Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179731 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ayunda Sekar Setti
"Survei PISA, TIMMS dan PIRLS menunjukkan bahwa prestasi siswa Indonesia di bidang sains, matematika, dan membaca masih tergolong rendah. Padahal alokasi APBN terus meningkat setiap tahunnya di sektor pendidikan. Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa self-efficacy, kecerdasan emosional, dan intervensi gaya belajar di sekolah menjadi faktor yang dapat mempengaruhi prestasi akademik siswa. Dalam rangka mengembangkan studi-studi sebelumnya, peneliti menggunakan faktor lain untuk menjelaskan prestasi siswa yaitu self-regulated learning dan pengasuhan otoritatif orang tua. Pada penelitian ini, prestasi siswa tidak hanya dilihat dari bidang akademik saja, tetapi juga prestasi di bidang non-akademik. Penelitian ini menggunakan survei yang disebar kepada 285 siswa yang bersekolah di SMA Negeri 97 Jakarta. Sampel tersebut dipilih dengan teknik multistage stratified random sampling. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa siswa memiliki tingkat prestasi, tingkat self-regulated learning, dan tingkat pengasuhan otoritatif yang cenderung sedang. Self-regulated learning dan pengasuhan otoritatif orang tua juga terbukti memiliki korelasi positif dengan prestasi siswa. Begitu pula dengan dimensi-dimensi pembentuk self-regulated learning dan pengasuhan otoritatif orang tua yang terbukti memiliki korelasi positif dengan prestasi siswa. Namun, tidak ditemukan korelasi antara dimensi penerimaan-keterlibatan orang tua dengan prestasi siswa pada konteks ini. Lebih lanjut, hasil penelitian ini menunjukan bahwa jenis kelamin memengaruhi hubungan antara tingkat self-regulated learning dan tingkat pengasuhan otoritatif orang tua dengan tingkat prestasi siswa dalam model elaborasi spesifikasi.

The PISA, TIMMS, and PIRLS surveys show that the achievements of Indonesian students in science, mathematics, and reading are still low. Even though the state budget allocation continues to increase every year in the education sector. Several studies previously found that self-efficacy, emotional intelligence and learning style interventions at school as a factor that contribute to student academic achievement. To enrich previous studies, the researcher used another factors to explain student achievement, that is self-regulated learning and authoritative parenting. In this research, student achievement is not only seen from academic field, but also achievements in non-academic fields. This study was conducted using a survey to 285 students from SMA Negeri 97 Jakarta. The sample was selected by multistage stratified random sampling. The results show that students have a level of achievement, level of self-regulated learning, and level of authoritative parenting which tends to be moderate. Self-regulated learning and authoritative parenting, that is shown to have a positive correlation with student achievement. However, no correlation was found between the dimensions of acceptance-involvement parental with student achievement in this context. Furthermore, the results of this study indicate that sex influence the relationship between the level of self-regulated learning and the level of authoritative parenting with the level of student achievement in the elaboration models of specification patterns."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudjana
"Penelitian ini berawal dari ketidaktertarikan siswa SMU terhadap pelajaran fisika. Ketidaktertarikan siswa SMU terhadap pelajaran fisika sebagai ujung tombak teknologi merupakan salah satu penyebab ketertinggalan bangsa Indonesia. Rendahnya mutu pendidikan nasional dan rendahnya daya saing dikarenakan tidak memadainya akan pengetahuan, keterampilan serta profesionalisme membuat bangsa Indonesia sulit untuk berkompetisi dan berdiri sejajar dengan negara-negara lain. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Riset yang berkedudukan di Singapura bahwa pendidikan nasional Indonesia menduduki urutan ke 16 di Asia Pasifik. Kurikulum berbasis kompetensi yang ditawarkan oleh pemerintah bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia serta ahli di bidangnya dengan menguasai Iptek (Ilmu Pengetahuan dan teknologi) khususnya fisika. Keberhasilan untuk dapat berdiri sejajar dengan negara-negara lain tidak terlepas dari proses belajar yang dilakukan siswa sehari-hari dikelas. Penggunaan strategi belajar yang terdapat pada self regulated learning diharapkan perlahan-lahan dapat mengubah cara belajar dari recalling danr recognition dan menggantikannya menjadi siswa belajar aktif.
