Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 101323 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Teguh Patriot
"Salah satu bentuk intervensi yang di lakukan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam mengurangi fatalitas korban kecelakaan lalu lintas adalah dengan menerapkan penegakan hukum pembatasan kecepatan melalui Tilang Elektronik yang di implementasikan dengan kamera kecepatan. Sepanjang tahun 2017 sampai dengan 2018, Korlantas Polri telah memasang 75 unit kamera kecepatan di sepanjang jalan Tol jakarta seperti di Toll Cikampek, Jagorawi, Bitung dan lain lain, bahkan pada akhir tahun 2020 Korlantas telah menambah 75 unit yang telah terpasang di jalan arteri kota jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pelaksanaan perlambatan kecepatan kendaraan melalui rambu dan kamera kecepatan pada zona kontrol. Analisa data dilakukan dengan membandingkan kecepatan kendaraan sebelum, saat dan setelah melintas zona kontrol dengan menggunakan statistik distribusi normal uji Z dengan membandingkan nilai Z hitung dengan nilai Z tabel menggunakan tingkat kesalahan 5%. Hasil studi menunjukan bahwa setelah di terapkan perlambatan kecepatan kendaraan melalui rambu dan kamera kecepatan pada zona kontrol dapat menurunkan kecepatan sebesar 9%  pada level rata rata 8 Km/Jam. Pengguna jalan yang mematuhi batas kecepatan saat melintasi zona kontrol sebesar 76,6 % atau 230 kendaraan dari 302 sampel kendaraan dengan rincian 82,1% untuk kelompok Mobil penumpang, kemudian 55,5% untuk mobil barang dan 90% untuk mobil bus dengan batas kecepatan 60-80 Km/Jam. Dapat disimpulkan penerapan perlambatan kecepatan kendaraan melalui rambu dan kamera kecepatan pada zona kontrol di jalan Tol jagorawi Km 16-26  memenuhi sasaran perencanaan.

A form of intervention carried out by the National Police of the Republik of Indonesia in reducing the fatality rate of traffic accident victims is by enforcing the law on speed restrictions through Electronic Tickets implemented using speed cameras. Throughout 2017 to 2018, the National Police Traffic Corps (Korlantas) had installed 75 speed cameras along Jakarta Toll Roads such as Cikampek, Jagorawi, Bitung, and others. Even by the end of 2020 Korlantas has added 75 more units installed on the arterial roads of Jakarta. This study aims at analyzing the implementation of vehicle speed deceleration through signs and speed cameras in the control zone. Data analysis is done by comparing the speed of vehicles before, during, and after crossing the control zone by using the normal distribution Z test, comparing the value of Z with Z Tabel with a 5% margin of error. The research shows that speed deceleration policy using signs and speed cameras in the control zone can reduce the speed by 9% at an average level of 8 Km / Hour. The number of road users obeying the speed limit when crossing the control zone reaches 76.6% or 230 vehicles from 302 vehicle samples. In details, 82.1% of which are passenger cars, 55.5% are freight cars, and 90% are buses with 60-80 Km/Hour speed limit. It can be concluded that the application of speed deceleration using signs and speed cameras in the control zone on Jagorawi Toll Road Km 16-26 meets the planning target."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amin Suwarto
"Perkembangan mobilitas penduduk di Jakarta menuntut Pemerintah DKI Jakarta untuk menyediakan transportasi umum masal (mass transport) yang terjangkau oleh daya bell masyarakatnya. Transportasi umum masal yang paling tepat adalah angkutan kereta api yang mampu mengangkut ribuan penumpang setiap trip. Tetapi kereta api Jabotabek hanya mampu mengangkut 2 - 4 % dari kebutuhan angkutan, sehingga sisanya ditangani oleh angkutan bus kota, dan angkutan umum lainnya. Karena angkutan bus kota non AC tidak mampu memberikan pelayanan yang cepat, tepat, aman dan nyaman, maka Perkembangan angkutan pribadi meningkat lebih cepat dari kendaraan angkutan umum, sehingga pada jam jam sibuk angkutan pribadi yang hanya berpenumpang 1 - 3 orang memadati 75 % ruas jalan sedangkan angkutan bus yang memiliki kapasitas rata-rata 50 orang hanya memanfatkan 18 % dari, kapasitas jalan. Hal ini yang menyebabkan terjadinya kemacetan lalu lintas, yang bukan saja menyebabkan terjadinya pemborosan bahan bakar minyak, pemborosan waktu, tenaga dan biaya, tetapi juga menyebabkan pencemaran udara dan gangguan kesehatan bagi pengemudi, penumpang dan masyarakat di jalan.
