Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143219 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marisa Sasuwe
"Vaksinasi HPV memiliki efektivitas paling tinggi bila diberikan pada anak usia 9-12 tahun. Sejak tahun 2016 Indonesia menjadi satu dari sekian banyak negara yang memberlakukan program vaksinasi HPV berbasis sekolah (BIAS), dimana saat ini program ini masih terbatas di DKI Jakarta.Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa vaksinasi HPV berbasis sekolah memiliki angka cakupan paling tinggi. Namun, menurut data di Jakarta, vaksinasi HPV masih belum mencapai target cakupan 95%. Guru pembina UKS sebagai garda terdepan pelaksanaan vaksinasi HPV di sekolah berperan sanga penting dalam proses pengambilan keputusan orang tua untuk mengijinkan atau menolak pemberian vaksinasi bagi anak mereka. Guru adalah fasilitator yang akan berperan memfasilitasi orang tua dan petugas kesehatan dalam pelaksanaan vaksinasi HPV di sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Kesiapan Guru Pembina UKS SD Sebagai Fasilitator Vaksinasi HPV Dalam Program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)  Di Jakarta Selatan menurut karakteristik jenis kelamin,umur, tingkat pendidikan, lama menjabat sebagai guru Pembina UKS dan riwayat pelatihan. Pengukuran kesiapan dilihat dalam enam dimensi yaitu peran, sikap, pengetahuan, kapasitas, kapabilitas dan tanggung jawab. Penelitian dilakukan pada 50 Guru pembina UKS SD di 10 Kecamatan Jakarta Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode cross sectional dan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Hasil Penelitian menunjukkan 52% Guru Pembina UKS di Jakarta Selatan memiliki kesiapan rendah dan 48% memiliki kesiapan tinggi dalam menjalankan tugas sebagai fasilitator vaksinasi HPV BIAS.  Dimensi pengetahuan merupakan dimensi kesiapan yang paling rendah, dengan 70% Guru pembina UKS memiliki pengetahuan kurang tentang vaksinasi HPV dan kanker serviks. Karakteristik Individu memiliki hubungan signifikan dengan kesiapan : umur (p= 0.036), lama menjabat (p=0.012) dan riwayat diklat ( p= 0.010). Sedangkan jenis kelamin (p=0.661) dan tingkat pendidikan (p=0.502) tidak ditemukan hubungan signifikan terhadap kesiapan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka pelatihan tentang vaksinasi HPV dalam BIAS bagi Guru pembina UKS merupakan hal yang paling penting untuk dilaksanakan dalam rangka mendukung kesiapan Guru Pembina UKS sebagai fasiliatator vaksinasi HPV BIAS di Jakarta Selatan.

HPV vaccination has the highest effectiveness when given to children aged 9-12 years. Since 2016 Indonesia has become one of few countries that has implemented a school-based HPV vaccination program (BIAS), which is currently limited to DKI Jakarta. Previous research has shown that school-based HPV vaccination has the highest coverage rates. However, according to data in Jakarta, HPV vaccination has not yet reached the 95% coverage target. UKS teachers as the frontline in implementing HPV vaccination in schools play an important role in the decision-making process of parents to allow or refuse vaccinations for their children. School Health Teacher is the facilitator who will play a role in facilitating parents and health workers in carrying out HPV vaccinations in schools.
This study aims to determine the Readiness Overview of Elementary School Health Teacher (UKS) as Facilitators of HPV Vaccination in the School Children Immunization Month Program (BIAS) in South Jakarta according to the characteristics of gender, age, level of education, length of time serving as a UKS Teacher and training history. Measurement of readiness is seen in six dimensions, namely roles, attitudes, knowledge, capacity, capabilities and responsibilities. The study was conducted on 50 UKS elementary school teachers in 10 sub-districts of South Jakarta. This research is a descriptive study with cross sectional method and uses a quantitative approach.
