Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200814 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fiona Maharani Indira
"Latar Belakang: Depresi masih menjadi salah satu gangguan mental dengan prevalensi cukup tinggi pada remaja di Indonesia. Kehidupan remaja juga tidak lepas dari hubungan pertemanan. Beberapa penelitian telah meneliti adanya hubungan antara hubungan pertemanan dengan kondisi depresi. Penelitian ini menggunakan rancangan studi potong lintang untuk menganalisis hubungan antara masalah pada teman sebaya dan depresi pada siswa SMA di Depok. Tujuan: Mengetahui faktor risiko terjadinya depresi dalam aspek pertemanan pada siswa SMA di Depok. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan studi potong lintang untuk menganalisis hubungan antara masalah pada teman sebaya dan depresi pada siswa SMA di Depok dengan menggunakan kuesioner SDQ (Strengths and Difficulties Questionnaire) untuk masalah pada teman sebaya dan CESD-R (Center for Epidemiologic Studies Depression Scale-Revised) untuk depresi. Sampel penelitian yang digunakan adalah siswa SMA Dian Didaktika. Dari 176 siswa yang mengisi kuesioiner, dengan menggunakan metode random sampling, terpilih 96 data siswa yang digunakan untuk penelitian ini. Data yang telah didapatkan dianalisis dengan uji Chi-square. Hasil: Secara statistik didapatkan perbedaan bermakna dengan p=0,004 antara masalah pada teman sebaya dan depresi pada siswa SMA di Depok. Selain itu, dapatkan odds ratio sebesar 4,143 dengan interval kepercayaan 95% (1,539 – 11,154) pada siswa yang memiliki masalah pada teman sebaya. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara masalah pada teman sebaya dan depresi pada siswa SMA di Depok.

Background: Depression remains a mental disorder with a high prevalence in adolescents in Indonesia. Teenage life is also closely related with of friendship. Several studies have examined the relationship between friendship and depression. This study uses a cross-sectional study design to analyze the association between peer problems and depression in high school students in Depok. Objective: This research was done to determine the association between peer problems and depression among high school students in Depok. Methods: This study uses a cross-sectional study design to analyze the association between peer problems and depression in high school students in Depok by using the SDQ (Strengths and Difficulties Questionnaire) questionnaire for peer problems and CESD-R (Center of Epidemiologic Studies Depression Scale-Revised ) for depression. The research sample used was high school students Dian Didaktika. Of the 176 students who filled out the questionnaire, using the random sampling method, 146 student data were selected for this study. The data obtained were analyzed by Chi-square test. Results: Statistically found a significantly different (with p=0,004) between peer problems and depression among high school students in Depok. In addition, obtained odds ratio of students who have peer problems is 4.143 with 95% confidence intervals (1,539 – 11,154). Conclusion: There is an association between peer problems and depression among high school students in Depok.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ditta Shabrina Suhada
"

Latar Belakang: Depresi merupakan salah satu gangguan mental yang memiliki prevalensi tinggi di populasi termasuk di Indonesia khususnya pada populasi remaja. Self-harm merupakan perilaku menyakiti diri yang memiliki prevalensi tertinggi pada remaja. Beberapa penelitian telah mengaitkan depresi dengan perilaku self-harm. Penelitian dengan jenis studi potong lintang ini mencari tahu hubungan antara depresi dengan perilaku self-harm pada siswa SMA di Depok. Tujuan: Mengetahui hubungan depresi dengan perilaku self-harm pada siswa SMA di Depok. Metode: Penelitian dengan jenis studi potong lintang ini mencari tahu hubungan antara depresi dengan perilaku self-harm pada siswa SMA di Depok dengan menggunakan kuesioner Center for Epidemiologic Studies Depression Scale-Revised (CESD-R) dan Self-Harm Behavior Questionnaire (SHBQ). Subjek penelitian adalah siswa dari SMA Dian Diaktika Depok. Dari 176 siswa yang mengisi kuesioner, dipilih 146 siswa dengan metode random sampling. Data kemudian dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil: Terdapat hubungan antara depresi dengan perilaku self-harm pada siswa SMA di Depok yang secara statistik bernilai p = 0,003 dan OR = 4,250 (IK 95% = 1,603 s.d 11,266). Dengan demikian, siswa dengan gejala depresi berpeluang 4,250 kali lebih mungkin melakukan perilaku self-harm dibandingkan dengan yang tidak memiliki gejala depresi. Kesimpulan: Terdapat hubungan depresi dengan perilaku self-harm pada siswa SMA di Depok.


