Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 217877 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simamora, Putri Alvernia Rosalina
"ABSTRAK
Kegiatan usaha minyak dimulai dari eksplorasi sampai ke proses pengilangan memiliki potensi menghasilkan tumpahan minyak bumi. Pencemaran lingkungan akibat tumpahan minyak terus terjadi karena Indonesia sebagai negara penghasil minyak dalam jumlah yang cukup besar. Masalah dalam penelitian ini adalah tumpahan minyak mencemari tanah dan air yang merusak lingkungan hingga menimbulkan kerugian ekonomi nelayan. Tujuan penelitian adalah menganalisis tingkat pencemaran tanah dan pencemaran air, menganalisis tingkat efektivitas penurunan TPH dengan penggunaan bioremediasi dan penambahan zeolit, mengevaluasi kerugian ekonomi nelayan, dan mengevaluasi kelayakan bioremediasi dan zeolit. Metode yang digunakan adalah metode campuran yaitu gabungan antara metode kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini adalah tanah dan air di lokasi penelitian tercemar minyak bumi. Penggunaan bioremediasi dan penambahan zeolit mampu untuk menurunkan kandungan hidrokarbon. Penurunan pendapatan dirasakan nelayan akibat terjadinya tumpahan minyak. Kesimpulan penelitian ini penggunaan bioremediasi dan zeolit mampu menurunkan kandungan
TPH sebesar 99% namun memerlukan pengurangan dosis dan kuantitas serta diperlukan pengendalian tumpahan minyak dari pihak industri agar bioremediasi dan zeolit dapat efektif untuk diterapkan di Desa Sedari, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang. Selain itu, rata-rata kerugian nelayan pada sektor perikanan akibat tumpahan minyak sebesar 76%.

ABSTRACT
The oil business activities begin from the process of exploration until oil refining which has a potential of producing oil spills. The environmental pollution due to oil spills remain to exist as Indonesia is an oil-producing country with significant oil production volumes. This research focuses on the issue of oil spills contaminating soil and water that pollute the environment which causes detrimental economic effects to fishermen. The purpose of this research is to analyze the level of soil and water contamination, analyze the total petroleum hydrocarbon (TPH) by using bioremediation and adding zeolite, evaluate the economic loss for the fishermen, and evaluate the feasibility of bioremediation and zeolite. The method utilized is a mixed method of quantitative and qualitative method. The outcome of this research is that the soil and the water at the research site have been polluted with oil contamination. The use of bioremediation and zeolite may decrease the hydrocarbon content. The decline of income due to the oil spills affected the fishermen. The conclusion of this research on the use of bioremediation and zeolite could decrease the TPH content amounting to 99% however it requires a reduction in dosage and quantity as well as oil spill control from the industry so that bioremediation and zeolites can be effective in Sedari Village, Cibuaya District, Karawang Regency. In the addition, the average of the fishermen economic loss on the fishery sector due to the oil spills were amounting to 76%."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsya Dyasthi Putri
"Kegiatan industri pertambangan minyak bumi di Indonesia telah menimbulkan banyak kasus pencemaran limbah berbahaya dan beracun (B3). Kasus tersebut dapat menimbulkan dampak buruk bagi kualitas lingkungan. Pada KepMenLH No. 128 Tahun 2003, disebutkan bahwa pemulihan lahan tercemar oleh minyak bumi dapat dilakukan secara biologis, dengan menggunakan kapasitas kemampuan mikroorganisme. Salah satu teknik penerapan pemulihan tersebut adalah dengan menggunakan teknik Bioventing.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh injeksi udara dan mikroorganisme yang berperan dalam proses remediasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerjanya bioventing. Minyak bumi yang digunakan merupakan crude oil yang berasal dari PPPTMGB Lemigas. Selama 5 minggu penelitian, didapatkan penyisihan konsentrasi TPH terbesar yaitu sebesar 82% yang terdapat pada sampel dengan konsentrasi bakteri Bacillus Subtilis 10% v/v. Sedangkan pada sampel dengan konsentrasi bakteri Bacillus Subtilis 15% v/v, dan tanpa penambahan bakteri (bakteri indigenous) 1 dan 2 secara berurut adalah 67,1%, 54,24%, dan 68,12%. Penyisihan konsentrasi BTEX terbesar, yaitu sebesar 66,65% pada kontrol 2. Sedangkan sampel dengan kontrol 1, konsentrasi bakteri Bacillus Subtilis 10% v/v, dan bakteri Bacillus Subtilis 15% v/v secara berurut adalah 23,39%, 34,41%, dan 37,69%.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sampel dengan konsentrasi bakteri Bacillus Subtilis 10% v/v dan Kontrol 2 yang paling baik dalam mendukung efektivitas proses degradasi minyak bumi.

