Ditemukan 124555 dokumen yang sesuai dengan query
Elmansyah
"Tulisan yang membahas tentang eksistensi tasawuf di Kalimantan Barat cenderung bersifat parsial. Oleh karena itu, tulisan ini akan mengungkap eksistensi tasawuf di seluruh wilayah Kalimantan Barat melalui perkembangan tarekat di berbagai daerah. Tulisan ini dikerjakan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1) tasawuf pertama kali teridentifikasi sejak datangnya Syeikh Hussein al-Qadri di Negeri Matan, Ketapang; 2) tasawuf eksis sejak murid-murid Syeikh Ahmad Khatib Sambas pulang dari haji dan mengajarkan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah; 3) tasawuf berkembang di Kalimantan Barat dalam bentuk tarekat, antara lain Tarekat Naqsyabandiyah Muzhariyah, Tarekat Haq Naqsyabandiyah, Tarekat Al-Mu’min, Tarekat Shiddiqiyah, dan Tarekat Sammaniyah; 4) keberadaan tarekat-tarekat di Kalimantan Barat dapat dilihat melalui kondisi kehidupan beragama masyarakat, yaitu diterimanya Islam dengan baik di masyarakat yang sebelumnya sudah beragama dan Islamisasi budaya leluhur yang masih berkembang dengan tanpa mengurangi nilai-nilai budaya yang ada.
The study discussing the existence of sufism in West Kalimantan so far is still partial. Therefore, this study revealed the existence of sufism more fully by explaining the existence of sufism in all regions of West Kalimantan through the development of tariqa in various regions. This study used the qualitative method with descriptive approach. This study concluded as follows: 1) sufism was firstly identified since the arrival of Sheikh Hussein alQadri in Negeri Matan, Ketapang; 2) sufism has existed since Shaykh Ahmad Khatib Sambas's students returned from the pilgrimage and taught Qadiriyah wa Naqsyabandiyah Tariqa; 3) sufism developed in West Kalimantan in the form of tariqa, including Naqshabandiyah Muzhariyah Tariqa, Haq Naqshabandiyah Tariqa, Al-Mu'min Tariqa, Shiddiqiyah Tariqa and Sammaniyah Tariqa; 4) The existence of tariqa in West Kalimantan can also be seen through the community’s religious conditions, especially Islam was accepted very well by a society that had different religion, and Islamization of ancestral culture is still developing without compromising existing cultural values."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2019
900 HAN 3:1 (2019)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
META 6:1(2013)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Study program S1 Existension and communication Agriculture (S1 PKP) in Universitas Terbuka (UT) has been opened since 2004 and until December 2006 has already graduated 514 alumni. The alumni resides all over Indonesia hence calling for a tracer study. In addition, it is also perceived important to obtain the alumni 's perception about curriculum of the study program . This article discusses characteristics of the alumni current accoupation , community acceptance, benefits the alumni gain after graduating from S1 PKP and roles of S1 PKP on alumni's professional development. Concerning relatively small number of alumni, all of the 514 alumni were included in the research while data were collected by questionnares. Return rate of the questionnaire was 48,2 % which regarded high in UT which commanly see around 30% return rate. The data show that curriculum of S1 PKP is generally suit the needs of extension workers although there is a need to update the curricullum regularly in order to catch up with the advancement in technology development as well as to fulfill higher community needs. In addition, the education in S1 PKP is stated to be able to increase communication and negotation skills of the alumni. "
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Salah satu fenomena yang muncul di perkotaan besar adalah merebaknya kegiatan spiritual seperti tarekat atau tasawuf. Akan tetapi perilaku tasawuf seringkali dituduh sebagai penyebab kemunduran peradaban atau mundurnya manusia dari percaturan global. Oleh karena itu tasawuf kurang mendapatkan apresiasi secara tepat dan benar. Meskipun demikian ada pendapat lain bahwa faham kesufian Buya Hamka sangat relevan bagi kehidupan keagamaan di negeri kita di masa mendatang. Bagaimana gambaran tentang eksistensi dalam tasawuf Buya Hamka?
Menurut Buya Hamka bertasawuf bukan menolak hidup melainkan menceburkan diri ke dalam masyarakat. Menceburkan diri ke dalam masyarakat tidak berbeda dengan bereksistensi. manusia memiliki kebebasan untuk menentukan tindakannya sendiri yang disebut kebebasan eksistensial. Kebebasan tersebut merupakan kebebasan yang dibawa sejak lahir. Selain itu sejak lahir manusia juga diberi akal untuk menimbang-nimbang di antara buruk dengan baik, mudharat dan manfaat, untuk menerima apa yang diwahyukan oleh Tuhan kepada Nabi Muhammad SAW yaitu bahwa hidup ini untuk beribadah, berbakti dan mengabdi.
