Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187760 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Kamil Ghiffary Abdurrahman
"ABSTRAK
Tesis ini menganalisis mengapa Amerika Serikat tetap mempertahankan kerja sama luar angkasanya dengan Rusia meskipun keduanya memiliki kepentingan geopolitik yang berbeda. Permasalahan dimulai pada bagaimana Amerika Serikat melakukan kebijakan untuk tetap memperpanjang kontrak kerja sama dengan Rusia di bawah International Space Station atau program stasiun luar angkasanya. Hal ini pun diputuskan hanya beberapa bulan setelah pemberian sanksi ekslusif dan pemutusan berbagai macam bentuk kerja sama antara Amerika Serikat terharap Rusia pasca aneksasi Rusia di Krimea 2014 lalu. Kerja sama ini menyisakan sebuah teka-teki besar dengan nuansa akan hadirnya imunitas atas segala bentuk perbedaan kepentingan geopolitik Amerika Serikat dan Rusia. Untuk menganalisis fenomena ini, tesis ini akan menawarkan konsep strategic engagement sebagai perspektif dan analisa utamanya. Melalui komponen utamanya, yaitu bentuk interaksi, impuls-katalis, dan kehadiran kelembagaan, strategic engagement menghasilkan perspektif dan penemuan atas hubungan Amerika Serikat dan Rusia di bidang luar angkasa. Temuan utama penelitian ini adalah Amerika Serikat berusaha untuk mempertahankan model kerja samanya dengan Rusia di luar angkasa dengan tujuan untuk tetap mempertahankan luar angkasa sebagai dimensi keamanan internasionalnya yang lebih stabil dan transparan. Dengan kerja sama luar angkasa, maka Amerika Serikat dapat melakukan pemantauan yang bersifat kontinyu, lebih dalam, dan lebih tajam atas intensi teknologi, dan persepsi yang dimiliki oleh Rusia di luar angkasa.

ABSTRACT
This thesis analyzes why the United States maintains its space cooperation with Russia even though the two have different geopolitical interests. The problem began with how the United States carried out a pomlicy to continue to extend the cooperation contract with Russia under the International Space Station or its space station program. This was decided only a few months after the granting of exclusive sanctions and the termination of various forms of cooperation between the United States and Russia after Russias annexation of Crimea in 2014. This cooperation remains a big puzzle with the nuance of immunity to all forms of differences in the geopolitical interests of the United States and Russia. To analyze this phenomenon, this thesis will offer the concept of strategic engagement as its main perspective and analysis. Through its main components, namely the form of interaction, impulse-catalyst, and institutional presence, strategic engagement generates perspectives and discoveries on the relationship between the United States and Russia in the space sector. The main finding of this research is that the United States seeks to maintain a model of cooperation with Russia in space with the aim of maintaining space as a more stable and transparent dimension of its international security. With space cooperation, the United States can carry out a continuous, deeper, and sharper monitoring of Russias technological intentions and perceptions in space."
