Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111363 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adhisti Fauziah
"Penelitian ini membahas tentang fenomena biduan dangdut. Image biduan dangdut menjadi sebuah hal yang negatif karena dibarengi dengan penampilan panggung biduan yang mempertontonkan goyangan. Biduan dangdut laris di kalangan pesta pernikahan hingga kampanye partai politik. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan self image yang dibangun oleh biduan dangdut sebagai suatu upaya menampilkan dirinya sebagai biduan dangdut. Sudut pandang kognitif membantu memaparkan self image yang dibangun biduan dangdut berdasarkan skema kognitif pada tataran pikiran mereka. Metode pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini memperlihatkan biduan memiliki self image yang berbeda sesuai skema kognitif berdasarkan hasil dari interpretasi pengalaman dirinya selama menjadi biduan dangdut.
This research examines the phenomenon of dangdut singer which has a negative image because of their sway at the stage. On the other hand, this phenomenon becomes a popular entertainment at the wedding party and political campaign. The aim of this research is to describe dangdut singer's ways of developing their self-image as a dangdut singer. Through a cognitive approach, self-image develops by dangdut singer's cognitive schema of themselves due to their interpretation of experience being dangdut singer. The method in this research uses a qualitative approach. The result of this research is dangdut singers have different self-image based on their cognitive schema and interpretation from their experience during becoming a dangdut
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Dhara Anandia
"ABSTRAK
Membangun citra menjadi hal signifikan dalam meningkatkan kemampuan merekrut anggota dalam organisasi. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui dan memaparkan pemahaman lebih dalam terhadap citra dari Abnon Timur agar menemukan atribut kesesuaian (self-congruity dalam rangka membangun citra yang sesuai dengan diri khalayak. Penelitian ini merupakan penelitiankualitatif yang berparadigma post-positivistik dan menggunakan analisis tematik bertingkat. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya self-congruity pada citra Abnon Timur yang menghasilkan atribut kepribadian, seperti family-oriented, friendly, reliable, successful, confident dan intelligent. Penelitian ini berguna bagi khalayak dalam mengetahui kesesuaian seseorang dalam mengikuti Abnon Timur sehingga mempermudah khalayak dalam memilih organisasi yang sesuai. Penelitian ini juga berguna bagi divisi komunikasi dalam menyusun strategi komunikasi yang efektif serta turut memperkaya studi terkait self-congruity pada organisasi non-profit dan kontes kecantikkan.

ABSTRACT
Building image is significant in increasing the recruitment of members in the organization. This study aims to find out and explain a deeper understanding of the image of Abnon Timur to find attributes of self-congruity in order to build an image that is in accordance with the audience. This qualitative research uses a post-positivistic paradigm and multilevel thematic analysis. The results of this study indicate that there is a self-image congruence in the image of Abnon Timur that produces personality attributes, such as family-oriented, friendly, reliable, successful, confident intelligent. This research is useful for audiences in understanding one's suitability in joining Abnon Timur in order to facilitate the audience in choosing the appropriate organization. This study is also useful for the communication division in developing effective communication strategies and enriches the study of self-congruity in non-profit organizations and beauty contests."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Renni Delilah
"ABSTRAK
Karya akhir ini membahas tentang seorang perempuan penyanyi dangdut yang mengalami objektifikasi dalam melaksanakan pekerjaannya. Karya akhir ini mencoba melihat bagaimana perempuan yang bekerja sebagai penyanyi dangdut kemudian dijadikan objek oleh orang orang di sekitarnya seperti masyarakat umum, media massa, pemilik dan rekan-rekan orkes, serta penonton dari pertunjukkan musik dangdut. Analisa objektifikasi dalam karya akhir ini dilakukan berdasarkan definisi objektifikasi oleh Martha C. Nussbaum. Melalui pemikiran Nussbaum, peneliti mendapatkan hasil analisa yang menunjukkan bahwa objektifikasi yang dialami perempuan penyanyi dangdut ternyata mengarah kepada komodifikasi terhadapnya.

ABSTRACT
This final project discusses about objectification that happened to female dangdut singer. This final project try to capture how a female dangdut singer has become a victim of objectification from everyone around her, such as societies, mass media, the owner of the orchestra, and the audience of dangdut show. The analysis of objectification in this final project uses the definition of objectification from Martha C. Nussbaum?s thoughts. Using Nussbaum?s idea, this final project sees that objectification that the woman dangdut singer felt actually aims to commodify her. The commodification also happened to her life.
