Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117555 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yasserina Rawie
"Salah satu permasalahan yang muncul di negara berkembang seperti Indonesia adalah keterbatasan dalam menangani bencana-bencana alam besar. Salah satu yang dilakukan pemerintah suatu negara adalah menerima bantuan dari negara asing. Meski demikian, bantuan internasional ternyata tidak sepenuhnya memberikan kontribusi terhadap suatu negara, tetapi juga bisa mengancam ketahanan nasional suatu negara. bantuan internasional membuat penanganan bencana alam bukan sekedar bersifat kemanusiaan dan filantropisme, tapi juga bersifat politis. Maka dari itu, penelitian ini menganalisis kelebihan, kekurangan, peluang dan ancaman dari penerimaan bantuan internasional untuk bencana alam di suatu negara terhadap dinamika ketahanan nasional dengan metode Delphi. Analisis akan dijabarkan melalui sejumlah gatra dalam ketahanan nasional, yaitu ekonomi, politik, ideologi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 4 faktor yang pelru menjadi pertimbangan pemerintah dalam menyikapi bantuan internasional bencana alam, yaitu jenis dan skala bencana, bentuan bantuan, asal negara pendonor dan motif atau kepentingan dari negara pendonor. Para pakar juga menyarankan pemerintah untuk menerima bantuan berupa dana, barang/kebutuhan pokok dan teknologi/fasilitas, dan menolak bantuan berupa tentara dan relawan asing.

Problem that arises in developing countries like Indonesia is the limitations in dealing with major natural disasters. One of the actions of the government of a country is to receive assistance from a foreign country. However, foreign aid does not fully contribute to a country, but can also threaten a country's national resilience. Carneige and Dolan (2015) show that international assistance makes handling natural disasters not just humanitarian and philanthropic, but also political. Therefore, this study analyzes the strengths, weaknesses, opportunities and threats of receiving foreign aid for natural disasters in a country against the dynamics of national resilience by the Delphi method. The analysis will be elaborated through a number of gatra in national security, namely economic, political, ideological, socio-cultural and defense and security. Based on the results of the study, there are 4 factors that are considered by the government in responding to foreign aid in natural disasters, namely the type and scale of disasters, aid provisions, donor country of origin and motives or interests of donor countries. The experts also advised the government to accept aid in the form of funds, basic goods / needs and technology / facilities, and refused assistance in the form of foreign troops and volunteers."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Dia Akhir Darta
"Bandara Internasional Minangkabau secara geografis terletak pada wilayah barat pesisir pantai Pulau Sumatera. Secara geologis, Pulau Sumatera berada pada wilayah pergerakan dua lempeng, yaitu Indo-Australia dan Eurasia. Kondisi tersebut menyebabkan Bandara Internasional Minangkabau memiliki tingkat kerentanan yang tinggi terhadap bencana alam gempa bumi dan tsunami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesiapan Bandara Internasional Minangkabau dalam menghadapi bencana alam gempa bumi dan tsunami yang dinilai dari segi aspek sarana evakuasi, tempat evakuasi sementara (vertikal) tsunami dan airport emergency plan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional dengan pendekatan analisis komparasi. Proses pengumpulan data dilakukan di gedung terminal Bandara Internasional Minangkabau pada bulan April - Mei 2022 melalui kegiatan observasi, wawancara, dan tinjauan dokumen. Pengolahan data dilakukan dengan analisis komparasi menggunakan checklist yang mengacu pada Peraturan Menteri PUPR Nomor 14 Tahun 2017, Pedoman Teknis 2 Perencanaan TES Tsunami, ICAO Doc-9137, SNI 03-1746-2000, SNI 03-6574-2001, dan SNI 7743:2011.
