Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59631 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dennti Kurniasih MZ
"Diabetes mellitus menjadi ancaman serius bagi manusia. Kulit xerosis merupakan komplikasi diabetes mellitus yang sering terjadi. Pemberian pelembab pada kulit pasien diabetes mellitus perlu dilakukan untuk mencegah komplikasi lanjutan. Belum ada penelitian yang menelaah manfaat aloe vera terhadap status hidrasi kulit xerosis penyandang diabetes mellitus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelembab mengandung ekstrak aloe vera 5% terhadap status hidrasi kulit xerosis pasien diabetes mellitus. Penelitian ini adalah randomized controlled trial (RCT) double blinding dengan rancangan penelitian menggunakan time series design terhadap 93 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling. Setiap responden diukur status hidrasi stratum corneum sebelum diberikan aplikasi pelembab dan setelah diberikan aplikasi. Pengukuran posttest dilakukan 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 7 hari kemudian. Analisis data menggunakan uji wilcoxon signed rank test, independent t-test, dan Anova.
Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara nilai status hidrasi pretest dan posttest baik pada kelompok kontrol maupun intervensi. Pelembab yang mengandung ekstrak aloe vera 5% secara signifikan meningkatkan status hidrasi kulit lebih tinggi dibandingkan pelembab kontrol. Pengamatan terhadap selisih nilai status hidrasi antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi menunjukkan bahwa mean difference kelompok intervensi lebih besar dibandingkan kelompok kontrol. Pelembab yang mengandung ekstrak aloe vera 5% lebih efektif untuk perawatan kulit xerosis penyandang DM dan dapat menjadi pilihan terapi perawatan masalah kulit tersebut.

Diabetes mellitus is a serious threat to humans. Xerosis is a skin complication of diabetes mellitus that often occurs. Giving moisturizers to the skin of patients with diabetes mellitus needs to be done to prevent further complications. There are no studies that examine the benefits of aloe vera on the xerosis skin hydration status of people with diabetes mellitus.
This study aimed to determine the effect of moisturizers containing 5% aloe vera extract on the skin hydration status of xerosis patients with diabetes mellitus. This study was a double blinding randomized controlled trial (RCT) using time series design on 93 respondents with a sampling technique using consecutive sampling. Each respondent measured the hydration status of the stratum corneum before being given a moisturizing application and after being given the application. Posttest measurements were carried out 1 hour, 2 hours, 3 hours, and 7 days later. Data analysis using Wilcoxon signed rank test, independent t-test, and Anova.
There were significant differences between the values of the pretest and posttest hydration status in both the control and intervention groups. Moisturizers containing aloe vera extract 5% significantly improve skin hydration status better than controls. Observations on the difference in the value of hydration status between control group and intervention group showed that the mean difference of the intervention group was greater than control group. Moisturizers containing aloe vera extract 5% are effective for xerosis skin care for patients with diabetes mellitus and can be a therapeutic choice for treating skin disorders.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T53129
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rahmi Farhatani
"Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relative. Laporan akhir studi kasus ini bertujuan memberikan gambaran asuhan keperawatan pada pasien DM dengan gejala xerosis yang menerapkan perawatan kulit pemberianminyak zaitun selama 5 hari, dengan frekuensi 2x setiap harinya. Pasien mengeluh gatal, kulit terasa sangat keringdan bersisik pada kulit, hal tersebut dikarenakan adanya neuropati perifer yang menyebabkan terjadinya penurunan kelenjar keringat dalam tubuh sehingga menyebabkan kulit menjadi kering. Penggunaan minyak zaitun merupakan salah satu penatalaksanaan yang dapat digunakan untuk perawatan kulit diabetes pada pasien yang mengeluhkan pruritus, xerosis dan bersisik. Disarankan kepada perawat agar memberikan edukasi pada klien serta libatkan keluarga klien dalam menjaga kelembaban kulityang bertujuan untuk mengurangi pruritus dan xerosis. Hasil evaluasi didapatkan adanya peningkatan kelembapan pada kulit pasien dan struktur kulit yang semula tampak mengeras dan menghitam menjadi lembut.