Di samping itu sebagian besar pengusaha angkutan tidak memahami pentingnya pendekatan dari segi manusia dalam mengelola kinerja perusahaannya. Bagi pengusaha bus non AC mereka memandang bahwa pengemudi sebagai alat produksi semata, sehingga mereka menetapkan sistem setoran kepada pengemudinya setiap ship ( 8 Jam operasi ) berkisar Rp 250.000,- untuk bus regulair. Jika pengemudi tidak mampu membayar setoran, bukan saja ia tidak memperoleh penghasilan untuk keluarga tetapi dianggap berhutang yang harus dibayar pada hari berikutnya. Jika dalam waktu 3 hari berturut-turut tidak mampu membayar maka pengemudi akan menanggung akibatnya yaitu diberhentikan.
Hal ini yang menyebabkan pengemudi bus non AC bukan hanya tidak disiplin terhadap peraturan lalu lintas, tetapi juga tidak memperhatikan keselamatan penumpang dan kesehatan dirinya sendiri. Oleh karena itu pengemudi selalu memperlambat kendaraan atau berhenti dipertigaan atau perempatan jalan untuk menunggu penumpang, kemudian memacu kendaraan secepat-cepatnya untuk berebut penumpang dangan kendaraan lainnya dalan satu trayek bahkan kadang-kadang dalam perusahaan yang sama. Hal ini lah yang menyebabkan timbulnya kecelakaan lalu lintas. Hal ini sangat berbeda dengan pengemudi bus PATAS -AC yang cukup disiplin karena penumpannya terbatas dan konsumennya golongan menengah, yang memerlukan keamanan dan kenyamanan sekalipun tarifnya Rp.2.300,?

The growth of Jakarta residence mobility has demanded the Municipal Government of DKI Jakarta for providing achievable mass transport for the societies. The appropriate mass transport is railways, whose capacity is thousands passengers per trip. However, since the Jabotabek railway only accommodate 2 - 4 % of the total demand for transportation services, therefore the rest of the passengers are served by city buses, and other public transportation modes. Since the non air-conditioned city buses do not provide fast, punctual, secure and safe services, it causes the growth of private cars higher than that of public transport vehicles. Hence, in the peak hours, the private cars -- with 1 - 3 passengers --- occupy 75 % of the road, in the contrary, public transportation vehicles whose capacity per bus is 50 passengers in average, occupy only around 18%. This phenomenon leads traffic jam, which does not only waste fuel, time, energy and cost, but also creates air pollution and threat the health of the drivers, passengers as well as societies on the road.
In addition, most of the transportation operators do not consider the importance of humanity approach in managing the company operation. The non air-conditioned buses' operators treat the drivers as a production mean, therefore they establish a rental fee system to their drivers with the amount of Rp 250,000,- for one shift (i.e. 8 hours operation) per regular bus. If the drivers can not pay the rental fee on that day, it means they do not only earn money for their family, but they also shoulder the debt which have to be paid on the day after. If it happens for 3 days at a stretch, the drivers will be fired.
It causes the non air-conditioned buses' drivers do not only obey the traffic regulations, but they also do not care of the passengers safety and their own health as well. Therefore, the drivers always slow their buses down or stop at three-way intersections or intersections to wait for passengers, and afterwards they drive as fast as possible in order to seize the passengers of other buses in the same line, even sometimes in the same company. It can be said that these driving habits evoke accidents. On the other hand, these habits are not conducted by the air-conditioned buses' drivers, since their passengers are limited and most of them are from middle-class societies, who are willing to pay Rp 2,300,- for security and comfortability. A traffic accident is an unpredicted and unintentionally incident on the road, which involves vehicles with or without other road users resulted in human victims or property loss. In general, traffic accident is caused by 3 (three) factors, namely driver, vehicle, and road. The three factors are influenced by the environment.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Richard Agustinus
"Kecelakaan lalu lintas merupakan pembunuh terbesar ketiga setelah jantung koroner dan TBC. Kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah faktor lingkungan. Dalam rangka mengetahui pengaruh cuaca yang merupakan salah satu faktor lingkungan terhadap resiko kecelakaan lalu lintas, penelitian ini ingin mengetahui signifikansi dari faktor utama lalu lintas yang direpresentasikan sebagai cuaca, kepadatan jalan, dan jenis kelamin pengemudi terhadap perilaku dan performa pengemudi yang direpresentasikan sebagai kecepatan rata-rata, kesalahan mengemudi, dan respon pengereman menggunakan driving simulator. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa masing-masing faktor utama lalu lintas berpengaruh signifikan terhadap perilaku dan performa pengendara, dan interaksi faktor berpengaruh terhadap kecepatan rata-rata dan kesalahan mengemudi.

