Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18551 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diane Lukito Setiawan
"ABSTRACT
Acquired hemophilia A (AHA) is a blood clotting disorder caused by the presence of autoantibodies (inhibitors) against factor VIII. The typical symptom of this disorder is bleeding under the skin and soft tissue (rarely in the joints), with no family or personal previous history of bleeding. This case reports is tended to build up awareness for better diagnosis and therapy. Woman, 39 years old, bruises on both forearms are intermittent for 2 months with a history of long term drug consumption for headache treatment. Hemostatic test showed the elongation of activated partial thromboplastin test (APTT) to 87,1 (normal 24,4-44,4 seconds) and the decreament of factor VIII (FVIII) activity to 5% (normal 60-150%). Provision of recombinant factor VIII lowered factor VIII activity to 2%. Factor VIII inhibitor titer was 21,12 BU and diagnosis AHA was made. Inhibitor eradication by methylprednisolone tablet 3x16mg which was given for 2 months, improved the APPT to 46,7 seconds and factor VIII activity to 36%. Acquired Hemophilia A should be suspected in an adult bleeding patient with history of taking a long time non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs). This case is a rare case in Indonesia and therefore the procedure for diagnosis needs to be improved in order to avoid errors in delivering a therapy which can cause the decreament of factor VIII activity."
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2019
610 UI-IJIM 51:3 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abraham Yakub
"Pneumonia kemunitas adalah infeksi akut pada paru-paru yang tidak memilki riwayat rawat inap dalam waktu dekat atau tidak terpapar dengan perawatan medis secara teratur. Terdapat dua sistem skoring untuk menentukan prognosis pneumonia komnitas yaitu pneumonia severity index (PSI) and CURB-65. Pnemonia Serverity Index (PSI) lebih rumit dalam penghitungannya dibandingkan CURB-65 dimana PSI menilai 19 variabel sementara CURB-65 hanya 5 variabel.
Tujuan menentukan apakah pneumonia serverity index (PSI) score lebih superior dibandingkan skor CURB-65.
Metode pencarian literatur dilakukan menggunakan pubmed dan OVID Medline. Literatur dipilih bila tidak lebih lama dari 10 tahun, dan bukan review articel. Enam Literatur memenuhi kriteria dan dimasukan dalam analisis.
Hasil lima literatur menyatakan bahwa PSI lebih akurat dalam menentukan dalam prognosis mortalitas 30 hari dan kebutuhan ICU pada pasien risiko tinggi (PSI kelas IV/V and skor CURB-65>3). satu literatur ( Luque et al ) menemukan bahwa CURB-65 sama akuratnya dalam menentukan prognosis mortalitas 30 hari pasien pnemonia komunitas secara keseluruhan.
Kesimpulan skor PSI lebih dipilih dibandingkan skor CURB-65 dalam menentukan prognosis mortalitas 30 hari pasien secara keseluruhan pada pasien pneumonia kemunitas."
Jakarta: Departement of Internal Medicine, Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alessa Fahira
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2019
610 UI-IJIM 51:4 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Errol Untung
"Periosteal osteosarkoma merupakan tumor ganas tulang yang jarang didapat, dibentuk dari sarkoma tulang dengan didominasi komponen tulang rawan yang berdiferensiasi dan tumbuh pada permukaan tulang. Penelusuran kepustakaan tidak banyak menyebutkan mengenai kasus ini. Laporan kasus ini terakhir dilaporkan oleh Klinik Mayo tahun 1999. Kami laporkan satu kasus periosteal osteosarkoma pada penderita laki-laki berusia 17 tahun. Penderita menjalani tindakan pembedahan berupa prosedur ?limb salvage?, dengan pra dan pasca bedah penderita mendapat kemoterapi (neo-ajuvan dan ajuvan). Tidak ditemukan rekurensi lokal dan metastasis di paru, pada follow up sampai dengan 14 bulan pasca bedah. (Med J Indones 2003; 12: 166-70)

