Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136892 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Akmal Abdillah
"ABSTRAK
Desentralisasi populasi akibat keterbatasan lahan di wilayah Jabodetabek, didukung dengan disparitas pembangunan yang terjadi antar kota/kabupaten di Jabodetabek mendorong terjadinya fenomena komuter di Jabodetabek. Studi terdahulu menyebutkan, mobilitas pekerja dan karakter permukiman di wilayah tempat tinggal memengaruhi kondisi kesehatan pekerja khusunya komuter, sehingga mengindikasikan peran penting dari kehadiran dan jumlah fasilitas kesehatan untuk menunjang aktivitas komuter. Sementara itu literatur yang menyoroti pengaruh fasilitas kesehatan pada keputusan komuter masih jarang ditemui. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis asosiasi dari fasilitas kesehatan dengan kemungkinan pekerja di Jabodetabek memilih untuk komuter dan preferensi lama waktu komuter yang ingin ditempuh. Dengan menggunakan data survey komuter Jabodetabek dan PODES tahun 2014 yang diestimasi dengan metode binary logistic model ditemukan hasil bahwa secara konsisten fasilitas kesehatan berupa jumlah tenaga kesehatan berkorelasi positif terhadap kemungkinan pekerja di Jabodetabek untuk memilih komuter meskipun dengan pengaruh yang kecil namun signifikan. Jumlah tenaga kesehatan juga berkorelasi positif dan signifikan dengan lama waktu tempuh komuter di Jabodetabek. Jumlah rumah sakit menunjukan asosiasi yang positif dengan preferensi lama waktu yang bersedia ditempuh oleh pekerja komuter Jabodetabek, mengindikasikan fasilitas kesehatan memberikan insentif bagi pekerja untuk menempuh waktu komuter lebih lama. Penelitian ini memungkinkan terjadi bias pada hasil penelitian terkait sorting behavior dari pekerja dalam memilih komuter, dan penulis berupaya mengatasi dengan menambahkan variabel kontrol, namun akibat keterbatasan data yang dimiliki masalah tersebut belum dapat diatasi secara sempurna.

ABSTRACT
Decentralization of population due to limited land in the Jabodetabek metropolitan area, supported by disparities in development that occur between cities/districts in Jabodetabek encourages the commuting phenomenon in Jabodetabek. Previous studies mention that the mobility of workers and the neighborhood characters in the area of ​​residence affecting the health conditions of workers especially commuters, thus indicating the important role of the presence and number of local health facilities to support commuter activities. Meanwhile, there is a lack of empirical studies that highlight the effect of local helath facilities on commuting decisions. This study aims to analyze the association between local health facilities and the likelihood that workers in Jabodetabek choose to commute and the length of time the commuter wants to pursue. Using the Jabodetabek commuter survey data and PODES in 2014 estimated using the binary logistic model, I found that consistently number of health workers were positively correlated to the likelihood of workers in Jabodetabek to choose commuting even with a small but significant association. The number of health workers is also positively and significantly correlated with the length of commuting time in Jabodetabek. Availability and number of hospital has positive correlation and significant with the length of commuting time in Jabodetabek, indicating healthcare facility give an incentive to worker to do a longer commuting time. This study allows a bias in the results of research related to the sorting behavior of workers commuting decision, and I attempt to overcome by adding control variables, but due to the limited data that the problem has not been completely solved."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theodorus Pandhu Bhaskoro Pradonoputro
"

Pilihan transportasi saat ini telah berkembang dan menjadi lebih bervariasi. Di antara berbagai moda transportasi, angkutan jalan raya merupakan salah satu moda transportasi yang paling umum karena kenyamanan dan kemudahan nya dalam melakukan perjalanan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika angkutan jalan raya telah menjadi pengguna energi utama, yang juga secara signifikan menyumbang tingkat polusi yang semakin mengkhawatirkan. Jakarta sebagai ibu kota Indonesia, tidak dapat disangkal lagi merupakan salah satu penyumbang polusi terbesar di dunia, dan dengan masalah transportasinya yang kompleks menyebabkan kota ini menduduki peringkat tertinggi dalam emisi CO2. Salah satu penyebab utama masalah transportasi di Jakarta adalah rendahnya persentase penggunaan angkutan umum. Oleh karena itu, tujuan utama dari studi ini adalah untuk mengetahui alasan di balik keputusan masyarakat komuter dalam memilih opsi perjalanan, khususnya adopsi perilaku green commuting seperti transportasi umum; analisis secara eksplisit diambil dari perjalanan sehari-hari. Hasil estimasi menunjukkan bahwa di Jabodetabek, baik tingkat pendidikan maupun kepadatan penduduk memiliki korelasi negatif dengan keputusan masyarakat untuk menggunakan transportasi umum, karena sistem transportasi saat ini yang tidak andal mengurangi manfaat penggunaan angkutan umum dibandingkan dengan kendaraan pribadi. Hasil studi ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pilihan perjalanan komuter yang menghasilkan informasi tentang faktor-faktor yang dapat membantu mempromosikan dan mempertahankan perilaku penggunaan angkutan umum.

