Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119526 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andi Ibrahim Bagus Prawira
"Kota tua Jakarta merupakan salah satu area bersejarah, terutama karena signifikansi penggunaan area tersebut selama masa penjajahan. Kota Jakarta yang ada saat ini pun merupakan hasil panjang dari perkembangan yang awalnya terpusat ke area kota tua sekarang. Pada saat tulisan ini dibuat, area kota tua jakarta muncul sebagai sebuah tujuan wisata yang lebih terkesan sebagai wahana. Proyek rancangan ini merupakan bagian dari gagasan proyek revitalisasi kota tua sebagai sebuah pusat kebudayaan, yang secara tidak langsung merupakan bagian dari gagasan pengembangan kawasan Glodok sampai Sunda Kelapa Jakarta sebagai kawasan wisata turis. Proyek rancangan ini mempertimbangkan penggunaan gedung eksisting Tjipta Niaga dan Dharma Niaga sebagai sebuah satuan gedung yang menampung budaya sastra (literatur). Gedung ini berkontribusi terhadap fungsi kota tua jakarta sebagai salah satu penyedia ruang pertunjukan, dan sebagai jalan alternatif antara kali Besar dan lapangan Fatahilah. Gedung ini juga menyediakan ruang eksibisi, toko buku, ruang pameran permanen, dan ruang baca arsip khusus. Gedung ini dinamai Gedung Kata @Kota Tua.

Jakarta’s Old Town (Kota Tua Jakarta) is a historical site in Jakarta due to its significance to the people during the colonial era. Jakarta as we see today is a city that have grown from its initial center at Kota Tua. Currently, Kota Tua is well regarded as a tourist destination and a weekend destination for it’s own people, in both cases, for better or worse. This project is part of a general proposal to revitalize Kota Tua as a cultural center in a development program of upper Jakarta’s (Glodok-Sunda Kelapa) to be a tourist destination. This project concerns the use of Tjipta Niaga and Dharma Niaga, two adjacent existing buildings in Kota Tua, as a set that provides the culture of literature. This set also contributes as a provider of performance space for the cultural center and as an alternative public path between Kali Besar – Lapangan Fatahilah. The set would be known as Gedung Kata @Kota Tua.

 

"
Depok: Fakultas Teknik, 2020
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Dinas Museum dan Sejarah, 1993
913.926 PEM g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ling X, 1935-
Jakarta: Museum Bank Mandiri, 2006
741.598 9 LIN s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Sarwo Trengginas
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan unsur-unsur Renaissance pada bangunan Javasche Bank atau yang sekarang dikenal sebagai Museum Bank Indonesia. Pada abad ke-19 pengaruh gaya “Indische Empire Style” membanjiri bangunan yang ada di Hindia Belanda. Pengaruh gaya tersebut membuat bangunan-bangunan di Hindia terlihat mewah nan megah dan bangunan tersebut dibangun seakan-akan seperti berada di Eropa. Salah satu unsur yang melekat pada bangunan kolonial pada masa itu adalah Renaissance. Renaissance yang menampilkan unsur-unsur Klasik seperti pilar-pilar Romawi, dormer, lucarne, louvre, Tympanium dan unsur-unsur Eropa lainnya menghiasi kota-kota besar di Hindia Belanda seperti Semarang, Surabaya, Bandung, dan tentu saja Batavia. Pada masa sekarang bangunan-bangunan kolonial yang memiliki unsur ini dapat dijumpai di Kota Tua. Salah satunya adalah gedung Museum Bank Indonesia. penelitian ini mencoba untuk menjelaskan unsur Renaissance pada bangunan tersebut.