Berdasarkan hasil pengumpulan data terhadap variabel penelitian didapatkan bahwa pemenuhan aspek sarana evakuasi adalah 82%, aspek tempat evakuasi sementara (vertikal) tsunami adalah 52,2%, dan aspek airport emergency plan adalah 93,33%. Hasil perhitungan rata-rata pemenuhan aspek kesiapan Bandara Internasional Minangkabau dalam menghadapi bencana alam gempa bumi dan tsunami adalah sebesar 75,84%. Secara umum, kriteria setiap aspek telah terpenuhi cukup baik. Namun masih terdapat beberapa variabel dengan tingkat pemenuhan 0%, seperti pengecekan struktur bangunan TES dan rambu penunjuk evakuasi tsunami. Sehingga perlu dilakukan beberapa perbaikan, terutama pada aspek tempat evakuasi sementara (vertikal) tsunami sebagai aspek dengan persentase pemenuhan terendah. Pemeliharaan dan perbaikan dari aspek lainnya tetap perlu dilakukan untuk meningkatkan kesiapan Bandara Internasional Minangkabau dalam menghadapi bencana alam gempa bumi dan tsunami. Upaya untuk meningkatkan kesiapan Bandara Internasional Minangkabau dalam menghadapi bencana alam gempa bumi dan tsunami dapat dilakukan dengan memperbaiki dan melengkapi sarana evakuasi sesuai dengan standar dan peraturan, melakukan pengkajian ulang penetapan TES sesuai dengan alur pedoman perencanaan TES, dan memenuhi kriteria airport emergency plan sesuai dengan pedoman ICAO Doc-9137.

Minangkabau International Airport is geographically located on the west coast of West Sumatera. Geologically, West Sumatera is in the region of the movement of two plates, Indo-Australia and Eurasia. This condition causes Minangkabau International Airport to have a high level of vulnerability to earthquakes and tsunamis. This study aims to determine the level of preparedness of Minangkabau International Airport in dealing with earthquake and tsunami natural disasters which are assessed from three aspect, evacuation facilities, vertical evacuation from tsunamis and airport emergency plans. This study uses a descriptive observational method with a comparative analysis approach. The data collection process was carried out at the Minangkabau International Bandra terminal building in April – May 2022 through observation, interviews, and document review. Data processing is carried out by comparative analysis using a checklist that refers to the Minister of Public Works and Public Housing Regulation Number 14 of 2017, Technical Guidelines 2 for Tsunami TES Planning, ICAO Doc-9137, SNI 03-1746-2000, SNI 03-6574-2001, and SNI 7743:2011.
Based on the results of data collection on research variables, it was found that the fulfillment of the evacuation facility aspect was 82%, vertical evacuation from tsunamis aspect was 52.2%, and the airport emergency plan aspect was 93.33%. The results of the calculation of the average fulfillment of aspects of Minangkabau International Airport readiness in dealing with earthquake and tsunami natural disasters is 75.84%. In general, the criteria for each aspect have been met quite well. However, there are still several variables with a compliance rate is 0%, such as checking the structure of the TES building and tsunami evacuation signs. So, some improvements need to be made, especially in the aspect of vertical evacuation of tsunamis as the aspect with the lowest percentage of fulfillment. Maintenance and repairs from other aspects still need to be done to improve the preparedness of Minangkabau International Airport in dealing with earthquake and tsunami natural disasters. Efforts to improve the preparedness of Minangkabau International Airport in dealing with earthquake and tsunami natural disasters can be done by repairing and equipping evacuation facilities in accordance with standards and regulations, reviewing the determination of TES in accordance with the flow of TES planning guidelines, and fulfilling the criteria for an airport emergency plan in accordance with the ICAO Doc-9137.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yayat Supriyatna
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak bencana terhadap perekonomian Indonesia. Data yang digunakan untuk melakukan analisis adalah Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Indonesia tahun 2005 dan jumlah aset-aset produksi yang hilang atau rusak akibat dampak langsung bencana tsunami Aceh, gempa bumi Yogyakarta dan Jawa Tengah, dan semburan lumpur Sidoarjo.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis SNSE yang menggunakan jumlah aset-aset produksi yang hilang atau rusak akibat dampak langsung bencana di Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan sebesar Rp6,4 triliun, Sektor Perikanan sebesar 3,7 triliun, Sektor Pertanian sebesar Rp1,9 triliun, Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sebesar Rp0,1 triliun, dan Sektor Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian, dan Kulit sebesar Rp2,53 milyar sebagai shock terhadap matriks angka pengganda neraca (Ma).