 


The choice of travel is expanding and is therefore becoming more varied. Among the various modes of transportation, road transport is one of the most common modes of transport due to the comfortability and ease of commute. It is no wonder that road transport has become the primary energy consumer, which also significantly contributes dangerous levels to the ever-increasing pollution. Jakarta as of the capital city of Indonesia, is undeniably the most massive contributor to pollution in the world, and its complex transportation problems led to the city ranks highest in CO2 emission. One of the leading causes of transportation problems in Jakarta is the low percentage utilization of public transport. Therefore, the primary purpose of this study is to explore the reasons behind the people's decision in selecting travel options, especially the adoption of green commuting behavior like public transportation; the analysis of which was explicitly taken from daily commuting. The estimation results reveal that in Greater Jakarta, both educational attainment and population density have negative correlation with the people’s decision to utilize mass transportation, since the unreliability of the transportation system lessens the benefit of using public transport in comparison with that of private transport. The results of this study provide a better understanding of commuters’ travel options that produces insights on factors that can help promote and maintain public transit behaviours. 

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gema Akbar Riyadi
"Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan perilaku berkomuter yang ditangkap dengan waktu tempuh terhadap kecendrungan terkena stres dengan menggunakan survei komuter Jabodetabek oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014. Hasil estimasi menunjukkan bahwa setiap kenaikan waktu tempuh dalam berkomuter sebanyak 10 menit berasosiasi pada kencendrungan seseorang untuk terkena stres sebesar 0,7-1,7%, relatif sama dengan negara lainnya. Hasil estimasi ini konsisten terhadap subgrup sampel komuter berjenis kelamin perempuan, penduduk non-migran, pengguna motor dan para pekerja. Hasil estimasi ini juga mendorong pemerintah membuat kebijakan untuk mengurangi stres.

This study aims to analyze the relationship of commuting behaviour captured with travel time to a tendency to be stress. This study used Jabodetabek Commuter Survey conducted by Badan Pusat Statistik (BPS) in 2014. Estimation results show that each increase in commuting time by 10 minutes is associated with a person`s tendency to be stressed by 0.7-1.7%, relatively same as other countries. These estimation results are consistent with a subgroup samples of female, non-migrant peoples, motorbike users and workers. Our result also encourage the government to make policies to reduce stress.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T54989
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusk, Edward J.