Oil mining industry in Indonesia has generated many cases of very hazardous waste pollution. Those cases could adversely affect the quality of environment. Ministry of Environment through the Ministry of Environment Decree No. 128/2003, stated that the recovery of oil contaminated area can be purified by using microbial activity, called bioremediation. On of the most preferred methods for the remediation process of oil contaminated soil is bioventing.
The main objective of this study was to determine the effect of air injection and microorganisms that play a role in the remediation process and the factors that affect performance bioventing. Oil used in this study was crude oil which was derived from PPTMGB Lemigas. The purpose of this study. During the 5 weeks of the study, obtained the largest TPH concentrations allowance that is equal to 82% were found in the sample with the concentration of the bacteria Bacillus Subtilis 10% v/v. While the sample with the concentration of bacteria Bacillus Subtilis 15% v/v, and without the addition of bacteria (indigenous) 1 and 2 in sequence is 67.1%, 54.24%, and 68.12%. Provision largest concentration of BTEX, amounting to 66.65% in the control 2. Whereas the control 1, the concentration of the bacteria Bacillus Subtilis 10% v / v, and the bacteria Bacillus Subtilis 15% v / v in the order are 23.39%, 34.41%, and 37.69%.
From this study it can be concluded that the sample with the concentration of the bacteria Bacillus Subtilis 10% v / v and Control 2 is best in support of the effectiveness of oil degradation process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46849
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiz Abdurrahman
"ABSTRAK
Kegiatan eksplorasi dan produksi minyak bumi berpotensi menimbulkan kontaminasi minyak pada tanah, misalnya dari kegiatan operasional, kebocoran pipa, maupun akumulasi timbulan limbah minyak di masa lalu. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no 128 tahun 2003 menyatakan bahwa tanah yang terkontaminasi minyak dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan. Pemulihan tanah tercemar oleh minyak bumi dapat dilakukan secara biologis, dengan menggunakan kapasitas kemampuan mikroorganisme. TPH atau Total Petroleum Hydrocarbons dalam hal ini merupakan jumlah hidrokarbon minyak bumi yang terukur dari media tanah. Dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.128 tahun 2003 dijelaskan bahwa target konsentrasi TPH yang aman bagi lingkungan ialah dibawah 1%. Landfarming merupakan salah satu teknik yang dapat diterapkan dalam pemulihan tanah tercemar minyak bumi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis bulking agent yang paling efektif dalam pelaksanaan proses bioremediasi. Sampel tanah terkontaminasi minyak bumi yang diolah diambil dari tanah terkontaminasi minyak mentah (Crude Oil Contaminated Soil) di Pre-treatment pit dalam (SBF) Soil Bioremediation Facility PT. Chevron Pacific Indonesia di Minas, Riau. Bulking agent yang digunakan dalam penelitian adalah serbuk kayu dan cacahan serabut tandan kosong kelapa sawit. Selama 6 minggu penelitian, penyisihan konsentrasi TPH terbesar yaitu 41,04% pada sampel dengan penambahan bulking agent serbuk kayu 4% (w/w). Sedangkan pada sampel dengan penambahan bulking agent serabut tandan kosong kelapa sawit 4% (w/w) dan tanpa penambahan bulking agent berturut-turut adalah 40,45% dan 35,04%. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sampel dengan penambahan bulking agent serbuk kayu 4% (w/w) yang paling efektif dalam proses degradasi minyak bumi.

