect was decreased when children aged 12 23months. While the effect of mother 39 s BMI on HAZ did not differ between age group ofchildren. The prevalence of stunting in West Java are relatively high, so appropriateinterventions are needed to increase the child 39 s linear growth. This can be tackled throughenhancing the knowledge of mother and child nutrition for young women, women, andpregnant women, also give adequate nutrition for infants, especially during the first 1000days of life.Keywords Stunting, maternal nutrition, socioeconomic factor."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T50343
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>