The results showed that 52% of UKS teachers in South Jakarta had low readiness and 48% had high readiness in carrying out their duties as facilitators of BIV HPV vaccination. The knowledge dimension is the lowest readiness dimension, with 70% of UKS teachers having less knowledge about HPV vaccination and cervical cancer. Individual characteristics have a significant relationship with readiness: age (p = 0.036), length of service (p = 0.012) and training history (p = 0.010). While gender (p = 0.661) and education level (p = 0.502) no significant relationship was found in readiness in this study. Based on the results of this study, the training on HPV vaccination in BIAS for UKS Teachers is the most important thing to do in order to support the readiness of the UKS Guidance Teacher as a facilitator for BIV HPV vaccination in South Jakarta.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T55049
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherli Karolina
"Di Indonesia, kanker serviks adalah kanker kedua paling sering yang ditemukan pada perempuan. Sebagai upaya pencegahan primer, Kementerian Kesehatan telah mengintroduksi imunisasi HPV dalam Program Demonstrasi imunisasi HPV bagi siswi perempuan kelas 5 dan 6 SD di Provinsi DKI Jakarta sejak tahun 2016. Studi ini adalah kohort retrospektif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran KIPI vaksin HPV kuadrivalen beserta pengaruh faktor-faktor independen terhadap timbulnya KIPI dan model prediksi dengan menggunakan metode analisis survival. Total 500 laporan surveilans aktif KIPI yang didapat pada tahun 2017 dan dianalisis dengan SPSS. KIPI vaksin HPV kuadrivalen yang terjadi dalam program BIAS HPV di provinsi DKI Jakarta tahun 2017 adalah reaksi nyeri lokal di tempat suntikan (59,6%), bengkak (17,2%), kemerahan (40,8%) dan demam (1,6%). Tidak ditemukan KIPI serius. Variabel independen yang signifikan adalah nomor batch vaksin dan riwayat imunisasi lain dalam waktu 4 minggu sebelum imunisasi HPV. Semua KIPI bersifat ringan dan sembuh sendiri tanpa intervensi. Dapat disimpulkan bahwa vaksin HPV kuadrivalen memiliki gambaran keamanan yang baik. Keputusan untuk melanjutkan dan memasukkan vaksin HPV ke dalam program imunisasi nasional harus didukung oleh analisis lebih lanjut seperti aspek biaya, cost-effective analysis, ketersediaan vaksin, tingkat penerimaan vaksin serta aspek kapasitas dan manajemen cold chain.

In Indonesia, cervical cancer is the second most common cancer found in women. As a primary prevention effort, the Ministry of Health has introduced HPV immunization in the HPV immunization demonstration program for female students of 5th and 6th grade in the DKI Jakarta Province since 2016. This is a cohort retrospective study with quantitative approach which aims to describe the safety profile of the quadrivalent HPV vaccine along with the influence of independent factors and make a prediction model using the survival analysis method. A total of 500 active AEFI surveillance reports were obtained in 2017 and analyzed retrospectively. The AEFI of HPV vaccine that occurs in the school-based HPV immunization program in DKI Jakarta province in 2017 are local pain reaction at the injection site (59.6%), swelling (17.2%), redness (40.8%) and fever (1.6 %). There is no serious AEFI found in this study. All AEFI are mild and self limited without any intervention. Significant independent variables are vaccine batch numbers and other immunization histories within 4 weeks before HPV immunizations. In conclusion, HPV immunization has a good safety profile. However, the decision to continue and incorporate the HPV vaccine into national immunization programs must be supported by further comprehensive analysis such as cost, cost-effective analysis, vaccine availability, vaccine acceptance rates, cold chain capacity and management."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54342
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Ningsih