ABSTRACT
Exploration and production of oil has potential to contaminate soil, such as from operations, pipeline leak, and accumulation of oil waste. Ministry of Environment through the Ministry of Environment Decree No. 128/2003, stated that oil contaminated soil is classified as hazardous and toxic waste (B3) that could potentially cause damage to the environment. The remediation of oil contaminated soil can be purified by using microbial activity. TPH or Total Petroleum Hydrocarbons is the amount of petroleum hydrocarbons measured from the soil media. In MOE Decree No. 128/2003 stated that TPH concentrations target that are safe for the environment is below 1%. Landfarming is one of the most preferred technique that can be applied in the remediation of oil contaminated soil. The main purpose of this study was to determine which type of bulking agent is the most effective on bioremediation process. Crude Oil Contaminated Soil sample were taken from pre-treatment pit in Soil Bioremediation Facility PT. Chevron Pacific Indonesia in Minas, Riau. Bulking agents used in the study were wood chip and oil palm shell fiber. During 6 weeks of the study, the largest TPH removal was 41.04% which is a sample with the addition of 4% wood chip (w/w). While the sample with the addition of 4% oil palm shell fiber (w/w) and the sample without the addition of bulking agent were respectively 40.45% and 35.04%. From this study, it can be concluded that the sample with the addition of 4% wood chip (w/w) was the most effective in the crude oil biodegradation process."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55506
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalida Fasya
"ABSTRAK
Kegiatan produksi minyak bumi di Indonesia telah menimbulkan banyak kasus pencemaran dan berdampak buruk bagi kualitas lingkungan disekitarnya. Salah satu tindakan pemulihan pencemaran tersebut adalah bioremediasi yang memanfaatkan kemampuan mikroorganisme untuk mendegradasi hidrokarbon. Penelitian ini menggunakan teknik bio-composting, salah satu jenis bioremediasi yang paling aman digunakan dan ramah lingkungan. Bio-composting menggunakan bahan – bahan alami seperti serbuk kayu, kotoran ayam, serta bakteri pendegradasi hidrokabon dengan variasi Pseudomonas aeruginosa 15% v/w serta konsorsium Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus subtilis sebesar 15% v/w. Selama 15 hari penelitian didapatkan penurunan kosentrasi Total Petroleum Hydrocabon (TPH) sebesar 77,24% dan 67,11%. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa variasi konsorsium Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus subtilis 15% v/w paling efektif mendegradasi hidrokarbon pada tanah yang terkontaminasi minyak bumi.

ABSTRACT
Oil and gas industry in Indonesia has led to many cases of contamination and adversely affect for the quality of the surrounding environment. One of the recovery actions is bioremediation which utilizes the ability of microorganisms to degrade the content of biologically hazardous waste. This study uses a bio-composting technique which is one of the safest types of bioremediation to use and environmentally friendly. Bio-composting uses natural materials such as sawdust, chicken manure, and indigenous bacteria by variation of Pseudomonas aeruginosa 15% v/w and a consortium of Pseudomonas aeruginosa and Bacillus subtilis amount 15% v/w. During 15 days study, we found a decrease in the concentration of Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) amounted to 77,24% and 67,11% From this study it can be concluded that consortium of Pseudomonas aeruginosa and Bacillus subtilis 15% v/w is the most effective variation to degrade hydrocarbons in oil contaminated soil.
