Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193806 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Rifqi Aufari
"

Produktivitas pekerja menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi. Produktivitas secara umum dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya tingkat religiositas. Agama-agama secara umum mendorong umatnya untuk menjadi produktif, seperti doktrin etika bekerja Max Weber dalam agama Protestan dan konsep al-mujahadah dalam Islam dan seseorang yang religius dianggap sebagai orang yang produktif. Sementara itu, tingkat religiositas penduduk Indonesia sangat tinggi apabila dibandingkan dengan negara-negara lain. Namun, beberapa studi menemukan bahwa religiositas berhubungan secara negatif terhadap produktivitas pekerja, terutama di Amerika Serikat dan di negara-negara Eropa. Apakah fenomena yang terjadi di negara-negara tersebut juga terjadi di Indonesia? Dalam rangka untuk mengetahui pengaruh religiositas terhadap produktivitas pekerja di Indonesia, peneliti menggunakan data yang dimiliki oleh Indonesian Family Life Survey (IFLS) 4 dan IFLS 5 dengan jumlah sampel sebanyak 30,330 pekerja yang berusia minimal lima belas tahun. Penelitian ini menggunakan metode regresi panel. Hasil penelitian menunjukkan religiositas tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas pekerja, meskipun tingkat religiositas masyarakat Indonesia yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena terdapat faktor-faktor lain yang lebih berdampak dibandingkan dengan religiositas.


Worker productivity is one of many factors that influencing economic growth. In general, productivity influenced by many factors, one of them is religiosity. Religions are promoting productivity in their doctrines, such as Max Weber’s work ethics concept in Protestant and al-mujahadah concept in Islam, then a religious person is considered as a productive person. Meanwhile, religiosity level of Indonesian people is very high compared with other countries. On the other hand, some studies found that religiosity is negatively correlated with worker productivity in US and European countries. Does the phenomenon also occur in Indonesia? In order to take account the relationship between religiosity and worker productivity in Indonesia, the study used data from Indonesia Family Life Survey (IFLS) 4 and 5 with total sample of 30.330 workers aged at least 15 years old and panel data regression method is used. The result shows religiosity appear to be insignificant statistically, despite the relatively high level of religiosity among Indonesian. This allows to assume that there are other factors that capture the source of worker’s productivity better than religiosity.

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damanggi Pratama Aryansyah
"Labor market outcome khususnya produktivitas pekerja merupakan salah satu faktor penting bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Di antara berbagai mancam hal yang memengaruhi labor market outcome, terdapat aspek religiositas yang dinilai turut berkontribusi dalam membentuk produktivitas pekerja. Namun dari studi yang dilakukan di berbagai negara dalam melihat hubungan antara religiositas dengan labor market outcome hasil yang ditemukan masih bersifat abu-abu, di mana terdapat temuan yang menyatakan bahwa kedua hal tersebut memiliki hubungan negatif, dan ada juga temuan yang menyatakan hal sebaliknya. Dengan menggunakan data IFLS 5 dan upah per bulan pekerja sebagai proksi labor market outcome, studi ini hendak mengetahui hubungan antara tingkat religiositas pekerja terhadap labor market outcome di Indonesia sebagai negara dengan masyarakat yang terhitung memiliki tingkat religiositas tinggi. Studi ini menggunakan metode estimasi OLS dengan jumlah sampel sebanyak 6.450 individu pekerja berusia lima belas tahun ke atas. Hasil pada studi ini menemukan bahwa adanya hubungan negatif antara tingkat religiositas pekerja dengan produktivitas yang dimilikinya. Hal ini dapat terjadi di lingkungan Indonesia yang religius akibat adanya faktor lain yang dinilai memiliki dampak lebih besar terhadap labor market outcome dibandingkan aspek religiositas, serta adanya kemungkinan pengaruh sekularisme dalam membentuk hubungan kedua hal tersebut.