Hasil penelitian dari Meichenbaum (1985) dan Zimmerman (1989) menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan serta mempraktekkan self reguleted learning dalam belajarnya akan memiliki prestasi yang tinggi. Hal ini didukung oleh Schunk & Zimmerman (1989) yang mengatakan bahwa self regulated learning sangat cocok dan banyak digunakan dalam konseling yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah belajar siswa dalam iklim situasi sosial, dalam hal ini di lingkungan sekolah. Berdasarkan pertimbangan diatas, penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara self regulated learning dengan prestasi belajar fisika pada siswa kelas 2 SMU.
Penelitian dilakukan pada 82 siswa kelas 2 SMU Negeri 5 Jakarta. Para siswa diberikan kuesioner self regulated learning dalam bentuk skala dan dilihat nilai ulangan harian fisika (formatif). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode nonprobability dan teknik yang digunakan pada penelitian ini adalah accidental sampling. Data dalam penelitian ini dianalisa dengan memakai teknik bentuk Alpha Coeffisien Cronbach dan teknik korelasi Pearson Product Moment yang terdapat pada program SPSS versi 10.00.
Dari penelitian yang telah dilakukan, tampak bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara self regulated learning dengan prestasi belajar fisika. Dapat diambil kesimpulan bahwa individu yang memiliki self regulated tinggi akan memperoleh skor yang tinggi. Semakin sering siswa menggunakan strategi-strategi self regulated learning dalam belajar fisika maka prestasinya akan tinggi.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah karena belum banyak yang melakukan penelitian pada pelajaran fisika disarankan menggunakan sampel penelitian dari sekolah lain agar dapat dilihat perbedaan dalam menggunakan strategi-strategi self regulated learning."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3296
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titis Endarwidiarti
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3269
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selviana
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara self-efficacy dan self-regulated learning dengan goal orientation pada siswa SMA di Jakarta. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 40 Jakarta kelas XI. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan pendekatan iniantitatif dengan menggunakan skala goal orientation, self-efficacy dan self-regulated learning untuk mendapatkan data yang dianalisis dengan analisis diskriminan dan cross tabs eta. Analisis cross tabs eta dipakai untuk menguji korelasi antar variabel dengan variabel independen dengan variabel dependen, sedangkan analsisis diskriminan dipakai untuk memprediksi responden yang ke arah performance orientation atau mastery orientation. Hasil dari penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diuji."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Pancasila, 2016
150 MS 7:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zaenal Muttaqin
"Dalam melaksanakan amanah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang tujuan Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia yang bermartabat, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia, maka berbagai upaya dalam dunia pendidikan dilakukan untuk peningkatan kualitas SDM tersebut. Diantara upaya yang dilakukan adalah dengan pengembangan strategi belajar melalui Self-regulated learning strategy. Self-regulated learning strategy adalah strategi intervensi psiko-edukatif agar anak dapat menentukan sendiri pilihan-pilihan kegiatan belajarnya, target dan cara mencapai target yang telah ditetapkan dan kesanggupan untuk mengelola lingkungan yang kondusif sehingga meraih hasil belajar maksimal. Self-regulated learning (SRL) sangat dibutuhkan karena sangat membantu siswa berprestasi.