"
2015
S59424
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tyas Putri Sativa
"ABSTRAK
Tumpahan minyak bumi baik pada lingkungan akuatik maupun darat sangat merugikan manusia maupun lingkungan karena senyawa hidrokarbon yang terkandung di dalamnya yang dapat membahayakan ekosistem dan keseimbangan lingkungan serta merupakan senyawa yang karsinogenik bagi manusia dan hewan. Oleh karena itu tindakan remediasi perlu dilakukan, salah satunya adalah dengan metode kombinasi mikroorganisme dan tumbuhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh beberapa perlakuan yang diterapkan terhadap penyisihan kadar TPH dan BTEX serta pengaruhnya terhadap faktor lingkungan dalam proses remediasi. Pada penelitian ini, bioremediasi dilakukan dengan menggunakan 4 perlakuan yang berbeda yaitu pemberian kompos (C), tanaman dan kompos (P), mikroorganisme dan kompos (B), dan tanaman dan mikroorganisme kompos (BP), terhadap tanah dengan kadar minyak 5% dan 10% selama 5 minggu. Dari hasil penelitian, berikut hasil pengujian TPH berturut-turut pada tanah terkontaminasi 5%: 2,10% (C); 1,31% (B); 1,66% (P); dan 0,68% (BP) dan hasil pengujian TPH berturut-turut pada tanah terkontaminasi 10% adalah 3,30% (C); 2,54 (B); 3,91% (P); dan 3,31% (BP). Persentase degradasi TPH tertinggi pada tanah terkontaminasi minyak 5% terdapat pada perlakuan BP yaitu sebesar 87,1%, sementara pada tanah terkontaminasi minyak 10% persentase penyisihan TPH terbesar ada pada perlakuan penambahan bakteri yaitu sebesar 76,19%. Persentase penyisihan BTEX pada perlakuan BP di tanah terkontaminasi minyak 5% sebesar 68,35% persentase penyisihan BTEX pada perlakuan B di tanah terkontaminasi minyak 10% sebesar 84,91%. Berdasarkan uji statistik, baik pada tanah terkontaminasi 5% maupun 10%, degradasi TPH mempengaruhi nilai pH secara signifikan karena p < 0,05 namun degradasi TPH tidak mempengaruhi nilai suhu karena p > 0,05.

ABSTRACT
Oil spills both aquatic and terrestrial environments are very detrimental to people and the environment due to hydrocarbon compounds that contained therein which is not only could be harmful for the balance of the ecosystem and the environment but also carcinogenic to human and animals. Therefore remediation needs to be done, one of the methods is by using combination of microorganisms and plant. The aim of this research are to analyze the influences between several different treatments that are applied for TPH and BTEX removal and the influences on environmental factirs in the process of remediation. In this research, bioremediation held by using 4 different treatment which are: by adding compost (C), plants and compost (P), microorganisms and compost (B), and compost, plants and microorganisms (BP), to soil with oil content of 5% and 10%. The following test results of TPH in soil contaminated with 5% oil content in a row are: 2.10% (C); 1.31% (B); 1.66% (P); and 0.68% (BP) and TPH test results in soil contaminated with oil content 10% in a row are: 3.30% (C); 2.54 (B); 3.91% (P); and 3.31% (BP). The highest percentage of TPH degradation in contaminated soil of 5% oil content found in BP treatment that is equal to 87.1%, while in the contaminated soil of 10% oil content the largest TPH removal percentage is in the treatment of adding bacteria (B) which is 76.19%. BTEX removal percentage in 5% oil contaminated soil in BP treatment is 68.35% while in 10% oil contaminated soil with B treatment is 84.91%. Based on statistical tests, both on contaminated soil with 5% and 10% oil, TPH degradation significantly affect the pH value as p < 0.05 but TPH degradation does not affect temperature values ​​as p > 0.05."
2015
S60054
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meissa Riani
"Tanah yang tercemar minyak bumi tergolong limbah bahan berbahaya dan beracun (limbah B3), maka dari itu tidak dapat dibuang langsung ke lingkungan. Salah satu metode yang digunakan untuk mengolah tanah yang tercemar minyak bumi adalah dengan teknik bioremediasi. Skripsi ini membahas mengenai kelebihan dan kelemahan yang ditunjukkan oleh proses bioremediasi dengan metode landfarming yang terlebih dahulu diberi tambahan dua jenis surfaktan yang berbeda, yaitu surfaktan petrokimia dan surfaktan oleokimia.