Traffic accidents are in the third place of leading cause of death, comes after cardiovascular disease and tuberculosis. Traffic accidents caused by a lot of contributing factors, including enviromental factors. In order to find the relation between adverse weather condition, which is one of enviromental factor, and traffic accidents risks, this research made to find signification in main factors of traffic, which represented by weather conditions, traffic levels, and driver?s gender, to the drivers behaviour and performances which represented by average speed, driving errors, and brake response. Results from this research shows that each of the traffic main factors have a significant impact on drivers? behaviour and performances, and the interaction of traffic factors also affect significantly on average speed and driving errors.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59702
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Husnul Khuluqi
"Kecelakaan lalu lintas telah mengakibatkan kematian sekitar 1,35 juta orang di seluruh dunia setiap tahun dan menjadi beban aspek kesehatan masyarakat di negara maju dan berkembang. Pembatasan mobilitas di masa pandemi COVID-19 di Jepang berpengaruh pada kepadatan arus lalu lintas. Data kecelakaan lalu lintas dari National Police Agency menunjukkan adanya peningkatan jumlah kasus di masa pandemi. Rancangan studi adalah cross sectional, analisis deskriptif kuantitatif dengan tujuan menganalisis kecelakaan lalu lintas fatal sebelum dan selama masa pandemi di Jepang. Penerapan model prediksi kecelakaan lalu lintas dapat dijadikan acuan untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan di waktu yang akan datang. Ditemukan hubungan signifikan antara variabel usia, penggunaan sabuk keselamatan, penggunaan alkohol, kecepatan tinggi, tipe kendaraan, waktu kecelakaan, tipe area jalan, dan bentuk jalan dengan kejadian kecelakaan lalu lintas fatal pada kedua periode. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan proporsi pada kasus terkait dengan kecepatan tinggi dari 4,5% menjadi 6% di masa pandemi. Terjadi peningkatan proporsi tipe kendaraan sepeda dari 6% menjadi 7,4%, serta penurunan proporsi secara signifikan pada tipe kendaraan mobil pribadi dan mobil umum sebagai penyebab utama kecelakaan. Jumlah kasus kecelakaan lalu lintas fatal diprediksi akan mengalami penurunan, tertinggi di Desember 2022 dengan 295 kasus dan terendah di Mei 2022 dengan 172 kasus.

Traffic accidents have resulted in the death of around 1.35 million people worldwide every year and become a burden on public health aspects in developed and developing countries. Restrictions on mobility during the COVID-19 pandemic in Japan have an effect on traffic density. Traffic accident data from the National Police Agency shows an increase in the number of cases during the pandemic. The study design was a cross sectional, quantitative descriptive analysis with the aim of analyzing fatal traffic accidents before and during the pandemic in Japan. The application of the traffic accident prediction model can be used as a reference to minimize the occurrence of accidents in the future. A significant relationship was found between variables of age, use of seat belts, use of alcohol, high speed, type of vehicle, time of accident, type of road area, and road shape with the incidence of fatal traffic accidents in both periods. The results showed a significant increase in the proportion of cases associated with high speed from 4.5% to 6% during the pandemic. There was an increase in the proportion of bicycle types from 6% to 7.4%, as well as a significant decrease in the proportion of private cars and public cars as the main causes of accidents. The number of fatal traffic accident cases is predicted to decrease, with the highest number of cases occurring in December 2022 with 295 cases and the lowest in May 2022 with 172 cases."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simarmata, Yuliana Wisna
"Kecelakaan merupakan masalah yang terjadi terus menerus, berpotensi mengakibatkan kematian, kesakitan, dan kecatatan tetapi dapat dicegah atau diatasi. Populasi sepeda motor menjadi penyumbang kecelakaan terbesar. Faktor penyebab kecelakaan bersumber dari faktor manusia, kendaraan, jalan, dan lingkungan. Penelitian mengenai kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh pengendara sepeda motor di wilayah Jakarta Timur pada tahun 2007. Jumlah sampel 318, diambil dengan teknik Purposive sampling.