German Town, Maryland: Aspen Systems, 1979
338.473621 LUS f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lee, Linda D.
Illinois : American Hospital Association, 1996
362.1 LEE s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Stevens, George H.
San Francisco: Jossey-Bass, 1991
362.106 8 STE s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Niles, Nancy J
Burlington, MA: Jones and Bartlett Publishers, 2013
610.730 69 NIL b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Prihadi
"Pendahuluan : Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, merupakan rumah sakit Tingkat I dilingkungan TNI - AD / ABRI , dimana merupakan rumah sakit rujukan tingkat pusat untuk satuan-satuan kesehatan TNl - AD / ABRI yang ada di Indonesia. Sehingga daya tampung rumah sakit yang tersedia cukup besar yaitu sebanyak 1.082 tempat tidur. Namun kapasitas tersebut belum termanfaatkan secara maximal, dengan melihat indikator pelayanan yang ada seperti BOR= 48,49 ( standard= 60 - 80 ), LOS=15,71 ( standard= 6 - 9 ), BT0=17,69 ( standard= 40 - 50 ), TO1=16,69 ( standard = 1 - 3 ). Selain itu di RSPAD Gatot Soebroto juga masih terdapat permasalahan mengenai penanganan rekam medic pada bagian administrasi pasien, khususnya di bagian urusan rawat Inap / rawat mondoknya. Dimana masih terjadi keterlambatan pengembalian kartu rekam medis dari ruang unit rawat inap ke ruang unit penyimpanan pusat dibagian administrasi pasien. Menurut data prasurvey yang didapat peneliti, keterlambatan yang ada setiap bulan selama tiga bulan terakhir pada tahun 1995 adalah sebesar 20,33 buah atau 1,08 % perbulannya. Menurut Ketentuan dalam Permenkes RI No : 749.a I PER / XII / 1989 tentang rekam medis, telah dijelaskan segala sesuatunya tentang rekam medis termasuk diantaranya mengenal legalitas dan Cara pengembalian dan penyimpanan rekam medis. Selain itu dalam peraturan yang ada di RSPAD-GS atau Protap ( prosedurtetap ) rumah sakit tersebut dinyatakan bahwa rekam medis harus dikembalikan ketempat penyimpanan pusat setelah 2 X 24 Jam setelah penderita lepas rawat inap ke ruang unit penyimpanan pusat, jika hal tersebut terlampaui maka dikategorikan terlambat. Mengingat begitu pentingnya rekam medis maka keterlambatan pengembaliannya akan mempengaruhi proses pelayanan yang ada di rumah sakit tersebut. Dimana Rekam medis tersebut akan digunakan untuk pembuatan laporan sehubungan dengan fungsi rujukan dan fungsi lainnya pada RSPAD - Gatot Soebroto. Sebagaimana diketahui pada rumah sakit tersebut tenaga dokter yang melaksanakan pelayanan kepada penderita terdiri dari dokter militer dan dokter sipil, dan penderita yang dilayaninya terdiri dari penderita militer,penderita sipil TNI-AD / ABRI serta penderita masyarakat umum. Sehingga karakteristik penderita yang ada sangat bervariasi.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan melihat gambaran hubungan antar keterlambatan pengembaiian kartu rekam medis dari ruang unit rawat inap penderita ke ruang unit peyimpanan pusat dengan dokter yang menangani penderita dan karakteristik penderita Rumah sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta.
Metodologi : Penelitian ini merupakan penelitian " Crossectional - Descriptif ". Pengumpulan data dilaksanakan dengan menyebarkan Check list pemantauan pengembalian kartu rekam medis ke ruang unit rawat Inap penderita dan keruang ruang unit penyimpanan pusat di bagian pasien, setama 3 (tiga ) minggu pada bulan Januari 1996. Analisa terhadap data yang terkumpul dilakukan dengan analisa Univariat yaitu untuk melihat distribusi variabel bebas dan variabel terikat, dan analias Bivariat dengan menggunakan Uji Mac Nemar pada kelompok dokter yang menangani penderita dan Uji Chisquare pada karakteristik penderita. Pada analisa bivariat dilakukan guna melihat gambaran hubungan antara variabel babas dan variabel terikat.