2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Novia Anggraini
"ABSTRAK
Tesis ini membahas proses pengambilan kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam mengambil kebijakan luar negerinya di bidang antariksa pasca Konflik Krima yang terjadi di tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang bagaimana kepentingan birokrasi negara dapat mempengaruhi negara dalam pengambilan keputusannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang deduktif. Kerangka analisis yang digunakan dalam tesis ini menggunakan Military-Industrial Complex. Miltary-Industrial Complex menjelaskan kepentingan-kepentingan elit-elit politik negara yang akan mempengaruhi keputusan negara dalam kebijakan luar negerinya khususnya di antariksa. Terdapat tiga komponen yang dianalisa dalam tesis ini yaitu pemerintah sebagai regulator kebijakan, NASA sebagai implementator dan perusahaan-perusahaan swasta yang dikontrak untuk menyediakan barang dan jasa. Hasil penelitian ini secara umum akan menunjukkan kepentingan masing-masing komponen kompleks di antariksa. Selanjutnya kepentingan-kepentingan ini akan menjawab tujuan utama dari keseluruhan penelitian ini yaitu alasan Amerika Serikat untuk tetap memperpanjang kerja samanya dengan Rusia di dalam program International Space Station

ABSTRACT
This thesis discusses the process of US foreign policy making in order to decide foreign policy in the field of space after the Crimean Conflict that occurred in 2014. This study aims to provide an overview of how the interests of the state's bureaucracy can influence state in decision policy making. This study uses a qualitative method that is deductive. The analytical framework used in this thesis uses the Military-Industrial Complex. Miltary-Industrial Complex explains the interests of the political elites that will influence state decisions for making foreign policy, especially in space. There are three components analyzed in this thesis, namely the government as a policy regulator, NASA as an implementer and private sectors contracted by government to provide goods and services. The results of this study in general will show the importance of each of the complex components in space. Furthermore, these interests will answer the main objective of this entire study, the United States' reasons for continuing to extend its cooperation with Russia in the International Space Station program."
2020
T55394
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iztya Fadhliaty
"Peluncuran satelit Sputnik I oleh Uni Soviet memicu terjadinya kompetisi kegiatan eksplorasi antariksa. Amerika Serikat secara ambisius menjalankan program Apollo guna meraih keunggulan strategis di antariksa melalui misi pendaratan manusia pertama di bulan. Namun, Amerika Serikat mengambil keputusan untuk meninggalkan keunggulan strategis yang dimilikinya dari keberhasilan program Apollo di saat kompetisi eksplorasi antariksa tengah berlangsung. Fokus penelitian ini adalah mengetahui hal-hal yang melatarbelakangi penghentian program Apollo oleh Amerika Serikat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan eksplanasi dari pertimbangan keputusan Amerika Serikat menghentikan program Apollo. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan melalui penggunaan data primer dan sekunder. Analisis akan didasarkan pada aplikasi teori rational actor model oleh Graham Allison, yakni pengambilan keputusan mengacu pada empat hal: (1) tujuan dan objektif; (2) opsi; (3) konsekuensi; dan (4) pilihan rasional. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat lebih banyak keuntungan bagi Amerika Serikat jika menghentikan program Apollo. Keunggulan strategis Amerika Serikat tetap dipertahankan melalui dominasinya dalam berbagai kegiatan eksplorasi antariksa baru. Sehingga, menjadi suatu keputusan yang rasional bagi Amerika Serikat untuk menghentikan program Apollo berdasarkan setelah mempertimbangkan tujuan dan konsekuensi yang didapat.

The launch of the Sputnik I satellite by the Soviet Union triggered competition for space exploration. The United States ambitiously pursued the Apollo program to gain a strategic advantage in space through the first human landing mission on the moon. However, the United States decided to abandon its strategic advantage from the triumph of the Apollo program when the space race was happening. The focus of this research is to understand the reasons behind the termination of the Apollo program by the United States. The purpose of this research is to get an explanation of the consideration of the United States' decision to terminate the Apollo program. This research uses a qualitative approach through the use of primary and secondary data. The analysis will be based on the application of the rational actor model theory by Graham Allison, which stated that decision-making refers to four things: (1) goals and objectives; (2) options; (3) consequences; and (4) rational choice. This research shows that there is much more beneficial for the United States if the Apollo program is terminated. The strategic advantage of the United States is maintained through its dominance in various new space exploration activities. Thus, it became a rational decision for the United States to terminate the Apollo program considering its objectives and consequences."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvina Olivia Jeanette
"Penulisan ini membahas tentang pengalaman adaptasi yang dialami oleh pengguna ruang ketika berada di ruang liminal. Ruang liminal merupakan titik transisi yang menghubungkan dua area yang berbeda sehingga memiliki karakter ambigu yang membuat pengguna bisa kebingungan ketika berada di dalamnya. Penulisan ini bertujuan menjelaskan kemungkinan tindakan adaptasi yang dilakukan oleh pengguna untuk merespon kebingungan di titik-titik tertentu. Penulisan ini menggunakan kasus Stasiun MRT bundaran HI untuk menganalisis proses adaptasi pengguna melalui tindakan proses penyebaran indra ke sekitar (diffuse), meluangkan waktu sejenak untuk merenungkan kondisi (pause) dan menyatu dengan ruang (merge). Melalui penulisan ini, didapati bahwa transformasi bisa terjadi di dalam ruang liminal itu sendiri berupa tindakan proses adaptasi dalam berbagai macam gerakan dan urutannya. Hal itu bergantung pada rasa familiaritas kita yang diakibatkan faktor frekuensi dan jangka waktu pengguna dalam ruang, serta kepekaan terhadap kebutuhan pengguna dan karakter spasial ruang liminal pada tiap titik adaptasi.

