Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31588 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Cahaya Budi Indonesia, 2019
959.8 NEG
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Novita Nur Rizki
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1999
S23321
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pelayanan publik bukan hanya terbatas pada memberi ‘iklan’. Pelayanan itu terutama harus memberikan kail dan mengajar orang untuk sendiri mengail. Terlalu sering pelayanan publik hanya menjadi ajang memberi ajang memberi ikan dan bukannya kail (contoh: bantuan langsung tunai). Yang lebih parah lagi adalah pelayanan public menjadi pemerasan, karena dijadikan peluang bagi pejabat untuk menuntut pelayanan terlebh dahulu sebelum melayani rakyat yang wajib ia layani. Praksis ini turut mengakibatkan ekonomi Indonesia menjadi ekonomi biaya tinggi, yang sangat membebani masyarakat. Terlalu banyak yang yang harus dikeluarkan dunia usaha untuk pelayanan-pelayanan public. Pengeluaran itu dikompensasi dengan harga jual yang meroket tinggi …. "
IKI 5:25 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Deazaskia Prihutami
"Seiring dengan perkembangan kota dan manusia yang hidup di dalamnya, ruang publik selain menjadi gaya hidup juga menjadi suatu kebutuhan. Manusia secara alami membutuhkan ruang publik sebagai ruang berkegiatan yang memenuhi berbagai macam kualitas yang diinginkan oleh mereka, ruang berkegiatan yang dapat memungkinkan mereka untuk berinteraksi dengan banyak orang, ruang yang memberikan pengalaman berbeda dari biasanya, atau sekedar untuk menghirup udara segar, istirahat sejenak dari kesibukan pekerjaan.
Apapun bentuk ruang publiknya, sebuah ruang publik harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar dianggap berhasil dan sukses dalam mendukung keberlangsungan hidup masyarakatnya. Ruang publik baik terbuka maupun tertutup harus dapat memfasilitasi warganya untuk beraktivitas, beraspirasi, hingga memberikan rasa kepemilikan terhadap ruang publik tersebut sebagai identitas suatu kota tempat ruang publik itu berada.
Alun-alun, sebuah bentuk ruang publik yang sudah ada sejak zaman kerajaan Jawa, merupakan wujud nyata penghargaan masyarakat terhadap ruang public terbuka. Namun, alun-alun maupun ruang publik terbuka lainnya saat ini dinilai kurang menarik untuk dikunjungi jika dibandingkan dengan ruang publik tertutup yang lebih modern. Apakah hal tersebut disebabkan oleh kecenderungan masyarakat yang semakin ingin mengikuti kemajuan zaman dan perkembangan tren yang ada? Atau memang ruang publik terbuka seperti alun-alun tidak dapat menawarkan sesuatu yang diminati oleh warganya?