"Data hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) menunjukkan peningkatan prevalensi anemia dari 22.7% ditahun 2013 menjadi 32% di tahun 2018. Remaja putri menjadi kelompok yang rentan mengalami anemia. Pendistribusian tablet tambah darah (TTD) melalui usaha kesehatan sekolah (UKS) menjadi salah satu upaya pencegahan anemia remaja dan didukung berbagai kegiatan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi mendalam mengenai gambaran pelaksanaan UKS terkait pencegahan anemia di SMAN 63 Jakarta. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan informan meliputi penanggung jawab UKS Puskesmas, Kepala Sekolah, Guru Pembina UKS, Pengurus UKS, dan siswa sekolah terkait. Hasil penelitian menunjukkan komponen input untuk pencegahan anemia sudah tersedia baik SDM, dana, sarana prasarana. Dalam komponen proses, kegiatan pencegahan anemia meliputi penyuluhan, distribusi TTD, deteksi dini, sarapan bersama, dan hari minum TTD bersama di sekolah. Namun masih ada kegiatan yang belum rutin dilakukan dan proses pengawasan belum dilakukan dengan maksimal. Capaian kegiatan pencegahan anemia di sekolah tersebut untuk distribusi TTD sudah mencapai target yang ditetapkan (> 70%) namun untuk konsumsinya belum diperhatikan. Oleh sebab itu, disarankan bagi pihak sekolah untuk meningkatkan pengawasan konsumsi TTD para siswinya. Puskesmas diharapkan memastikan terlaksananya kegiatan minum TTD bersama di sekolah dan dinas pendidikan turut mengawasi pihak sekolah terkait kegiatan pencegahan anemia yang dilakukan.

Data from basic health research (Riskesdas) shows an increase in the prevalence of anemia from 22.7% in 2013 to 32% in 2018. Adolescent girls are a group that is vulnerable to anemia. The distribution of iron tablets (TTD) through school health program (UKS) is one of the efforts to prevent anemia in adolescents and is supported by various other activities. This study aims to explore in-depth information regarding the description of UKS implementation related to anemia prevention at SMAN 63 Jakarta. This research was qualitative research with informants including the person in charge of UKS program in the community health center, school principals, UKS supervisor teachers, UKS administrators, and related school students. The results of the study show that input components for anemia prevention are available both man, money, material. In the process component, anemia prevention activities include counseling, iron tablets distribution, early detection, breakfast together, and day of taking iron tablets together at school. However, there are still activities that have not been routinely carried out and the monitoring process has not been carried out optimally. The achievement of anemia prevention activities in these schools for the distribution of iron tablets has reached the set target (> 70%) but the consumption has not been considered. Therefore, it is suggested for the school to increase supervision of the consumption of iron tablets for their students. The Community Health Center is expected to ensure that joint iron tablets activities are carried out at schools and the education office will also oversee the school regarding anemia prevention activities being carried out."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruri Virdiyanti
"Masalah kesehatan anak usia sekolah membutuhkan perhatian dalam penanggulangannya. Salah satunya dengan meningkatkan partisipasi guru dalam pelaksanaan program UKS dan usaha kesehatan siswa di sekolah yang komprehensif. Pelaksanaan program UKS di sekolah belum memperhatikan ekspektasi guru. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan ekspektasi dan karakteristik guru dengan pelaksanaan program UKS tingkat sekolah dasar di Pontianak, Kalimantan Barat. Desain penelitian ini adalah kuantitatif non-eksperimental dengan jenis korelasional. Penentuan responden dilakukan dengan accidental sampling dengan jumlah sampel 227 guru. Analisis dilakukan dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara ekspektasi guru dengan pelaksanaan program UKS di sekolah dasar (p = 0.039). Hal ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan program UKS sebaiknya memperhatikan ekspektasi guru sehingga didapatkan hasil lebih optimal.

