Ditemukan 108330 dokumen yang sesuai dengan query
Amanda Elmasyafiqa
"Masalah identitas selalu menjadi diskusi yang berlanjut di sejarah Arsitektur Indonesia. Untuk waktu yang lama, ide identitas selalu berubah dari satu periode ke periode lainnya, dan arsitektur tumbuh sesuai dengan masyarakat dan kejadian disekitarnya. Skripsi ini adalah penulisan yang deskriptif membahas identitas Arsitektur Indonesia; menemukan pola penentu selagi melihat sejarah Arsitektur Indonesia. Skripsi ini bertujuan untuk memahami lebih jauh tentang apa identitas Arsitektur Indonesia di era kontemporer, dan bagaimana identitas Arsitektur Indonesia diwakili di era saat ini dengan melihat beberapa bangunan yang baru saja direnovasi di Gelora Bung Karno sebagai contoh.
The matter of identity has always been an on-going discussion through out the history of Indonesian Architecture. For a long time now, the idea of identity changes from one period to the other, and architecture grows in accordance to its society and recent happenings. This thesis is a descriptive writing discussing the identity of Indonesian Architecture; finding a common denominator as we look through the history of Indonesian Architecture. This thesis aims to understand further on what identity of Indonesian Architecture is in the contemporary era, and how the identity of Indonesian Architecture is represented in the current era by looking at some of the newly renovated buildings in Gelora Bung Karno as examples."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Bandung: Alumni, 1991
720.9 JAT
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Novianti Mawar Sari
"Pembangunan yang ada di Indonesia merupakan sebuah karya arsitektur yang tidak hanya diimajinasikan oleh arsitek tetapi terdapat campur tangan rezim pemerintahan yang sedang berjalan. Pemerintahan Orde Baru mempunyai andil besar dalam membuat representasi bagi bangsa Indonesia untuk mewarisi tradisi. Relasi kuasa berjalan beriringan pada setiap konstruksi arsitektur sehingga memberi pengaruh kepada masyarakat. Padepokan Pencak Silat Indonesia menjadi bangunan bangsa yang mewujudkan nasionalisme serta budaya tradisi pencak silat asal Indonesia. Proyek arsitektur pascakolonial Orde Baru perlu diperhatikan kaitannya dalam mewujudkan sebuah representasi.
The development in Indonesia is an architectural work that not only imagined by architects but there is interference from the ongoing government regimes. The New Order government has a big hand in making representation for the Indonesian people to inherit tradition. Power relations go hand in hand with each architectural construction so that it gives influence to the community. Padepokan Pencak Silat Indonesia became a nation building that embodies nationalism and the cultural tradition of pencak silat from Indonesia. Postcolonial architecture projects of the New Order need to be considered in relation to realizing a representation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nia Namirah Hanum
"Di era modern, kehadiran beton tidak hanya sebagai sebuah material. Eksistensinya memicu untuk menggali kembali bagaimana sebuah inovasi teknologi mempengaruhi peradaban, khususnya dalam wacana arsitektural. Jika diaplikasikan ke dalam bangunan, beton dipandang tidak memiliki prinsip dan bentukan yang baku jika kita bersedia membuka pikiran lebih jauh bahwa setiap bangunan, yang mengandung beton maupun tidak, adalah hasil turunan dari berbagai parameter, yaitu kultural, sosio-politik, dan ekonomi. Brutalisme, adalah salah satu gaya arsitektur yang erat kaitannya dengan beton ekspos/polos. Namun dewasa kini bangunan yang memiliki struktur beton polos sangat banyak, termasuk di Indonesia. Hal yang dikritisi adalah bagaimana Brutalisme dikupas melalui kacamata penggunaan beton di Indonesia, saat sokongan teknologi dan peristiwa- peristiwa politik menjadi alasan pembangunannya. Dengan studi kasus Wisma Hayam Wuruk (1976) yang ditengarai sebagai salah satu gaya Brutalisme di Indonesia. Tulisan ini bertujuan untuk menelisik kemunculan Brutalisme di Indonesia dengan penggunaan teknologi beton pada arsitektur modern dan pengaruh sosio-politik di era Orde Baru sebagai alat penelitian. Metode sejarah digunakan untuk menyajikan analisis terutama dalam menggambarkan beberapa peristiwa politik, yang dilakukan dalam bentuk deskriptif analitis untuk lebih menjelaskan kejadian dalam dimensi ruang dan waktu yang terjadi di masa lampau.