This paper discusses the experiences of adaptation encountered by users in liminal spaces. Liminal spaces serve as transitional points that connect two different areas, resulting in an ambiguous nature that can confuse users when they are inside. The purpose of this writing is to explain the possible adaptive actions taken by users to respond to confusion at specific points. The case of Bundaran HI MRT Station is used to analyze the user adaptation process through actions such as sensory diffusion to the surroundings, taking a momentary pause to reflect on the conditions, and merging with the space. Through this writing, it is found that transformations can occur within the liminal space itself through various adaptive actions and sequences of movements. This depends on our sense of familiarity, influenced by factors such as the frequency and duration of the user's presence in the space, as well as awareness of user needs and the spatial characteristics of the liminal space at each point of adaptation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Talitha Rizqi Amanda
"Pada abad ke-21, dunia sudah memasuki Space Age yang ditandai oleh Space Race 1 antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Perlombaan dalam bidang teknologi ruang angkasa ini dilakukan untuk menunjukkan pada dunia siapa negara yang paling hebat dan dapat menjadi pemimpin dunia. Dari peristiwa ini pula kesadaran akan potensi kekuatan ruang angkasa menjadi perhatian dunia. Dalam perlmbaan ini Amerika Serikat berhasil menang dan menjadi pemimpin ruang angkasa. Selama beberapa dekade berhasil menjadi space power dunia karena belum ada negara lain yang memiliki kemampuan seperti mereka. Amerika Serikat menemui ancaman saat negara lain sudah mulai mengembangkan teknologi ruang angkasanya, salah satunya adalah Rusia. Sehingga dalam mempertahankan kedudukannya mereka memiliki misi untuk mendominasi LEO. Pada pemerintahan Presiden Barack Obama Amerika Serikat menerapkan pendekatan commercial space power dengan kebijakan dan komersialisasi ruang angkasa yang dijalankan oleh NASA sebagai badan antariksa nasional. Obama tidak menggunakan pendekatan militer karena hal tersebut merupakan hal yang dilarang oleh Outer Space Treaty 1967. Tanpa menggunakan militer, Amerika Serikat harus melakukan cara lain yang dapat memanipulasi publik dan mempertahankan kedudukannya. Dengan cara tersebut mereka berhasil hadir sebagai negara yang mendominasi LEO karena space power yang mereka miliki berbanding lurus dengan kehadirannya di ruang angkasa. Pendekatan pada pemerintahan Obama berhasil membawa kembali Amerika Serikat sebagai negara yang mendominasi ruang angkasa.