Together with the development of the city and humankind that live inside, the public space apart from becoming the lifestyle also to a requirement. Humankind naturally need the public space as space to do activities that filled various qualities that were wanted by them, space that could enable them to interact with many people, space that gives the different experience from normal, or only to take a walk in the fresh air, rested for a moment from the activity of the work.
Anything the form of the public space, a public space must fill certain conditions so that it was considered successful also success in supporting persistence to live of its community. The public space, whether it is an open space or an enclosed one, must be able to facilitate its resident to do their activities, to aspire, also giving the feeling of ownership so that the public space becomes the identity of a city.
The town square, a form of the public available since the Javanese royal time, was the real shape of the appreciation of the community to an open public space. However, the town square and other open public spaces at this time are thought uninteresting to be visited if compared with the enclosed public spaces that are more modern. Is this matter caused by the community that increasingly wants to follow the progress of the time and the development trends that available nowadays? Or indeed the open public space as the town square could not offer something that has an interest taken in it by its resident?
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48436
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Nurlaela Kustiawati
"Ruang publik mencerminkan identitas suatu masyarakat. Masyarakat Indonesia menganut demokrasi sehingga seharusnya nilai-nilai demokrasi tercermin dalam ruang publiknya. Ruang publik yang demokratis mencerminkan identitas masyarakat karena fisiknya mampu berperan dalam mengupayakan pengembangan sikap demokratis. Masyarakat mengalami pembangunan karakter dengan adanya interaksi sosial di ruang publik sehingga dimensi fisik ruang publik sangatlah penting dalam menanamkan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip¬prinsip demokrasi yaitu persamaan, kebebasan, dan pluralisme (Abdillah, 1999; dalam Rosyada, dkk, 2005). Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui seperti apakah wujud fisik ruang publik demokratis yang bisa berperan mengupayakan pengembangan sikap demokratis.
Skripsi ini mengambil studi kasusnya di ruang publik RUSUNA Harum Tebet Barat dan ruang publik RUSUNA Bidaracina dengan kelas sosial ekonomi yang berbeda. Dengan perbedaan kelas sosial ekonomi masyarakat tersebut, maka bisa diketahui juga kaitan antara wujud fisik ruang publik yang demokratis dengan kelas sosial ekonomi masyarakat. Lingkungan rumah tinggal memiliki potensi menumbuhkan nilai-nilai demokrasi secara alami dalam kesehariannya.
Berdasarkan hasil tinjauan teori dan analisis studi kasus, wujud fisik ruang publik yang demokratis difokuskan pada dimensi keterbukaan dan dimensi kepemilikan. Dimensi keterbukaan menekankan pada aksesibilitas yang tinggi sedangkan dimensi kepemilikan menekankan pada batas teritorial fisiknya. Setelah dianalisis, penulis menemukan ruang pada perpotongan jalan memiliki potensi besar dalam penciptaan ruang publik yang demokratis sebagai upaya pengembangan sikap demokratis.

Public space is reflecting the community identity. Indonesian community is embracing democracy so that democracy values should be reflected into public space. Democratic public space is reflecting community identity because of it's physics have a role to strive democratic attitude development. Community have been develop their character with social interaction in public space so that physical public space is being important to develop democracy principles. Democracy principles are equation, freedom, and pruralism (Abdillah, 1999; into Rosyada, dkk, 2005). The aim of this writing is to find what kind of the physical public space which have a role as an effort for developing of democratic attitude.
The case studies are RUSUNA Harun Tebet Barat's public space and RUSUNA Bidaracina's public space. Both of them have different level of social conomic so can find the relationship between physical public space and community's social economic level. Housing environment have potency to develop democracy values naturally.
Based on the theory and it's application on case studies, it can be concluded that physical democratic public space focused on two dimension. There are openness and ownership. Openness dimension is emphasizing high accessibility and ownership dimension is emphasizing physical territory. The writer found space in street intersection have big potency to create democratic public space as a democratic attitude development.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S821
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Sesilia C. Monalisa F.
"Arsitektur hadir dalam realitas hidup sehari-hari sehingga tidak dapat dilepaskan dari pola perilaku manusia yang hidup dan mendiami ruang. Manusia sendiri terbagi menjadi dua, yakni pria dan wanita. Perbincangan mengenai keduanya akan berkaitan langsung dengan pembahasan mengenai gender dan seks. Perbedaan antara pria dan wanita tersebut menghantarkan kita pada suatu pertanyaan mengenai karakter keduanya dalam menempati suatu ruang sebagai produk arsitektural. Beberapa kritikan yang berasal dari kaum feminis menyatakan ketidakpuasan dan keresahan para wanita akan lingkungan sekitar yang membatasi aktivitas mereka. Lingkungan sekitar yang dimaksud disini yaitu ruang publik, dimana pria dan wanita bebas mengakses ruang tersebut. Apakah benar wanita menemui rintangan-rintangan untuk beraktifitas dalam ruang publik.
Penulis mencoba mengamati rintangan-rintangan yang terdapat pada ruang publik dengan memperhatikan hubungan karakteristik gender dan arsitektur. Hal-hal yang diamati antara lain gender dalam kaitannya dengan budaya dan kepercayaan, karakteristik gender, akses, keamanan, ruang personal, privasi, teritori dan power. Menurut hasil pengamatan, wanita memang menemui beberapa rintangan untuk beraktifitas ketika berada dalam ruang publik.