Labor market outcome, especially worker productivity, are one of the significant factors for the economic growth of a country. Among the various things that affect labor market outcome, there is an aspect of religiosity that contributed to shaping worker productivity. However, from studies conducted in different countries in looking at the relationship between religiosity and labor market outcome, the findings of the results are still unclear. Several studies are findings that the two things have a negative relationship, and other studies are finding the opposite results. This study aims to determine the relationship between the level of religiosity and labor market outcome in Indonesia as a country with people who have a high level of religiosity by using IFLS 5 data and worker's monthly wages as proxies for labor market outcome. This study uses the OLS estimation method with a sample of 6,450 individual workers aged at least fifteen years. The results of this study found that there was a negative relationship between the level of worker's religiosity and their productivity. This condition can happen in the Indonesian religious environment due to other factors that capture the source of impact on labor market outcome better than worker's religiosity. In addition, there is the possibility of secularism's influence in shaping the relationship between the two."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Utami
"Status pekerjaan kontrak merupakan hubungan kerja tidak standar dan kerap ditemukan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Pekerja kontrak pada umumnya memiliki jaminan perlindungan kerja yang lemah dan upah yang rendah dibandingkan pekerja tetap. Berdasarkan motivasinya, sebagian besar pekerja kontrak menjadikan pekerjaan kontrak sebagai stepping stone untuk dapat diangkat menjadi pekerja tetap. Dengan demikian pekerja kontrak akan menampilkan performa terbaiknya yang akan berdampak pada produktivitas kerja yang tinggi. Penelitian ini akan mempelajari bagaimana perubahan status pekerja dari pekerja kontrak menjadi pekerja tetap terhadap produktivitas kerja. Dengan menggunakan data IFLS 4 dan 5, hasil regresi tobit standar menunjukkan bahwa perubahan status pekerja berasosiasi negatif terhadap produktivitas pekerja tetap di tahun 2014. Pengaruh perubahan status pekerja menjadi semakin kecil setelah dikontrol oleh variabel karakteristik individu dan karakteristik pekerjaan. Variabel lain yang secara signifikan berpengaruh terhadap produktivitas pekerja di Indonesia yaitu jenis kelamin, pendidikan, status kesehatan, tingkat stres, kepuasan kerja, upah/gaji dan sektor lapangan usaha.

Contract employment status is a non-standard employment relationship and often occurs in many countries, including Indonesia. Contract workers generally have weak guarantees of work protection and lower wages compared to permanent workers. Based on his motivation, most of the contract workers make contract work as a stepping stone to be appointed as permanent workers. Thus contract workers will display their best performance which will have an impact on high work productivity. This study will study how the change in employment status from contract workers to permanent workers on work productivity. By using IFLS 4 and 5 data, the results of the standard tobit regression show that changes in the employment status are negatively associated with the productivity of permanent workers in 2014. The effect of changing employment status becomes smaller after being controlled by variables of individual characteristics and job characteristics. Other variables that significantly influence the productivity of workers in Indonesia are gender, education, health status, stress level, job satisfaction, wage and sectors of business field."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfi Nabilah Qonitah
"Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kondisi kadar glukosa darah yang tinggi karena ketidakmampuan tubuh untuk menggunakan insulin secara normal atau untuk memproduksi insulin yang cukup. Dalam kurun waktu 5 tahun, prevalensi diabetes melitus pada penduduk berusia ≥ 15 tahun meningkat dari 6,9% pada tahun 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh obesitas terhadap DM tipe 2 di Indonesia, dengan desain penelitian kohort retrospektif. Data yang digunakan berasal dari IFLS-1 dan IFLS-5 dengan sampel sebesar 4.707 dan dianalisis menggunakan uji cox regression. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat 7,4% sampel mengalami diabetes tipe 2. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat pengaruh obesitas dan umur pada tahun 1993 terhadap kejadian DM tipe 2 tahun 2014; dan terdapat hubungan antara konsumsi fast food, konsumsi soft drink, konsumsi buah, aktivitas fisik, dan wilayah tempat tinggal pada tahun 2014 dengan DM tipe 2. Sedangkan, konsumsi cemilan gorengan, konsumsi cemilan manis, konsumsi sayur dan status gizi pada tahun 2014, kebiasaan merokok pada tahun 1993, tidak berhubungan yang bermakna dengan DM tipe 2. Kesimpulan dari penelitian ini adalah status gizi obesitas berisiko 5,62 kali terkena DM tipe 2 dibandingkan dengan status gizi normal setelah dikontrol oleh variabel usia, status gizi tahun 2014, dan wilayah tempat tinggal sebagai confounding

