Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54618 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Niki Barenda Sari
"Karena pengukuran produktivitas yang akurat dapat memberikan informasi yang berguna dalam meningkatkan daya saing, penting untuk memahami perbedaan dalam produktivitas relatif di antara negara-negara. Hal ini memungkinkan negara untuk fokus dan berspesialisasi dalam produk-produk mereka yang relatif lebih produktif. Dengan menggunakan pendekatan berbasis regresi, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola dasar keunggulan komparatif, dengan industri baja Indonesia sebagai fokus analisis.
Temuan utama dari penelitian ini adalah bahwa Indonesia memiliki keunggulan komparatif terkuat di industri baja di antara negara-negara ASEAN. Meskipun industri baja adalah industri ke-27 dalam peringkat nilai keunggulan komparatif dalam negeri Indonesia, ada beberapa produk yang memiliki keunggulan komparatif yang kuat dan bahkan memiliki posisi yang kuat secara internasional. Selain itu, penting untuk mengikutsertakan beberapa negara ASEAN sebagai observasi dalam mengestimasi parameter kunci produktivitas karena menghasilkan estimasi baru θ, yang masih sejalan dengan literatur yang ada.

Because accurate productivity measurements can provide useful information in enhancing competitiveness, it is important to understand the differences in the relative productivity among countries, allowing countries to focus and specialize in their relatively more productive products. Using a regression-based approach, this study aims to analyze the fundamental patterns of comparative advantage, with the Indonesian steel industry as the focus of analysis.
The major finding of this research is that Indonesia has the strongest comparative advantage in the steel industry among ASEAN countries. Even though the steel industry is the 27th industry in Indonesia’s within-country ranking of comparative advantage values, there are some products that have a strong comparative advantage and even have a strong position internationally. In addition, it is worth pointing out that taking some ASEAN countries in the observation in estimating the key parameter of productivity, while not the main focus of the paper, yields a new estimate of θ, which is still in line with the extant literature.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53229
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Chasanah
"Tesis ini membahas tentang keunggulan komparatif dan investasi asing langsung sektor industri pengolahan di Indonesia. Investasi asing langsung berperan dalam meningkatkan keunggulan komparatif, karena kehadiran perusahaan multinasional dapat memberikan spillovers teknologi dan pengembangan kapasitas inovatif pada sektor industri dalam negeri, kedua hal inilah yang kemudian diharapkan mampu meningkatkan keunggulan komparatif suatu negara. Nantinya, peningkatan keunggulan komparatif akan mendorong masuknya investasi asing langsung yang baru di masa depan.
Metode estimasi Two Stage Pooled Least Square digunakan karena diduga ada hubungan simultan antara keunggulan komparatif dan investasi asing langsung serta terlanggarnya asumsi strict exogeneity. Hasil penelitian membuktikan adanya hubungan simultan antar keduanya.

This thesis discusses the comparative advantage and foreign direct investment in the Indonesian manufacturing industry. Foreign direct investment plays an important role in improving the comparative advantage as the presence of multinational companies may generate technology spillovers and increase innovative capacity in the industrial sector within the country which subsequently expected to increase the comparative advantage and encourage more foreign direct investment in Indonesia.
The research is conducted by using Two Stage Pooled Least Square estimation method since it is assumed that there is a simultaneous relationship between comparative advantage and foreign direct investment as well as the violation of strict exogeneity assumption. Evidently, the result shows the existence of a simultaneous relationship between the two.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T43610
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Venly Wahyu Nugroho
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah pola ekspor Indonesia sudah sejalan dengan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh Indonesia yaitu sebagai negara yang memiliki jumlah tenga kerja yang melimpah. Periode penelitian ini adalah dari tahun 1970 sampai dengan tahun 2007 dengan menggunakan metode data tahunan. Metode analisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan uji kointegrasi prosedur Johansen untuk melihat hubungan jangka panang sari seluruh variabel dan error correction model untuk estimasi hubungan jangka pendek.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapat hubungan negatif antara daya saing industri kimia yang merupakan industri yang berbasis kepada modal dengan pertumbuhan ekspor Indonesia dan hubungan yang positif antara daya saing industri manufaktur yang berbasi kepada tenaga kerja dengan pertumbuha ekspor Indonesia. Hal trsebut menunjukan bahwa pola ekspor Indonesia terspesialisasi kepada industri yang ebrbasis kepada tenaga kerja, maka pola ekspor Indonesia sudah sejalan dengan keunggulan komparatif yang dimiliki Indoesia. Hasil estimasi dari penelitian juga menunjukan bahwa pendapatan domestik, pendapatan dunia dan nilai tukar memeberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekspor Indonesia.

