Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100468 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faisal Brahmanstya Azis
"

Gap acceptance adalah faktor penting dalam kapasitas sebuah persimpangan. Untuk analisa gap acceptance secara mendalam, teori gap kritis harus dijelaskan. Gap kritis sebagai batasan penentuan keputusan dimana kendaraan dari jalan minor-stream dapat bermanuver menyatu ke jalan major-stream. Untuk menganalisa gap kritis, terdapat banyak faktor yang dipertimbangkan seperti gap, lag, headwat, dan lain-lain. Dalam skripsi ini, penulis akan menjelaskan analisa gap acceptance pada persimpangan kaki tiga tidak terkontrol. Studi kasus pada observasi menggunakan video yang direkam pada persimpangan yang selanjutnya akan diekstrak menjadi variabel untuk perhitungan dan analisa data. Pada skripsi ini, penulis menggunakan beberapa metode seperti Greenshields, Harder, dan Wu. Lalu, akan dijabarkan perbandingan dari hasil ketiga metode tersebut. Pada akhirnya, analisa hasil dan konklusi observasi akan menunjukkan keterkaitan beberapa aspek seperti performa, keamanan, atau bahkan biaya.


Gap acceptance is an important factor that affect the capacity of an intersection. To comprehensively analyze gap acceptance, the theory of critical gap must be explained. critical gap as a judgment threshold to whether a minor-stream vehicle able to maneuver to the major-stream. In order to analyze critical gap, there are many factors that needs to be considered such as gap, lag, headway, etc. In this research thesis, writer will discuss about gap acceptance analysis on a three-legged intersection. The intersection that will be discussed consists of two lanes major-stream road and one lane minor-stream road. Objectives for this research thesis is to determine the capacity of an uncontrolled intersection. A case study for this research thesis will be using a recorded video of the intersection to be extracted as variables for further data calculation and analysis. Also, this research thesis uses various methods such as Greenshields method, Harder method, and Wu method. Then, the results of these analysis will be compared and a final conclusion will be formulated. Lastly, analysis results and final conclusion will reflect to other various aspects such as performance, safety, or even cost.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Elia Purwanto
"Pejalan kaki adalah salah satu bagian dari sistem transportasi yang keberadaan serta kepentingannya tidak dapat diabaikan, khususnya di dalam proses perencanaan sistem transportasi. Fasilitas penyeberangan pada persimpangan yang tidak dilengkapi dengan sinyal lalu lintas adalah area yang memiliki risiko tinggi bagi para pejalan kaki. Skripsi ini membahas mengenai gap yang dapat diterima oleh pejalan kaki saat mereka akan melakukan penyeberangan jalan dengan menganalisis pergerakan kendaraan di dalam arus lalu lintas. Pengambilan data dilakukan dengan perekaman video dan pengamatan langsung pada persimpangan. Penulis mempelajari dan menggunakan beberapa metode yang telah digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya: metode Raff, metode Greenshield, metode Harder, dan metode Wu. Penulis menganalisis dan membandingkan hasil dari masing-masing metode tersebut untuk menentukan metode manakah yang paling sesuai dengan kondisi aktual di lapangan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan nilai dari gap kritis beserta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.