Type 2 diabetes mellitus (DM) is a disease characterized by high blood glucose levels due to the body's inability to use insulin normally or to produce enough insulin. Within 5 years, the prevalence of diabetes mellitus in the population aged 15 years and above increased from 6.9% in 2013 to 8.5% in 2018. This study aims to determine the effect of obesity on type 2 DM in Indonesia, with a research design retrospective cohort. The data used comes from IFLS-1 and IFLS-5 with a sample of 4,707 and analyzed using cox regression test. The results of this study showed that 7.4% of the sample had type 2 diabetes. The results of the bivariate analysis showed that there was an effect of obesity and age in 1993 on the incidence of type 2 diabetes in 2014; and there is a relationship between consumption of fast food, consumption of soft drinks, consumption of fruit, physical activity, and area of ​​residence in 2014 with type 2 DM. Meanwhile, consumption of fried snacks, consumption of sweet snacks, consumption of vegetables and nutritional status in 2014, habits smoking in 1993, was not significantly associated with type 2 diabetes. The conclusion of this study is that the nutritional status of obesity has a 5.62 times risk of developing type 2 diabetes compared to normal nutritional status after controlling for variables of age, nutritional status in 2014, and the area of residence as confounding."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Indra Megah Setiawan
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis dampak remitansi terhadap tingkat kemiskinan keluarga/rumah tangga. Remitansi merupakan transfer uang dan barang yang dikirimkan oleh anggota keluarga yang ada diluar negeri yang sedang bekerja kepada keluarga yang ditinggalkan di Indonesia. Semua data sampel dalam penelitian ini merupakan data yang bersumber dari IFLS wave 4 & 5. Metode yang dilakukan dalam unit analisis penelitian ini adalah metode Panel Logit. Metode ini digunakan dengan cara menggabungkan kedua metode logit dan panel data. Panel logit merupakan metode yang variabel dependennya berupa kategori atau dummy dengan struktur data yang berupa panel data (memiliki banyak individu dan banyak waktu). Kemiskinan diukur menggunakan garis kota/kabupaten 2007 & 2014 berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah tangga yang menerima remitansi peluang kemiskinannya lebih rendah 0,05 dibandingkan dengan rumah tangga yang tidak menerima remitansi.

ABSTRACT
This study aims to determine and analyze the impact of remittances on the level of family / household poverty. Remittance is a transfer of money and goods sent by family members who are abroad who are working to families left behind in Indonesia. All sample data in this study are data sourced from IFLS waves 4 & 5. The method used in the unit of analysis of this study is Panel Logit method. This method is used by combining both logit and panel data methods. Logit panel is a method whose dependent variable is a category or dummy with a data structure in the form of a data panel (has many individuals and a lot of time). Poverty is measured using city / district lines 2007 & 2014 based on the Indonesia Central Bureau of Statistics (BPS) report. The results showed that households which received remittances lowered their probability of poverty by 0.05 compared to households that did not receive remittances."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Farhan
"