Jadi bereksistensi adalah bertasawuf yang diatur dengan kaidah-kaidah dan syariah-syariah Islam. kaidah-kaidah dan syariah Islam tidak saja berisi aturan, etikut maupun hubungan antara manusia dengan alam."
JTW 1:1 (2012)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Mohammad Juri
"Tesis ini membahas urgensi ajaran maqâmât dalam tasawuf terhadap Pembentukan moral politik di indonesia. Latar belakang pengambilan judul ini didasarkan pada fakta adanya dekadensi moral politik yang semakin meningkat di Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Fenomena tersebut menjadi keresahan penulis, sebab tasawuf sebagai cabang ilmu keislaman mengajarkan moral melalui penyucian hati dan pengisian raga dengan nilai-nilai yang baik.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif-analitik. Penelitian kualitatif merupakan penelitian khusus tentang objek yang tidak dapat diteliti secara statistik atau kuantifikasi. Deskriptif berarti menguraikan fakta secara sistematis. Penulis menguraikan data-data itu setelah dilakukan klasifikasi sesuai dengan objek penelitian, yaitu ajaran maqâmât dalam tasawuf dan moral politik di Indonesia. Selanjutnya, penulis melakukan analisis terhadap data-data tersebut berdasarkan teori etika dan teori qalb Al-Ghazali.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara ajaran maqâmât dalam tasawuf dengan moral politik di Indonesia yang terkandung dalam Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa terletak pada sifat dasar moralnya, sama-sama memiliki maksud untuk menciptakan elit politik dan pejabat negara yang baik dan bersih serta aspek legalitasnya secara konstitusi. Sedang ajaran maqâmât dapat dijadikan moral dalam mendekatkan diri kepada Tuhan dan juga moral dalam berinteraksi sesama manusia utamanya dalam bidang politik. Sebagai moral kepada Tuhan, ajaran maqâmât dapat menghadirkan kondisi psikologis yang bersifat spiritual (ahwâl) seperti ketentraman dan ketenangan hati (al-thuma’nînah) serta dapat melahirkan sikap sosial-politik yang baik. Sedang ajaran maqâmât sebagai konsep moral politik dapat diaktualisasikan oleh para elit politik dan pejabat penyelenggara pemerintahan dengan menggunakan reinterpretasi konsep ajaran maqâmât.
This thesis discusses the urgency stages (maqâmât) teachings of Sufism to the Formation of moral politics in Indonesia. The background of this research is based on the fact of political decadence that is increasing in Indonesia, which is predominantly Muslim. This phenomenon is a concern to the authors, because Sufism as a branch of Islamic knowledge taught morals through the purification of the heart and soul filling with good values.This research is qualitative descriptive-analytic design. Qualitative research is a specialized study of history that can not be studied statistics or quantification. Descriptive means systematically outlines the facts. The author outlines the data after classification in accordance with the object of research, ie the teachings of Sufism and moral maqamat in Indonesian politics. Furthermore, the authors conducted an analysis of these data based on the theory of ethics and the theory of qalb al-Ghazali.The results showed that the relationship between the teachings of Sufism with moral maqamat in Indonesian politics is contained in Decree No. VI/MPR/2001 on Ethics life of the nation lies in the nature of the moral, both have the intention to create the political elite and state officials good and clean as well as the aspects of legality in the constitution. Medium can be used as a moral teachings in stages draw closer to God and also moral human beings interact primarily in the field of politics. As a moral form of God, the teachings stages can bring spiritual psychological condition (states) such tranquility and peace of mind (al-thuma'nînah) and can generate socio-political attitudes are good. Stages teachings as being a political moral concepts can be actualized by the political elite and government administration officials using the reinterpretation of the concept of stages teachings."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Abuddin Nata
Jakarta: Rajawali, 2012
297.4 ABU a
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Jakarta: Pusat Kajian Buya Hamka. Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka, {s.a.}
JTW 1:1 (2012)
Majalah, Jurnal, Buletin Universitas Indonesia Library
M. Hasyim Syamhudi, 1950-
Malang: Madani Media, 2015
297.4 HAS a
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
As-Sakandari, Ibnu Atha`illah
Jakarta: Wali Pustaka, 2016
297.4 ASS a
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Hadji Abdul Malik Karim Amrullah, 1908-1981
Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1951
297.4 HAM t
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library