Hasil : Dalam penelitian ini didapatkan sampel sebanyak 1.024 buah kartu rekam medis. Kemudian peneliti mengadakan analisa terhadap l.024 buah kartu rekam medis yang dikembalikan dari ruang rawat inap penderita ke ruang unit penyimpanan pusat . Menurut hasil analisa Univariat terlihat bahwa kartu rekam medis yang ditangani oleh Dokter Spesialis sebanyak 720 buah yang terdiri dart 72 buah terlambat atau 10 % dan 648 buah tidak terlambat atau 90 %. Kartu rekam medis yang ditangani oleh Dokter umum sebanyak 304 buah yang terdiri 117 buah terlambat atau 38,49 % dan 187 buah tidak terlambat atau 61,51%. Pada kelompok Dokter Militer terdapat keterlambatan sebanyak 91 buah atau 14,99 % sedang tidak terlambat sebanyak 516 buah atau 85,01 %. Pada kelompok Dokter Sipil terdapat keterlambatan sebanyak 98 buah atau 23,51 % dan 319 buah tidak terlambat atau 76,49 %. Menurut karakterlstlk penderita yang terdiri dari kelompok penderita militer dan kelompok penderita sipil, terjadi distribusi variabel terikat sebagai berikut : pada kelompok penderita militer terdapat keterlambatan sebanyak 109 buah atau 16,87 % dan 537 tidak terlambat atau 83,13 %. Pada penderita sipil terdapat keterlambatan sebanyak 80 buah atau 21,16 % dan tidak terlambat sebanyak 298 buah atau 78,84 %. Pada penderita kelompok militer perwira terdapat keterlambatan sebanyak 13 buah atau 5,99 % dan tidak terlambat sebanyak 204 atau 94,01% , pada kelompok bintara terdapat keterlambatan sebanyak 34 buah atau 15,81 % dan tidak terlambat sebanyak 62 atau 28,97 %, pada kelompok tamtama terdapat keterlambatan sebanyak 62 buah atau 28.97% dan tidak terlambat sebanyak 152 buah atau 71,03%. Pada penderita kelompok sipil berdasarkan kelas perawatan yang ada keterlambatan pengembalian kartu rekam medis terjadi sebagai berikut : pada penderita kelas perawatan I terdapat perawatan II terlambat sebesar 14,54 % dan tidak terlambat sebesar 85,46 %, pada penderita kolas perawatan III terlambat 43,44% dan tidak terlambat 58, %. Pada hasil analisa Bivariat dengan menggunakan uji nilai dengan rumus Mac Nemar dan rumus Chisquare dengan penentuan nilai P = 0.05 didapatkan hasil sebagat berikut : Pada kelompok dokter yang menangani penderita ; menurut kelompok Dokter Speslalis dan. Dokter Umum terdapat penolakan terhadap hipotesa yang diajukan sehingga terdapat perbedaan yang bermakna antara keterlambatan pengembalian kartu rekam medis yang ditangal oleh dokter Spesialis dan keterlambatan yang ditangani oleh dokter umum. Sedangkan pada kelompok Dokter Militer dan Dokter Sipil didapatkan hasil uji yang menyatakan penolakan hipotesa yang diajukan sehingga disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara keterlambatan pengembalian kartu rekam medis yang ditangani oleh dokter mlliter dan keterlambatan yang ditangani oleh dokter sipil. Berdasarkan Karakteristik penderita yang ada didapatkan hasil uji sebagat berikut : Pada kelompok penderita Militer dan Sipil terdapat hasil uji Chisquare menunjukkan adanya penerimaan terhadap hipotesa yang diajukan, sehingga tidak terdapat perbedaan keterlambatan yang terjadi antara kelompok penderita sipil dan kelompok penderita militer.
Untuk kelompok penderita militer berdasarkan kepangkatan yang ada yaitu kelompok Pa, Ba Dan Ta didapatkan hasil uji Chisquare menunjukkan penolakan terhadap hipotesa yang diajukan, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada keterlambatan yang terjadi pada kelompok keterlambatan sebesar 7,53 %, tidak terlambat 92,47 %, pada penderita kelas penderita Pa , Ba dan Ta. Pada Kelompok penderita Sipil berdasarkan kelas perawatan yang ada, hasil uji nilai Chisquare menunjukan hasil penolakan hipotesa yang diajukan , sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbadaan yang bermakna pada keterlambatan yang terjadi pada kelompok penderita sipil kelas perawatan I, II dan III.
Daftar Bacaan : 44 (1957 - 1994 ).