Penelitian mengenai pengaruh bantuan pendidikan terhadap luaran tertentu masih jarang dibahas di Indonesia. Penelitian terkait bantuan pendidikan di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Cameron(2009) untuk melihat pengaruh Jaringan Pengaman Sosial(JPS) dalam menahan laju drop out(DO). Studi yang pernah dilakukan terkait bantuan pendidikan menemukan hubungan positif jumlah bantuan terhadap partisipasi perguruan tinggi. Penelitian lain menemukan hubungan negatif bantuan terhadap pengurangan probabilitas drop out. Penelitian ini melihat pengaruh adanya bantuan pendidikan terhadap luaran pasar kerja dalam bentuk upah dengan menggunakan data Indonesia Family Life Survey(IFLS). Akibat efek dari bantuan ke upah terhubung secara tidak langsung dengan upah maka perlu adanya variabel antara yaitu lama tahun bersekolah(LTS). Penelitian ini menggunakan data cross-section dinamis dengan menggabungkan data pada dua gelombang IFLS 4 dan IFLS5. Metode regresi yang digunakan adalah Two Stage Least Square(TSLS) untuk menjabarkan efek Indirect dari bantuan terhadap upah terhadap LTS dan LTS terhadap upah. Hasil estimasi menunjukkan setiap anak yang menerima bantuan memiliki lama tahun bersekolah lebih tinggi sebesar 0.90-0.99 tahun dibanding non-penerima. Setiap kenaikan 1 tahun LTS berasosiasi dengan peningkatan upah sekitar 6.3-7.8%. Sehingga bantuan pendidikan mempengaruhi upah sebesar 5,67%-7,23%. Bagaimanapun masalah utama dari penelitian ini adalah ukuran sampel yang kecil, inclusion error pada penerima bantuan, dan bias pada penduduk yang berdomisili di Kota dan Pulau Jawa.

 



Research concerning effect of student aid to certain outcomes rarely come to academic discourse in Indonesia. One of the first research on said topic was carried by Cameron(2009) who investigate the effect of Jaringan Pengaman Sosial(JPS) in decreasing drop out rate after Asian Crisis in 1998. Other study that investigated effect of student aid found positive correlation between aid grant and college participation; and negative association between aid and probability to drop out from college. This research investigated effect of student aid on labor market outcome in term of wage. Due to indirect effect of aid to wage, thus we need intermediary variable represented by year of schooling. I utilized IFLS 4 and IFLS 5 data with dynamic-cross section approach. I employed two stage least square to break down the effect of aid on year of schooling and effect of year of schooling on wage. I found for each person who received aid on 2007 have higher year of schooling compare to their non-recipient counterpart around 0.90-0.99 year. For each 1 year increase in year of schooling correlated with increase of wage around 6.3-7.3%. Thus student aid has affected wage around 5,67%-7,23%. However, the main issue of this research were limited and small sample, inclusion error in it aid receipient, and domicile bias of Java and Urban.

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlaily Setyasari
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas pengaruh dari modal sosial dan religuisitas di tingkat individu masyarakat muslim di Indonesia terhadap kerelaan besar pemberian pinjaman tanpa bunga. Penelitian ini bersifat kuantitatif menggunakan data sekunder dari IFLS yaitu sebanyak 663 responden. Menggunakan metode Partial Least Square Structured Equation Modeling, didapatkan hasil bahwa modal sosial dam religiuisitas positif signifikan berpengaruh langsung dalam kerelaan memberikan pinjaman tanpa bunga. Religiusitas juga terbukti mampu mempengaruhi efek dari modal sosial, dimana religiusitas tinggi akan memperkuat efek modal sosial, sementara religiusitas rendah akan memperlemah efek modal sosial. Dari hasil analisis multi-grup kelompok sampel yang bersifat risk-averse dan tidak risk-averse, dapat diasumsikan bahwa kerelaan pemberian pinjaman tanpa bunga yang didorong oleh religiusitas dan modal sosial umumnya dianggap sebagai perilaku yang altruistik dan tidak mencari profit material. Implikasinya, pemberian pinjaman tanpa bunga yang dimotivasi oleh aspek religiusitas dan modal sosial seseorang cenderung dianggap sebagai bentuk perilaku altruistik dikarenakan alasan meminjam digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dari hasil penelitian dapat disarankan bahwa pinjaman tanpa bunga dapat dimanfaatkan oleh institusi formal untuk meningkatkan inklusi finansial dengan memposisikan pinjaman tersebut sebagai bentuk CSR dan bukan sebagai bentuk kegiatan usaha dan menjadi produk keuangan
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiqurrahman Saleh
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh stres dalam bekerja dan religiusitas terhadap konsumsi rokok seseorang. Stres dalam bekerja digunakan sebagai faktor pendorong konsumsi rokok. Sedangkan religiusitas digunakan sebagai faktor pencegah konsumsi rokok. Namun, apakah benar religiusitas dapat mencegah perokok yang mengalami stres kerja untuk mengurangi konsumsi rokoknya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penelitian ini menggunakan metode ordinary least square (OLS) dan menggunakan data IFLS 5. Konsumsi rokok digunakan sebagai variabel dependen berdasarkan pengeluaran komoditas rokok dan jumlah batang rokok yang dihisap. Sementara itu, variabel independen utama yang digunakan berupa stres dalam bekerja dan religiusitas berdasarkan subjektivitas individu. Kebaruan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah pekerja yang mengalami stres dan memiliki sifat religius terbukti memiliki kecenderungan untuk mengurangi konsumsi rokok dibandingkan mereka yang tidak religius. Variabel lainnya yang signifikan berkontribusi terhadap konsumsi rokok adalah lama waktu merokok, kondisi kesehatan, pendapatan per kapita, status pernikahan, jenis kelamin, usia, dan usia kuadrat.