Pedestrian is one part of transportation system that its existence and importance should not be ignored in the transportation system planning process. Crossing facility at intersection which not equipped with traffic signal are high risk area for pedestrians. This paper discuss about gap that can be received by pedestrians when they will cross the road by analyzing the movement of vehicles in the traffic flow. Data are taken by video recording and direct observation on the intersection. The authors study and use several methods that have been used in previous literatures Raff's method, Greenshield, Harder's method, and Wu's method. The authors analyze and compare the results of those method to find which one is the most appropriate to the actual condition. The results show the value of critical gap along with factors that affect it."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fery Subekti
"ABSTRAK
Implementasi pelarangan belok kiri langsung (NLTOR) pada persimpangan
bersinyal tertuang pada UU No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan pasal 112 ayat 3. Permasalahan yang timbul adalah belum adanya petunjuk
teknis terkait penerapan NLTOR. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan
analisis akibat arus belok kiri pada berbagai tingkat arus di kaki pendekat simpang
bersinyal dan menentukan batas efisien komposisi arus lalu lintas pada pengaturan
belok kiri langsung (LTOR) dengan indikator waktu tundaan kendaraan, panjang
antrian kendaraan, dan waktu tundaan pejalan kaki menyeberang. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah melakukan simulasi antara kondisi NLTOR
dan LTOR dengan menggunakan model MKJI dan perangkat lunak VISSIM. Hasil
uji chi square menunjukkan model MKJI paling mendekati dengan hasil observasi
lapangan. Hasil penelitian menunjukkan pada kondisi volume 500 ? 1000
smp/jam dan lebar pendekat 5,5 meter, kinerja persimpangan pada kondisi
NLTOR lebih baik dari pada kondisi LTOR. Selain itu, kondisi batas penerapan
LTOR untuk parameter tundaan dan panjang antrian kendaraan adalah sebagai
berikut: Kondisi I (untuk persentase volume belok kiri 0-25 %) penerapan LTOR;
Kondisi II ( persentase volume belok kiri 25-65 %) pengaturan LTOR
diperbolehkan dengan syarat dilakukan upaya manajemen persimpangan; Kondisi
III (persentase volume belok kiri 65-100 %) penerapan NLTOR. Kondisi batas
untuk parameter tundaan pejalan kaki adalah Kondisi I (persentase volume belok
kiri 0-65 %) penerapan LTOR; Kondisi II (persentase volume belok kiri 65-100
%) penerapan NLTOR.

ABSTRACT
The implementations of the No-Left turn on Red (NLTOR) at the signalized
intersection is contained in Act No. 22 of 2009 about Traffic and Road Transport
article 112 paragraph 3. The problems is technical guidance of the implementation
has not issued yet. This research is aim to conduct an analysis of the effect of turn
left at traffic different levels of the flow at the approaches of the signalized
intersection and to define the limits of traffic flow settings turn left on red with the
indicator delay time composition, length vehicles queue and pedestrian crossing
time delay. Traffic flow is simulated between various condition of the NLTOR
with LTOR using MKJI model and VISSIM software. Chi square result shows
that the calculation model is the closest to the results of the observation field. The
results show that on volume 500-1000 smp/hour and 5.5 meters width, the
performance of NLTOR are better than LTOR. The boundary conditions for the
implementation of LTOR for the delay parameter and the length of the queue of
vehicles are: Condition I (0-25% volume of left turn traffic) LTOR
implementation; Condition II (25-65% volume of left turn traffic) LTOR is
allowed subject to intersection management; Condition III (65-100% volume of
left turn traffic) implementation of the NLTOR. The boundary conditions the
delay parameter for pedestrians are: Condition I (0-65% volume of left turn
traffic) LTOR implementation; Conditions II (65-100% volume of left turn traffic)
NLTOR implementation."
2012
T31497
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Surya Komala
"ABSTRAK
Latar Belakang: Asma alergi merupakan salah satu jenis fenotipe asma yang terbanyak, ditandai dengan adanya sensitisasi terhadap alergen lingkungan. Pada asma alergi terjadi respons inflamasi tipe 2 yang akan menghasilkan periostin yang dapat dideteksi dalam darah. Salah satu faktor yang mempengaruhi keterkontrolan asma adalah paparan alergen yang dapat bervariasi bergantung pada pola musim. Wilayah Indonesia sebagai benua maritim memiliki dua musim (hujan dan kemarau) berbeda dengan wilayah lain yang memiliki empat musim. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kadar periostin serum pada asma alergi terkontrol dan tidak terkontrol. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan subjek penelitian adalah pasien asma alergi yang berobat ke poliklinik divisi Alergi Imunologi Klinik Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo bulan Januari-April 2017. Keterkontrolan asma dinilai dengan skor Tes Kontrol Asma sementara periostin serum digunakan sebagai penanda proses inflamasi Th2. Hasil: Dari 80 pasien asma alergi didapatkan rerata usia 39,7 tahun dengan proporsi perempuan lebih banyak (76%). Sebagian besar pasien memiliki riwayat rinitis alergi (73,8%) dan riwayat asma dalam keluarga (71%). Tungau debu rumah merupakan jenis alergen yang banyak memberikan sensitisasi. Kadar periostin serum pada subjek yang tidak terkontrol tidak berbeda dengan subjek yang terkontrol (209,78 ng/mL vs 627,66 ng/mL, p = 0,424) Simpulan: Tidak terdapat perbedaan kadar periostin pada kelompok asma alergi terkontrol dan tidak terkontrol.