"
2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syahrul Munir
"Tesis ini membahas orkes dangdut gerobak yang seringkali diasosiasikan dengan kalangan kelas bawah dan tindakan pelecehan seksual, erotisme, dan kriminalitas. Konstruksi pemaknaan negatif tersebut dimunculkan melalui narasi yang dibangun oleh media mainstream, yakni film dan media massa. Bermula dari konstruksi pemaknaan terhadap musik dangdut yang dipandang sebagai musik kelas bawah, hingga praktek konser langsung orkes dangdut yang ditampilkan oleh biduan dangdut yang cenderung menonjolkan beberapa anggota tubuhnya. Atributisasi sebagai pengamen juga membuat kelompok ini dilarang eksis di ruang publik. Dengan berbagai argumentasi dan kreativitas, Uca dan kelompok orkes dangdut gerobak Pelangi sedang bernegosiasi dengan aparat pemerintah daerah agar mereka tetap eksis di ruang publik untuk mencari nafkah dengan cara menolak atributisasi sebagai pengamen. Mereka juga membuat karya untuk menegaskan bahwa mereka ingin disebut sebagai musisi dari pada sebagai pengamen. Kontestasi identitas antara personel orkes dangdut gerobak dengan pihak pemerintah juga terjadi di ruang urban Jakarta. Ada praktek kepengaturan yang dilakukan oleh aparat pemerintah kepada kelompok orkes dangdut gerobak, namun praktek kepengaturan tersebut ternyata berjalan secara lentur, penuh dengan proses negosiasi dan tidak represif, Data diperoleh dengan pendekatan etnografi (field study) termasuk in-depth interview di Baladewa, Tanah Tinggi, Jakarta Pusat dari bulan April 2016 sampai dengan Mei 2017. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa narasi yang dikonstruksi oleh media mainstream cenderung berbeda dengan narasi yang dibangun oleh orkes dangdut gerobak yang dalam hal ini diwakili oleh Uca dan personelnya. Orkes dangdut gerobak memunculkan narasi moralitas disaat media mengonstruksinya dengan narasi kriminalitas dan seksualitas. Relasi kuasa antara orkes dangdut gerobak dengan pihak pemerintah juga cenderung lentur, kelompok tersebut dilarang oleh Peraturan Daerah identitasnya dianggap sebagai pengamen, sedangkan pada prakteknya pihak aparat pemerintah masih mempunyai simpati dan empati terhadap kelompok orkes dangdut gerobak.

This thesis discusses the dangdut gerobak orchestra which is often associated with the lower class and acts of sexual harassment, eroticism, and crime. The construction of negative meaning is raised through narratives built by the mainstream media, namely films and mass media. Starting from the construction of meaning for dangdut music which is seen as low-class music, to the practice of live concerts by dangdut orchestras performed by dangdut singers who tend to highlight some of their body parts. Attributing as buskers also makes this group prohibited from existing in public spaces. Using various arguments and creativity, Uca and the Pelangi dangdut orchestra group are negotiating with local government officials so that they can continue to exist in public spaces to earn a living by rejecting the attributes of buskers. They also create works to emphasize that they want to be called musicians rather than buskers. Identity contestation between the personnel of the dangdut gerobak orchestra and the government also occurs in the urban space of Jakarta. There is a regulatory practice carried out by government officials against the dangdut gerobak orchestra group, but this regulatory practice turns out to be flexible, full of negotiation processes and not repressive. The data were obtained using an ethnographic approach (field study) including in-depth interviews in Baladewa, Tanah Tinggi, Central Jakarta from April 2016 until May 2017. The results of this study indicate that the narrative constructed by the mainstream media tends to be different from the narrative constructed by the dangdut gerobak orchestra, which in this case is represented by Uca and its personnel. The dangdut gerobak orchestra creates a narrative of morality when the media constructs it with a narrative of crime and sexuality. The power relationship between the dangdut gerobak orchestra and the government also tends to be flexible, the group is prohibited by regional regulations from being considered a busker, while in practice government officials still have sympathy and empathy for the dangdut gerobak orchestra group."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Wijaya, 1944-
Yogyakarta, Bantul: Basabasi, 2017