This research aims to determine the influence of job stress and religiosity on an individual's cigarette consumption. job stress is used as a driving factor for cigarette consumption, while religiosity is used as a preventive factor. However, can religiosity truly prevent smokers experiencing work-related stress from reducing their cigarette consumption? To answer this question, this study employs the ordinary least squares (OLS) method and utilizes data from IFLS 5. Cigarette consumption is used as the dependent variable based on expenditure on tobacco commodities and the number of cigarettes smoked. Meanwhile, the main independent variables used are job stress and religiosity based on individual subjectivity. The novelty found in this study is that workers who experience stress and possess religious characteristics have been proven to tend to reduce cigarette consumption compared to those who are not religious. Other significant variables contributing to cigarette consumption include duration of smoking, health condition, per capita income, marital status, gender, age, and squared age."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cornelia Samantha Winata
"Kegemukan pada anak merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak negatif jangka panjang bagi anak. Prevalensi hipertensi pada dewasa muda juga terus meningkat dari tahun ke tahun dan terdapat kemungkinan bahwa kegemukan anak berpengaruh terhadap hipertensi saat dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi kegemukan saat balita (0-59 bulan) terhadap hipertensi dewasa (21-26 tahun). Penelitian cohort retrospective ini menggunakan data IFLS 1 tahun 1993 dan IFLS 5 tahun 2014 dengan total responden 596 balita setelah memenuhi kriteria inklusi dan eklusi. Penelitian ini menunjukkan terdapat 15,1% anak yang hipertensi saat dewasa dengan proporsi anak yang kegemukan dan mengalami hipertensi sebesar 17,4%. Variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian hipertensi, yaitu jenis kelamin, status gizi obesitas dewasa, konsumsi fast food, konsumsi soft drink, dan kebiasaan merokok. Analisis multivariat ditemukan bahwa kegemukan memiliki risiko 0,83 lebih rendah untuk hipertensi dibandingkan dengan status gizi normal setelah dikontrol dengan variabel kebiasaan merokok dan status gizi dewasa, namun hubungan ini tidak bermakna secara statistik.


Kegemukan pada anak merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak negatif jangka panjang bagi anak. Prevalensi hipertensi pada dewasa muda juga terus meningkat dari tahun ke tahun dan terdapat kemungkinan bahwa kegemukan anak berpengaruh terhadap hipertensi saat dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi kegemukan saat balita (0-59 bulan) terhadap hipertensi dewasa (21-26 tahun). Penelitian cohort retrospective ini menggunakan data IFLS 1 tahun 1993 dan IFLS 5 tahun 2014 dengan total responden 596 balita setelah memenuhi kriteria inklusi dan eklusi. Penelitian ini menunjukkan terdapat 15,1% anak yang hipertensi saat dewasa dengan proporsi anak yang kegemukan dan mengalami hipertensi sebesar 17,4%. Variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian hipertensi, yaitu jenis kelamin, status gizi obesitas dewasa, konsumsi fast food, konsumsi soft drink, dan kebiasaan merokok. Analisis multivariat ditemukan bahwa kegemukan memiliki risiko 0,83 lebih rendah untuk hipertensi dibandingkan dengan status gizi normal setelah dikontrol dengan variabel kebiasaan merokok dan status gizi dewasa, namun hubungan ini tidak bermakna secara statistik.