Regulasi diri dalam belajar (Self-regulated learning) sangat berhubungan dengan sistem belajar mengajar di kelas, bimbingan guru, bimbingan orang tua dan factor lainnya seperti penguatan sikap raja' (harap) dan religiusitas. Jalaluddin (2005) mengungkapkan bahwa harapan (raja *) mendorong seseorang untuk untuk optimis, berdoa dan berusaha untuk meraih kemuliaan atau kesuksesan dalam berbagai hal termasuk didalamnya sukses dan berprestasi dalam belajar. Selain itu menurut Culliford (2002) bahwa orang dengan komitmen agama yang tinggi akan meningkat kualitas organisasi diri dan ketahanan mentalnya karena memiliki self control, self esteem & confidence yang tinggi. Juga pendapat Mc. Collough (2009) yang menyatakan bahwa orang yang beragama lebih mampu menata diri (self-regulated) daripada mereka yang tidak beragama, mengorganisasi diri -termasuk dalam belajar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesa yang ditengahkan dapat diterima yaitu ada hubungan yang signifikan antara raja’ (harapan) dan religiusitas dengan self-regulated learning. Oleh karena itu pentingnya digalakkan pemahamn raja' dan penerapan realigiusitas yang berkesinambungan. Diharapkan dengan raja' dan religiusitas akan membantu peningkatan self-regulated learning anak.

In carrying out the mandate of Constitution No. 20 year 2003 on National Education goals Chapter II, Article 3, i.e. improving the quality of human resources which are dignified, faithful, noble, and pious to God Almighty, various efforts has been made in education to improve the quality of human resources . Among the efforts is the development of leaming strategies through self-regulated leaming strategy. Self-regulated leaming strategy is a strategy of psycho- educational intervention for children in order to determine their own choices of leaming activities, targets, and how to achieve the targets set and the ability to manage a conducive environment so the maximum results of leaming can be achieved. Self-regulated leaming (SRL) is required because it help students to achieve a maximum result.
Self-regulated leaming is related to teaching and leaming systems in the classroom, teachers, and parents guidance and other factors such as the strengthening of raja' (expectations) and religiosity. Jalaluddin (2005) explained that the expectations (raja1) to encourage someone to to be optimistic, praying and trying to gain glory or success in various aspects, including success and achievement in leaming. Clliford (2002), beside, explained that people with high religious commitment will increase the quality of self-organization and mental endurance for having advanced self control, self esteem and confidence. Mc. Collough (2009) said, religious people are more capable to regulate themselves than those who are not; to make themselves well-organized—including leaming activities.
The results showed that the hypothesis presented is acceptable, means there is significant relation between raja' (expectations) and religiosity with self- regulated leaming. Based on the conclusions and results of analysis made, researcher advise every stakeholders the importance of intensified understanding of raja' and the application of sustainable realigiosity. Hopefully with the raja’ and religiosity will help to increase self-regulated leaming for children.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T26843
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Susanty
"Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan hasil-hasil yang bertentangan dan tidak konsisten mengenai hubungan antara performance goal orientation dan self-regulated learning. Terdapat dua tipe performance goal orientation, yaitu performance-approach goal orientation dan performance-avoidance goal orientation. Sebagian besar ahli berpendapat bahwa performance goal orientation tidak menunjang self-regulated learning. Namun, beberapa penelitian membuktikan bahwa performance goal orientation, khususnya tipe performance-approach goal orientation dapat memberikan efek yang menguntungkan bagi siswa dengan konteks atau kondisi tertentu. Penelitian ini menguji trait extraversion dan neuroticism dari Five Factor Model yang merupakan salah satu kondisi siswa sebagai moderator pada hubungan masing-masing dari kedua tipe performance goal orientation dan self-regulated learning. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 293 siswa dari tiga SMA yang menerapkan Kurikulum 2013. Hasilnya menunjukkan bahwa performance-approach goal orientation tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan self-regulated learning. Performance-avoidance goal orientation ditemukan secara signifikan berkorelasi negatif dengan self-regulated learning. Sementara itu, trait extraversion dan neuroticism sama-sama terbukti tidak signifikan sebagai moderator.