PREFACE: Gatot Subroto Military Hospital is the first class military hospital and top referral military hospital in Indonesia. It has 1082 beds, but the capacity of the hospital its not utilize as well, for example BOR = 48.49% (standard = 60 - 80%), LOS = 15.71 days (standard = 6 - 9 days), BTO = 17.69 % (standard = 40 - 50%), TCI = 16,69 days (standard = i - 3 days). Besides, in this hospital there is a problem about the medical records, specifically at inpatient unit. The main problem in this area Is the delayed of returning medical records from inpatient unit to central storage at patient administering. Base on the pre-survey data, for the last 3 months during 1995 the number of delayed is 20.33 records or 1.08% per month. In Permenkes Rl No: 749.aIPERIX1I11989 about the medical records, has been explained clearly about the legality, the procedure of returning and saving of medical records. So was in standard procedure of Gatot Subroto hospital, it says that the medical record should be returned to the central storage in 2 x 24 hours after the patient left, if not it will be categorized as delayed. Regarding to the significant role of the medical record, the delayed of returning medical record will take effect on services process in the hospital. The medical record that is planned to be use as main material of report writing. Ws known, that the sums of doctors (as personal) who do the services are the gathering of military and civilian doctors. There are wide range of characteristics of the patients, this result is come from the policy that allowed many rather social groups to be served.
PURPOSE: The objective of the research is to describe the relationship between medical record card's delayed return (from the inpatient unit to central storage) with the doctor who handle the patient's case and it's characteristic in Ruah Sakit Pusat Angkatan Darat - Gatot Subroto Jakarta.
METHOD: This research Is "a Crossectional - Descriptive". Data were collected by spreading the check list control of medical record return's card to the Inpatient unit and the central storage room in patient administering, and these processes are take 3 weeks of January 1996. Data were analyzed by Univariat Analysis, the aim is to see the distribution of independent and dependent variable. And move along with Unlvariat Analysis there is Bivariat Analysis that operates the Mac Nemar Test to the groups of doctor whose deal with patients, and Chi-square Test to the patient's characteristic. Goal of this analysis is to see the description of relationship between independent variable and dependent variable.
RESULT: The Sample could be collected and analyzed in this research are 1.024 medical record's cards. Results of the Univariat Analysis show that 720 medical record handled by Specialized Doctor are consist of 72 card (10%) delayed and the rest (90%) not delayed. There are 304 medical record cards handled by not specialized doctor, consist of 117 (38.49%) delayed and 187 (61.51%) not delayed. In group of military doctor there are 91 card (14.99%) delayed and 516 card (85.01 %) not delayed, and in group of civilian doctor there are 98 card (23.51 %) delayed and 319 card (76.49%) not delayed. According to patient's characteristic those consist of military and civilian, there is dependent variable distribution as follow: in the group of military patient, the delayed cards are 109 (16.87%) and 537 (83.13%) not delayed. Civilian patient's groups have 80 card (21.16%) are delayed and 298 (78.84%) are not. There are 13 card (5.99%) delayed and 204 (94.01%) not delayed in the group of upper military officer, 34 card (15.81 %) delayed and 62 (28.97%) not delayed in the group of lower military officer and 62 card delayed (28.97%) and 152 card not delayed in the lowest rank of military officer. The delayed card have been resulted in the group of civilian patient In accordance with service classification could be described as follow; in group of 1st class patient there 7.53% are delayed and 92.47% are not, in 2nd class 14.54% are delayed and 85.46% are not and in 3rd class 43.44% are delayed and 56.56% are not. The Result from the Bivariat Analysis which used value test from Mac Nemar formula and Chi-square formula with marked value P=0.05, is as follow: In the point of the doctor who does the service that there sometime occurred rejection to the hypothesis have been proposed, it's resulting an important difference between medical record's card return delayed handled by military doctor and by doctor in common. In the point of the military doctor and general doctor, the test result have been found that there are certain rejection to the hypothesis proposed, and follow with those result is a brief summary as there is important difference between medical record card delayed return handled by military doctor and by doctor in Common. In the point of patient characteristic, les found the result of the test as follow; in the group of military and civilian patients there are acceptance to the hypotheses proposed, and in return there is no difference in delayed card return between group of military patient and civilian patients. In the group of military patient according to the military rank (Pa, Ba and Ba), the result of Chi-square test show there is rejection to the hypotheses. As a summary it can be said that there is important difference in delayed return occurred in groups of I , II and III class.