Childhood obesity is a health problem that has a long-term negative impact onchildren. The prevalence of hypertension in young adults continues to increase year by year and it is suggested that childhood obesity affects hypertension in adulthood. This study aims to determine the effect of obesity as a child under the age of five (0-59months) on adult hypertension (21-26 years). This retrospective cohort study data werefrom IFLS 1 in 1993 and IFLS 5 in 2014, with a total of 596 respondents under the age of five after meeting the inclusion and exclusion criteria. This study showed that 15,1%of the children have hypertension as adults, with the proportion of overweight children having hypertension being 17,4%. Variables significantly related to the incidence of hypertension were gender, nutritional status of obese adults, consumption of fast food, consumption of soft drinks, and smoking habits. Multivariate analysis found that childhood obesity lower the risk for hypertension by 0.83 times compared to normal nutritional status after being controlled by smoking habits and adult nutritional status variables, but this relationship was not statistically significant.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Rahmadona Putri
"Fertilitas di Indonesia cenderung stagnan diangka 2,6 dan tidak memenuhi target nasional RPJMN 2015 sebesar 2,1. Tingginya TFR menyebabkan meningkatnya CBR yang berdampak terhadap IPM Indonesia sehingga diperlukan upaya pengendalian kelahiran untuk menghindari timbulnya permasalahan lainnya. Kontrasepsi dipercaya sebagai salah satu cara untuk menekan angka kelahiran. Namun CPR Indonesisa ditahun 2015 cenderung menurun diangka 59,68. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan variabel yang mempengaruhi penggunaan dan pemilihan kontrasepsi di Indonesia dengan menentukan model estimasi yang sesuai untuk menilai karakteristik pengguna kontraseps. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional menggunakan data IFLS 5 tahun 2014/2015.
Penelitian ini menggunakan pendekatan ekonometrika dengan model analisis Multinomial Logistick Regression. Dari hasil penelitian diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi MKJP adalah pendidikan (1,89%), pekerjaan (1,96%), pendapatan (80,32%), paritas (2,06%), wilayah tempat tinggal (1,78%), jumlah anak (2,21%) dan pangambil keputusan penggunaan kontrasepsi dirumah tangga (2,33%). Faktor yang mempengaruhi penggunaan non MKJP adalah umur (17,1%), jumlah anak (5,69%), pangambil keputusan penggunaan kontrasepsi dirumah tangga (9,98%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor sosial ekonomi, demorafi, norma dan lingkungan/peayanan kesehatan berpengaruh dalam penggunaan kontrasespi di Indonesia.

Fertility in Indonesia provides stagnant at 2.6 and does not meet the national target of RPJMN 2015 of 2.1. The high TFR causes CBR to create an impact on the Indonesian HDI so that birth control efforts are needed to realize other incidents. Contraception is believed to be one way of rotating birth rates. However, CPR Indonesisa in 2015 can decrease diangka 59.68. The purpose of this study is to prove the variables that influence the use and choice of contraceptives in Indonesia by determining the appropriate model for assessing user characteristic. This research is a cross sectional study using IFLS 5 data 2014/2015.
This research uses econometric approach with Multinomial Logistick Regression analysis model. From the result of the research, the risk factors that influence the use of MKJP contraception are education (1.89%), occupation (1.96%), income (80.32%), parity (2.06%), residence area (1, 78%), number of children (2.21%) and decision making of household contraceptive use (2.33%). The probability of factors affecting the non-MKJP usage is age (17.1%), number of children (5.69%), decision making of household contraceptive use (9.98%). So it can be concluded that socio-economic factors, demography, norms and environment / health services have an effect on the use of contrasespi in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50054
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>