ABSTRACT
Background: Allergic asthma is the most common asthma phenotype, defined by the presence of sensitization to environmental allergens. In allergic asthma, following allergen exposure there will be an activation of T2-type inflammation producing periostin that can be detected from blood. Many factors can influence asthma control, including allergen exposure, which may vary greatly with climatic and seasonal changes. The Indonesia region as the Maritime Continent is characterized by a wet and a dry season which is different from other regions with four seasons. Objective: To see the difference of serum periostin level in uncontrolled and controlled allergic asthma. Methods: This is a cross sectional study using samples from allergic asthma patients who went to Allergy and Clinical Immunology Clinic, Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital in January to April 2017. Asthma control was assessed clinically by using Asthma Control Test, while serum periostin was used as biological markers reflecting Th2 inflammation. Results: From 80 allergic asthma patients, the average of age was 39.7 years old with a greater proportion of women (76%). Most of the subjects had history of allergic rhinitis (73.8%) and positive family history of asthma (71%). House dust mites were the most common cause of sensitization. Serum periostin level in uncontrolled allergic asthma was not different from those in controlled allergic asthma (209,78 ng/mL vs 627,66 ng/mL, p = 0,424). Conclusions: There was no difference in the level of serum periostin in controlled and uncontrolled allergic asthma."
2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yann Penduff
"ABSTRACT
Hypertension has been shown to be a risk factor for cerebral structural changes, but there is currently no evidence that hypertension control prevents their occurrence. We aimed to demonstrate whether controlling hypertension delays the occurrence of cerebral structural changes. We performed a cross sectional study comparing controlled and uncontrolled hypertensive patients to investigate whether structural changes occurred more in uncontrolled hypertensive patients, compared to controlled hypertensive patients. Data from 57 patients at RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo was collected between March and April 2017, in which we compared the occurrence of cerebral structural changes between the controlled and uncontrolled groups. Cerebral atrophy.

ABSTRACT
Hipertensi diketahui dapat mengakibatkan perubahan struktur di otak, namun sampai saat ini tidak ada bukti jelas bahwa hipertensi yang terkontrol dapat mencegah terjadinya perubahan struktural pada otak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keuntungan pengendalian tekanan darah dalam mencegah perubahan struktural otak pada pasien hipertensi. Penelitian ini dilakukan dengan metode potong lintang, dengan membandingkan perubahan struktural otak pada pasien hipertensi terkontrol dan pasien hipertensi tidak terkontrol dan menilai apakah perubahan structural akan terjadi lebih banyak pada pasien tidak terkontrol dibandingkan dengan pasien terkontrol, Data pada penelitian diambil dari 57 pasien di RSUPN dr. Ciptomangunkusumo yang dikumpulkan pada periode Maret sampai April 2017. Pada grup pasien hipertensi tidak terkontrol, atropi otak."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Within a two -sector general equilibrium model, women's productivity in the marketplace decreases with the amount of houselhold work they perform at home...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Maga Arsena
"Penerapan Sistem Jaminan Mutu merupakan salah satu upaya organisasi atau perusahaan dalam meningkatkan Upaya Manajemen Mutu. Sistem Jaminan Mutu berfokus kepada pemastian mutu produk sehingga dapat menciptakan kepuasan terhadap konsumen atau pelanggan. PT. TPI merupakan pemasok bagi Perusahaan Otomotif Multinasional, maka dari itu PT. TPI wajib menerapkan menerapkan Sistem Jaminan Mutu demi menciptakan kepuasan dan memenuhi persyaratan pelanggan. Sistem manajemen mutu pada PT. TPI sudah berjalan, akan tetapi hanya terfokus pada kegiatan quality control dan belum mencangkup ke penjaminan kualitas penerimaan dari pemasok, penjaminan kualitas proses, penjaminan kualitas pengiriman, dan penjaminan penerimaan terhadap pelanggan.