Penelitian mengkaji karakteristik pengendara sepeda motor, jalan dan lingkungan, kendaraan pengendara, dan waktu terjadinya kecelakaan, serta hubungan karakteristik-karakteristik tersebut terhadap cidera pada pengendara sepeda motor yang diakibatkan oleh kecelakaan tersebut. Penelitian merupakan studi deskriptif analitik dengan disain studi potong lintang, dan menggunakan data sekunder yang berasal dari laporan polisi. Perangkat lunak yang digunakan ialah SPSS 13.0 for Window dengan analisis Crosstab dan regresi binary logistic, dan Microsoft Office Excel 2003.
Hasil penelitian yaitu 51% kecelakaan disebabkan oleh pengendara sepeda motor, berpola ?M?, puncak kecelakaan pukul 06.00-07.00 dan 21.00, banyak terjadi saat perjalanan kerja, hari Selasa, tanggal 1 hingga 10, 80% lalu lintas lancar, 93% cuaca cerah, dan 40% curah hujan rendah. Pengendara 95% laki-laki, 69% berstatus karyawan, 84% berpendidikan menengah, 35% berumur 17 hingga 24 tahun. Pengendara sepeda motor yang mengalami kecelakaan dengan jenis Honda sebanyak 46%, rasio resiko Kecelakaan lalu tertinggi pada jenis Kawasaki, sedangkan untuk mendapatkan cidera yakni pengendara dengan jenis kendaraan Suzuki.
Kecelakaan 33% berpola depan-pejalan kaki, 35% jenis sepeda motor yang banyak ditabrak. 57% pengendara mengalami cidera 60% mengenai kepala. Peluang resiko untuk mendapatkan cidera pada karyawan (OR=3,15), Honda (0,27), Kawasaki (OR=0,19), Yamaha (OR=0,33), tipe tabrakan depan-belakang (OR=11,63), depan-depan (OR=9,62), depan-samping (OR=4,03), samping-samping (OR=4,26), motor dengan motor (OR=4,17), motor dengan lainnya (OR=10,69), motor dengan kendaraan bermotor (OR=12,13), saat istirahat (OR=2,69)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kurnia Salihat
"Salah satu penyebab kurangnya penggunaan sabuk keselamatan pada pengendara muda adalah rendahnya persepsi mereka terhadap risiko keselamatan, sehingga meningkatkan angka kematian akibat kecelakaan. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk melihat hubungan antara persepsi risiko keselamatan berkendara dengan perilaku panggunaan sabuk keselamatan pada mahasiswa Universitas Indonesia, dengan pendekatan semi kuantitatif dan desain penelitian cross sectional. Partisipan dalam penelitian ini adalah 98 mahasiswa Universitas Indonesia Kampus Depok berusia 18-25 tahun yang mengendarai sendiri kendaraannya. Dengan meggunakan derajat kemaknaan (α) 5% dan kekuatan uji (β) 80% dan diolah dengan menggunakan SPSS 10.00 diperoleh hasil yang signifikan antara persepsi risiko keselamatan berkendara dengan perilaku penggunaan sabuk keselamatan dengan Odd Ratio 72,45 (15.26-334.02). Dengan demikian, responden yang memiliki persepsi risiko keselamatan berkendara yang buruk mempunyai peluang 72,45 kali untuk tidak menggunakan sabuk keselamatan dibandingkan responden yang memiliki persepsi risiko terhadap keselamatan berkendara yang baik."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ben Fauzi Ramadhan
"Sepeda motor dapat menjadi ancaman terbesar terhadap kecelakaan yang terjadi di jalan raya dan menjadi penyumbang korban tertinggi. Data dari Ditjen Hubdat mencatat bahwa sekitar 8 dari 10 kecelakaan di jalan raya melibatkan sepeda motor. Berdasarkan data di kota bogor sendiri lebih dari 30% kasus di jalan raya atau sekita 2600an kasus dari total 8667 kasus kecelakaan melibatkan pelajar usia 16-21 tahun. Hal ini disebabkan oleh perilaku pelajar yang suka kebut-kebutan dan ugal-ugalan. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk memperoleh gambaran persepsi keselamatan berkendara sepeda motor terhadap siswa/i di kota bogor pada tahun 2009. Dengan mengambil sampel pada 3 sekolah di kota bogor yang menjadi objek penelitian ini yaitu Swasta, Negeri, dan Kejuruan,yang diharapkan dapat mewakili keseluruhan siswa/i pengendara sepeda motor. dengan total sampel sebanyak 239 responden desain penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan crossectional dimana informasi dan data dikumpulkan pada satu waktu yang sama malalui penyebaran kuesioner dan observasi.