Previous research suggested contradictive and inconsistent result about the correlation between performance goal orientation and self regulated learning. There are two types of performance goal orientation. They are performance approach goal orientation and performance avoidance goal orientation. Most of theorists suggested that performance goal orientation doesn rsquo t support self regulated learning. However, some researches found that performance goal orientation, especially performance approach goal orientation could be beneficial for students with certain context or condition. This study examines trait extraversion and neuroticism from Five Factor Model, which is one of students rsquo condition, as moderator in the correlation between each of the two types of performance goal orientation and self regulated learning. Participant involved are 293 students from three high schools that implements Kurikulum 2013. The result suggets that performance approach goal orientation has no significant correlation with self regulated learning. Performance avoidance goal orientation is found significantly has negative correlation with self regulated learning. Trait extraversion and neuroticism are not significant as moderator."
2017
T48604
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz Nadiah
"ABSTRAK
Indonesia adalah negara muslim tersebesar di dunia dengan jumlah penduduk muslim mencapai 201 juta jiwa. Setiap muslim wajib membaca dan memahami Alquran yang menjadi pedoman hidup. Namun, jumlah penduduk muslim Indonesia yang masih buta huruf aksara Alquran terbilang tinggi yakni mencapai 65% atau sekitar 135 juta jiwa. Berbagai cara dilakukan pemerintah untuk dapat menguragi tingginya jumlah buta huruf aksara Alquran. Salah satu cara dengan memasukkan pelajaran baca tulis Alquran dalam kurikulum muatan lokal. Namun, program tersebut dirasa belum cukup efektif karena kurangnya waktu yang disediakan dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru bidang studi agama Islam di sekolah, rendahnya literasi Alquran pada siswa disebabkan oleh faktor internal yakni, kurangnya motivasi belajar dan manajemen waktu yang buruk dan faktor eksternal yakni, kurangnya bimbingan dari orangtua untuk mempelajari Alquran. Dalam upaya meningkatkan kemampuan literasi Alquran pada remaja muslim, peneliti memfokuskan penelitian pada faktor eksternal yang diwakili oleh pola asuh orangtua dan faktor internal yaitu self reguated learning. Penelitian ini bertujuan memperjelas hubungan antara pola asuh orangtua dengan kemampuan literasi Alquran dan pengaruh self-regulated learning dalam peningkatan kemampuan literasi Alquran pada remaja muslim. Pengambilan dan pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitaif dengan uji korelasi dan uji regresi berganda. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pola asuh orangtua tidak berkorelasi dengan kemampuan literasi Alquran pada remaja muslim. Sedangkan,self-regulated learning memiliki korelasi dengan kemampuan literasi Alquran pada remaja muslim.

ABSTRACT
Indonesia is the largest Muslim country in the world with a Muslim population of 201 million. Every Muslim is obliged to read and understand the Koran as a way of life. However, the population of Indonesian Muslims who are still illiterate in the Koran script is relatively high, reaching 65% or around 135 million people. Various ways are carried out by the government to reduce the high number of illiterate characters in the Koran. One way to include Qur'anic literacy lessons in the local content curriculum. However, the program was deemed not effective enough due to lack of time provided in learning. Based on the results of interviews with several teachers of Islamic studies in schools, the low level of Qur'anic literacy in students is caused by internal factors, namely lack of motivation to learn and poor time management and external factors, namely lack of guidance from parents to learn the Koran. In an effort to improve the literacy skills of the Koran in Muslim adolescents, researchers focused their research on external factors represented by parenting and internal factors, namely self reguated learning. This study aims to clarify the relationship between parenting parents with literacy literacy skills and the effect of self-regulated learning in improving Qur'an literacy skills in Muslim adolescents. Retrieval and processing of data in this study using a quantitative method with a correlation test and multiple regression tests. The results in this study indicate that parenting style do not correlate significantly with the literacy skills of Alquran in Muslim adolescents. Meanwhile, self-regulated learning has a significant correlation with the literacy skills of Alquran in Muslim adolescents."