The aim of this research is to explain Renaissance’s elements in Javasche Bank building or known as Bank of Indonesia Museum. In 19th century the influence of the “Indische Empire” style were flooding the buildings in the Dutch East Indies (Hindia Belanda). This influence made the buildings in the Dutch East Indies (Hindia Belanda) looked magnificent and luxurious. Moreover, it made the buildings seemed to be like being in Europe. One of the inherent elements in those buildings was Renaissance. Renaissance showed classic’s elements like Roman pillars, Dormer, Lucarne, Louvre, Tympanium, and another Europe’s elements that decorated big cities in the Dutch East Indies (Hindia Belanda) such as Semarang, Surabaya, Bandung and of course Batavia. In the present time, the colonial’s buildings that had these elements are located in Jakarta Old Town. One of those buildings is Museum Bank Indonesia. This research tries to explain Renaissance’s elements in that building.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Khoerunnisa Firly
"ABSTRAK
Kota Tua Jakarta, sebagai kawasan permata yang merekam sejarah Ibukota, telah menjadi magnet pariwisata yang dapat menghadirkan nuansa historis bagi para pengunjung. Untuk menyingkap kawasan Kota Tua dari sudut perspektif baru, dihadirkan bangunan Minaret Fatahillah Kota Tua yang juga menjadi bagian dari usaha pengembangan kawasan wisata Kota Tua menjadi Kawasan Pusat Keunggulan Budaya. Dengan demikian, Minaret Fatahillah Kota Tua didesain sebagai sebuah monumen baru yang muncul secara harmonis terhadap lingkungan di sekitar,landmark, ruang publik dan juga atraksi baru bagi para turis untuk bisa menikmati kawasan Fatahillah dari ketinggian. Sebagai imbas dari bangunan minaret yang termasuk dalam bangunan highrise, struktur dan keamanan evakuasi dalam keadaan darurat menjadi penting selain menyediakan ruang-ruang khusus dalam menikmati panorama dari kawasan wisata Kota Tua.

ABSTRACT
Kota Tua Jakarta, as a gem region that records the history of the Capital, has become a tourism magnet that presents a historical feel for tourists. To uncover the Kota Tua area from a new perspective, Minaret Fatahillah Kota Tua was presented as part of the efforts to develop the tourism area of Kota Tua as a Center of Cultural Excellence. Thus, the Minaret Fatahillah Kota Tua is designed as a new monument that appears in harmony with the surrounding environment, landmark, public spaces and also new attractions for tourists to enjoy the Fatahillah area from a height. As the impact of buildings like minarets thats included in highrise buildings, structures and evacuation safety in emergency times are important as well as providing special spaces to enjoy the panoramic views of the area."
2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Woerjanti Soedarsono
Jakarta : Direktorat cagar budaya bawah air dan masa kolonial, 2011
959.8 WOE p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Fithrahadi
"Bioskop dengan gedung tua yang ada di Jakarta Pusat yaitu Djakarta XXI dan Metropole XXI. Usia masing-masing gedung bioskop ini lebih dari 40 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh makna lokasi dan motivasi terhadap perilaku pengunjung bioskop gedung tua dalam hal ini Metropole XXI dan Djakarta XXI. Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis spasial. Hasil dari penelitian menunjukkan perilaku pengunjung dipengaruhi oleh keterikatan lokasi dengan pengunjung yang melibatkan emosi. Makna tempat terhadap suatu lokasi juga mempengaruhi perilaku pengunjung bioskop.