In the 21st century, the world has entered a Space Age marked by Space Race 1 between the United States and Soviet Union. The competition in the field of space technology is carried out to show the world who is the most powerful country and can become a world leader. From this event, awareness of the potential power possessed by space became the world's attention. It’s all because space as new domain serves so many benefits. The United States managed to win and become the leader of space. For decades the United States has succeeded in becoming the dominant world space power because no other country has the equal ability. But in the end they faces a threat when other countries have begun to develop thir space technology, one of them is Russia. So in maintaining their position in space they have to dominate LEO. In the administration of President Barack Obama, United States use commercial space power approach by implementing space policy and commercialization that run by NASA as the national space agency. Barack Obama did not use a military approach because it is something that is prohibited by the Outer Space Treaty of 1967. Without using the military, the United States must use other means that can manipulate the public and maintain their position. In this way, they managed to emerge as a country that dominates LEO because the space power they have is directly proportional to their presence in space. The method that was use in Obama administration has succeeded in bringing back the United States as a space dominating nation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudha Kartana Putra
"ABSTRAK
Ruang tidak hanya dinyatakan dalam interaksi, melainkan apa yang menyebabkan bereaksi dalam mengartikan kehadiran. Kehadiran tersebut memicu adanya konsekuensi dan seleksi kualitas dari cara meruangnya, sehingga terdapat kualitas yang ditahan dan diungkap. Kualitas kehadiran mengalami pengalihan nilai dikarenakan adanya ekspektasi terhadap kondisi ideal dari penumpukan aktivitas yang menyebabkan terjadinya keformalan ruang pada konteks Stasiun Bogor.
Pengidentifikasian keaslian ruang diterjemahkan dari pemaknaan berbagai pergerakan yang dipengaruhi oleh siklus alam yang diketahui memuat motivasi. Pemaknaan ini akan diketahui cara kerja bidang dalam menanggapi rangsangan dan respon yang spesifik. Hal ini akan berdampak pada terungkapnya keaslian event, elemen, dan pergerakan akan mengaktifkan pemilihan kualitas dengan memberi perhatian pada jarak dan jangkauan, sehingga berpengaruh pada kecepatan dan seberapa besar kapasitas ruang. Sympathetic menunjuk pada kualitas komposisi tiap komponen dengan cara kerja spesifik dan memiliki kontrol yang dapat dijelaskan secara fungsi dengan melibatkan limit dan keberadaannya tergantung dari pemaknaan sifat awalnya.
Pembacaan kualitas pergerakan dengan memproyeksikan kualitas garis, sehingga didapatkan bidang sebagai pemicu, pengontrol rangsangan, dan pengendali respon. Mekanisme pengungkapan sympathetic mengirim kehadiran pada aktivasi ikatan yang melibatkan seluruh proses cara meruang, memuat besaran pengaruh, dan adanya ikatan antar komponen. Sympathetic membaca kehadiran di luar kewajarannya, sehingga nilai yang dibawa sifat alam dimaknai pada kualitas bidang yang terungkap. Pada dasarnya, sympathetic tidak menghilangkan sifat bawaan, pergerakan diketahui sebagaimana mestinya hanya saja gejala di sekitar akan membawanya pada kehadiran yang lebih bervariasi.

ABSTRACT
Space is not only expressed by interaction, otherwise how it can created reaction to make definition of presence. The consequences of presence trigger quality and selection from space experienced, so create quality that retained and disclosed. The value from quality of presence was diverted, it caused by much expectation of the ideal conditions, ideal condition created by overlapping activity so caused the formality of space, in this case happened in Bogor Train Station.
Identifying the authenticity of space translated from variation of movements, that are influenced by natural cycles, it contain different motivation each other. This concept applied to know how surface can work which effect on stimulation and responses. Disclosure of the authenticity of the event, the elements, and the movement will activate the selection of quality by paying attention to the distance and range, so the effect on speed and how much space capacity can be defined. Sympathetic refers to the quality of the composition of each component with a specific way of working and has a control function that can be explained by involving the limit and its existence depends on the nature of the initial interpretation.