Diabetes mellitus is a collection of symptoms that arise in a person caused by an increase in blood sugar (glucose) levels due to lack of insulin both absolute and relative. The final report of the case study aims to provide an overview of nursing care for DM patients with symptoms of xerosis who apply olive oil skin care for 5 days, with a frequency of 2x per day. The patient complains of itching, the skin feels very dry and scaly on the skin, this is due to the presence of peripheral neuropathy which causes a decrease in sweat glands in the body causing dryness of the skin. The use of olive oil is one of the treatments that can be used for diabetes skin care in patients who complain of pruritus, xerosis and scaly. It is recommended to nurses to provide education to clients and involve the client's family in maintaining skin moisture which aims to reduce pruritus and xerosis. The evaluation results found an increase in moisture on the patient's skin and the structure of the skin that originally seemed hardened and blackened to soft."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dyvia Mega
"Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang memberikan dampak pada keseimbangan cairan dalam tubuh. Poliuria akibat diuresis osmotik menyebabkan pasien diabetes rentan kekurangan cairan sehingga kebutuhan cairannya pun bertambah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran tingkat pengetahuan kebutuhan cairan dan status hidrasi pada pasien diabetes melitus tipe II di Kota Depok. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan desain penelitian deskriptif. Sampel yang digunakan adalah pasien diabetes melitus tipe II usia dewasa di Kota Depok sebanyak 85 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner pengetahuan kebutuhan cairan dan grafik warna urin untuk menentukan status hidrasi. Hasil penelitian menunjukan 74.1% responden memiliki pengetahuan kebutuhan cairan yang baik dan 54.1% responden memiliki status hidrasi terhidrasi dengan baik. Hasil tersebut menunjukan pasien diabetes melitus tipe II di Kota Depok telah memiliki pengetahuan kebutuhan cairan dan status hidrasi yang baik, namun dengan kondisi diabetes yang fluktuatif maka diperlukan penelitian lanjutan untuk menilai pengetahuan pada tingkat yang lebih tinggi sehingga kebutuhan cairan pasien diabetes terjaga.

Diabetes mellitus is a chronic disease that has an impact on fluid balance in the body. Polyuria due to osmotic diuresis leaves diabetic patients prone to lack of fluids so that their fluid needs also increase. The purpose of this study was to identify the level of knowledge of fluid needs and hydration status in patients with type II diabetes mellitus in Depok City. The study was conducted with a quantitative approach and descriptive research design. The sample used was adult type II diabetes mellitus patients in Depok as many as 85 people. The instrument used was a fluid needs knowledge questionnaire and urine color chart to determine hydration status. The results showed 74.1% of respondents had good knowledge of fluid needs and 54.1% of respondents had a well hydrated hydration status. These results show that patients with type II diabetes mellitus in Depok City already have good knowledge of fluid needs and good hydration status, but with fluctuating diabetes conditions, further research is needed to assess knowledge at a higher level so that the fluid needs of diabetic patients are maintained."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patricsia
"Latar belakang: Proporsi lansia diperkirakan akan terus meningkat. Salah satu masalah utama pada kesehatan kulit lansia adalah xerosis cutis atau kekeringan kulit. Tata laksana xerosis cutis yang tidak adekuat dapat menimbulkan komplikasi dan menurunkan kualitas hidup lansia. Pelembap merupakan tata laksana utama xerosis cutis. Jarak waktu pemakaian ulang yang tepat berbagai jenis pelembap perlu diketahui dasar ilmiahnya.
Tujuan: Mengetahui status hidrasi dan sawar kulit setelah aplikasi tunggal vaselin album, lanolin 7,5% dalam vaselin album, krim urea 10%, dan krim pelembap yang mengandung seramid pada lansia dengan xerosis cutis.