The remaining old cinema building in Central Jakarta are Djakarta XXI and Metropole XXI. Each of these theaters were existed over 40 years. This study aims to determine the effect of sense of place and moviegoers? motivation that formed spatial behavior in the old cinema building of Metropole XXI and Djakarta XXI. The method used is descriptive analysis and spatial analysis. Result of the study is that consumer spatial behavior is influenced by the location bounding of the visitors that engage the emotions. Sense of place also affects the behavior of moviegoers."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42134
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Manajemen Konstruksi (MK) adalah suatu metode untuk mengelola proyek, dimana tahapan-tahapan dalam proses pembangunan yaitu ; tahapan pengembangan konsep (concept development phase), tahapan perencanaan (design phase), tahap pelelangan (tender phase), tahap pelaksanaan (construction phase), dan tahap pemeliharaan dan operasional (maintenance and operational phase) diperlukan sebagai satu sistem yang menyeluruh dan terpadu (integrated), dengan tujuan untuk mencapai hasil yang optimal dalam aspek biaya, mutu, dan waktu. Peran Manajemen Konstruksi dalam menjalankan suatu kegiatan pekerjaan atau proyek meliputi pengendalian waktu, biaya, administrasi dalam pencapaian fisik mulai dari tahap persiapan atau perencanaan sampai pengoperasian dan pemeliharaan proyek.
Secara historis, biaya kapital, jadwal, utilitas mendapatkan perhatian yang lebih
selama tahap perencanaan dan pelaksanaan. Dalam banyak kasus, sedikit perhatian yang
diberikan pada untuk karakteristik desain jangka panjang seperti kemudahan pemeliharaan.
kepercayaan, kemudahan pengoperasian dan faktor-faktor manusia seperti kemudahan
dalam menjalankan fungsi pemeliharaan.
Karena biaya efektif sebenarnya dari keseluruhan proyek adalah dayaguna dan biaya
sepanjang usianya, biaya pemeliharaan adalah sebagian besar dari biaya operasi total dari
seluruh fasilitas yang dibangun.
Penelitian ini difokuskan pada perencanaan anggaran operasional dan pemeliharaan
gedung pada gedung perkantoran menara sudirman dijakarta selatan sebagai studi kasus.
Pada penelitian ini akan menganaIisa data - data yang tersedia mengenai fasilitas -
fasilitas, peralatan - peralatan dan komponen - komponen gedung lainnya yang berpengaruh
pada biaya pemeliharaan dan operasional gedung.
Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan dapat menyajikan suatu metode perencanaan
anggaran operasional dan pemeliharaan gedung yang optimal, baik dari segi waktu, mutu dan
biaya operasional dan pemeliharaan gedung."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S35783
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Widodo
"ABSTRAK
Dampak dari pembangunan fisik untuk mendukung perekonomian mulai mengancam kelestarian situs-situs arkeologi dan lingkungannya baik ancaman secara langsung seperti penghancuran, penggusuran, perusakan, maupun ancaman secara tidak langsung seperti polusi, perubahan iklim mikro, pelapukan, penelantaran situs, dan kurangnya perlindungan. Alasan tersebut yang menjadi latar belakang penelitian terhadap gedung-gedung bersejarah di kota Serang-Banten. Gedung-gedung yang dijadikan objek penelitian adalah Kantor Gubernur Banten, Gedung Joang 45, Kantor Bupati, Stasiun Kereta Api, Mapolres, dan Makorem 064 Maulana Yusuf Banten Serang. Alasan dijadikannya gedung-gedung tersebut sebagai objek penelitian karena gedung-gedung tersebut mempunyai beberapa nilai signifikansi yaitu nilai sejarah politik dan perkembangan kota Serang, nilai keaslian, nilai estetika, mewakili masa gaya tertentu dan nilai kelangkaan. Permasalahan yang dihadapi dalam kajian ini adalah bagaimana meng-optimalisasi pemanfaatan gedung-gedung bersejarah di kota Serang-Banten
Metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan strategis dengan metode analisis SWOT (Strengh, Weakness, Opportunity, dan Threat) pada kondisi-kondisi internal dan ekstemal aorta menyesuaikan dengan tahapan-tahapan Manajemen Sumber Gaya Budaya yang diperlukan dalam menyelenggarakan manajemen pelestarian dan pemanfaatan gedung-gedung bcsejarah di kota Serang.
Kendala yang dihadapi oleh pengguna gedung maupun pihak yang berwenang dalam melestarikan gedung-gedung tersebut berupa lemahnya inventarisasi dan dokumentasi, kurangnya partisipasi pengguna gedung, tidak adanya papn pctunjuk bangunan, lemahnya prosedur pelaporan dan sosialisasi pemeliharaan gedung bersejarah, lemahnya sangsi terhadap pelanggaran, lemahnya koordinasi pengawasan, kondisi bangunan yang mulai rusak dan periu perawatan, dan belum adanya Perda yang mengawr tcntang BCB di Serang.
Untuk mengatasi bcrhagai kendala yang ada dalam pelestarian dan pemanfaatan maka ditawarkanlah Strategi pengelolaan berupa memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Strategi memaksimalkan kekuatan dan peluang yang akan dipakai adalah berupa kernungkinan alih fungsi pada kantor Gubemur Banten menjadi Museum Negeri tingkat Provinsi dan Gedung Joang 45 menjadi Gedung Balai Budaya serta penataan ulang situs yang ada namun tetap pada fungsi sekarang dilakukan dengan selalu melakukan pemeliharaan, perbaikan yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelestarian dan perencanaan yang baik dalam penambahan gedung-gedung baru. Strategi meminimalkan kelemahan dan ancaman yang ditawarkan adalah dengan cara perbaikan sistem inventarisasi dan dokumentasi, penetapan Perda tentang Benda Cagar Budaya, perbaikan prosedur pelaporan dan sosialisasi pemeliharaan gedung bersejarah, koordinasi antar instansi pemerintah, penataan situs dan tata kota, kerja sama dengan LSM, selalu melakukan dan menyimpan dokumentasi pada setiap perubahan gedung untuk kepentingan penelitian, pengadaan kurikulum muatan lokal untuk pengajaran sejarah politik dan perkembangan kota scrang, dan adanya akses yang mudah untuk masyarakat luas dalam hal kunjungan wisata sejarah.
"
2007
T19612
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Erliyana
Jakarta: FTUI, 2007
639.2 Erl l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>