Background: Depression is a mental disorder that has a high prevalence among the population, including in Indonesia, especially in the adolescent population. Self-harm is a self-harming behavior which has the highest prevalence in adolescents. Several studies have linked depression to self-harm behavior. This cross-sectional study observes the association between depression and self-harm behavior in high school students in Depok. Objective: Determining the association between depression and self-harm behavior among high school students in Depok. Method: This cross-sectional study observes the relationship between depression and self-harm behavior among high school students in Depok using the Center for Epidemiologic Studies Depression Scale-Revised (CESD-R) questionnaire and Self-Harm Behavior Questionnaire (SHBQ). The research sample is the students from Dian Diaktika High School Depok. Out of 214 students who filled out the questionnaire, 146 students were selected using the random sampling method. Data were then analyzed using the chi-square test. Result: There is an association between depression and self-harm behavior among high school students in Depok, which is statistically significant with p = 0,003 and OR = 4,250 (IK 95% = 1,603 s.d 11,266). Thus, students with depressive symptoms were 4,250 times more likely to conduct self-harm than those who did not have depressive symptoms. Conclusion: There is an association between depression and self-harm behavior among high school students in Depok.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Amelia
"Pendahuluan: Remaja merupakan masa peralihan yang kompleks. Pada masa ini, terdapat perubahan fisik dan psikologis yang besar dalam hidup seseorang. Masa peralihan ini membuat remaja rentan mengalami depresi yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya orang tua sebagai orang yang memiliki peran penting dalam perkembangan kesehatan jiwa anak hingga remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu hubungan antara pola asuh orang tua dengan depresi pada remaja di Depok, Jawa Barat.
Metode: Penelitian dengan metode studi potong lintang pada 96 siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Dian Didaktika Depok yang berusia 14 sampai 17 tahun ini menggunakan kuesioner skrining depresi, Centre for Edpidemiologic Studies Depression Scale-revised (CESD-R) dan Kuesioner Pola Asuh Anak (KPAA) sebagai instrumennya. Data yang terpilih menggunakan teknik pengambilan acak dianalisis dengan uji Fisher.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 30,2% remaja yang memiliki gejala depresi. Mayoritas pola asuh yang ditemukan pada ayah (96,9%) dan ibu (96,9%) adalah pola asuh yang tidak diharapkan (pola asuh permisif, otoriter, dan mengabaikan). Sebagian besar dari pola asuh yang tidak diharapkan tersebut adalah pola asuh permisif. Setelah dianalisis, tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna secara statistik antara pola asuh permisif dengan depresi pada remaja sebagai pola asuh orang tua terbanyak pada subjek penelitian ini.

Introduction: Adolescence is a complex transitional period. During this period, there are great physical and psychological changes that occur in someone’s life. This transitional period causes adolescents to be more likely to develop depression which is affected by several factors, one of them is parent as someone who plays an important role in children to adolescents’ mental health development. Therefore, the purpose of this study is to find the relationship between parenting styles and depression among adolescents in Depok, Jawa
Barat.
Methods: This cross-sectional study of 96 students ages 14 to 17 from Dian Didaktika High School in Depok used depression screening questionare, Centre for Edpidemiologic Studies Depression Scale-revised (CESD-R) and Kuesioner Pola Asuh Anak (KPAA) as its instruments. Data that has been picked by random
sampling was analyzed by Fisher’s test.
Results: The result of this study revealed that there are 30,2% adolescents who have depression symptoms. The majority of parenting styles found in father (98,6%) and mother (98,6%) are undesirable parenting styles (permissive, authoritarian, and neglectful parenting style). Most of those undesirable parenting styles are permissive parenting style. After being analyzed, there is no statistically significant difference between permissive parenting styles and depression in adolescents as it is the most common parenting style in these reasearch subjects.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halgin, Richard P.
Jakarta: Salemba Humanika, 2010
616.89 HAL p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Halgin, Richard P.
Jakarta: Salemba Humanika, 2012
616.89 HAL p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Nur Kharimah
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan kualitas hubungan pertemanan antara remaja laki-laki dan remaja perempuan serta melihat korelasi antara kualitas hubungan pertemanan dan tingkat depresi pada siswa SMA di wilayah DKI Jakarta. Friendship Quality Scale FQS dan Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL-25 digunakan pada penelitian ini untuk mengukur kualitas hubungan pertemanan dan psychological distress dalam bentuk gejala depresi. Responden penelitian ini terdiri dari 746 siswa kelas X SMA yang tersebar di lima kotamadya di Provinsi DKI Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kualitas hubungan pertemanan pada remaja laki-laki dan perempuan, dengan skor kualitas hubungan pertemanan pada remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan remaja laki-laki.
Berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu, pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara kualitas hubungan pertemanan dan tingkat depresi, yang menunjukkan bahwa semakin tinggi kualitas hubungan pertemanan maka akan semakin tinggi pula tingkat depresi, dan begitu sebaliknya. Penelitian lanjutan dinilai perlu dilakukan untuk menggali dinamika hubungan positif antara kualitas hubungan pertemanan dan tingkat depresi.