Health problems of school age children require attention in overcoming them. One of them is by increasing teacher participation in the comprehensive UKS program and student health efforts in schools. The implementation of the UKS program in schools is still far below teacher expectations. The implementation of the UKS program has so far not paid attention to needs through teacher expectations. Teachers are still oriented towards academic achievement without seeing the causes of problems with academic achievement related to children's health. This study aims to identify the relationship between teacher expectations and the implementation of the UKS program at the elementary school level in Pontianak, West Kalimantan. The design of this research is non-experimental quantitative with correlational type. Respondents were determined by accidental sampling with a sample size of 227 teachers. The analysis was performed using the chi square test and multiple logistic regression. The results showed that there was a significant relationship between teacher expectations and the implementation of the UKS program in elementary schools (p = 0.039). This shows that in implementing the UKS program, it is better to pay attention to teacher expectations so that optimal results can be obtained."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aspiah Mahmud
"Anak usia sekolah merupakan masa keemasan untuk menanamkan nilai-nilai perilaku hidup dan sehat (PHBS) sehingga berpotensi sebagai agent of change untuk mempromosikan PHBS, baik di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat, karena itu Pemerintah telah mengupayakan pelayanan kesehatan anak usia sekolah (AUS) dalam program usaha kesehatan sekolah (UKS) yang terus dikembangkan dan dilaksanakan secara terpadu serta menghadirkan perawat kesehatan sekolah sebagai penanggung jawab usaha kesehatan sekolah dalam melakukan pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan peran perawat kesehatan sekolah dalam program usaha kesehatan sekolah terhadap perilaku hidup bersih dan sehat. Desain penelitian menggunakan rancangan cross sectional dan pengambilan sampel dengan metode non probability sampling dengan cara purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 139 AUS. Analisis menggunakan uji chi square yang menunjukkan terdapat hubungan antara peran perawat kesehatan sekolah dengan pengetahuan AUS terkait PHBS dengan nilai P<0.05, tidak terdapat hubungan antara peran perawat kesehatan sekolah dengan sikap AUS terkait PHBS dengan nilai P>0.05 dan terdapat hubungan antara peran perawat kesehatan sekolah dengan keterampilan terkait PHBS dengan nilai P<0,05. Kehadiran perawat kesehatan sekolah dalam layanan kesehatan sekolah berdampak baik terhadap pembentukan perilaku hidup bersih dan sehat anak usia sekolah karena itu program ini dapat dijadikan sebagai inovasi dalam upaya pelayanan kesehatan anak sekolah.

School-age children are a golden age to instill the values of clean and healthy living behavior (CHLB) so that they have the potential as agents of change to promote CHLB in schools, families and communities, therefore the government has made efforts to provide health program for school age children in the school health program, which continues to be developed and implemented in an integrated manner and presents school health nurses who are responsible in school health program to providing health education, health services and healthy school environment. This study aims to identify the relationship between the role of school health nurses in the school health program on clean and healthy living behavior. The research design used a cross sectional design and the sampling method was non-probability sampling by means of purposive sampling with 139 school age children as a sample. The analysis used the chi square test which showed that there was a relationship between the role of school health nurses and the knowledge of school-age children regarding CHLB with value of P <0.05, there was no relationship between the role of school health nurses and the attitudes of school-aged children related to CHLB with value of P > 0.05 and there was a relationship between the role of school health nurses and skills related to CHLB with value of P<0.05. The presence of school health nurses in school health services has a good impact on the formation of clean and healthy behavior for school-age children, therefore this program can be used as an innovation in efforts to provide health services for school children."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tifanne Winesa
"ABSTRAK
Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi virus yang di kenal dengan Human papillomaviruses HPV. Salah satu upaya pencegahan kanker serviks di Indonesia dilakukan dengan imunisasi HPV sejak dini. Imunisasi HPV untuk anak dilakukan sejak tahun 2016. Hasil menunjukan terdapat pro dan kontra dari orangtua siswi dalam pelaksanaan perdananya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara faktor pengetahuan orangtua terkait kanker serviks dengan motivasi situasional orangtua terhadap imunisasi HPV tersebut. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang. Sampel penelitian ini adalah orangtua siswi. Sebanyak 238 responden dipillih menggunakan consecutive sampling. Hasil analisis penelitian menunjukan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan terkait kanker serviks dengan motivasi situasional orangtua terhadap imunisasi HPV anak p=0,046; ?=0,05. Berdasarkan hasil penelitian diperlukan suatu upaya peningkatan pengetahuan tentang kanker serviks sehingga dapat meningkatkan motivasi orangtua terhadap imunisasi HPV.