Architecture emerges in our daily life reality so that it can not be separated from the human's behavior. The human itself is divided into men and women. The discussion about them directly refers to the discussion about gender and sex. The differences between men and women bring us to a question about their characteristics in living a space as an architectural product. Some critics which come from feminist show that women are not satisfy and worry about the environment which limits their activities. The environment here means the public space where men and women can be free to access that space. Is it true that the women may face the obstacles to do their activities in a public space'.
The writer has tried to take a look at the obstacle that may be found in a public space by using the relationship between characteristic of gender and architecture. There are several things that must be paid for attention such as culture and belief, characteristic of gender, access, security, personal space, privacy, territory and power. Based on this discussion, indeed, the women face some obstacles to do their activities when they are in public space.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51584
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mahargarani
"Kegiatan manusia selalu berada di dalam sebuah ruang. Karena adanya manusia dan kegiatan pada ruang tersebut, ruang tersebut menjadi dapat didefinisikan berdasarkan fungsinya. Namun, ada juga ruang yang tidak terdapat manusia ataupun kegiatan di dalamnya. Ruang tersebut menjadi terabaikan dan tidak ada yang memperhatikan karena tidak ada manusia yang merasa memiliki hubungan terhadap ruang itu. Pada ruang-ruang seperti ini kerap kali terdapat pelanggaran yang terjadi, terutama apabila aksesnya tidak terbatas atau terletak pada zona publik.
Pada penulisan skripsi ini, yang dikaji adalah hubungan antara ruang pada zona publik yang terabaikan dengan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi dan potensi selanjutnya yang dimiliki oleh ruang tersebut. Temuan yang didapat dari hasil analisis terhadap ruang pada zona publik yang terabaikan dan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi ternyata mengarah kepada kriminalitas. Hal itu disimpulkan berdasarkan studi kasus yang diambil pada sebuah kolong jalan layang yang terabaikan dan di dalamnya terdapat pelanggaran-pelanggaran. Dengan adanya pengabaian terhadap ruang tersebut maka hadir pelanggaran-pelanggaran. Namun ternyata pelanggaran yang diabaikan tersebut ternyata dapat berkembang dan mengarah kepada kriminalitas.

Activities of human being always take place on a space. Because of the people and the activity, a space can be defined base on its function. But, there are also spaces without any people either any activity in it. Those spaces become neglected and no one pays attention to it because nobody feels related to those spaces. On those spaces, there often be some disorder, especially if the spaces have unlimited access and located on public zone.
In this writing, the relation between neglected space on public zone and disorders, and also the next potential of this space, will be analyzed. What I found about the relation between neglected space on public zone and disorders is that these two things evolve to criminality. The conclusion was taken based on the analysis upon a neglected underpass that contains disorders in it. Because of the neglected space, disorders happen there. The next thing that happens is neglected disorders, and this thing could evolve to criminality.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S977
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adhita Aprilya
"Ruang publik merupakan ruang yang terbuka untuk publik atau masyarakat dan dirancang agar bermanfaat untuk masyarakat. Namun, ruang publik masih belum terkenal pada beberapa kalangan masyarakat. Didasari oleh teori ruang publik atraktif, dilakukan pengamatan pada beberapa ruang publik di Pekanbaru yang ramai dikunjungi oleh publik. Dengan menggunakan pengamatan kualitatif, ditemukan elemen ruang yang bekerja amenghasilkan beberapa kondisi yaitu ragam aktivitas, kemudahan, dan keamanan. Dimana, kondisi tersebut dapat membentuk ruang publik yang atraktif.

Public space is an open space for public and designed to be useful for public. However, public space is still not well known for some circles of society. Based on the theory of attractive public spaces, observations were made on several public spaces in Pekanbaru City, which were crowded with the public. By using qualitative observations, it is found that the elements of space are work to produce several conditions such as the variety of activities, convenience, and security. Then, these conditions can form an attractive public space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>