Periosteal osteosarcoma is a rare type of malignant bone neoplasm, with predominantly cartilaginous component and arising on the bone surface. Reports of the case in the literature were rare. Last case was reported by Mayo Clinic in 1999. We report a case of periosteal osteosarcoma in a 17-year-old male, who was treated surgically with a limb salvage procedure, neoadjuvant and adjuvant chemotherapy were also given to the patient. There was no local recurrence and lung metastases up to 14 months after surgery. (Med J Indones 2003; 12: 166-70)"
2003
MJIN-12-3-JulSep2003-166
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Andri Maruli Tua
"Penganiayaan anak merupakan masalah sosial dan masalah medis yang penting dan dapat menyebabkan kecacatan dan kematian pada anak. Angka kejadian penganiayaan anak dalam setahun diperkirakan sekitar 15 sampai 42 kasus diantara 1000 anak dan terdapat kecenderungan peningkatan. Patah tulang merupakan tanda klinis kedua terbanyak yang ditemukan setelah lesi kulit, dan sekitar sepertiga anak yang teraniaya akan mendatangi ahli bedah tulang. Kami melaporkan seorang anak laki-laki berusia 7 bulan yang diduga mengalami penganiyaan anak. Diagnosis kami didasarkan pada temuan patah tulang multiple, keterlambatan dalam mencari pertolongan medis dan perbedaan antara riwayat perjalanan penyakit dengan temuan klinis. Anak tersebut mengalami patah tulang multipel dengan proses penyembuhan yang bervariasi, termasuk patah tulang pada suprakondilar humerus kiri, radius dan ulna kiri, radius dan ulna kanan, kedua tulang femur, tibia kanan serta tibia dan fibula kiri. Pemeriksaan radiologis merupakan modalitas yang penting dalam menegakkan kemungkinan adanya penganiayaan pada anak tersebut. Anak tersebut telah mendapatkan penanganan medis, proteksi, kelompok konsultasi untuk kedua orang tua dan sedang dalam penyelidikan pihak kepolisian. (Med J Indones 2004; 13: 59-65)

Child abuse is a pervasive social and medical problem that remains a major cause of disability and death among children. The annual incidence of abuse is estimated to be 15 to 42 cases per 1,000 children and appears to be increasing. Fractures are the second most common presentation of physical abuse after skin lesions, and approximately one third of abused children will eventually be seen by an orthopedic surgeon. We report a 7-month-old boy who was suspected to be abused. Our diagnosis was based on findings of multiple fractures, delay in seeking medical treatment and discrepancy between the history of illness and the clinical findings. He sustained multiple fractures in variety of healing, namely fractures on left supracondylar humeri, left radius and ulna, right radius and ulna, both femora, right tibia, and left tibia and fibula. Radiological examination was an important modality in revealing the possibility of abuse on this child. He had received medical treatment, protection, consultation team for the parents and an underway police investigation. (Med J Indones 2004; 13: 59-65)."
2004
MJIN-13-1-JanMar2004-59
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rhamadiani Fitri
"Selama proses rawat inap, anak-anak menghadapi berbagai stresor yang dapat memengaruhi kondisi fisik anak-anak. Salah satu dampak fisik yang terjadi pada anak adalah penurunan berat badan, dikenal sebagai malnutrisi di rumah sakit (HaM). Penyebabnya HaM termasuk parah atau kritis penyakit, status gizi pada saat masuk, jenis diet, dan lama tinggal. Itu Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara karakteristik klien anak dan kejadian HaM. Desain penelitian adalah kohort prospektif. Dalam studi ini, variabel independen adalah karakteristik anak-anak yang dirawat di rumah sakit (usia, jenis kelamin, status gizi pada saat masuk, dan jenis diet yang diberikan), dan tanggungannya variabelnya adalah kejadian HaM. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 107 anak-anak yang dirawat di rumah sakit di HCU dan PICU. Data dianalisis menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya jenis diet yang memiliki hubungan signifikan terhadap kejadian dari HaM. Rekomendasi penelitian ini adalah agar tim kesehatan dapat melakukan pemeriksaan HaM dan membuat dokumentasi yang akurat.

During the process of hospitalization, children face various stressors that can affect physical condition of children. One physical impact that occurs in children is weight loss, known as hospital malnutrition (HAM). The reasons for human rights include severe or critical illness, nutritional status at entry, type of diet, and length of stay. That The purpose of this study is to look at the relationship between the characteristics of child clients and the human rights incident. The study design was a prospective cohort. In this study, The independent variable is the characteristics of children who are hospitalized (age, sex, nutritional status at entry, and type of diet provided), and dependents the variable is the occurrence of Human Rights. The number of samples in this study was 107 children who are hospitalized in HCU and PICU. Data were analyzed using Chi-square test. The results showed that only the type of diet that has a significant relationship with incidence from HA. The recommendation of this study is for the health team to do inspection of human rights and making accurate documentation."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kezia Meilany Azzahra
"Latar Belakang: Berdasarkan Laporan Pengelolaan Program Tahun 2019, penyakit hemofilia menghabiskan biaya Rp. 405,670,839,460 dengan 70,999 kasus. Pada tahun 2022, terjadi peningkatan kasus menjadi 116,767 kasus dengan pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan sebanyak Rp. 650 milyar untuk membayar pelayanan kesehatan Peserta JKN pada penyakit hemofilia. Tujuan: Mengetahui biaya dan faktor faktor yang berhubungan dengan penyakit hemofilia di FKRTL dalam satu tahun (12 bulan). Metode: Desain studi cross-sectional dengan analisis univariat dan bivariat, Hasil: BPJS Kesehatan menghabiskan anggaran sebesar Rp. 452,466,055,817 (452 Milyar) untuk membayar klaim 143 peserta aktif dalam satu tahun (12 bulan) Tahun 2019- 2020. Faktor-faktor yang berhubungan dengan biaya layanan JKN untuk penyakit hemofilia Tahun 2019-2020 yaitu Jenis Kelamin, Usia, Hubungan Keluarga, Kelas Hak Rawat, Segmentasi Peserta, Wilayah Kepesertaan, Kunjungan RJTL, Kunjungan RITL, Status Kepemilikan Fasilitas Kesehatan. Kesimpulan: RJTL menyerap dari total biaya penyakit hemofilia yaitu Rp814.260.386.772 (90%).