ABSTRACT
The main cause of cervical cancer is a viral infection that is known as Human papillomaviruses HPV . One of the solution to prevent cervical cancer in Indonesia is done by immunization of HPV. HPV immunization for children has been done since 2016. The results show there are pros and cons from parents in fields. This research aims to determine whether there is a correlation between knowledge factors of parents related to cervical cancer with situational motivation of parents to HPV immunization. The research design used is cross sectional. The sample of this research are parents of girls. A total of 238 respondents were selected using consecutive sampling. The result of the research analysis showed that there was a correlation between cervical cancer knowledge level with parental situational motivation toward childhood HPV immunization p 0,046 0,05. The result of this study suggest the need for increase parents knowledge about cervical cancer that can affects parent 39s motivation for HPV immunization. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nyur Yawati
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas penguatan kapasitas guru dalam implementasi program literasi sekolah. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang disajikan secara deskriptif dengan mengumpulkan informasi mengenai pemahaman guru tentang definisi, manfaat, tujuan, dan praktik literasi dalam konteks pendidikan di SDN Rorotan 05 Pagi Jakarta Utara, hasil temua tersebut kemudian dikaitkan dengan kebijakan program sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas literasi bagi guru. Hasil penelitian ini memperlihatan bahwa kebijakan penguatan kapasitas guru sangat perlu dilakukan agar program literasi di sekolah dapat berjalan. Selain itu, kebijakan penguatan kapasitas guru juga harus mendapat dukungan dari semua stakeholder.

ABSTRACT
This study discusses about developing teacher rsquo s capacity on the literacy program implementation. This research is qualitative study which is presented in descriptive by describing the teacher rsquo s comprehension about literacy rsquo s definition, purpose, impact and practice in term of education context in Rorotan 05 Pagi Elementary School North Jakarta. Furthermore, it rsquo s also related with literacy rsquo s policy to develop teacher rsquo s capacity. The result of the study shows program for developing teacher rsquo s capacity is necessary in order to the program successful. However, literacy rsquo s program also need to be supported by all the stakeholders. "
Depok: 2018
T49341
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadiyanti Eka Prasasti
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran lingkar pinggang, faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan lingkar pinggang, and faktor predominan lingkar pinggang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan metode purposive sampling pada 139 responden guru sekolah dasar di Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan tahun 2013. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi lingkar pinggang, jenis kelamin, umur, pendapatan, pengetahuan gizi, kecukupan energi, kecukupan karbohidrat, kecukupan lemak, dan aktivitas fisik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ratarata lingkar pinggang pada perempuan 80,40 cm dan pada laki-laki 88,04 cm. Dari penelitian ini, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, umur, dan pendapatan dengan lingkar pinggang. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa jenis kelamin, yaitu perempuan dan umur yang semakin meningkat menjadi faktor predominan lingkar pinggang. Asupan makanan yang tepat dan diimbangi dengan aktivitas fisik yang teratur diperlukan untuk mengontrol ukuran lingkar pinggang agar tidak melebihi cut off points.

The objective of this study was to determine the description of waist circumference, the association of risk factors and waist circumference, and predominant factor of waist circumference. This study use a cross sectional design research with purposive sampling among 139 elementary school teacher in Cilandak District, South Jakarta in year 2013. The data have been collected on this research included waist circumference, sex, age, income, nutrition knowledge, energy sufficiency, carbohydrate sufficiency, fat sufficiency, and physical activity.