Hasil analisis menunjukkan bahwa bencana memberikan dampak bagi: (1) penurunan output yang relatif besar bagi Sektor Perikanan sebesar 4,58% dan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan sebesar 2,3%, (2) penurunan penyerapan tenaga kerja yang relatif besar bagi Tenaga Kerja Buruh Tani di Kota sebesar 1,89%, (3) penurunan pendapatan yang relatif besar bagi Rumah Tangga Para Pengusaha Tani sebesar 0,81% dan Rumah Tangga Para Buruh Tani sebesar 0,8%. Sedangkan Perusahaan mengalami penurunan pendapatan sebesar 0,69% dan Pemerintah mengalami penurunan penerimaan negara sebesar 0,47%. (4) penurunan perekonomian Indonesia yang terlihat dengan adanya selisih -0,7% antara PDB jika terjadi bencana dengan PDB jika tidak terjadi bencana.
Persentase penurunan output Sektor Perikanan yang lebih besar dari pada Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan memperlihatkan bahwa dampak langsung bencana tidak selalu sejalan dengan dampak tidak langsungnya. Sehingga, pemerintah harus berhati-hati di dalam pengambilan kebijakan di masa rehabilitasi pasca bencana.

This study aims to analyze the impact of disasters on the economy of Indonesia. Data used for analysis is Social Accounting Matrix (SAM) Indonesia in 2005 and the number of production assets lost or damaged due to the direct impact of the tsunami disaster in Aceh, earthquake in Yogyakarta and Central Java and Sidoarjo mudflow.
The method of analysis used is SNSE analysis that uses the number of production assets are lost or damaged due to the direct impact of disasters in the Financial Sector, Ownership, and Corporate Services Rp6, 4 trillion, Fisheries Sector Rp3.7 trillion, Agricultural Sector Rp1, 9 trillion, Sector Trade, Hotels and Restaurants of Rp0, 1 trillion, and the Manufacturing Sector Spinning, Textile, Apparel, and Leather Rp2, 53 billion as a shock to the balance sheet multiplier matrix (Ma).
The analysis showed that the catastrophic impact of: (1) a relatively large decline in output for the Fisheries Sector of 4.58% and the Financial Sector, Ownership, and Business Services by 2.3%, (2) decline in the employment of relatively large for Labor Workers Peasants in the City of 1.89%, (3) a relatively large decrease in income for Household Entrepreneurs Farmers of 0.81% and Households The Peasant Workers of 0.8%. While the Company's revenue decreased by 0.69% and decreased government revenues amounted to 0.47%. (4) decline in Indonesia's economy is seen by the difference of -0.7% of GDP in case of disaster to the GDP, if not disaster.
The percentage decrease in output Fisheries greater than the Financial Sector, Ownership, and Corporate Services shows that the direct impact of disasters are not always consistent with their indirect impact. Thus, the government must be careful in making policy in the post-disaster rehabilitation.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T29478
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Egy Crystal Soesilo
"Dalam proyek konstruksi ada beberapa macam biaya yang perlu dikendalikan agar proses kontruksi dapat tetap berjalan sesuai rencana, salah satunya adalah biaya langsung. Biaya peralatan merupakan salah satu biaya langsung yang besarnya sekitar 20% - 30% dari biaya total proyek (Day, 1991). Oleh sebab itu, jika tidak dikendalikan dengan baik maka akan terjadi penyimpangan biaya yang dapat menyebabkan penyelesaian proyek tertunda, atau tidak terselesaikan. Untuk mengatasi peiiyimpangan biaya peralatan, maka hal-hal yang perlu dilakukan adalah: pertama, mengukur ketidaksesuaian (varians) antara biaya yang dipakai dengan biaya rencana ; kedua, mengevaluasi dampak dan penyebab dari variance negatif tersebut dengan kritis ; ketiga, mennganalisis dan menyusun tindakan koreksi yang tepat beserta langkah-langkahnya untuk inengatasi masalah tersebut.
Tindakan koreksi terhadap penyimpangan biaya peralatan konstruksi telah diteliti dan disusun oleh peneliti Yudiansyafi (2002) dalam tesisnya yang berjudul "Rekomendasi Tindakan Koreksi Pada Manajemen Peralatan Dalam Pengendalian Biaya Proyek Dengan Bantuan Expert System" dan oleh peneliti Paul Hugo (2003) dengan tesisnya, yaitu "Rekomendasi Tindakan Koreksi Pada Pengendalian Biaya Peralatan Dengan Metode Hybrid Probabilistic Neural Networks". Akan tetapi masih ada satu proses lagi yang perlu dilakukan, yaitu langkah-langkahnya agar tindakan koreksi yang direkomendasikan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mencapai sasaran permasalahannya.