Metode: Sebuah penelitian dengan pre dan post-experimental design, tersamar ganda pada lansia dengan xerosis cutis. Jumlah SP adalah 15 orang dan pemilihan SP dilakukan secara berurutan (consecutive sampling). Satu SP mendapat empat perlakuan, dua pelembap dioleskan di tungkai bawah kanan dan dua pelembap di tungkai bawah kiri. Penentuan lokasi pengolesan pelembap menggunakan metode randomisasi sederhana. Penilaian status hidrasi dan sawar kulit dinilai menggunakan skor SRRC sebelum dan 12 jam setelah pengolesan pelembap, sedangkan nilai SCap dan TEWL diperiksa setiap 3 jam selama 12 jam.
Hasil: Terdapat penurunan skor SRRC yang bermakna 12 jam setelah pengolesan keempat jenis pelembap (p<0,001). Peningkatan tertinggi nilai SCap pada 3 jam setelah pengolesan vaselin album sebesar 12 AU (p<0,001) dan lanolin 7,5% dalam vaselin album sebesar 13,96 AU (p<0,001). Peningkatan tertinggi nilai SCap pada 6 jam setelah pengolesan krim urea 10% sebesar 14,43 AU (p<0,001) dan krim yang mengandung seramid sebesar 7,57 AU (p=0,002). Terdapat peningkatan nilai SCap yang bermakna sejak pada 3-12 jam pada seluruh kelompok pelembap. Penurunan bermakna nilai TEWL hanya pada 3 jam setelah pengolesan krim urea 10% sebesar 1,44 g/h/m2 (p=0,006).
Kesimpulan: Terdapat perbaikan skor SRRC yang bermakna pada seluruh kelompok pelembap. Terdapat perbaikan nilai SCap yang bermakna sejak 3-12 jam setelah pengolesan keempat jenis pelembap. Penurunan bermakna nilai TEWL hanya terdapat pada 3 jam setelah pengolesan krim urea 10%. Berdasarkan hasil penelitian ini, jarak waktu ideal pemakaian ulang vaselin album dan lanolin 7,5% dalam vaselin album adalah setiap 3 jam, sedangkan jarak waktu ideal pemakaian ulang krim urea 10% dan krim yang mengandung seramid adalah setiap 6 jam. Dengan mempertimbangkan biaya dan efektivitas pelembap dalam meningkatkan hidrasi kulit, pengulangan pemakaian pelembap masih dapat dilakukan setiap 12 jam.

Background: The proportion of elderly is expected to increase continuously. One of the main problems in elderly skin health is xerosis cutis. Inadequate management of xerosis cutis in the elderly can cause complications and reduce the quality of life. Moisturizers is the main management of xerosis cutis. The evidences base of the interval reapplication time in various types of moisturizers need to be known.
Objectives: To determine the hydration and skin barrier status after a single application of vaseline albumin, lanolin 7.5% in vaseline album, urea 10% cream, and ceramide cream in elderly with xerosis cutis.
Methods: This was a study with a pre and post-experimental design, double-blinded. A total of 15 elderly subjects with xerosis cutis were choosen with consecutive sampling. Every subject received four treatments, two moisturizers on the right leg and two moisturizers on the left leg. The location of moisturizers application was determined by using a simple randomization method. Assessment of hydration and skin barrier status was assessed using the SRRC score before and 12 hours after application, while the SCap and TEWL value were examined every 3 hours for 12 hours.
Results: There was a significant decrease in SRRC scores 12 hours after application of all types moisturizers (p<0.001). The highest increase in SCap at 3 hours after the application of vaseline album was 12 AU (p<0.001) and lanolin 7.5% in vaseline album was 13.96 AU (p<0.001). The highest increase in SCap at 6 hours after the application of urea 10% cream was 14.43 AU (p<0.001) and ceramide cream was 7.57 AU (p=0.002). There was a significant increase of SCap from 3 to 12 hours in all four types moisturizers. The significant decrease in TEWL only at three hours after the use of urea 10% cream was 1.44 g/h/m2 (p=0.006).
Conclusion: There was a significant decrease in SRRC scores in all four types of moisturizers. There was a significant increase in the value of SCap from 3 to 12 hours after application of all moisturizers. The significant decrease in TEWL was only 3 hours after application of urea 10% cream. Based on the results, the ideal reapplication time of vaseline album and lanolin 7.5% in vaseline album is every 3 hours, while for urea 10% cream and ceramide cream is every 6 hours. Considering the cost and effectiveness of moisturizers in hydrating the skin, reapplication of moisturizers every 12 hours still would be effective.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ardy Tanfil T.