Surfaktan petrokimia yang digunakan adalah Linear Alkyl Benzene Sulfonate Acid (LABSA) sedangkan surfaktan oleokimia yang digunakan adalah Sodium Laureth Sulfate (SLS). Surfaktan SLS memiliki kelebihan yaitu bersifat terbarukan dan dapat didegradasi secara alami. Pada penelitian ini dilihat kinerja surfaktan SLS dibandingkan dengan kinerja surfaktan LABSA dalam menurunkan konsentrasi pencemar. Parameter pencemar yang diukur adalah kandungan Total Petroleum Hydrocarbons (TPH) dan metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental.
Dari data penurunan kandungan TPH terhadap waktu didapatkan bahwa sampel dengan penambahan surfaktan SLS mengalami penurunan kandungan TPH paling tinggi yaitu sekitar 64.41% dari kandungan TPH awal, diikuti dengan sampel yang diberi tambahan surfaktan LABSA yang mengalami penurunan kandungan TPH sebesar 58.56%, dan yang terakhir atau dengan kata lain kinerja yang paling rendah adalah sampel yang sama sekali tidak diberi tambahan surfaktan yaitu sebesar 38.14% dari kandungan TPH awal.

Soil that contamined by petroleum is classified as toxic and hazardous waste, and therefore can not be directly discharged into the environment. One of methods that can be used to treat petroleum-contaminated soil is bioremediation. This study discussed about the strengths and weaknesses of the bioremediation process with landfarming method where two different types of surfactants are added, that are petrochemical surfactant and oleochemical surfactant.
Petrochemical surfactant used is the Linear Alkyl Benzene Sulfonate Acid (LABSA) whereas oleochemical surfactant used is Sodium Laureth Sulfate (SLS). Surfactant SLS has the advantages that they are renewable and can be degraded naturally. In this study viewed the performance of SLS compared with the performance of LABSA in lowering the pollutant concentration. Parameter of pollutant that measured is the content of Total Petroleum Hydrocarbons (TPH) and research method used was experimental method.
From the decreasing in TPH content versus time, data showed that the samples with the addition of SLS had the highest TPH content decreased to about 64.41% of the initial TPH content, followed by the samples that were given the additional surfactant LABSA that decreased TPH to 58.56%, and the last or the lowest performance is the sample that was not given any additional surfactant that reduced TPH content to 38.14% of the initial TPH content.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50485
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Sumiardi
"Konsorsium bakteri lokal (gabungan Salipiger bermudensis DQ 178660, Alterierythrobacter evoxidivorans DQ 304436, Alteromonas macleodii Y 18228 dan Vibrio harveyi DQ 146936) pendegradasi senyawa hidrokarbon kontaminan yang diisolasi dari kawasan eksplorasi minyak Cepu Jawa Tengah diuji kemampuannya dalam merombak senyawa hidrokarbon minyak bumi yang mencemari tanah di kawasan industri Krakatau Steel Cilegon.