Tujuan dari penelitian ini merancang sistem jaminan mutu pada PT. TPI yang dapat memastikan setiap pelaksanaan kegiatan dan semua jenis pekerjaan yang bertujuan untuk menghasilkan produk yang akan dibuat, diterima dan akan dikirim oleh PT. TPI memiliki jamitan kualitas yang memadai untuk memenuhi seluruh persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan.
Penelitian ini bersifat kualitatif melalui pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi lapangan di PT. TPI. Analisis dinilai berdasarkan Analisis Kesenjangan dengan membandingkan keadaan di PT. TPI dengan setiap klausul dalam Persyaratan Sistem Jaminan Mutu Pelanggan. Setelah kesenjangan di perusahaan tersebut diketahui, maka dapat digunakan untuk menentukan langkah perbaikan segala aktivitas penjaminan mutu yang belum dilakukan.
Dari hasil nilai rata-rata yaitu sebesar 18,48 maka dapat disimpulkan hampir semua aktivitas Sistem Jaminan mutu dijalankan dan didokumentasikan hampir secara keseluruhan memenuhi persyaratan namun ada kelalaian dan terdapat hal yang tidak konsisten dalam kendali hariannya.

The Implementation of Quality Assurance System is a step for organization or company in improving their Quality Management System. The Quality Assurance System itself focuses on ensuring the product quality so it can create customer satisfaction. PT. TPI is a supplier for Multinational Automotive Company, therefore PT. TPI must apply Quality Assurance System to create satisfaction and fulfill customer requirement. Quality management system at PT. TPI is already running, but only focuses on quality control activities and has not covered the quality assurance of suppliers, quality assurance, delivery assurance and customer acceptance guarantee.
The purpose of this study to design a quality assurance system at PT. TPI that can ensure every implementation of activities and all types of work that aims to produce products to be created, received and will be sent by PT. TPI has adequate quality assurance to meet all the terms and requirements that have been set.
This research is qualitative through data collection using interview and field observation at PT. TPI. The analysis is assessed based on Gap Analysis by comparing the situation in PT. TPI with each clause in the Customer Quality Assurance System Requirements. Once the gap in the company is known, it can be used to determine the steps to improve any quality assurance activities that have not been done.