Untuk menetapkan langkah-langkah rekomendasi tindakan koreksi yang efektif dan efisien, maka penelitian ini dilakukan dengan bantuan metode Delphi. Metode Delphi sering dipergunakan untuk menjaring opini kelompok dimana partisipannya dapat saling berpendapat dengan bebas tanpa adanya unsur penekanan dari orang lain dalam memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai masalah yang ada. Pendapat-pendapat tersebut selanjutnya akan dipilih berdasarkan frekuensi penggunaannya yang tertingi di proyek. Setelah langkah-langkah tindakan koreksi yang direkomendasikan teridentifikasi, maka selanjutnya hasil penelitian ini akan dimasukkan ke dalam program Expert Corrective Action yang telah diciptakan oleh peneliti lain sebelumnya, agar para pelaku konstruksi dapat menggunakannya dengan praktis; terutama dalam pengambilan keputusan yang memerlukan proses yang cepat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S35139
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Yunadiesti
"Syarat penting untuk menuntun kepada keberhasilan suatu proyek adalah pengendalian yang menyeluruh terhadap faktor-faktor waktu, biaya dan mutu. Pada umumnya proses pengendalian dalam setiap kegiatan konstruksi terdiri dari fungsi dari tiga langkah pokok, yaitu : (1) pengukuran, yang merupakan penetapkan standar kinerja; (2) evaluasi, pengukuran kinerja terhadap standar; dan (3) tindakan koreksi, yakni upaya pembetulan apabila terjadi penyimpangan terhadap standar yang diberlakukan. Pengendalian biaya proyek bertujuan untuk meningkatkan kiner a biaya proyek sehingga biaya aktual lebih kecil atau sama dengan biaya rencana. Pengendalian biaya proyek ini termasuk diantaranya adalah pengendalian biaya subkontraktor. Pengendalian terhadap penyimpangan biaya (cost overrun) pada pengelolaan subkontraktor dapat dilakukan dengan penerapan langkah-langkah tindakan koreksi yang sesuai sehingga tindakan koreksi efektif dan efisien dalam mengatasi penyimpangan biaya yang terjadi.
Rekomendasi tindakaa koreksi pengendalian biaya subkontraktor telah diidentifikasi dari penelusuran dampak dan penyebab penyimpangannya pada penelitian sebelumnya. Rekomendasi tindakan koreksi ini masih memerlukan langkah-langkah tindakan koreksi yang jelas. Dengan bantuan Metode Delphi maka penelitian ini akan mengidentiftkasi langkahlangkah rekomendasi tindakan koreksi tersebut dengan menghimpun langkah-langkah tindakan koreksi yang berbeda-beda dari setiap pakar untuk selanjutnya dilakukan analisis dan pengambilan rekomendasi langkah-langkah yang memiliki frekuensi penerapan tertinggi dan cocok dengan tindakan koreksinya. Hasil penelitian ini aka; digunakan untuk melengkapi Software Corrective Action dan Neural Network yang dapat memudahkan pengambilan keputusan dalam pengendalian biaya proyek."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35083
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Putri Anggia Bunga
"Latar Belakang:
Sindrom mata kering atau dry eye sebagai suatu penyakit multifaktor yang ditandai dengan hilangnya homeostasis lapisan air mata diikuti dengan keluhan akibat instabilitas lapisan air mata, keadaan hiperosmolaritas, inflamasi dan kerusakan permukaan okular dimana abnormalitas neurosensori berperan penting. Keluhan subjektif dry eye disertai faktor resiko dapat menjadi suatu skala terukur melalui suatu kuesioner yang tervalidasi untuk menunjang penegakan diagnosis serta terapi pasien. Hingga saat ini belum terdapat suatu kuesioner dry eye spesifik yang terintegrasi mulai dari skrining, diagnosis hingga follow up untuk populasi Indonesia yang berbahasa Indonesia.
Tujuan:
Menghasilkan kuesioner untuk menyaring, mendiagnosis dan menilai hasil terapi dry eyes menggunakan metode modifikasi Delphi pada populasi di Indonesia.