This research is done to analyze whether Indonesian export pattern has been congruent with its comparative advantage, as a country with labour abundant. The period used in research are annually data from 1970 until 2007. Analysis method used in this research is cointegration test of Johansen procedure to figure out long term relationship from the whole variables and error correction model (ECM) to estimate the short term relationship.
The estimation results that there is negative relationship between the comparative advantage of chemical industries (SITC 5) which is based on capital intensive and Indonesia export performance and positive relationship between the comparative advantage of manufacture industry which is based on labour intensive (SITC 8) and Indonesia export performance. This result indicates that Indonesia export pattern is specialized on industries based on labour intensive. Therefore, it can be said that indonesia export pattern has met comparative advantage. Furthermore, the result shows that growth domestic product, world income and exchange rate have positive impacts and effect significantly on Indonesia export performance.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T27722
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Setianto
"ABSTRAK
Bertahun-tahun lamanya pendapatan devisa dari minyak bumi
menjadi andalan penerimaan negara dalam membiayai pembangunan
nasional. Dengan merosotnya harga minyak bumi, maka pendapatan
pemerintahpun menjadi berkurang dengan drastis. Kemerosotan harga
minyak bumi segera di susu1 dengan turunnya harga produk-produk
primer lainnya yang biasanya dipasok oleh Indonesia.
Dengan latar belakang peristiwa tersebut, pemerintah dipaksa
untuk mengembangkan ekspor komoditas nonmigas. Sektor yang selama
komoditas migas masih menjadi primadona bagi penerimaan
pemerintah belum mendapat perhatian.
Salah satu komoditas yang dikembangkan ekspornya adalah
komoditas hasil hutan, sumber daya yang tersedia melimpah di
Indonesia. Industri kayu lapis telah memberikan sumbangan yang
sangat besar bagi penerimaan devisa pemerintah, kemudian disusul
dengan rotan. Pada mulanya rotan diekspor dalam bentuk bahan baku
dan bahan setengah jadi. Adanya keinginan untuk mendapatkan
devisa yang lebih besar ataupun adanya desakan dari golongan
tertentu yang meminta fasilitas (rent seeker) maka diterbitkanlah
kebijakan perdagangan internasional dalam subsektor rotan.
Kebijakan tata niaga ekspor rotan tersebut dimulai dengan
pelarangan ekspor bahan baku kemudian dilanjutkan dengan
pelarangan ekspor rotan setengah jadi. Kebijakan perdagangan
internasional dalam tata niaga ekspor rotan ini telah menimbulkan
berbagai dampak negatif bagi masyarakat berupa merosotnya harga
bahan baku rotan serta hilangnya lapangan pekerjaan bagi puluhan
ribu petani kecil pemungut dan pengumpul rotan.
Merosotnya bukan saja volume ekspor tetapi juga nilai ekspor
rotan mengisyaratkan belum siapnya para calon investor untuk
terjun dalam industri pengolahan rotan.
Kebijakan tata niaga ekspor rotan bukanlah kebijakan yang
optimal, mengingat banyak dampak negatif yang ditimbulkan dengan
adanya kebijakan tata niaga ekspor rotan tersebut.
Analisis keunggulan komparatif industri rotan Indonesia baik
analisis statis (1989) maupun analisis dinamis dengan
menghitung DDRC tahun 2000 dengan pendekatan harga pasar
menghas i 1 kan kes i mpu l an bahwa pengembangan i ndustr i rotan untuk
saat ini maupun sampai tahun 2000 masih layak (feasible), karena
masih memiliki daya saing internasional. Meskipun terjadi
penurunan daya saing internasional karena indeks DRC untuk tahun
1989 = 0,85 meningkat menjadi 0,88 pada tahun 2000.