The aim of this study is to compare friendship quality between boys and girls, and also to investigate whether any correlation between friendship quality and depression among high school students in Jakarta. Friendship Quality Scale FQS and Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL 25 are used to measure friendship quality and psychological distress in the form of depressive symptoms. Participants of this study were 746 tenth graders of high school from five urban cities in Jakarta.
The result of the study shows that there is a significant difference of friendship quality between boys and girls, whereas girls tend to be higher than boys. Contradictory with previous studies, the result of this study shows that there is a positive correlation between friendship quality and depression, which means that higher friendship quality correlates with higher depressive symptoms, and vice versa. Future researches are needed to explore the dynamics of positive correlation between friendship quality and depression.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67059
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadine Herdwita Putri Soerojo
"Latar Belakang: Sebanyak 9 juta orang di Indonesia mengalami gangguan depresi. Jawa Barat, salah satu provinsi di Indonesia, merupakan provinsi yang memliki masyarakat dengan gangguan mental emosional terbanyak kedua setelah Sulawesi Tengah. Dari berbagai penelitian, ditemukan bahwa self-esteem yang rendah merupakan salah satu faktor risiko dari depresi.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya hubungan antara citra diri dengan depresi pada remaja SMA di Depok.
Metode: Metode yang digunakan adalah rancangan studi cross-sectional untuk mengidentifikasi hubungan citra diri dan depresi pada remaja SMA. Aspek depresi dinilai menggunakan kuesioner Center of Epidemiologic Studies Depression Scale-Revised (CESD-R), sedangkan aspek citra diri dinilai dengan menggunakan kuesioner Citra Diri Rosenberg. Sampel penelitian dari penelitian ini adalah remaja SMA Dian Didaktika dan dipilih menggunakan teknik random sampling yang menghasilkan 96 remaja. Data tersebut kemudian diolah dan dianalisis menggunakan Uji Chi-Square.
Hasil: Hasil yang didapatkan adalah terdapat hubungan yang signfikan antara self-consciousness dan the perceived self dengan depresi (p=0,000, p=0,000), sedangkan tidak ada hubungan yang signfikan antara tingkat dan kestabilan self-esteem dengan depresi (p=0,3660, p=1,000).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara self-consciousness dan the perceived self dengan depresi.