The result of this study showed that the mean value of waist circumference in women was 80,40 cm and in men was 88,04 cm. In bivariat analyses, sex, age, and income was significantly related to waist circumference. The result of multivariat analyses showed that sex especially in women and older age were predominant factors of waist circumference. The correct food intake and balancing the physical activity is necessary to control waist circumference in order not to exceed the cut off points.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47583
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa
"Merokok merupakan salah satu masalah kesehatan pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran pengetahuan, sikap, kebiasaan merokok siswa dan kegiatan usaha kesehatan sekolah dalam mencegah kebiasaan merokok. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan pada 101 siswa (usia 14-17 tahun) di salah satu sekolah swasta Garut, dengan menggunakan metode random sampling dan menggunakan analisis univariat.
Hasil penelitian menunjukkan siswa yang masih merokok 57,4%, persentase pengetahuan kategori kurang (55,4%), sikap kurang atau setuju terhadap rokok (51,5%), kegiatan usaha kesehatan sekolah kategori baik (52,5%). Diharapkan usaha kesehatan sekolah dapat melaksanakan pencegahan perilaku merokok melalui kegiatan usaha kesehatan sekolah.

Smoking is one of the health problems in adolescents. The aim of this research is to see description of knowledge, attitude, smoking habits of student and school health program activities in preventing smoking habits. This research used a descriptive design. Sampling on 101 students (aged 14-17 years) in one of the private schools Garut, by using random sampling method and univariate analysis.
This results showed that students who still smoke 57,4%, knowledge in the category less 47,5%, less or agree on cigarettes 51,5%, activities school health program good category 52,5%. Expected the school health program can carry out prevention of smoking behavior through school health program activities.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S59670
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Laras Wati
"Jakarta Timur menjadi kota dengan jumlah SD terbanyak yang dibuka selama PTM, padahal kota tersebut memiliki penduduk yang paling banyak terinfeksi COVID-19. Guru di sekolah memiliki peran penting selama PTM berlangsung, yaitu menjadi role model dalam menerapkan prokes di sekolah untuk mencegah penyebaran COVID-19. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku prokes guru selama PTM di wilayah Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif desain cross-sectional dengan total sampel 239 di 20 SD. Pengumpulan data dilakukan melalui tautan google form yang disebarkan melalui grup WhatsApp.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor guru yang telah menerapkan perilaku protokol kesehatan dengan baik selama PTM adalah 11,2 dari skala 0-12. Berdasarkan hasil analisis didapatkan sikap dan dukungan tenaga kesehatan merupakan variabel yang berhubungan dengan penerapan perilaku prokes sedangkan dukungan sekolah merupakan konfonding pada hubungan tersebut. Sikap guru menjadi faktor yang paling dominan terhadap penerapan perilaku prokes, guru yang bersikap mendukung prokes menerapkan perilaku prokes 3 kali dibanding guru yang tidak mendukung seteah dikontrol oleh dukungan tenaga kesehatan dan dukungan sekolah (OR= 3,08, 95% CI: 1,73-5,47, p=0,001). Sekolah harus memberikan pembinaan dan pendampingan kepada guru untuk tetap menerapkan perilaku prokes selama pandemi belum berakhir, disamping memperkuat vaksinasi bagi warga sekolah.

East Jakarta is the city with the highest number of elementary schools opened during face-to-face learning, even though the city has the most people infected with COVID-19. Teachers in schools have an important role during face-to-face learning, which is being a role model in implementing health protocols in schools to prevent the spread of COVID-19. The purpose of this study was to find out the factors related to the behavior of teacher health programs during face-to-face learning in East Jakarta. This study used a quantitative method with cross-sectional design. Total sample of this study was 239 in 20 elementary schools. Data collection is carried out through a google form link which is distributed through the WhatsApp group.
The results showed that the average score of teachers who had implemented health protocol behaviors well during face-to-face learning was 11.2 on a scale of 0-12. Based on the results of the analysis, it was found that the attitude and support of health workers were variables related to the implementation of health care behavior while school support was a confounding variable. Attitude is the most dominant factor during the implementation of health protocol behavior (p-value=0.001). Schools must provide guidance and assistance to teachers to continue implementing health protocol behaviors as long as the pandemic is not over, in addition to supporting vaccination programs for school residents.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>