In the modern era, the presence of concrete is not merely as a material. Its existence triggers to rethinking on how a technological innovation affects civilization, especially in architectural discourse. If applied to buildings, concrete is deemed not to have a standard principle and form if we are willing to open our minds further that each building, whether or not containing concrete, is derived from various parameters, namely cultural, socio- political, and economic. Brutalism, is one of the architectural styles that is closely related to exposed concrete. But nowadays buildings that have plain concrete structures are very numerous, even in Indonesia. What was criticized was how Brutalism was peeled through the lens of concrete use in Indonesia, when technological support and political events became the reason for its development. With the case study of Wisma Hayam Wuruk (1976) which was suspected as one of the styles of Brutalism in Indonesia. This paper aims to explore the emergence of Brutalism in Indonesia with the use of concrete technology on modern architecture and socio-political influence in the New Order era as a research tool. Historical methods are used to present analysis, especially in describing several political events, carried out in descriptive analytical form to better explain events in the dimensions of space and time that occurred in the past."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T54105
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Christie Maylinda
"Gurdwara adalah sebuah bangunan keagamaan yang digunakan oleh komunitas Sikh. Sebagai komunitas agama dan diaspora, pembangunan dalam Gurdwara haruslah memiliki nilai simbolis yang berfungsi sebagai identitas mereka. Identitas Gurdwara dapat ditentukan dari penggunaan berbagai ornamen, simbol, dan ruang sakralnya. Pemaknaan simbol dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis makna signifikan dari Simbol. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan identitas dan rasa memiliki komunitas Sikh, serta bagaimana mereka melestarikan ruang sakral untuk ritual ibadahh dan kenangan terhadap negara asal, serta sejarah kehidupan mereka. Perjalanan dalam berjuang bersama untuk menjaga sebuah fenomena arsitektur yang terbangun oleh rasa kepercayaan akan ajaran agama yang dijunjung serta perpaduan unsur kebudayaan negara lain. Penelitian ini merupakan suatu penelitian kualitatif dengan pendekatan ikonologi yang menggunakan metode deskriptif naratif untuk menggambarkan studi kasus yang diangkat. Pada penelitian ini sendiri pengumpulan data akan dilakukan melalui kegiatan pengumpulan arsip dan literatur yang akan disesuaikan dengan hasil wawancara di lapangan oleh koresponden yang relevan. Penelitian ini bertujuan merinci identifikasi tipe ruang yang ada di dalam Gurdwara berdasarkan dengan kebutuhan dan kebiasaan adat istiadat dari daerah asal kepercayaan mereka, identifikasi proses pembangunan Gurdwara berdasarkan timeline sejarah dan pembangunan di Tanjung Priok dan pengaruh serta hubungan antara budaya dari lokasi asal dan lingkungan sekitarnya.
Gurdwara is a religious building used by the Sikh community. As a religious community and diaspora, development within the Gurdwara must have a symbolic value that serves as their identity. Gurdwara's identity can be determined from the use of various ornaments, symbols, and sacred spaces. The meaning of the symbol in this study is used to analyze the significant meaning of the symbol. This study aims to explain the identity and sense of belonging of the Sikh community, how they preserve sacred space for worship rituals and memories of their country of origin, and their life history. A journey of struggling together to maintain an architectural phenomenon that is awakened by a sense of belief in upheld religious teachings and a blend of cultural elements from other countries. This qualitative research uses an iconological approach that uses a narrative descriptive method to describe the case studies raised. In this research, data collection will be carried out through archive and literature collection activities which will be adjusted to the results of interviews in the field by relevant correspondents. This study aims to detail the identification of the types of space that exist in the Gurdwara based on the needs and customs of the area of origin of their beliefs, identification of the Gurdwara development process based on the historical and development timeline in Tanjung Priok, and the influences and relationships between the culture of the location of origin and the surrounding environment."
Depok:
2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Dita Yulistya
"Arsitektur sebagai bagian dari kebudayaan manusia, tentunya tidak dapat terlepas dari usaha manusia dalam mewujudkan ruang eksistensinya di bumi ini. Kajian mengenai ruang dan manusia menjadi topik yang tidak ada habisnya dalam kajian arsitektur dan disiplin ilmu lainnya. Perkembangan teknologi dari era mekanik hingga era elektronik telah mengakibatkan perubahan gaya hidup bagi masyarakat dunia. Begitu juga pemahaman manusia akan ruang. Dunia pun terasa amat kecil. Jarak yang jauh dapat ditempuh dengan waktu sesingkat mungkin dengan teknologi transportasi, informasi dan komunikasi. Tubuh manusia yang memegang peranan penting dalam mengalami ruang mulai digantikan perannya dengan adanya perkembangan media mekanik sampai elektronik. Adakah suatu pendekatan arsitektur yang dapat mengimbangi perkembangan hubungan ruang dan manusia di era elektronik ini? Salah satu pendekatan arsitektur yang merespon fenomena ini adalah blurring architecture oleh Toyo Ito. Bagi Ito, blurring architecture adalah arsitektur yang menyatu dan terhubung dengan sekitarnya, suatu representasi dari hubungan manusia dan ruang di era elektronik.