Dari hasil penelitian diperoleh persepsi keselamatan berkendara siswa/i terhadap keselamatan berkendara secara keseluruhan baik. Walaupun faktor-faktor pembentuknya seperti tingkat pengetahuan, pengalaman, dan kondisi kendaraan kurang baik dan tidak dapat menunjang siswa/i dalam berkendara secara aman dan selamat, namun persepsi itu sendiri dapat terbentuk dari hasil penginderaan terhadap lingkungan sekitarnya dan motivasi untuk berkendara secara aman dan selamat. Namun, persepsi yang baik belum tentu perilaku berkendara juga akan baik. Seperti teori yang dikemukakan oleh robbins tentang persepsi, bahwa persepsi seseorang akan berubah-ubah sesuai dengan minat, bakat, motif, kepentingan, dan hasil pengideraannya, sehingga persepsi seseorang akan berubah-ubah sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.

Motorcycle could be the biggest threat in accident on the street and could be the biggest victim of death. From ?Ditjen Hubdat? accident that happen in Indonesia involve motorcycle at least eight from ten accident. In Bogor more than 30% accident or 2600 accident case involved student with range of age between 16-21. The things happen because of the bad behavior of student in riding motorcycle. Depend on that fact, so this study with goal to knowing the perception description of safety motorcycle riding on high school student in Bogor city. Sample on this research on 3 different high school student with goal could represent all of the high school student in Bogor who using a motorcycle. With total 239 sample, design of this research is descriptive with crossectional, which means the data collected at the same time use questioner and observation.
From the result of research perception of safety motorcycle riding on high school student is overall good. Although the maker factor of perception like knowledge, experience, and motorcycle condition not too good to improve student to do safety riding. But this perception could be made from the result of estimate the neighborhood and good motivation to do safety riding. However good perception not means good behavior on riding motorcycle. Just like Robbins theory of perception, the perception of someone could change a way with talent, motif, expectation and the result of their own estimates. Someone perception could change on their own needed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arianti Dyah Pitasari
"Faktor penyebab utama kecelakaan dibagi menjadi 3 kelompok besar. Pertama, dari segi perilaku pengendara atau 91% disebabkan oleh faktor manusia, contohnya seperti berkendara dalam pengaruh alkohol dan obat-obatan, ketidakfokusan dalam berkendara, berkendara dalam kondisi lelah dan tidak sadar. Kedua, sebanyak 5% adalah faktor kendaraan yang kurang atau tidak memenuhi standar keselamatan. Ketiga, dari segi lingkungan yaitu faktor jalan 3% dan faktor lingkungan 1%, contohnya lingkungan yang kurang bersahabat seperti salju, badai, jalanan berlubang, dan makhluk hidup/benda yang melintas di sepanjang jalan.
Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan karena hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran ramburambu lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja melanggar, ketidaktahuan terhadap arti aturan yang berlaku ataupun tidak melihat ketentuan yang diberlakukan atau pula pura-pura tidak tahu. Semua hal tersebut lebih sering terjadi pada angkutan umum dimana pengemudinya terbilang cukup nekad dalam mengendarai kendaraan yang dibawanya.
Seringkali pengemudi angkutan umum mengabaikan keselamatan penumpang bahkan dirinya sendiri demi mencukupi kebutuhan setoran hari itu. Seperti : mengemudi dengan melebihi batas kecepatan yang diperbolehkan, menaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat, mengabaikan peraturan lalu lintas yang ada, dll.