Metode:
Menggunakan metode modifikasi Delphi yaitu metode dengan mengembangkan suatu studi literatur sistematis membentuk draft awal kuesioner dry eye yang kemudian ditanyakan kepada partisipan dokter spesialis mata ahli Infeksi dan Imunologi yang tergabung dalam Indonesian Ocular Infection and Immunology Society (INOIIS). Metode ini terdiri dari tiga ronde dan focus group discussion (tentatif).
Hasil:
Dua puluh tujuh partisipan dokter spesialis mata Infeksi dan Imunologi mengikuti 3 ronde metode modifikasi Delphi hingga akhir. Telaah sistematik dilakukan dan mendapatkan kuesioner dengan validitas dan reliabilitas baik yang dijadikan bahan pertimbangan item pertanyaan awal pada ronde 1. Didapatkan 22 item pertanyaan pada kategori pertanyaan skrining, 6 item pertanyaan pada kategori diagnosis dan 9 item pertanyaan pada kategori follow up.
Kesimpulan:
Seluruh pertanyaan pada item pertanyaan skrining, diagnosis dan follow up pada kuesioner sindrom mata kering merupakan hasil kesepakan yang didapatkan melalui tiga ronde metode modifikasi Delphi.

Background:
Dry eye syndrome is a multifactorial disease characterized by loss of tear film homeostasis followed by complaints of tear film instability, hyperosmolarity, inflammation and damage to the ocular surface in which neurosensory abnormalities play an important role. Subjective complaints of dry eye with risk factors can be a measurable scale through a validated questionnaire to support diagnosis and patient therapy. There is no specific and comprehensive dry eye questionnaire for screening, diagnose and follow up dry eye patient for the Indonesian population.
Objective:
Produced a questionnaire to screen, diagnose and assess the results of dry eyes therapy using the modified Delphi method in Indonesia.
Method:
Using the modified Delphi method, which is a method by developing a systematic literature study to form an initial draft of a dry eye questionnaire which then asked to participants the subspecialist ophthalmologists in Infection and Immunology who are member of the Indonesian Ocular Infection and Immunology Society (INOIIS). This method consists of three rounds and a focus group discussion (tentative).
Result:
Twenty-seven participants, ophthalmologists of the infection and immunology subspecialists, followed 3 rounds of the modified Delphi method until the end. A systematic review was carried out and obtained a questionnaire with good validity and reliability which was used as the draft of the initial question items in round 1. There were 22 question items in the screening question category, 6 question items in the diagnosis category and 9 question items in the follow-up category.
Conclusion:
All questions on the screening, diagnosis and follow-up questions on the dry eye syndrome questionnaire were the result of agreement obtained through three rounds of the modified Delphi method.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alifa Hasnaridha Wijaya
"Prosocial behaviours, helping in particular, has been one of the popularly discussed topic in social psychology, especially during the times of crisis. Past studied also implied that finding meaning in life and psychosocial wellbeing played an important role in prosocial behaviour dynamics. This recent study investigates whether or not helping during natural disasters is related with meaning in life and psychosocial wellbeing of the participants. Survey was distributed to the community as a way to obtain data. Participants who engaged in more helping activities reported higher psychosocial wellbeing, but no significant correlation with meaning in life. Although slightly different than predicted, these results can further be utilised to promote helping behaviours as a way to improve wellbeing in the society.