Background: Based on the 2019 Program Management Report. Hemophilia costs Rp. 405,670,839,460 with 70,999 cases. In 2022, there are an increase in cases to 116,767 cases with claim costs of Rp. 650 billion spent by BPJS Health to pay for health services for JKN participants for hemophilia.Objective: To find out the costs and factors associated with hemophilia at FKRTL in one year (12 months). Method: Cross- sectional study design with univariate and biavariate analysis. Results: BPJS Health spends a budget of Rp. 452,466,055,817 (452 billion) to pay the claims of 143 active participants in one year (12 months) 2019-2020. Factors related to the cost of JKN services for hemophilia in 2019-2020 are Gender, Age, Family Relations, Treatment Rights Class, Participant Segmentation, Participants Area, RJTL Visits, RITL Visits, Health Facility Ownership Status. Conclusion: RJTL absorbs the total cost of hemophilia, namely Rp814.260.386.772 (90%).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Singh, H.
"Klorokuin masih merupakan obat anti malaria yang terbanyak digunakan sampai saat ini. Retinopati akibat akumulasi obat telah pernah dilaporkan, terutama pada para pasien gangguan rematologik yang menjalani pengobatan jangka panjang. Sebuah laporan kasus yang langka mengenai retinopati idiosinkratik yang dicetuskan oleh klorokuin pada terapi malaria Falciparum, disajikan di sini. (Med J Indones 2002; 11: 176-8)

Chloroquine still remains the most widely used antimalarial of present time. Cumulative dose retinopathy has been reported with the use of chloroquine therapy, especially seen in patients on its chronic therapy in rheumatological disorders. A rare case report on chloroquine induced idiosyncratic retinopathy while being used in treatment of Falciparum malaria is being presented. (Med J Indones 2002; 11: 176-8)"
Medical Journal of Indonesia, 2002
MJIN-11-3-JulSep2002-176
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Sindroma pemanjangan QT (Long QT syndrome) diakibatkan oleh defek genetik, merupakan kasus jarang, sering disertai dengan takikardia ventricular polimorfik (‘torsade de pointes’- TdP) dan dapat menyebabkan kematian mendadak. Dilaporkan kasus seorang wanita 25 tahun dengan riwayat berdebar, sakit kepala dan pingsan yang berulang sejak usia 16 tahun. Rekaman elektrokardiogram menunjukkan adanya ekstra-sistol ventrikular bigemini, interval QT terkoreksi memanjang dan gelombang T abnormal. Pascapersalinan pertama penderita didiagnosis sebagai kardiomiopati peripartal. Juli 2002 dirawat karena masalah pingsan dan kejang disertai TdP dan fibrilasi ventrikular. Keadaan ini dapat diatasi dengan beberapa kali pemberian renjatan aliran arus searah (DC), pemasangan pacu jantung sementara dengan laju jantung yang relatif tinggi. Penderita dipulangkan dengan penyekat beta dan pemasangan pacu-jantung tetap kamar ganda. Selama 4 bulan pemantauan, penderita tanpa keluhan. (Med J Indones 2003; 12: 109-13)

Long QT syndrome (LQTS) is an uncommon disease due to genetic defect and responsible for polymorphic VT (torsade-de pointes-TdP) and sudden cardiac death. A case of 25 year-old woman with palpitation, severe headache and recurrent syncopal episode since 16 year-old is reported. The ECG showed bigeminy ventricular premaure contraction (VPC), prolonged QTc interval and abnormal T wave. Peripartal cardiomyopathy was diagnosed recently after the first delivery. In July 2002, she was hospitalized due to recurrent syncope, seizure proceeded by TdP and VF. On admission she need several times DC shock and temporary pacemaker with relatively high rate. Beta-blocker and implantation of dual chamber permanent pacemaker finally could control the malignant arrhythmias. During follow-up for 4 months, she was doing well and no syncopal episode occurred. (Med J Indones 2003; 12: 109-13)"
Medical Journal of Indonesia, 12 (2) April June 2003:109-113, 2003
MJIN-12-2-AprilJune2003-109
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>