From the result of the average value that is equal to 18,48 it can be concluded almost all activity of Quality assurance system executed and documented almost totally fulfill requirement but there is negligence and there is inconsistent in its daily control.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Kristanti
"Hipertensi tidak terkontrol merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting karena berkaitan dengan kesakitan ataupun kematian akibat penyakit kardiocerebrovaskular. Salah satu penyebab terjadinya hipertensi tidak terkontrol adalah peningkatan berat badan/IMT. Penelitian longitudinal mengenai pengaruh peningkatan IMT terhadap kejadian hipertensi tidak terkontrol masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan trend prevalensi hipertensi tidak terkontrol selama 6 tahun, dan pengaruh peningkatan IMT terhadap kejadian hipertensi tidak terkontrol. Menggunakan desain longitudinal pada data Studi Kohor Faktor Risiko Tidak Menular tahun 2011-2018. Populasi adalah kelompok usia 25-65 tahun yang telah mengalami hipertensi pada awal penelitian, kemudian dipantau setiap tahun selama 6 tahun. Sampel berjumlah 924 pada awal penelitian, dengan respond rate 75% – 88%. Analisis data menggunakan GEE. Hasil penelitian didapatkan bahwa dalam periode pemantauan selama 6 tahun, prevalensi hipertensi tidak terkontrol pada orang dewasa di Kota Bogor adalah sebesar 62,7% pada tahun pertama 67,6% pada tahun kedua, 64,2% pada tahun ketiga, 63,3% pada tahun keempat, 71% pada tahun kelima, dan 73,6% pada tahun keenam. Terjadi kecenderungan peningkatan kejadian hipertensi tidak terkontrol pada beberapa tahun terakhir pemantauan. Dari hasil analisis GEE pada semua kelompok subjek, risiko terjadinya hipertensi tidak terkontrol sebesar 1.163 kali (OR 1.163; 95% CI: 0.970-1.394) pada subjek yang mengalami peningkatan IMT ≥ 1 kg/m2 dalam satu tahun dibandingkan subjek yang tidak mengalami peningkatan IMT, setelah dikontrol oleh umur, status merokok dan tahun pemantauan. Sedangkan pada kelompok dengan status gizi normal dan berlebih yang kemudian mengalami peningkatan IMT ≥ 1 kg/m2 dalam satu tahun, memiliki risiko lebih besar untuk mengalami hipertensi tidak terkontrol, dengan OR 1,513 (95% CI: 1.020-2.244) dan OR 1,968 (95% CI: 0,963 –3.754) dibandingkan dengan kelompok yang sama yang tidak mengalami peningkatan IMT. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi program pengendalian hipertensi di Indonesia.

Uncontrolled hypertension is an important health problem because it is associated with morbidity and mortality due to cardiocerebrovascular disease. One of the causes of uncontrolled hypertension is an increase in body weight/BMI. Longitudinal studies regarding the effect of increasing BMI on the incidence of uncontrolled hypertension are still limited. This study aims to obtain an overview and trend of prevalence of uncontrolled hypertension for 6 years, and the effect of increasing BMI on the incidence of uncontrolled hypertension. Using longitudinal data on the Cohort Study of NCD Risk Factors in 2011 - 2018. The population was the age group 25-65 years who have experienced hypertension at the start of the study, then monitored every year for 6 years. The sample amounted to 924 at the beginning of the study, with a respond rate of 75%-88%. Analysis data with GEE. The results showed that in the 6-year monitoring period, the prevalence of uncontrolled hypertension on adults in Bogor City was 62.7% in the first year; 67.6% in the second year, 64.2% in the third year, 63.3% in the fourth year, 71% in the fifth year, and 73.6% in the sixth year. There was a trend that the incidence of uncontrolled hypertension increased in the last few years of monitoring. From the results of GEE analysis in all groups of subjects, the risk of uncontrolled hypertension was 1.163 times (OR 1.163; 95% CI: 0.970-1.394) in subjects who experienced an increase in BMI ≥ 1 kg/m2 in one year compared to subjects who did not experience an increase in BMI, after being controlled by age, smoking status and year of monitoring. Whereas in the group with normal and overweight who then experienced an increase in BMI ≥ 1 kg/m2 in one year, had a greater risk of developing uncontrolled hypertension, with OR 1.513 (95% CI: 1.020-2.244) and OR 1,968 (95 % CI: 0,963 –3.754) compared to the same group that did not experience an increase in BMI. The results of this study are expected to be an input for hypertension control programs in Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52838