Dalam penelitian ini, karakterisasi produksi biosurfaktan yang dihasilkan konsorsium bakteri dilakukan dengan mengevaluasi pola pertumbuhan, analisis tegangan permukaan, analisis tegangan antarmuka, analisis komposisi kimia dan uji aktivitas emulsifikasi. Pengujian selama 30 hari pengamatan meliputi pH, suhu, tekstur tanah empat fraksi (berpasir, liat kasar, liat halus, berdebu), karbon organik, nitrogen organik, rasio karbon/nitrogen organik, fosfor dan kalium serta analisis sampel tanah tercemar hidrokarbon menggunakan Gas Chromatography-Mass Sphectroscopy (GC-MS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa biosurfaktan yang dihasilkan konsorsium bakteri memiliki kemampuan menurunkan tegangan permukaan air lebih tinggi dibanding dengan bakteri tunggal (51 dynes/cm dari 72 dyns/cm), reduksi nilai tegangan antarmuka air dengan minyak paling tinggi dihasilkan konsorsium bakteri (10 dynes/cm), nilai indeks emulsifikasi (93,75%) paling tinggi dihasilkan oleh konsorsium bakteri. Analisis komposisi kimia biosurfaktan yang dihasilkan konsorsium bakteri menunjukkan bahwa biosurfaktan merupakan senyawa kompleks terdiri dari karbohidrat, protein dan lipid. Setelah 30 hari massa inkubasi, hasil analisis GC-MS menunjukkan bahwa bakteri dan konsorsium bakteri mampu merombak senyawa hidrokarbon tersisa yang mencemari tanah di kawasan PT Krakatau Steel Cilegon Banten.;

Local bacterial consortium (combined of Salipiger bermudensis DQ 178 660, Alterierythrobacter evoxidivorans DQ 304 436, Alteromonas macleodii Y 146 936 and Vibrio harveyi DQ 18228) hydrocarbons degrading contaminants that isolated from oil exploration areas in Cepu Central Java was analyzed for its ability to degrade petroleum hydrocarbons that polluted the soil in industrial area of PT. Krakatau Steel Cilegon.
In this study, characterization of biosurfactant produced by bacterial consortium conducted to evaluate growth patterns, analysis of surface tension, interfacial tension, chemical composition and emulsification activity assay. Analysis for 30 days of observation include pH, temperature, soil texture four fractions (sandy, dusty, rough clayey, smooth clayey), organic carbon, organic nitrogen, the ratio of carbon/nitrogen organic, phosphorus and potassium as well as analysis of hydrocarbon contaminated soil samples using Gas Chromatography -Mass Sphectroscopy (GC-MS).
The results showed that the biosurfactants produced by bacterial consortium have the ability to lower the surface tension of water is higher than with a single bacterium (51 dynes/cm from 72 dyns/cm), the reduction of the highest values ​​of water interfacial tension with oil produced by bacterial consortium (10 dynes/cm ), the highest value of emulsification index (93.75%) produced by bacterial consortium. Analysis of the chemical composition of biosurfactants produced by bacterial consortium showed that biosurfactants are complex compounds composed of carbohydrates, proteins and lipids. After 30 days of incubation time, the results of GC-MS analysis showed that bacteria and bacterial consortium are capable of overhauling the remaining hydrocarbon compounds that polluted the soil in the area of PT Krakatau Steel Cilegon Banten.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
D1437
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Magfira Rilaningrum
"Untuk mengurangi pengeluaran impor BBM serta meningkatkan produksi minyak nasional, pemerintah melakukan pembukaan wilayah kerja dan eksplorasi migas secara masif. Semakin tinggi dan maraknya aktivitas pada industri migas, akan memiliki dampak negatif di lingkungan, termasuk didalamnya polusi tumpahan minyak di tanah. Polusi ini dapat mempengaruhi kualitas lingkungan serta penurunan tingkat kesehatan, ekonomi, dan sosial masyarakat yang terdampak. Beberapa metode telah dilakukan dalam hal penanggulangan tumpahan minyak  dan metode yang paling ramah lingkungan adalah bioremediasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk Menganalisis efektivitas bioremediasi untuk mendegradasi tumpahan minyak di tanah, menganalisis jenis bioremediasi yang paling efektif serta mengevaluasi kendala dalam mengimplementasi bioremediasi di lapangan. Penelitian ini menggunakan metode sequential explanatory dengan menggabungkan data yang didapatkan dari hasil uji coba laboratorium dan wawancara. Berdasarkan penelitian, bioremediasi berhasil dalam menurunkan kandungan hidrokarbon dalam tanah dengan tingkat efektivitas penurunan lebih dari 70%. Efektivitas tertinggi didapat pada bioremediasi jenis fitoremediasi yang merupakan kombinasi antara Tanaman Vetiver, bakteri K4, dan Mikoriza. Secara skala laboratorium, bioremediasi dinilai efektif untuk mendegradasi kandungan hidrokarbon, tetapi secara praktikal di lapangan, bioremediasi dinilai tidak efektif karena memiliki kekurangan pada waktu pengerjaan dan langkah pengerjaan dinilai tidak praktis. Menurut Expert judgement, Sikap pemerintah pada kasus bioremediasi yang menimpa PT. Chevron membuat pengembangan dan implementasi bioremediasi di Indonesia terhambat karena pihak perusahaan minyak dan gas enggan untuk menggunakan metode bioremediasi untuk menghindar atau mengantisipasi masalah seperti yang dialami PT. Chevron. Diharapkan pemerintah mengkaji ulang peraturan-peraturan mengenai penanggulangan oil spills dan lebih aktif dalam memotivasi pihak-pihak terkait terutama oil company dan kontraktor untuk melakukan penelitian dan pengembangan untuk bioremediasi.