Readers: 44 (1957 -1994)
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idayanti Palgunadi
"ASBTRAK
Instalasi Rawat Inap A (IRNA A) adalah salah satu unit rawat gabung di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dengan sistem pelayanan terpadu dengan kapasitas 374 tempat tidur. Pada saat ini ada 2 (dua) jenis pelayanan farmasi di IRNA A meliputi : manajemen pemerintah (350 tempat tidur) dan manajemen swasta (24 tempat tidur). Dengan adanya dua prosedur pelayanan farmasi yang berbeda di dalam IRNA A, secara teoritis tentunya dapat menimbulkan berbagai masalah baik dalam pelaksanaan pelayanan maupun pendapatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pelaksanaan prosedur pelayanan obat dan alat kesebatan di IRNA A, mengkaji perbedaan prosedur yang berlaku baik terhadap kualitas pelayanan maupun pendapatan., serta kendalalhambatan dalam melaksanakan prosudur pelayanan obat dan alat kesehatan.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode telaah kasus dengan pendekatan deskriptif analitis dengan menggunakan data primer yaitu observasi di depo farmasi dan wawancara langsung dengan pejabat sruktural dan fungsional., dan data sekunder diperoleh dengan cara survey di lapangan dan dari data penunjang lainnya. Sebagai unit analisa adalah resep IRNA A lantai 6 dan lantai 7 pada bulan Januari 1996. Dan data yang diperoleh dihitung masing-masing prosentase variabel penelitian ( bentuk instruksi, jumlah instruksi, jenis instruksi, alur penyediaan, alur pengadaan, alur distribusi). Di samping itu dengan menggunakan program Billing Farmasi diperoleh data pemakaian serta biaya obat dan alat kesehatan yang merupakan target income IRNA A.
Penelitian ini meyimpulkan bahwa : Pelayanan farmasi dasar baik di IRNA A lantai 6 maupun IRNA A Iantai 7 sudah berjalan sesuai SOP, efisiensi pemakaian obat dan alat kesehatan dasar IRNA A lantai 7 lebih tinggi dari IRNA A lantai 6. Pelayanan obat dan alat kesehatan non dasar di lantai 7 sudah berjalan sesuai SOP sehingga seluruh obat dan alat kesehatan di IRNA A lantai 7 pengadaan dan pendistribusiannya sudah melalui depo, sedangkan lantai 6 belum sepenuhnya mengikuti SOP, akibatnya petugas di depo farmasi lantai 6 sulit mendapatkan informasi tentang asal 1 sumber, jenis, jumlah maupun harga obat dan alat kesehatan yang digunakan, karena hanya 3,96 % penyediaan dan 36,44 % pendistribusian yang melalui depo farmasi.
Sebagai saran perlu modifikasi prosedur pelayanan obat dan alat kesehatan di IRNA A lantai 6, sehingga ada kemiripan dengan prosedur yang berlaku di IRNA A lantai 7 dengan mempertimbangkan adanya peluang dan hambatan kendala.
Daftar Pustaka : 22 (1980 - 1995)

ABSTRACT
IRNA A (Instalasi Rawat Inap A) is an integrated ward in Cipto Mangunkusumo Hospital with 374 bed-capacity. In providing health services, including pharmacy service, the ward implements two different management's : government-managed (350 beds) and private- managed (24 beds). It is assumed that implementing two different systems in one unit will rise problems, in terms of revenue and operational problems.
The purposes of the study were to review the implementation of pharmacy service in the above systems which include the effect of such systems in quality of service and revenue ; and to find out the obstacles. In the hope to enhance the role of Pharmacy Department in health service.