Hal ini merupakan salah satu kondisi yang menyebabkan pengemudi menjadi kurang memperhatikan aspek keselamatan berkendara di jalan raya yang dapat membahayakan jiwa penumpang ataupun dirinya sendiri. Dengan kata lain mereka akan berusaha sekeras dan secepat mungkin mengambil penumpang untuk menutup biaya setoran dengan mengesampingkan aspek keselamatan. Sikap seperti ini tercipta karena banyaknya perusahaan-perusahaan angkutan umum yang bermunculan dengan rute trayek yang hampir sama sehingga para pengemudinya seolah menjadi berlomba untuk mendapatkan penumpang.
Pembentukan sikap tidak terjadi demikian saja, melainkan melalui suatu proses tertentu, melalui kontak sosial terus menerus antara individu dengan individu lain di sekitarnya. Dalam hubungan ini, faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap adalah : pertama adalah faktor intern yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan itu sendiri, seperti selektivitas. Kedua adalah faktor ekstern yang merupakan faktor diluar manusia. faktor internal meliputi usia, pendidikan terakhir, lama bekerja menjadi pengemudi, pengalaman, dan pengetahuan. Sedangkan faktor eksternal meliputi kondisi jalan dan peraturan perundangan.
Analisis univariat menghasilkan, pengemudi mikrolet T19 paling banyak berusia antara 31-40 tahun dengan persentase 45,8%, pendidikan terakhir terbanyak adalah SMA/Sederajat dengan persentase 46,9%, lama bekerja menjadi pengemudi terbanyak adalah 0-4 tahun dengan persentase 37,3%. Sebanyak 87,5% pengemudi menyatakan memiliki pengalaman terkena tilang dan sebanyak 39,6% pengemudi mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan. Terdapat sebanyak 57,3% pengemudi yang pengetahuan terhadap aspek keselamatan berkendaranya masih kurang baik. Berdasarkan pendapat pengemudi, 57,3% mengatakan bahwa jalanan yang mereka lalui setiap hari masih kurang baik dan 61,5% pengemudi mengatakan bahwa peraturan perundangan yang ada masik kurang baik penerapannya.
Analisis bivariat menghasilkan, tidak terhapat hubungan yang bermakna antara usia, pendidikan terakhir, lama bekerja menjadi pengemudi, pengalaman terkena tilang, pengalaman mengalami kecelakaan, pengetahuan, kondisi jalan, dan peraturan perundangan dengan sikap yang artinya sikap tidak dipengaruhi oleh usia, pendidikan terakhir, lama bekerja menjadi pengemudi, pengalaman terkena tilang, pengalaman mengalami kecelakaan, pengetahuan, kondisi jalan, dan peraturan perundangan.
Jika dilihat dari analisis bivariat yang menghubungkan sikap dengan faktor internal dan eksternal, didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor?faktor internal dan faktor-faktor eksternal dengan sikap. Hal ini berarti sikap pengemudi terhadap keselamatan berkendara di jalan raya tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa faktor-faktor tersebut memiliki peran yang kecil dalam membentuk sikap walaupun diketahui bahwa sikap dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Sikap seseorang yang sudah positif terhadap sesuatu hal, tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Berdasarkan analisis univariat, didapatkan bahwa sikap pengemudi mikrolet dikatakan masih negatif yaitu sebanyak 56,3%."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Metta Kartika
"Skripsi ini membahas gambaran kecelakaan lalu lintas, faktor penyebab kecelakaan, serta faktor penyebab yang berhubungan dengan kejadian meninggal akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di Depok dengan menggunakan data laporan kecelakaan dan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang dicatat dan dilaporkan oleh Laka Lantas Polres Metro Depok selama tahun 2008. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan desain cross sectional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan menyebabkan kecelakaan, sehingga saran yang diberikan adalah agar Polres Depok memperketat pengawasan pembuatan SIM serta melakukan pembinaan dan sosialisasi safety riding kepada kelompok masyarakat yang sering mengalami kecelakaan.

This research explain about road accident, causes factor, and causes factor related death which result by motorcycle road accident in Depok using accident report and investigation which recorded and reported by Laka Lantas Polres Metro Depok during 2008. This research use quantitative study and cross sectional design.