To reduce spending on fuel imports and increase national oil production, the government is opening massive oil and gas exploration and work areas. The higher and increasing activity in the oil and gas industry, will have a negative impact on the environment, including pollution of oil spills on the ground. This pollution can affect environmental quality and decrease the health, economic and social level of the affected people. Several methods have been carried out in handling oil spills and the most environmentally friendly method is bioremediation. The purpose of this study is to analyze the effectiveness of bioremediation to degrade oil spills on land, analyze the most effective types of bioremediation and evaluate the obstacles in implementing bioremediation in the field. This study uses a sequential explanatory method by combining data obtained from the results of laboratory trials and interviews. Based on research, bioremediation was successful in reducing the hydrocarbon content in the soil with a reduction in effectiveness of more than 70%. The highest effectiveness was obtained in the type of phytoremediation bioremediation which is a combination of Vetiver, K4, and Mycorrhizae. On a laboratory scale, bioremediation is considered effective to degrade hydrocarbon content, but practically in the field, bioremediation is considered ineffective because it has shortages at the time of processing and the work steps are considered impractical. According to the Expert judgment, the government's attitude in the bioremediation case that befell PT. Chevron made the development and implementation of bioremediation in Indonesia hampered because the oil and gas companies were reluctant to use the bioremediation method to avoid or anticipate problems such as those experienced by PT. Chevron. It is expected that the government will review the regulations concerning the prevention of oil spills and be more active in motivating the relevant parties, especially oil companies and contractors to conduct research and development for bioremediation."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
T53223
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhilah Zhafirah
"Permasalahan kebersihan menjadi salah satu masalah yang sulit untuk diatasi di Desa Sedari, khususnya sanitasi pada rumah tangga. Karena sanitasi rumah yang buruk adalah mencerminkan perilaku hidup bersih dan sehat PHBS yang buruk juga. Jika kualitas sanitasi buruk maka akan meningkatkan risiko terjadinya penularan penyakit, salah satunya adalah gangguan pernapasan. Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectionaldengan system proportionate stratified random sampling pada 90 sampel di 6 dusun.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 5 poin PHBS yang diteliti perilaku merokok orang tua, status gizidan imunisasi dasar, ASI eksklusif, mencuci tangan, mengonsumsi sayur dan buah, didapatkan bahwa hanya imunisasi dasar yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian gangguan pernapasan pada balita di Desa Sedari p= 0,013, sedangkan dari faktor lingkungannya Kepadatan hunian, pencahayaan dan ventilasi rumah, yang memiliki hubungan bermakna adalah kepadatan hunian p= 0,002.
Dari hasil uji regresi logistik, didapatkan bahwa kepadatan hunian OR = 7,858 dan Imunisasi dasar OR = 2,685 adalah faktor risiko yang paling dominan terhadap gangguan pernapasan pada balita di Desa Sedari. Sebaiknya dilakukan intervensi mengenai pentingnya pemberian imunisasi dasar dan sosialisasi mengenai kegiatan pemberian imunisasi, serta melakukan perluasan ventilasi rumah dan mengurangi penumpukan orang pada satu ruangan.