Dengan terbatasnya waktu, perhitungan keunggulan komparatif
yang bi sa di 1 akukan baru pad a ti ngkat satu macam produk rotan
yaitu mebel (furniture). Sangat diharapkan di kemudian hari akan
dilanjutkan penelitian pada jenis produk yang lain seperti:
anyaman (webbing) lampit (mats) serta produk yang lainnya.
Sehingga akan memberikan gambaran yang lebih lengkap
(comprehensive) lagi tentang keunggulan komparatif pada industri
rotan di Indonesia.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunawan
"Tidak ada yang memungkiri pentingnya gula bagi kehidupan rakyat Indonesia. Gula sebagai hasil industri olahan pertanian termasuk dalam salah satu dari sembilan bahan pokok pangan. Sebagai salah satu komoditas yang menyangkut hajat hidup orang banyak baik rumah tangga maupun industri seperti industri makanan, minuman, farmasi, dan lain-lain, pemerintah memberikan perhatian yang lebih dibandingkan dengan komoditas lain dengan menjamin penyediaannya dan menjaga stabilitas harganya diantaranya melalui Bulog. Karena menyangkut hidup'orang banyak pula, gula tidak hanya dipandang sebagai komoditas ekonomis tetapi juga politis.
Selama bertahun-tahun sebelum perang dunia II Indonesia pernah menduduki tempat terkemuka sebagai negara penghasil gula. Pada masa itu, Indonesia mampu memproduksi gula sebanyak 2.970.836 ton pertahun dengan mengusahakan perkebunan tebu di Jawa seluas 200.000 Ha. Namun setelah masa kemerdekaan tidak ada kemajuan yang dicapai oleh industri gula di Indonesia. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, konsumsi gula terus meningkat dan tidak dapat dikejar oleh kemampuan produksi. Bila pada waktu-waktu sebelumnya Indonesia menjadi pengekspor gula, maka sejak tahun 1967 berbalik menjadi pengimpor gula (Mubyarto, 1991).
Produksi dan konsumsi gula tampak tumbuh seimbang, namun secara absolut jumlah konsumsi selalu lebih besar daripada produksi. Walaupun pada tahun 1984 produksi mampu memenuhi kebutuhan domestik, namun tidak dapat dipertahankan pada tahun-tahun berikutmya. Oleh karena itu sebagian kebutuhan dalam negeri dipenuhi oleh impor, yang dilakukan pemerintah melalui Bulog. Melalui kebijakan impor ini kekurangan gula selalu dipenuhi (Suryana, 1996).
Untuk meningkatkan produksi gula dalam rangka menuju swasembada dan memperbaiki pendapatan petani maka pada tahun..."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13292
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Waworundeng, Adi Gidion
"Perdagangan intra-industri merupakan fenomena yang mendapat banyak perhatian dari banyak peneliti, baik secara teoritis maupun secara empiris. Awalnya fenomena ini banyak terjadi di negara maju, yang kemudian menyebar ke negara-negara berkembang pada tahun-tahun terakhir. Namun, hanya sedikit studi yang telah dilakukan pada negara-negara berkembang secara umum dan belum ada penelitian yang telah dilakukan terhadap perdagangan intra-industri di Indonesia secara mendalam. Studi ini mengkaji pola dan faktor-faktor determinan perdagangan intra-industri di Indonesia, dengan menggunakan indeks Grubel- Lloyd. Kemudian, perdagangan intra-industri dipisahkan menjadi perdagangan intra-industri horisontal dan perdagangan intra-industri vertikal. Model ekonometrik digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor penentu total perdagangan intra-industri, perdagangan intra-industri horisontal dan perdagangan intra-industri vertikal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks intra-industri di Indonesia cenderung meningkat pada periode 1991-200 . Secara umum, perdagangan intra- industri vertikal jauh lebih tinggi daripada perdagangan intra-industri horizontal dalam banyak kasus. Empat faktor penentu diidentifikasi untuk total perdagangan intra-industri yaitu, angka rata-rata PDB, selisih antara PDB, jarak geografis dan variabel dummy untuk AFTA, dan faktor-faktor penentu ini sama dengan factor- faktor untuk perdagangan intra-industri horisontal. Untuk perdagangan intra- industri vertikal, hanya ada tiga faktor penentu yang ditemukan signifikan yaitu, angka rata-rata PDB, selisih antara PDB, dan jarak geografis. Temuan ini sebagian besar sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya.