"Kurkumin merupakan komponen utama yang terkandung dalam tumbuhan (Curcuma longa). Kurkumin diketahui memiliki beberapa sifat farmakologis. Salah satu khasiat farmakologis kurkumin adalah anti inflamasi yang diketahui dapat digunakan untuk mengobati stomatitis. Tumbuhan lain yang memiliki sifat farmakologis yang sama adalah Aloe vera, Aloe vera diketahui dapat memberikan efek penyembuhan pada stomatitis. Berdasarkan kemampuan dari Kurkumin dan Aloe vera, diharapkan dengan dikombinasikan antara keduanya maka dapat menjadi sebuah pilihan baru untuk terapi stomatitis yang lebih baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek anti stomatitis kombinasi zat aktif dan hasil formulasi dalam bentuk gel mukoadhesif dari kurkumin dan Aloe vera pada stomatitis yang diinduksi pada tikus. Model penelitian in vivo menggunakan 5 kelompok tikus dengan masing-masing 6 ekor tikus (Sprague Dawley). Semua tikus menerima aplikasi induksi asam asetat 50% pada mukosa rongga mulut. Pemberian secara topikal kombinasi zat aktif maupun hasil formula gel mukoadhesif yang mengandung Kurkumin-β-siklodekstrin dan Aloe vera (1:2) menunjukkan waktu penyembuhan yang lebih baik dibandingkan kombinasi lainnya. Hasil histopatologi juga menunjukkan bahwa kombinasi Kurkumin-β-siklodekstrin dan Aloe vera (1:2) memberikan efek penyembuhan yang baik. Kombinasi Kurkumin-β- siklodekstrin dan Aloe vera (1:2) maupun gel mukoadhesif yang mengandung Kurkumin- β-siklodekstrin dan Aloe vera (1:2) menunjukkan hasil yang positif untuk penyembuhan sariawan yang diinduksi oleh asam asetat 50%.

Curcumin is the main component contained in plants (Curcuma longa). Curcumin is known to have several pharmacological properties. One of the pharmacological properties of curcumin is anti-inflammatory which is known to be used to treat stomatitis. Another plant that has the same pharmacological properties is Aloe vera. Aloe vera is known to have a healing effect on stomatitis. Based on the ability of curcumin and aloe vera, it is hoped that the combination of the two can become a new option for better stomatitis therapy. The purpose of this study was to determine the anti-stomatitis effect of the combination of active substances and the results of the formulation in the form of a mucoadhesive gel from curcumin and Aloe vera on induced stomatitis in rats. The in vivo research model used five groups of rats with six rats each (Sprague Dawley). All mice received an induction application of 50% acetic acid to the oral mucosa. Topical administration of a combination of active substances and the results of a mucoadhesive gel formula containing curcumin-β-cyclodextrin and aloe vera (1:2) showed a better healing time than other combinations. Histopathological results also showed that the combination of curcumin-β-cyclodextrin and aloe vera (1:2) gave an excellent healing effect. The combination of curcumin-β-cyclodextrin and aloe vera (1:2), as well as a mucoadhesive gel containing curcumin-β-cyclodextrin and aloe vera (1:2), showed positive results for the healing of stomatitis induced by 50% acetic acid."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alimah
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
S31261
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathia Nabilla
"Indonesia adalah negara ke-4 dengan jumlah kasus tuberkulosis terbanyak di dunia. Masalah tuberkulosis menjadi lebih berat karena keterkaitannya dengan diabetes melitus. Laporan penelitian ini membahas mengenai faktor yang menyebabkan adanya keterkaitan antara penyakit tuberkulosis dan diabetes mellitus di Jakarta. Faktor yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini adalah status gizi, dengan menggunakan perhitungan indeks massa tubuh (IMT). Penelitian kualitatif ini menggunakan desain deskriptif analitik cross-sectional. Hasil dari penelitian menunjukkan di antara 236 responden ditemukan laki-laki lebih mendominasi, karakteristik usia responden yang paling dominan adalah rentang 21-44 tahun, dan status gizi yang paling mendominasi adalah status gizi normal. Dari 236 responden ditemukan 65 kasus diabetes melitus (27,5%) yang setelah analisis menggunakan SPSS versi 20 ditemukan beda proporsi bermakna pada kejadian diabetes melitus antara pasien tuberkulosis dengan status gizi normal dan status gizi kurang dibandingkan dengan kategori status gizi lainnya. Hal ini diperkirakan karena perjalanan penyakit pasien yang pada umumnya status gizi kurang karena adanya infeksi yang menyebabkan penurunan nafsu makan dan setelah pengobatan status gizi menjadi baik. Penelitian ini menyarankan agar dilakukan penelitian kembali untuk membahas keterkaitan antara kedua penyakit dengan lebih dalam dan dilakukan pemeriksaan rutin baik pada pasien tuberkulosis atau diabetes melitus karena keterkaitan yang ada.