808.83 PUT d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nicky Stephani
"ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembungkaman yang terjadi pada perempuan penghibur yang menjadi korban kekerasan seksual di media sosial. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya pembungkaman tersebut. Kerangka pemikiran penelitian ini bersumber dari teori kelompok terbungkam (muted group theory), konsep dan studi-studi terdahulu tentang perempuan penghibur, konsep kekerasan seksual beserta definisi dan ragam jenis tindakannya, perempuan dalam budaya patriarki, kekerasan seksual dan budaya patriarki, Instagram, serta perempuan dan media sosial. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionisme kritis dan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah dua unggahan Instagram Stories penyanyi dangdut Via Vallen tentang peristiwa pelecehan seksual yang ia alami. Metode analisis yang digunakan adalah semiotika Roland Barthes yang menjabarkan makna denotatif dan konotatif serta mengungkap mitos di balik simbol-simbol yang ditampilkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun perempuan penghibur memiliki akses ke media sosial, di mana ia dapat dengan bebas menyatakan perlawanannya terhadap pelecehan seksual di hadapan jutaan pengikutnya (followers), pada akhirnya ia tetap terbungkam. Pembungkaman terjadi ketika perempuan penghibur tidak dapat mengartikulasikan pengalaman pelecehan seksual di hadapan anggota kelompok dominan. Hal ini disebabkan oleh ideologi patriarki yang mengakar di masyarakat dan beroperasi secara sistematis untuk membungkam ekspresi perempuan penghibur yang menjadi korban pelecehan seksual di media sosial. Operasi patriarki yang tersistem dilakukan dengan mengkonstruksi posisi perempuan penghibur dalam masyarakat, menyuburkan stigma dan stereotip tentang perempuan penghibur di lingkungan sosial, mewajarkan bentuk-bentuk kekerasan seksual yang menimpa perempuan penghibur, dan mengabaikan aspirasi perempuan penghibur tentang pelecehan seksual.


ABSTRACT
This study aimed to describe the muting of female entertainer who was a victim of sexual violence in social media. In addition, this study also aimed to identify the cause of her muteness. The conceptual framework of this research is derived from muted group theory, previous studies about female entertainer, definitions and types of sexual violence, women in patriarchal culture, sexual violence and patriarchal culture, Instagram, women and social media. This study used critical constructionism paradigm and descriptive qualitative research type. The analytical unit in this study was two Instagram Stories which were posted by a famous dangdut singer Via Vallen and exposed her sexual harassment experience to the public. Roland Barthes semiotics analysis was used in this study to explain denotative and connotative meanings also revealed the myths behind the displayed symbols. The results of this study indicated that although female entertainer had access to social media, where she could express their resistance towards sexual harassment in front of millions of her followers, at the end she remined muted. Muting occured when female entertainer could not articulate her experience of sexual violence in front of the dominant group. This was caused by patriarchal ideology which rooted in our society and operated systematically to mute the expression of female entertainer who was a victim of sexual violence on social media. Systematic patriarchal operations are carried out by constructing the position of female entertainer in society, fostering stigma and stereotypes about female entertainer in our daily life, naturalizing many forms of sexual violence that afflicted female entertainer, and ignoring female entertainers expression about sexual violence.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T52329
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ngayomi Rino Rivaldi
"Skripsi ini menggambarkan taktik penyanyi dangdut dalam menghadapi permasalahan tubuh dan moralitas sebagai perempuan. Tuntutan penonton untuk bergoyang seksi dengan menjual tubuh kerap bertolak belakang ketika berhadapan dengan norma ? norma di masyarakat. Hal ini jelas terlihat ketika melirik perempuan yang berprofesi sebagai penyanyi dangdut. Dalam menghadapi tekanan moral dan memenuhi permintaan penonton, penyanyi dangdut dituntut untuk melakukan taktik. Penggunaan taktik tersebut diidentifikasi melalui aksi panggung dan kehidupan sehari - hari.