Reading of the quality of movement by projecting of the line quality, to obtain the quality of surface as a trigger, as a stimulation control, and response control. The mechanism of sympathetic revealed by activated from relation of presences value that involved the whole process of how we know space experience held, contain value of influence, and the interaction between components. Reading of the meaning of sympathetic to know presence on outside the reasonableness of presence, so the value carried by nature that can influenced quality of surfaces revealed. Basically, sympathetic didn’t eliminate traits, the movements are were revealed that should be surrounding space become more varied defining presence."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T38604
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumaishatul Ulya
"ABSTRAK
Dalam keseharian kota, terdapat ruang formal dan informal. Struktur kota,
termasuk elemen-elemen ruang di dalamnya, memberikan peran dalam
mengidentifikasi hadirnya ruang informal. Ruang informal digambarkan melalui
ruang sisa kota yang timbul dari interaksi elemen dan pengguna ruang kota dalam
keseharian. Aktivitas keseharian ?ngetem? atau ?mangkal? yang dilakukan oleh
komunitas supir bajaj, sebagai salah satu pengguna ruang kota, mempertegas dua
sisi representasi ruang kota, yaitu planner dan users. Upaya mengisi atau
memanfaatkan ruang dilakukan melalui interaksi dan negosiasi ruang sisa di
sekitar stasiun Manggarai. Sehingga, penting untuk memahami hubungan antara
elemen ruang sisa kota dan bagaimana komunitas supir bajaj stasiun Manggarai
memanfaatkan ruang tersebut dengan taktik dan strategi keseharian yang mereka
lakukan. Salah satu penggambaran proses memahami hal ini melalui analogi
?dapur? kota.

ABSTRACT
In everyday life of the city, both formal and informal spaces exist. The structure
of the city, including its physical elements, contributes in identifying informal
space in urban life. Informal space is shown through leftover urban space that
emerges from the interaction of elements and users of urban space in everyday
lifes. 'Ngetem' or 'mangkal' done by the community of bajaj drivers, as one of the
user of urban space, highlights the two sides of urban space representations, which
are planners and users. Their efforts to occupy or utilize space are done through
interaction and negotiation of leftover space around the Manggarai Station area.
Therefore, it is important to understand the connection between the elements
of leftover urban space around Manggarai Station and how the community of
bajaj drivers occupy those spaces using their own tactics and daily strategies. One
of the ways to understand the process of this urban informality's phenomena is by
using the analogy 'kitchen' of the city."
2016
S63291
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudhistira Pranadarma
"Sanksi dari dunia internasional menjadi salah satu ancaman bagi stabilitas politik suatu negara, sehingga dapat memberikan dampak negatif terhadap legitimasi suatu rezim pemerintahan. Ancaman terhadap stabilitas rezim juga terjadi di Rusia khususnya pasca terjadinya aneksasi Krimea dan invasi Ukraina pada tahun 2014 dan 2022. Kedua invasi ini menyebabkan dunia internasional menjatuhkan sanksi terhadap Rusia yang menargetkan sektor-sektor seperti energi, perbankan, dan industri teknologi militer, sehingga berdampak terhadap performa perekonomiannya. Dampaknya Rusia mengalami krisis ekonomi, sehingga menimbulkan protes dari sebagian masyarakat, termasuk melakukan emigrasi dari negeri tersebut, terutama setelah kebijakan mobilisasi militer terbatas. Akan tetapi situasi politik domestik Rusia cenderung stabil setelah dua gelombang sanksi internasional tersebut. Dengan menggunakan metode kualitatif, tugas akhir ini mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi stabilitas politik Rusia di bawah kepemimpinan Presiden Vladimir Putin setelah dijatuhkannya sanksi dunia internasional pasca aneksasi Krimea dan invasi Ukraina pada tahun 2014 dan 2022.