Depok: Universitas Indonesia. Sekolah Kajian Stratejik dan Global, 2019
T51668
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Choirun Nisa Umam
"Obesitas bukan lagi menjadi masalah kesehatan di Negara maju, namun juga di Negara berkembang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan upaya pencegahan obesitas dan hubungan karakteristik dengan upaya pencegahan obesitas remaja di SMAN 97 Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi melibatkan 97 sampel remaja usia 15-17 tahun direkrut menggunakan simple random sampling dengan memilih tiga kelas dari sembilan kelas X dan kelas XI dan quota sampling untuk pemilihan sampelnya. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan data diolah dengan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan upaya pencegahan obesita (p = 0,222; α = 0,05). Namun, terdapat hubungan antara karakteristik jenis kelamin dengan upaya pencegahan obesitas. Disarankan agar tak hanya dilakukan pendidikan kesehatan tentang obesitas saja, tetapi juga dengan berbagai pendekatan pada remaja yang dapat mengubah sikap dan perilaku mencegah obesitas.

Obesity was no longer a prevalent health problem in developed countries, but also for developing countries. The study was conducted to determine relationship between knowledge and prevention efforts in adolescence at 97 Senior High School. The research design descriptive correlation involving 97 samples of adolescents aged 15-17 years. Simple random sampling & quota sampling were used to select classes and student. Data was collected using questionnaire and analyzed with chi square.
The results showed there was no relationship between knowledge with prevention efforts in adolescence (p = 0,222; α = 0,05). However, there was a significant relationship between gender and prevention efforts. It is recommended obesity prevention should include a variety of approaches to change attitudes and behaviors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47209
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Maharani
"Beberapa penelitian telah menemukan adanya penurunan keterlibatan belajar peserta didik pada kondisi pandemi Covid-19. Padahal, keterlibatan belajar peserta didik merupakan salah satu faktor penting yang dapat memengaruhi prestasi akademik peserta didik. Salah satu komponen dari keterlibatan belajar adalah agentic engagement, yang menunjukkan kontribusi konstruktif peserta didik dalam proses pembelajaran. Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa keterlibatan belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya oleh self-regulated learning. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu hubungan antara self-regulated learning dan agentic engagement selama pembelajaran jarak jauh. Partisipan penelitian merupakan peserta didik kelas 12 SMA yang bersekolah di wilayah Jabodetabek. Self-regulated learning diukur dengan menggunakan Motivated Strategies for Learning Questionnaire, sedangkan agentic engagement diukur dengan menggunakan Agentic Engagement Scale. Penelitian dilakukan terhadap 202 partisipan berusia 16-20 tahun (M = 17.69, SD = .84). Berdasarkan uji korelasi Pearson, ditemukan bahwa self-regulated learning berkorelasi secara positif dan signifikan dengan agentic engagement (r = .62, p < .05). Artinya, semakin tinggi kemampuan self-regulated learning peserta didik, maka agentic engagement peserta didik juga akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Lebih lanjut, nilai effect size menunjukkan bahwa terdapat 38% variasi dari agentic engagement yang dapat dijelaskan oleh self-regulated learning.

Several studies have found a decrease in student engagement during the Covid-19 pandemic. Though, student engagement is one of the important factors that can affect student academic achievement. One component of engagement is agentic engagement, which shows the constructive contribution of learners in the learning process. Several previous studies have found that student engagement can be influenced by various factors, one of which is self-regulated learning. Therefore, this study was conducted to find out the relationship between self-regulated learning and agentic engagement during the distance learning condition. Research participants are 12th grade high school students who study in the Jabodetabek area. Self-regulated learning was measured using the Motivated Strategies for Learning Questionnaire, while agentic engagement was measured using the Agentic Engagement Scale. The study was conducted on 202 participants aged 16-20 years (M = 17.69, SD = .84). Based on the Pearson correlation test, it was found that self-regulated learning was positively and significantly correlated with agentic engagement r = .62, p < .05). It means that the higher the self-regulated learning ability of students, the higher the agentic engagement of students, and vice versa. Furthermore, the effect size value shows that there is a 38% variation in agentic engagement which can be explained by self-regulated learning."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Wahyu Anggara P.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S2853
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>