Penelitian dilakukan dengan mengamati kehidupan sehari ? hari dan aksi panggung ketiga informan yang berprofesi sebagai penyanyi dangdut. Ketiga informan yang dipilih memiliki status yang berbeda. Status ketiganya adalah lajang, menikah dan pernah menjanda. Observasi dan wawancara mendalam dilakukan dalam mengumpulkan data. Penelitian ini juga ditunjang dengan data sekunder yang didapat dari studi pustaka. Maka dari itu skripsi ini dapat memberikan gambaran mengenai taktik apa yang dilakukan penyanyi dangdut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing - masing informan melakukan taktik yang sedikit berbeda dalam kesehariannya. Perbedaan tersebut berkorelasi dengan perbedaan status dari masing - masing informan. Namun taktik yang hampir serupa dapat terlihat dalam penampilan di atas panggung. Temuan lain juga menunjukkan bahwa permasalahan tubuh dikontrol oleh norma melalui peranan anggota keluarga dan keberadaan tokoh keagamaan.

This thesis describes tactic of dangdut singers to overcome morality and bodily matters as women. The demand of dangdut fans to sexily dance with selling the body always contrast while facing the norm of society. This matters clearly seen while refer woman who had dangdut singer profession. While facing moral pressure and statisfy dangdut fans, dangdut singers demanded to use tactic. The tactic application identified through stage action and daily life.
This study potrays the daily life and stage action from three informant who had dangdut singers profession. The three informant who was selected had different status. Their status are single, married and was divorcee. Data collection is undertaken through indepth interview, observation and literature study.
The result shows that each informant in daily life using tactic in slightly different way. The different correlated with different status of each informant. Nevertheless similar tactic could seen in stage action. Other finding shows that bodily matters controlled by the norms through family roles and the presence of religion figure.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
S1244
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Regita Wijayani
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S5137
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Regita Wijayani
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S5272
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Igari Tatiana Shaya Rani
"Obesitas pada dewasa muda dikaitkan dengan keadaan transisi emosional dan pola hidup dari masa remaja yang mempengaruhi pada citra tubuh dan harga diri. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi hubungan citra tubuh dengan harga diri pada dewasa muda obesitas di Jakarta. Desain penelitian menggunakan cross sectional. Jumlah sampel 100 orang dengan kriteria inklusi Dewasa muda Laki-laki dan Perempuan (berusia antara 18 sampai 29 tahun) yang memiliki IMT ≥30 kg/m2 dan berdomisili di kota Jakarta. Instrumen yang digunakan adalah Multidimensional Body–Self Relations Questionnaire - Appearance Scales (MBSRQ-AS) dan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). Analisis menggunakan univariat dan bivariat dengan uji statistik Chi Square. Hasil penelitian didapatkan karakteristik usia responden terbanyak pada 22 tahun, median IMT 32 kg/m2, IMT terendah 30 dan tertinggi 41 kg/m2. Citra tubuh rendah dialami oleh 32 orang dan harga diri rendah dialami oleh 26 orang. Terdapat hubungan citra tubuh dengan harga diri (p = 0,001). Penelitian merekomendasi dewasa muda berfokus kepada kesehatan keseluruhan jiwa dan raga, menjaga kesehatan mental, bijak dalam memproses informasi, dan berfokus kepada pengembangan diri serta penghargaan terhadap kemampuan dan pencapaian diri, bukan hanya pada penampilan fisik untuk meningkatkan citra tubuh dan harga diri rendah.

Obesity in young adults is associated with emotional and lifestyle transition states from adolescence that affect body image and self-esteem. The purpose of the study was to identify the relationship between body image and self-esteem in obese young adults in Jakarta. The research design uses cross sectional. The sample size of 100 people with inclusion criteria is young adults, males and females (aged between 18 and 29 years) with a BMI of ≥30 kg/m2 and are domiciled in Jakarta. The instruments used are the Multidimensional Body–Self Relations Questionnaire - Appearance Scales (MBSRQ-AS) and the Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). The analysis used univariate and bivariate with the Chi Square statistical test. The study results were obtained with the characteristics of the age of the most respondents at 22 years, the median BMI was 32 kg/m2, the lowest BMI was 30 and the highest was 41 kg/m2. Low body image was experienced by 32 people and 26 people experienced low self-esteem. There was a relationship between body image and self-esteem (p = 0.001). Research recommends that young adults focus on overall physical and mental health, maintain mental health, be wise in processing information, and focus on self-development and appreciation of abilities and achievements, not just physical appearance to improve body image and low self-esteem."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>