Intra-industry trade is a phenomenon which has received much attention from researchers, both theoretically an empirically. Initially a phenomenon in developed countries, it has expanded to developing countries in recent year. However, only a few studies have conducted on developing countries in general and none has been done on Indonesia’s intra-industry trade. This study investigates the patterns and determinants of Indonesia’s intra-industry trade, measuring it by Grubel-Lloyd index. Then, intra-industry trade is disentangled into horizontal IIT and vertical IIT. Econometric models are used to explain the determinants of total IIT, horizontal IIT or vertical IIT.
The results show that Indonesia’s intra-industry index has tended to increase from 1991 to 2000. In general, vertical intra-industry trade is much higher than horizontal intra-industry trade in most cases. Four determinants were identified for total IIT, the average of the GDP, the difference of GDP, geographical distance and dummy variable for AFTA, and the same determinants were formed for horizontal IIT. For vertical IIT, however, only three determinants were found significant, the average of the GDP, the difference of GDP, and geographical distance. These findings are mostly in line with the results of previous studies on intra-industry trade.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febriana Sariningtyas
"Tesis ini menganalisa pengaruh hambatan masuk terhadap kinerja pada industri baja di Indonesia. Hambatan masuk digunakan untuk mengukur tingkat konsentrasi industri dalam industri tersebut. Dalam pendekatan Structure Conduct Performance, industri yang terkonsentrasi akan mempengaruhi perilaku dan kinerjanya. Sementara, kinerja industri diproxykan dengan nilai tambah.
Penelitian ini menggunakan metode data panel dan menggunakan data Statistik Industri Besar Sedang mulai dari tahun 2000 sampai tahun 2012. Hasil estimasi model nilai tambah menunjukkan bahwa barrier to entry berpengaruh positif terhadap nilai tambah. Sedangkan, biaya modal berpengaruh positif terhadap nilai tambah dan biaya bahan baku berpengaruh terhadap positif terhadap nilai tambah. Dan, tingkat efisiensi berpengaruh positif terhadap nilai tambah. Barrier to entry, biaya bahan baku dan tingkat efisiensi berpengaruh secara signifikan, sedangkan biaya modal tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai tambah.

This thesis discusses the influence of barrier to entry on the performance of steel industry in Indonesia. Barrier to entry uses in this thesis to measure the concentration of industry. On Structure Conduct Performance theory, industry with high concentration ratio will influence their conduct and performance. Mean while, value added is use to reflect industry performance.