Architecture as part of human culture is related to the creation of space of his existence. Many studies has been made about human and space relation, but no sign of this topic will soon come to an end. Development of technology from mechanic age to electronic age has change people's way of life and their understanding about space. The world, surprisingly becomes smaller and smaller. Distance is no longer a problem since we have transportation, information and communication means. Human lived body that has the most important role in experiencing spaces has been mediated by mechanic and electronic media. Is there any architectural approach that can follow the development of human-space relationship in electronic age ? One of architectural approach that responses this phenomenon is blurring architecture by Toyo Ito. For Ito, blurring architecture means an architecture that is being merged and connected to its surrounding, a representation of human-space relation in electronic age."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S48563
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nurrul Helen
"Komik merupakan medium unik yang menggabungkan dua jenis representasi yaitu gambar dan teks untuk menyampaikan informasi dengan harapan dapat menghasilkan respon tertentu dari pembaca. Arsitektur di dalam komik tidak hanya digunakan sebagai background untuk menginformasikan kepada pembaca dimana suatu adegan terjadi (sense of place) dan untuk membangun emosi tertentu (sense of depth), namun arsitektur juga dapat digunakan sebagai elemen pembangun cerita di dalam komik. Studi kasus yang digunakan adalah komik "Yes is More, An Archicomic of Architectural Evolution" oleh BIG dan komik "Durarara" oleh Ryohgo Narita, Suzuhito Yasuda dan Akiyo Satorigi.
Comic book is a unique medium which combines two kinds of representations, images and words, to convey informations in hope to gain response from the readers. Architecture in comic book is not only used as background to establish sense of place and sense of depth to the readers, but also can be used as the constructor elements of the story in the comic book. The cases study for this topic are "Yes is More, An Archicomic of Architectural Evolution", a comic book by BIG and "Durarara", a comic book by Ryohgo Narita, Suzuhito Yasuda and Akiyo Satorigi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52675
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Gunawan Tjahjono
Jakarta: UI-Press, 2002
PGB 0408
UI - Pidato Universitas Indonesia Library
Rizka Fitri Ridayanti
"Arsitektur dan film di era modern ini tidak dapat dipisahkan dari segi generasi persepsi ruang Arsitektur dibangun di dan mengitari suatu ruang yang dapat menjadi setting untuk film sedangkan film adalah sebuah medium dua dimensi untuk mengeksplorasi dan menyajikan arsitektur sebagai kerangka sebuah narasi Arsitektur adalah komponen fundamental dalam rangka film dapat memberikan narasi Skripsi ini membahas bagaimana representasi arsitektur disampaikan sebagai kerangka narasi spasial film dan peran penting yang mereka pegang dalam menyampaikan pesan narasi yang mendasari dan pengalaman spasial dalam sebuah film.
Skripsi ini membahas pengerjaan dari real ke reel meminjam istilah Nezar AlSayyad yang merujuk realitas dan sinema menggunakan arsitektur modern di film Playtime Jacques Tati 1967 sebagai studi kasus Real dan reel adalah sebagai fokus utama skripsi ini Akhirnya skripsi ini mengamati konsep reel ke real bagaimana arsitektur dan film yang dapat mempengaruhi perspektif kita dalam hidup dan digunakan sebagai parameter untuk desain.
Architecture and film in this modern era are inseparable concerning the generation of perceptual spaces. Architecture is built in and around spaces, which may provide the setting for a film, whereas film stands as a two-dimensional medium to explore and present architecture as a narrative framework. Architecture is a fundamental component in order that film can deliver its narrative. This thesis discusses how architectural representation is conveyed to encase the spatial narrative of a film and the important role they hold in conveying messages, underlying narratives, and the spatial experiences in a film. It discusses the workings of real to reel, borrowing Nezar AlSayyad's term in reference to the reality and the cinema, using the modern architecture in Jacques Tati's Playtime (1967) as a case in point. The real and reel stand as the main focuses of this thesis. Finally, it observes the concept of reel to real, how the architecture and film can affect our perspectives in life and be used as parameters for design."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52934
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Lim, William Siew Wai, 1932-
[place of publication not identified]: Periplus, 1998
R 720.9 Lim n(1)
Buku Referensi Universitas Indonesia Library