Introduction: Approximately 9 million people in Indonesia have developed depression disorder. West Java, a province in Indonesia, has the second most citizens with emotional mental disorders after Central Sulawesi. From various studies, it was found that depression development was related to low self-esteem as its risk factor.
Aim: This study aims to identify the presence or absence of a relationship between self-esteem and depression in high school adolescents in Depok.
Method: The method used in this study was a cross-sectional study design to identify the relationship between self-esteem and depression in high school adolescents. The depression aspect was assessed using the Center of Epidemiologic Studies Depression Scale-Revised (CESD-R) questionnaire, while the self-esteem aspect was assessed using the Rosenberg Self-Esteem Scale questionnaire.  The research sample of this study was 96 students of SMA Dian Didaktika, a high school in Depok, West Java. The respondents was selected using random sampling technique. The data was analyzed using the Chi-Square Test.
Results: The results obtained are that there is a significant relationship between self-consciousness and the perceived self with depression (p = 0.000, p = 0.000), while there is no significant relationship between the level and stability of self-esteem with depression (p = 0.660, p =  1.000). 
Conclusion: There is a relationship between self-consciousness and the perceived self with depression in adolescents.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ditta Shabrina Suhada
"Latar Belakang: Depresi merupakan salah satu gangguan mental yang memiliki prevalensi tinggi di populasi termasuk di Indonesia khususnya pada populasi remaja. Self-harm merupakan perilaku menyakiti diri yang memiliki prevalensi tertinggi pada remaja. Beberapa penelitian telah mengaitkan depresi dengan perilaku self-harm. Penelitian dengan jenis studi potong lintang ini mencari tahu hubungan antara depresi dengan perilaku self-harm pada siswa SMA di Depok. Tujuan: Mengetahui hubungan depresi dengan perilaku self-harm pada siswa SMA di Depok. Metode: Penelitian dengan jenis studi potong lintang ini mencari tahu hubungan antara depresi dengan perilaku self-harm pada siswa SMA di Depok dengan menggunakan kuesioner Center for Epidemiologic Studies Depression Scale- Revised (CESD-R) dan Self-Harm Behavior Questionnaire (SHBQ). Subjek penelitian adalah siswa dari SMA Dian Diaktika Depok. Dari 176 siswa yang mengisi kuesioner, dipilih 146 siswa dengan metode random sampling. Data kemudian dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil: Terdapat hubungan antara depresi dengan perilaku self-harm pada siswa SMA di Depok yang secara statistik bernilai p = 0,003 dan OR = 4,250 (IK 95% = 1,603 s.d 11,266). Dengan demikian, siswa dengan gejala depresi berpeluang 4,250 kali lebih mungkin melakukan perilaku self-harm dibandingkan dengan yang tidak memiliki gejala depresi. Kesimpulan: Terdapat hubungan depresi dengan perilaku self-harm pada siswa SMA di Depok.

Background: Depression is a mental disorder that has a high prevalence among the population, including in Indonesia, especially in the adolescent population. Self-harm is a self-harming behavior which has the highest prevalence in adolescents. Several studies have linked depression to self-harm behavior. This cross-sectional study observes the association between depression and self-harm behavior in high school students in Depok. Objective: Determining the association between depression and self-harm behavior among high school students in Depok. Method: This cross-sectional study observes the relationship between depression and self-harm behavior among high school students in Depok using the Center for Epidemiologic Studies Depression Scale-Revised (CESD-R) questionnaire and Self-Harm Behavior Questionnaire (SHBQ). The research sample is the students from Dian Diaktika High School Depok. Out of 214 students who filled out the questionnaire, 146 students were selected using the random sampling method. Data were then analyzed using the chi-square test. Result: There is an association between depression and self-harm behavior among high school students in Depok, which is statistically significant with p = 0,003 and OR = 4,250 (IK 95% = 1,603 s.d 11,266). Thus, students with depressive symptoms were 4,250 times more likely to conduct self-harm than those who did not have depressive symptoms. Conclusion: There is an association between depression and self-harm behavior among high school students in Depok."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya Destiani Sugiwan
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang memiliki tujuan untuk melihat hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dan gejala depresi pada remaja di Jakarta. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Friendship Quality Scale FQS, Peer Acceptance Scale PAS dan Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL-25 digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur dukungan sosial teman sebaya melalui penerimaan teman sebaya dan kualitas pertemanan serta mengukur gejala depresi. Partisipan penelitian ini terdiri dari 632 siswa SMA kelas XI di 5 wilayah DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan teman sebaya dengan gejala depresi, namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas pertemanan dan gejala depresi. Hasil penelitian mengenai penerimaan teman sebaya sejalan dengan penelitian tahun lalu yang menunjukkan ada hubungan korelasi negatif yang signifikan antara penerimaan teman sebaya dan gejala depresi, yaitu semakin tinggi skor penerimaan teman sebaya, semakin rendah skor depresi dan begitu juga sebaliknya. Namun, hasil penelitian kualitas pertemanan yang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kualitas pertemanan dan gejala depresi, tidak sejalan dengan penelitian tahun lalu yang menunjukan korelasi positif yang signifikan antara kualitas pertemanan dengan gejala depresi, yaitu semakin tinggi skor kualitas pertemanan maka semakin tinggi juga skor depresinya. Dibutuhkan penelitian lanjutan untuk melihat prediksi antar variabel di tahun selanjutnya melalui variabel tahun ini.