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Wurisastuti
"Hipertensi tidak terkontrol merupakan masalah kesehatan global karena dapat meningkatkan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular. Salah satu factor terjadinya hipertensi tidak terkontrol adalah perilaku tidak sehat seperti kebiasaan merokok. penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan trend hipertensi tidak terkontrol selama 7 tahun pengamatan dan menilai besaran hubungan perilaku merokok dengan hipertensi tidak terkontrol pada orang dewasa yang dikontrol oleh kovariat lainnya selama 7 tahun pengamatan. Penelitian ini merupakan penelitian longitudinal, dimana subjek yang sama diukur outcome dan pajanannya berulang pada setiap tahun pengamatan. Sumber data berasal dari data Studi Kohor Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular tahun 2011-2019. Populasi adalah responden yang mengalami hipertensi di awal penelitian. Analisis data multivariate dilakukan dengan analisis Generalized Estimating Equations (GEE) dengan Working Correlation Structure (WCS) Autoregressive (1). Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa prevalensi hipertensi tidak terkontrol pada orang dewasa selama 7 tahun pengamatan di Kota Bogor mengalami penurunan dari 87,0% pada tahun pertama menjadi 76,4% pada tahun ke-7 pengamatan. Asosiasi perilaku merokok dengan hipertensi tidak terkontrol berbeda berdasarkan waktu. Selama 7 tahun pengamatan, hubungan perilaku merokok dengan hipertensi tidak terkontrol sebesar 2,15 (AOR=2,150; 95%CI: 1,657-2,789) setelah dikontrol variable lain. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi program pengendalian hipertensi di Indonesia untuk lebih menegaskan upaya berhenti merokok pada masyarakat terutama penderita hipertensi.

Uncontrolled hypertension is a global health problem because it can increase the risk of death from cardiovascular disease. One of the factors for uncontrolled hypertension is unhealthy behavior such as smoking. This study aims to determine the trend of uncontrolled hypertension for 7 years of observation and assess the magnitude of the relationship between smoking behavior and uncontrolled hypertension in adults controlled by other covariates during 7 years of observation. This study is a longitudinal study, where the same subject is measured for outcomes and repeated exposures in each year of observation. The data source comes from data from the 2011-2019 Non-Communicable Disease Risk Factor Cohort Study. The population is respondents who have hypertension at the beginning of the study. Multivariate data analysis was performed using Generalized Estimating Equations (GEE) analysis with Autoregressive Working Correlation Structure (WCS) (1). The results of this study showed that the prevalence of uncontrolled hypertension in adults during the 7 years of observation in Bogor City decreased from 87.0% in the first year to 76.4% in the 7th year of observation. The association of smoking behavior with uncontrolled hypertension differs by time. During 7 years of observation, the relationship between smoking behavior and uncontrolled hypertension was 2.15 (AOR=2,150; 95%CI: 1,657-2,789). The results of this study are expected to be input for hypertension control programs in Indonesia to further emphasize efforts to stop smoking in the community, especially people with hypertension."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yati Darmiati
"Diabetes Melitus tipe 2 merupakan sekumpulan gangguan metabolik dengan karakteristik hiperglikemia. Komplikasi klinis akibat DM berkolerasi dengan status glikemik, sehingga diperlukan upaya pengontrolan status glikemik pasien DM, baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang untuk mencegah atau mengurangi komplikasi progresif akibat penyakit tersebut. Parameter laboratorium untuk pemantauan status glikemik meliputi kadar glukosa darah harian, HbA1c, dan albumin glikat (AG).
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kadar HbA1c dan kadar AG pada pasien DM tipe 2 tidak terkontrol, mendapatkan korelasi antara kadar HbA1c dan kadar AG, juga melihat penurunan kadar HbA1c dan AG sesudah terapi 1 dan 3 bulan. Penelitian dilakukan dengan desain studi diagnostik, yang melibatkan 32 subyek penelitian yang diikuti selama 3 bulan mulai bulan Februari hingga Mei 2014. Diagnosis DM tipe 2 ditegakkan oleh dokter Spesialis Penyakit Dalam dan diagnosis DM tipe 2 tidak terkontrol didapatkan dari hasil pemeriksaan HbA1c > 7 %.