Hygiene issues are one of the most difficult issues to solve in Desa Sedari, especially sanitation on households. Poor home sanitation is a reflection of how Healthy and Clean Living on Household PHBS implementation on their life. If the quality of sanitation is poor, then it will affect and increase the risk of disease transmission, one of which is respiratory distress especially in toddlers. This study was conducted using a cross sectional design with proportionate stratified random sampling with 90 samples to take on 6 hamlets.
The results of this study conclude that 5 indicators of Healthy and Clean Lifestyle parental smoking behavior, nutritional status and basic immunization, exclusive breastfeeding, hand washing behavior, healthy eating, resulting with only basic immunization had significant association with respiratory distress in toddler in Deas Sedari p 0,013, while from the environmental factors density of occupancy, lighting and house ventilation, the only one that has a significant relationship is the density of occupancy p 0,002.
From the result of the logistic regression test was found that the density of occupancy OR 7,858 and basic immunization OR 2,685 is the most dominant risk factors for respiratory distress in toddlers in Desa Sedari. Intervention must be held due to promoting the importance of basic immunization and to socialize the vaccine administration among mothers and pregnant woman, as well as expansion of house ventilation and reduce the accumulation of people in one room.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajaria Nurcandra
"ABSTRAK
Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius di Kabupaten Karawang. Angka kejadian diare di wilayah ini termasuk tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2012, kasus diare di Kabupaten Karawang pada tahun 2012 sebanyak 75.892 kasus.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko diare di Desa Sedari, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang. Disain penelitian adalah kasus kontrol. Kasus merupakan ibu dari anak usia di bawah 12 tahun yang menderita diare selama sebulan terakhir dan kontrol merupakan ibu dari anak usia di bawah 12 tahun di Desa Sedari yang tidak menderita diare selama sebulan terakhir. Jumlah sampel kasus yaitu 29 responden dan kontrol 116 responden. Data yang digunakan merupakan data sekunder dari kegiatan assessment Program Desa Binaan CSR Pertamina dan FKM UI. Variabel pada penelitian ini ialah jumlah anggota keluarga, umur ibu, pendidikan ibu, sarana air bersih, jamban, dan pengelolaan sampah keluarga. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan kejadian diare (nilai p<0,1) dan Odds Ratio1,435 (CI 95% 0,248-2,980) untuk kategori tidak sekolah / tidak lulus SD serta Odds Ratio 0,552 (CI 95% 0,102-2,980) untuk kategori lulus SD / lulus SMP.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor risiko yang paling dominan adalah pendidikan ibu.

ABSTRACT
Diarrhea is still a public health problem that is serious enough in Karawang district. The incidence of diarrhea in this region is high in recent years. In 2012 , cases of diarrhea in Karawangdistrict in 2012 as many as 75 892 cases.
This study aims to analyze the risk factors for diarrhea in Sedari Village , District Cibuaya , Karawangdistrict . The design was a case-control study . The case is a mother of a child under 12 years of age suffering from diarrhea for the past month and control the mother of children aged under 12 years in the village of Sedari that does not suffer from diarrhea during the past month . The number of sample cases are 29 respondents and controls are 116 respondents . The data used are secondary data from assessment activities CSR Pertamina Village Program Patronage and FKM UI . Variable in this study is the number of family members , maternal age , maternal education , clean water , latrines , and waste management family. The results of the bivariate analysis showed a significant association between maternal education with incidence of diarrhea ( p < 0.1 ) and Odds Ratio 1.435 ( 95% CI 0.248 to 2.980 ) for the category of no school / no pass elementary and Odds Ratio 0.552 ( 95 % CI 0.102 to 2.980 ) for the category of graduating elementary / junior high school graduation. The conclusion of this study is the most dominant risk factor is maternal education."
Universitas Indonesia, 2014
S54079
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>