Indonesia is the fourth country with highest tuberculosis cases among other countries all over the world. This problem become more serious because of strong relationship between tuberculosis and diabetes mellitus. The focus of this study is to look for the factor which can make the relationship happen. The main factor focused in this research was nutritional status using body mass index calculation. This qualitative research used analytical descriptive cross-sectional design. Among 236 tuberculosis patients, it was found that male was dominant, age of 21-44 was leading, and normal nutritional status was dominant. Result of this research showed that 65 (27.5%) of 236 tuberculosis patients were also diagnosed as a diabetes mellitus patients. After the data was analyzed using SPSS 20th version, the result showed a significant proportion difference in the prevalence of diabetes mellitus among tuberculosis patients with normal nutritional status and lower nutritional status as compared to other categories of nutritional status. This result might be caused of course of the disease. The researcher suggests the next research about this problem to be explored deeper and also the screening of patients either the patient?s diagnosed as a tuberculosis or diabetes mellitus patient should be done because of strong relationship between these diseases."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ilyas
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S31136
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifa Pediarahma
"Latar belakang: Aloe vera adalah tanaman yang telah banyak digunakan sebagai obat tradisional, salah satunya dalam penyembuhan ulserasi. Namun, belum ada penelitian yang menguji pengaruh bagian kulit Aloe vera dalam penyembuhan ulserasi mukosa mulut.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak kulit Aloe vera dalam mempercepat penyembuhan ulserasi mukosa mulut.
Metode: Penelitian ini menggunakan 12 ekor tikus Sprague Dawley, yang dibagi dalam 4 kelompok secara acak, yaitu kelompok kontrol (3 ekor), kelompok perlakuan ekstrak kulit Aloe vera 6.25% (3 ekor), kelompok perlakuan ekstrak kulit Aloe vera 12.5% (3 ekor), dan kelompok perlakuan ekstrak kulit Aloe vera 25% (3 ekor). Daerah aplikasi adalah mukosa labial rahang bawah. Pada hari pertama kelompok kontrol dan perlakuan diaplikasikan H2O2 10% 3 X 5 menit dengan interval 5 menit, setiap hari selama 3 hari berturut-turut untuk menimbulkan ulserasi. Pada hari ke-4, 5 dan 6, kelompok kontrol diaplikasikan NaCl 0.9%, kelompok perlakuan diaplikasikan ekstrak kulit Aloe vera sebanyak 3 X 5 menit, dengan interval 90 menit. Pada hari ke-7 dan ke-9, satu ekor tikus dari tiap-tiap kelompok dimatikan dan dibuat sediaan mikroskopiknya, sementara sisanya tetap diberi perlakuan. Pada hari ke-11 seluruh sisa tikus dimatikan dan dibuat sediaan mikroskopiknya. Penilaian dilakukan secara mikroskopik dengan menggunakan metode skoring modifikasi Schlossberg A dan Ferigino PD serta Eda dan Fukuyama.
Hasil: Ekstrak kulit Aloe vera konsentrasi 6.25%, 12.5%, dan 25% dapat menurunkan tingkat peradangan ulserasi mukosa mulut, sehingga mempercepat proses penyembuhannya. Secara statistik, uji Mann-Whitney pada tiap kelompok menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0.05).