The method applied was analytical descriptive using primary data ; observation at satellites and interview with management officer and health professionals (physicians, pharmacist and nurses) ; and secondary data : total prescriptions at 6th and 7th floor in January 1996. Data was then analyzed in terms of type and number of prescription, and flow of procurement and distribution. In addition, the cost of medications was also calculated.
The result showed that pharmacy service for essential supplies both in 6th and 7th floor run well in accordance with Standard Operating Procedure (SOP). However, efficiency of the utilization of supplies in 7th floor was better than another. While for non essential supplies, SOP was fully performed in 7th floor, whereas only part of it in 6th floor. In 7th floor all medications were supplied and distributed by pharmacy satellite. Whereas in 6th floor only 3,96 %, and 36,4 % of it was supplied and distributed by pharmacy satellite, respectively.. By doing so, pharmacy workers in 6th floor were poorly-informed regarding the origin, quality and quantity of medications used.
It is suggested to modify the procedures of services in drugs and health supplies provision in 6th floor IRNA A so that to be similar to the one in 7th IRNA A.
Bibliography : 22 ( 1980 - 1995)
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septiana Lazasniti
"ABSTRAK
Persentase persalinan bedah sesar di Indonesia mengalami peningkatan pada tahun 2012-2017 dari 12% menjadi 17%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tren jumlah fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, dan persalinan bedah sesar di Indonesia tahun 2007-2017 serta faktor yang memengaruhi persalinan bedah sesar di Indonesia tahun 2017. Penelitian dilakukan dengan desain cross sectional menggunakan data sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) dan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2007, 2012, dan 2017. Analisis data yang digunakan adalah univariat, bivariat, dan multivariat menggunakan uji Chi-Square dan Regresi Logistik Sederhana. Hasil penelitian menunjukkan tren jumlah fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, dan persalinan bedah sesar di Indonesia pada tahun 2007-2017 mengalami peningkatan. Hasil analisis didapatkan faktor confounding yaitu paritas dan jarak kelahiran. Kekuatan hubungan faktor yang memengaruhi persalinan bedah sesar di Indonesia pada tahun 2017 yaitu penolong persalinan adalah tenaga kesehatan spesialis (OR= 8,54), kehamilan kembar (OR= 2,48), kunjungan ANC 4 kali (OR= 1,51), indeks kepemilikan tinggi atau kuintil 4 dan 5 (OR= 1,20), tempat tinggal di perkotaan (OR= 1,13), indeks kepemilikan rendah atau kuintil 1 dan 2 (OR= 0,80), tempat persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan swasta (OR= 0,79), dan pemeriksa ANC oleh bukan tenaga kesehatan (OR= 0,37). Pilihan persalinan melalui bedah sesar perlu dipertimbangkan lagi berdasarkan faktor risikonya.

ABSTRACT
The percentage of cesarean delivery in Indonesia has increased in 2012-2017 from 12 to 17. This study aims to show the trend of number health care facility, health worker, and cesarean delivery in Indonesia year 2007-2017 as well factors that influence of cesarean delivery in Indonesia year 2017. The study was conducted with a cross sectional design using secondary data on the Indonesian Health Demographic Survey (SDKI) and Indonesian Health Profile in 2007, 2012, and 2017. Analysis of data was univariate, bivariate, and multivariate using the Chi-Square test and Simple Logistic Regression. The results show that the trend of number health care facilitiy, health worker, and cesarean delivery in Indonesia year 2007-2017 had increased. The results of research obtained confounding factors, that is parity and birth interval. The strength of the correlation between the factors that influence cesarean delivery in Indonesia year 2017 are birth attendant was specialist health worker (OR = 8.54), multiple pregnancy (OR = 2.48), ANC visits 4 times (OR = 1.51), high wealth index or quintile 4 and 5 (OR = 1.20), low wealth index or quintile 1 and 2 (OR = 0.8), place of delivery in a private health facility (OR = 0.79), and ANC examiners by non-health worker (OR = 0.37). The choice of labor through cesarean section needs to be considered again based on the risk factors."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>