This study uses a panel method and using the data from the years 2000 - 2012. Value added model estimation results show that the barrier to entry has positive effect and capital cost has positive effect on industry value added. While material cost has positive effect and efficient rate has positive effect on industry value added. Barrier to entry, material cost and efficient rate have significant impact on industry value added while capital cost has not significant impact on value added."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T43309
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Aditya Wijaya
"Pertumbuhan industri baja Indonesia mengalami peningkatan signifikan, terutama didorong oleh ekspansi sektor infrastruktur dan konstruksi nasional. Namun, sektor ini menghadapi tantangan kompleks, seperti kenaikan biaya bahan baku, peningkatan biaya energi dan transportasi, dan persaingan ketat dari baja impor. Pandemi Covid-19 lebih lanjut mengganggu rantai pasok baja dan mengubah pola permintaan. Aksesibilitas produk baja internasional di pasar domestik berdampak signifikan pada penggunaan baja yang diproduksi secara dalam negeri. Pemerintah Indonesia telah menerapkan berbagai kebijakan dan regulasi untuk mempromosikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan kompetitif dalam industri ini. Meskipun terdapat potensi pertumbuhan berkelanjutan di industri baja nasional, penting untuk mengakui dan mengatasi dinamika dan tantangan yang ada. Penelitian ini menawarkan analisis komprehensif tentang industri baja, khususnya pada segmen baja lembaran di Indonesia. Studi ini bertujuan untuk memproyeksikan perkembangan, tantangan, peluang, dan pergeseran dalam pasokan dan permintaan produk baja lembaran dalam negeri melalui simulasi dinamika sistem. Empat hipotesis dinamis dalam sistem diusulkan dan dianalisis secara cermat. Struktur model saat ini menunjukkan bahwa peningkatan kapasitas pabrik baja dan penerapan regulasi impor produk baja menghasilkan lonjakan produksi baja flat dalam negeri. Selain itu, memberikan insentif pajak dan penyesuaian tarif muncul sebagai pendekatan yang menjanjikan untuk mengatasi disparitas harga antara baja flat dan bahan baku di dalam negeri. Temuan dari penelitian ini memiliki potensi untuk memberikan wawasan berharga bagi rekomendasi kebijakan yang bertujuan untuk memajukan kemajuan industri baja flat di Indonesia

The growth of Indonesia's steel industry has been substantial, primarily fueled by the expansion of the national infrastructure and construction sector. However, this sector faces intricate challenges, such as rising raw material costs, increased energy and transportation expenses, and stiff competition from imported steel. The Covid-19 pandemic has further disrupted the steel supply chain and altered demand patterns. The accessibility of international steel products in the domestic market significantly impacts the utilization of domestically produced steel. The Indonesian Government has implemented various policies and regulations to promote sustainable and competitive growth to enhance the industry. While there is potential for sustainable growth in the national steel industry, it is crucial to recognize and effectively address the existing dynamics and challenges. This research offers a comprehensive analysis of the steel industry, focusing specifically on the sheet steel segment in Indonesia. The study seeks to project the trajectory of developments, challenges, opportunities, and shifts in the supply and demand for domestic sheet steel products through system dynamics simulations. Four dynamic hypotheses within the system are proposed and rigorously examined. The current model structure indicates that increasing steel mill capacity and implementing regulations on steel product imports result in a surge in domestic flat steel production. Additionally, providing tax incentives and adjusting tariffs emerges as a promising approach to mitigate price differentials between flat steel and its raw materials within the country. The findings of this research have the potential to offer valuable insights for policy recommendations aimed at advancing the progress of the flat steel industry in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Supriyati
"Daya saing adalah kemampuan suatu produk atau negara dalam menghadapi kompetisi. Daya saing terkait dengan keunggulan komparatif untuk menentukan spesialisasi perdagangan internasional. Beberapa indeks yang menggunakan data ? data perdagangan di masa lalu (ex-post) untuk mengetahui keunggulan komparatif suatu produk atau negara diantaranya adalah Revealed Comparative Advantage Indices (RCA), Revealed Symetric Comparative Advantage (RSCA) dan Revealed Competitivenes (RC). Penelitian ini menggunakan ketiga indeks tersebut untuk mengukur daya saing produk berdasarkan. Hasil hitung indeks menunjukkan bahwa dari 15 produk yang diteliti, Indonesia hanya memiliki keunggulan komparatif dan dapat melakukan spesialisasi perdagangan pada 5 jenis produk. Penelitian ini juga dilakukan untuk melakukan analisa pengaruh daya saing terhadap kinerja ekspor produk dan hasil estimasi menunjukkan indeks daya saing berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja ekspor.

Competitiveness is the ability of a product or the state to compete. Competitiveness associated with comparative advantage to determine international trade specialization. Some indexes are using trade data in the past (ex-post) to determine the comparative advantage of a product or country, such as Indices of Revealed Comparative Advantage (RCA), Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA) and Revealed competitiveness (RC). This research is using all three indexes to measure product competitiveness. The results showed that Indonesia is only having comparative advantage in 5 types of product and, therefore, can only benefit from trade specialization on those types of product. This research is also carried out to analyze the influence of competitiveness on export performance. The estimation results indicate that competitiveness index is having a significant and positive effect on export performance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T41709
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>