Kesimpulan: Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit Aloe vera konsentrasi 6.25% adalah konsentrasi terkecil yang efektif dalam mempercepat penyembuhan ulserasi mukosa mulut.

Background: Aloe vera has been known as traditional treatment for many health problems, one of them is for ulceration healing. However, there has not been a research about the effect of outer leaf of Aloe vera on oral mucous ulceration healing.
Objectives: This research?s intention is to find out the effect of Aloe vera outer leaf extract on Healing acceleration of oral mucous ulceration.
Methods: Twelve Sprague Dawley rats were used in this research, and divided into 4 groups: control group with NaCl 0.9% (3 rats), concentration 6.25% group (3 rats), concentration 12.5% group (3 rats), and concentration 25% group (3 rats). The application area is mandible labial oral mucous. On the first day, each rat received application of hydrogen peroxide 10% 3 x 5 minutes, with 5 minutes interval, for 3 days to create the ulceration. On day 4th, 5th and 6th, each group received their own application 3 x 5 minutes, with 90 minutes interval. On day 7th and 9th one of the rat in each group were taken and the microscopic preparatory were made, while the rest of the rats were receiving the same application. On the day 11th, All the rats remain were taken and the microscopic preparatory were made. Microscopic examination was done by scoring using modification of Schlossberg & Ferigino and Eda. S & Fukuyama methods.
Result: Aloe vera outer leaf extract 6.25%, 12.5%, and 25%, reduce the inflammation, thus accelerate the healing process of oral mucous ulceration. Statistically with Mann-Whitney test showed that there are significant differences among each group (p<0.05).
Conclusion: Based on this research, it can be concluded that Aloe vera outer leaf extract 6.25% is the lowest concentration that is effective for accelerating oral mucous inflammation."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nining Betawati Prihantini
"Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh medium ekstrak kulit daun lidah buaya (EKDLB) terhadap pertumbuhan mikroalga marga Chlorella Beijerinck. Penelitian bersifat eksperimental dengan meriggunakan rancangan acak lengkap terhadap 6 perlakuan yaitu medium Beneck (kontrol positif), akuades (kontrol negatif), EKDLB 25%, EKDLB 50%, EKDLB 75%, dan EKDLB 100%. Pengamatan dilakukan selama 30 hari. Hasil uji Friedman menunjuklcan adanya pengaruh medium EKDLB terhadap kerapatan Chlorella (sel/ml) (pada p>0,05). Hasil uji Dunnets menunjukkan rerata kerapatan Chlorella (sel/ml) berbeda nyata (p>0,05) dan sangat nyata (p>0,01) pada tiap perlakuan. Pertumbuhan Chlorella yang optimum pada medium EKDLB terdapat pada kultur dalam konsentrasi 25%. Kerapatan sel tertinggi (sebesar 16.618.750 sel/ml) pada saat peak dicapai oleh kultur dalam medium Beneck dan kerapatan sel terendah (sebesar 4.537.500 sel/ml) pada medium EKDLB 100%.

Growth of Chlorella Spp. on Lidah Buaya (Aloe vera Linn.) Leaves Extract Medium.Research on the effect of Lidah Buaya Leaves Extract Medium (LBLEM) to cell density of Chlorella spp had been done. Research was experimental research with complete random design to 6 treatments i.e Beneck Medium (positif control), aquadest (negatif control), 25% LBLEM, 50% LBLEM, 75% LBLEM, and 100%. LBLEM. Observation was done in 30 days. Friedman test showed there are the effect of LBLEM to cell density (cell/ml) (on p>0,05). Dunnets test showed that mean of Chlorella (cell/ml) cell density significant different on p>0,05 and p>0,01 on every treatment. Optimum growth of Chlorella is on 25% LBLEM. Highest cell density (16,618,750 cell/ml) on peak took place on Beneck, and the lowest one (4,537,500 cell/ml) take place on 100% LBLEM."
[place of publication not identified]: Sains Indonesia, 2004
SAIN-9-1-2004-25
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>