Sanctions from the international community can threaten the political stability of a country and have a negative impact on the legitimacy of a government regime. Threats to regime stability have also occurred in Russia, particularly after the annexation of Crimea and the invasion of Ukraine in 2014 and 2022. These two invasions caused the international community to impose sanctions on Russia, targeting sectors such as energy, banking, and the military technology industry, thus affecting its economic performance. As a result, Russia experienced an economic crisis, leading to protests from some citizens, including emigration from the country, especially after the policy of partial military mobilization. However, Russia's domestic political situation tends to stabilize after the two waves of international sanctions. By using qualitative methods, this final project identifies the factors that influenced Russia's political stability under the leadership of President Vladimir Putin after the imposition of international sanctions following the annexation of Crimea and the invasion of Ukraine in 2014 and 2022."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fariq Makarim
"Penggunaan domain luar angkasa sebagai domain atau medan perang dicoba seiring dengan adanya teknologi yang mampu menempatkan manusia di luar atmosfer bumi. Sistem teknologi ini juga memungkinkan kemajuan peradaban manusia dalam berbagai bidang, termasuk perdagangan, keuangan, komunikasi, transportasi, dan pertahanan. Adanya teknologi ini mendorong penyesuaian sistem
pertahanan untuk mengembangkan konsep, strategi, dan organisasi untuk membentuk kemampuan tempur luar angkasa sesuai dengan kepentingan nasional. Amerika Serikat sedang merencanakan penyesuaian kelembagaan dengan mengambil kekuatan tempur combat luar angkasa independen, yaitu Angkatan Luar Angkasa, untuk memanfaatkan peluang dan menghadapi kerentanan yang berasal dari domain luar angkasa. Rencana ini dimanifestasikan dalam laporan Komisi untuk Menilai Keamanan Nasional Amerika Serikat Penataan Ruang dan Organisasi pada tahun 2001. Namun, tindak lanjut berupa
Kebijakan Space Force tidak dapat ditemukan hingga 2018 setelah terjadi dua kali pergantian presiden. Penelitian ini akan mencoba menjelaskan keterlambatan tersebut Kebijakan Space Force dalam sistem pertahanan AS. Penjelasan keterlambatan ini this akan dijelaskan dengan menggunakan konsep Revolution in Military Affairs (RMA). Ruang angkasa Gaya dianggap sebagai salah satu unsur penyusun RMA yang kehadirannya dipengaruhi oleh unsur penyusun lainnya, yaitu strategi perang luar angkasa dan teknologi senjata. Tidak adanya unsur penyusun lain dan hambatan dalam struktur Pertahanan AS menyebabkan kebijakan Space Force tidak terwujud di Amerika Persatuan.

The use of the outer space domain as a domain or battlefield was tried along with the technology that was able to place humans outside the earth's atmosphere. This technological system also enables the advancement of human civilization in various fields, including trade, finance, communication, transportation, and defense. The existence of this technology encourages system adjustments defense to develop concepts, strategies and organizations to form space combat capabilities in accordance with national interests. The United States is planning institutional adjustments by taking on a combat force independent outer space, i.e. the Space Force, to take advantage of opportunities and deal with vulnerabilities emanating from the outer space domain. This plan was manifested in the report of the Commission to Assess the National Security of the United States Spatial Planning and Organization in 2001. However, follow-up took the form of Space Force policy could not be discovered until 2018 after two presidential changes. This study will try to explain the delay in the Space Force Policy in the US defense system. The explanation for this delay will be explained using the Revolution in Military Affairs (RMA) concept. Space Gaya is considered as one of the constituent elements of RMA whose presence is influenced by other constituent elements, namely space war strategy and weapons technology. The absence of other constituent elements and obstacles in the structure of US Defense caused the Space Force policy to not materialize in the United States."
Depok: 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mineiro, Michael C.
"This book, these and other relevant questions on space technology export controls are identified and assessed through an insightful case-study of the U.S. commercial communication export control regime. The findings of this case-study are used in an international legal-political analysis of international space law, public international law, and international cooperation. Breaking new ground in international legal theory, a self-justified security dilemma that is manifest in international law is identified and explained as the origin for the current paradigm of space technology export controls."
Dordrecht, Netherlands: Springer, 2012
e20400901
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>