Perilaku prososial, terutama dalam bentuk membantu, telah menjadi salah satu topik yang banyak dibahas dalam psikologi sosial, terutama pada masa krisis. Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa menemukan makna dalam hidup dan kesejahteraan psikososial memainkan peran penting dalam dinamika perilaku prososial. Penelitian terbaru ini menyelidiki apakah membantu saat bencana alam terkait dengan makna dalam hidup dan kesejahteraan psikososial para partisipan. Survei didistribusikan kepada masyarakat untuk mendapatkan data. Para partisipan yang lebih banyak terlibat dalam kegiatan membantu melaporkan kesejahteraan psikososial yang lebih tinggi, tetapi tidak ada korelasi yang signifikan dengan makna dalam hidup. Meskipun sedikit berbeda dari yang diperkirakan, hasil ini dapat lebih lanjut digunakan untuk mendorong perilaku membantu sebagai cara untuk meningkatkan kesejahteraan dalam masyarakat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farid Suseno Siswo Suwignyo
"Pada zaman serba komputer ini, sebagai seorang perencana dituntut untuk lebih cepat, tepat dan efisien dalam menghasilkan suatu perencanaan. Terutama pada saat menghitung biaya perkiraan dalam suatu pekerjaan konstruksi. Untuk menghasikan suatu perhitungan yang akurat dan efisien terhadap waktu, dibutuhkan alat bantu yaitu Aplikasi Komputer. Untuk itu dibutuhkan Aplikasi bantu yang khusus untuk menghitung biaya dari suatu bangunan yang akan dibangun. Aplikasi tersebut dibuat berdasarkan referensi Analisa Upah dan Bahan berbasis SNI 2002, yang didalamnya terdapat koefisien-koefisien hasil penelitian dalam perkiraan perencanaan dari upah buruh dan bahan. Biaya, spesifikasi bahan dan kuantiti pekerjaan yang merupakan variabel dari analisa ini. Aplikasi dibuat menggunakan Delphi. Di dalam aplikasi tersebut akan dihasilkan data yang berupa harga tiap-tiap pekerjaan dan jumlah biaya yang harus dikeluarkan dari banyaknya pekerjaan dan bahan yang digunakan. Aplikasi menghasikan keluaran Estimasi biaya bangunan yang cepat, akurat dan mudah. Dengan aplikasi ini dapat menghemat biaya dan waktu perencanaan suatu perhitungan biaya bangunan.

At this time, as a planner is claimed to be more quickly, efficient and acurate in yielding a planning. Especially at the time of calculating expense of estimate in a construction work. Time efficient and accurate calculation , required auxiliaries that is Computer Software. For the purpose is required software to assist special to calculate cost from a building which will be built. The application is made based on reference material and Resource bases on SNI 2002, in by it there is coefficients result of research in planning estimate from labour wages and material. Cost, specification of material and Quantity work which is variable from this analysis. The software made with Delphi. In the application will be yielded data which in the form of the price of every work and number of costs which must be released from the many works and material applied. The software output of Estimate expense of building that is quickly, accurate and easy. With the software of this can cost effective and planning time a calculation expense of building."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35186
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadette Karenina Dorothy
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah tingkat empati dan kesejahteraan psikososial individu berkorelasi dengan perilaku prososial saat terjadinya bencana alam. Partisipan penelitian korelasional ini direkrut melalui survei online yang dibagikan oleh mahasiswa PSYC2040 dari The University of Queensland (UQ) kepada teman dan keluarga, baik di Australia maupun di luar Australia. Data dikumpulkan dari 327 orang yang terdiri dari 222 perempuan, 91 laki-laki, 10 non-biner, dan 4 pengidentifikasian lainnya yang pernah mengalami bencana alam. Peneliti menggunakan Skala Likert, dengan enam pernyataan untuk mengukur empati, delapan pernyataan untuk kesejahteraan psikososial, dan enam pernyataan untuk perilaku menolong bencana alam. Dari data yang diperoleh, peneliti berhasil mengidentifikasi korelasi positif antara empati dan perilaku menolong dalam konteks bencana alam. Sedemikian itu, korelasi positif juga bisa ditemukan pada kesejahteraan psikososial individu terhadap perilaku prososial saat terjadinya bencana alam. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pondasi untuk menumbuhkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya memiliki tingkat empati dan kesejahteraan psikososial yang memadai. Dengan membangun kesadaran masyarakat mengenai pentingnya empati dan kesejahteraan psikososial dapat memperkuat perilaku menolong terlebih kepada korban bencana alam.

The study was conducted to determine whether an individual’s level of empathy and psychosocial well-being is correlated with prosocial behavior during the emergence of natural disasters. Participants were recruited through an online survey that the students distributed to the community. Data were collected from 327 people who were 222 female, 91 male, 10 non-binary, and 4 other-identifying who have experienced natural disasters. The researcher uses the Likert scale, with six items for measuring empathy and eight items for psychosocial well-being. It was found that both empathy and psychosocial well-being were positively correlated with helping behaviors in natural disasters. As for the implication, the findings can be used as groundwork to foster the public’s understanding regarding the importance of having adequate levels of empathy and psychosocial well-being to strengthen helping behaviors, particularly for natural disaster victims."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>