Hasil penelitian mendapatkan rerata (SD) kadar glukosa darah puasa bulan ke-0, ke-1, dan ke-3 berturut-turut sebesar 170,5(51,6) mg/dL; 162,7(54,6) mg/dL, dan 147,3(45,9) mg/dL. Median (rentang) kadar glukosa darah 2 jam postprandial l(G2PP) bulan ke-0 dan ke-1 sebesar 220 mg/dL (90-544) mg/dL dan 191,5 mg/dL (114-468) mg/dL; rerata(SD) kadar G2PP bulan ke-3 sebesar 201(65,98) mg/dL. Korelasi antara kadar HbA1c dan kadar AG adalah : pada bulan ke-0, r=0,79, p<0,001, bulan ke-1 r=0,74, p<0,001 dan bulan ke-3 r=0,78, p<0,001.
Penurunan kadar HbA1c dari baseline (delta-1) dan pada bulan ke-3 (delta-3) adalah median (rentang) delta-1 sebesar 0,43% (0,35-0,74)%, p<0,001 dan median (rentang) delta-3 sebesar 0,89% (0,64-2,30)%, p<0,001. Penurunan kadar AG bulan ke-1 dari baseline (delta-1) dan pada bulan ke-3 (delta-3): median (rentang) delta-1 sebesar 0,94% (0,48-1,64)%, p<0,001, dan median (rentang) delta-3 sebesar 1,79% (0,33-1,40)%, p<0,001.
Kami menyimpulkan bahwa terdapat korelasi positif bermakna antara kadar HbA1c dan kadar AG pada bulan ke-0, ke-1, dan ke-3, dengan kekuatan korelasi kuat (r = 0.7-0.8), selain itu terdapat penurunan kadar HbA1c dan AG yang bermakna sesudah terapi 1 dan 3 bulan.

Type 2 diabetes mellitus (T2DM) is a group of metabolic disorders with hyperglycemic characteristic. Clinical complications of DM correlate with glycemic state, therefore it is necessary to make an effort to control DM glycemic state, in short-, medium-, and long-term to prevent or minimize progressive complications due to the disease. Laboratory parameters to monitor glycemic state include daily blood glucose, HbA1c, and glycated albumin (GA).
This study aimed to obtain HbA1c and GA levels in uncontrolled type 2 DM patients, the correlations between HbA1c and GA levels, and also the decrease in HbA1c and GA levels after 1 month and 3 months treatment. This was a diagnostic study involving 32 subjects that were followed for 3 months from February to May 2014. Type 2 DM was diagnosed by the internist in the Department of Internal Medicine and the uncontrolled type 2 DM was confirmed by HbA1c measurement of > 7%.
The results showed that mean (SD) fasting blood glucose levels at baseline, 1 month and 3 months were 170.5 (51.6) mg/dL; 162.7 (54.6) mg/dL, and 147.3(45.9) mg/dL, respectively. Median (range) 2 hours postprandial blood glucose levels at baseline and 1 month respectively, were 220 mg/dL (90-544) mg/dL and 191.5 mg/dL, respectively, and mean (SD) at 3 months was 201,7 (65,98) mg/dL. Correlations between HbA1c and GA levels : at baseline r =0.79, p<0.001, at 1 month r=0.74, p<0.001 and at 3 months r=0.78, p<0.001.
Decreases of HbA1c level from baseline, at 1 month (delta-1) and at 3 months (delta-3) : median (range) delta-1was 0.43% (0.35-0.74)%, p<0.001 and median (range) delta-3 was 0.89% (0.64-2.30)%, p<0.001. Decreases of GA level from baseline, at 1 month (delta-1) and at 3 months (delta-3) : median (range) delta-1 was 0.94%(0.48-1.64)%, p<0.001, and median (range) delta-3 was 1.79%(0.33-1.40)%, p<0.001.
We concluded that there were significant positive correlations between HbA1c and GA levels at baseline,1 month and 3 months, with strong correlations (r=0.7-0.8). In addition, there were also significant decreases in HbA1c and GA levels from baseline at 1 month and 3 months therapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>