ABSTRACT<>br>
Abstract This study is a follow up study that aims to see the relationship between peer social support and depression symptom in adolescents in Jakarta. Measuring instrument used in this study are Friendship Quality Scale FQS, Peer Acceptance Scale PAS and Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL 25 used in this study to measure peer social support through peer acceptance and quality friendship and measure depression symptom. The participants of this study consisted of 632 high school students class XI in 5 areas of Jakarta. The results showed there was a significant relationship between peer acceptance with depression symptom, but there was no significant relationship between friendship quality and depression symptom. Results of research on peer acceptance in line with last year 39 s study showed a significant negative correlation relationship between peer acceptance and depression symptom, where the higher the score of peer acceptance the lower the depression score and vice versa. However, the results of friendship quality research showed there are no significant correlation between friendship quality and depression symptom, not in line with last year 39 s study showed a significant positive correlation between friendship quality and depression symptom, where the higher the score of friendship quality the higher the depression score. For that, further research is needed to see prediction between variables in the next year. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nugraheni
"Latar Belakang: Laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki LSL merupakan populasi yang sedang berkembang dan memiliki masalah-masalah spesifik, salah satunya gangguan jiwa yang merupakan manifestasi dari psikopatologi. Faktor-faktor yang memengaruhi psikopatologi pada LSL penting untuk diketahui.
Objektif: Tujuan penelitian ini adalah mencari jenis psikopatologi yang ada pada populasi LSL dan faktor-faktor yang berhubungan di dua lembaga swadaya masyarakat LSM khusus LSL di Jakarata.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode studi potong lintang. Sampel diambil dengan metode cluster random sampling. Pengukuran data dilakukan menggunakan kuesioner Brief COPE untuk mengukur mekanisme koping, WHOQOL-Bref untuk mengukur kualitas hidup, dan SCL-90 untuk mengukur psikopatologi. Data lain yang diukur adalah data demografik, status seksual, keterbukaan orientasi seksual, HIV/AIDS dan penggunaan NAPZA, dan perilaku seksual berisiko. Analisis data menggunakan uji bivariat menggunakan Pearson chi-square atau Fisher rsquo;s exact test dan dilanjutkan dengan uji multivariat menggunakan regresi logistik.
Hasil: Terdapat 100 sampel yang dimasukkan ke dalam analisis data. Sebagian besar responden mengalami psikopatologi 77. Psikopatologi yang paling banyak ditemukan adalah depresi 29. Analisis multivariat menunjukkan bahwa pernah tidak menggunakan kondom 3 bulan terakhir, membuka orientasi seksual kepada keluarga, dan menggunakan mekanisme koping negatif meningkatkan risiko psikopatologi sebesar 2.9 kali, 2 kali dan 1.4 kali IK 95 =1.0-8.9; IK 95 =0.5-8.2; IK 95 =0.3-5.7.

Background: Men who have sex with men MSM is a growing population with specific problems such as mental disorder, a manifestation of psychopathology. The factors associated with psychology is an important matter to discuss.
Objective: The purpose of this study is to portrait the pychopathology in MSM population and the related factors in two organizations which care about MSM's well being in Jakarta.
Methods: This is a cross sectional study using cluster random sampling. Coping mechanism, psychopathology and quality of life were measured using Brief COPE, SCL 90 and WHOQOL Bref. Demography of the respondents, sexual status, disclosure of sexual orientation, HIV AIDS status, drug use, and risky sexual behavior were also measured. Bivariate analysis using Pearson chi square or Fisher's exact test was continued with multivariate analysis using logistic regression model.
Results: Data from one hundred respondents were analyzed. Most of them have psychopathology 77, especially depression 29. Never use condoms in the last 3 months, disclosing sexual orientation to family member, and negative coping mechanisms increase the risk of psychopathology 2.9 times, 2 times, and 1.4 times 95 CI 1.0 8.9 95 CI 0.5 8.2 95 CI 0.3 5.7 .
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58974
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>