The analysis conclude that human factor is dominant factor that cause motorcycle accident, so the recommendation to prevent this problem is Polres Metro Depok had better to more discipline in making SIM and make socialization program about safety riding for community who often had been accident.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fariz Zuvil Arganata
"Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan dan keselamatan yang utama di dunia. Sistem transportasi terbagi menjadi darat, laut, dan udara. Diantara tiga sistem tersebut, transportasi darat merupakan yang paling kompleks dan rawan terhadap kecelakaan. Pekerja yang bekerja pada bidang Transportasi dan Pekerjaan Pemindahan
Bahan (khususnya pengemudi truk) memiliki tingkat kematian yang jauh lebih tinggi daripada pekerja dalam kelompok pekerjaan lainnya. Menurut William Haddon
kecelakaan lalu lintas dapat disebabkan oleh tiga faktor utama yaitu, faktor manusia, kendaraan, dan lingkungan yang dibagi dalam 3 fase, yaitu: pre-crash, crash, dan postcrash.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan faktor risiko kecelakaan pada
truk car carrier di PT. XYZ pada tahun 2019. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan studi kuantitatif yang menggunakan pendekatan analisis
deskriptif. Sampel penelitian ini adalah total populasi yaitu sebanyak 11 driver PT. XYZ yang bertugas untuk car carrier projcet rute Sunter-Indonesia Kendaraan Terminal
(Pelabuhan Tanjung Priok). Hasil dari penelitian didapatkan bahwa mayoritas driver memiliki pengetahuan dan kondisi kesehatan yang baik. Driver dengan tingkat
pendidikan SD semuanya mengalami kecelakaan. Usia dan masa kerja driver memiliki nilai OR masing-masing 1,5 dan 2 kali. Kecelakaan paling banyak dialami oleh driver
dengan perilaku mengemudi kurang yaitu sebanyak 36,4% Hampir semua driver (72,7%) melakukan hal yang dapat mengganggu konsentrasi pada saat mengemudi. Tidak ada driver yang mengalami kelelahan tinggi dan sangat tinggi. PT. XYZ melakukan pengecekan kendaraan setiap hari. Hampir semua driver (81,8%) mengemudi dengan kecepatan diatas 60 km/jam. PT. XYZ telah membuat RHM untuk
rute sunter-IKT. Kondisi jalan yang dilalui sepanjang rute dalam keadaan bagus. 3 dari 5 kecelakaan yang dialami oleh driver terjadi pada saat macet Kesimpulan penelitian ini adalah faktor risiko manusia terkait kecelakaan di PT. XYZ adalah usia, masa kerja, perilaku mengemudi, dan gangguan saat mengemudi. Kemudian faktor risiko kendaraan terkait kecelakaan adalah kecepatan saat mengemudi dan untuk faktor risiko lingkungan
adalah kemacetan.

Traffic accidents are a major health and safety problem in the world. The transportation system is divided into land, sea and air. Among the three systems, land transportation is the most complex and prone to accidents. Workers working in the Transport and Material Transfer Works (especially truck drivers) have a much higher mortality rate than workers in other occupational groups. According to William Haddon, traffic accidents can be caused by three main factors, namely, human factors, vehicles, and the environment which are divided into 3 phases, namely: pre-crash, crash, and post-crash.
The purpose of this study was to describe the risk factors for accidents in car carrier trucks at PT. XYZ in 2019. This research is an observational study with quantitative studies using a descriptive analysis approach. The sample of this study is the total
population, which is 11 drivers PT. XYZ is in charge of the project carrier car for the Sunter-Indonesia Vehicle Terminal (Tanjung Priok Port) route. The results of the study found that the majority of drivers have good knowledge and health conditions. Drivers with elementary education all have accidents. Drivers age and working period have OR values of 1.5 and 2 times, respectively. The most accidents experienced by drivers with less driving behavior were as much as 36.4%. Almost all drivers (72.7%) did things that could interfere with concentration while driving. No driver experiences high and very high fatigue. PT. XYZ checks vehicles every day. Almost all drivers (81.8%) drive at speeds above 60 km/hour. PT. XYZ has made RHM for the sunter - IKT route. The road conditions along the route are in good condition. 3 out of 5 accidents experienced by drivers occurred during traffic jams Conclusions of this study are human risk factors related to accidents at PT. XYZ is age, years of service, driving behavior, and disruption
while driving. Then the vehicle risk factors related to accidents are speed while driving and for environmental risk factors is congestion.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53817
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>