Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177377 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Inneke Kusumawati Susanto
"ABSTRAK
Acanthamoeba keratitis (AK) merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan infeksi kornea dikarenakan terkontaminasinya lensa kontak dan air oleh organisme yang disebut Acanthamoeba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi transmisi Acanthamoeba sp dari larutan perawatan lensa kontak dan sumber air rumah tangga pengguna lensa kontak. Penelitian dilakukan pada bulan Januari-Mei 2019. Pemeriksaan Acanthamoeba dilakukan terhadap 53 mahasiswa kedokteran di salah satu FK di Jakarta yang menggunakan lensa kontak dan air bekas rendamannya serta air yang digunakan di rumah. Pemeriksaan Acanthamoeba dilakukan di Laboratorium Parasitologi FK Universitas Indonesia menggunakan media kultur page-salt agar. Dari 53 sampel lensa kontak dan larutan perawatan lensa kontak didapatkan dua sampel kultur positif Acanthamoeba sp dan tiga sampel, positif free living amoeba (5.6%). Dari hasil kultur 53 sampel air kran rumah tangga didapatkan hasil 5 kultur positif Acanthamoeba sp (9.4%) dan 34 kultur positif free living amoeba (64.1%). Hanya satu sampel yang menunjukkan hasil positif dari lensa kontak dan larutan perawatan lensa kontak dan air kran rumah tangga dengan hasil subtipe yang sama yaitu T4. Adanya potensi transmisi Acanthamoeba sp yang diisolasi dari sumber air kran pengguna lensa kontak ke lensa kontak yang digunakan.

ABSTRACT
Acanthamoeba keratitis (AK) is one of the diseases that cause corneal infections due to contamination of contact lenses and water by an organism called Acanthamoeba. This study aims to determine the transmission potential of Acanthamoeba sp from contact lens treatment solutions and household water sources of contact lens users. The study was conducted in January-May 2019. An examination of Acanthamoeba was carried out on 53 medical students in one of the FK in Jakarta who used contact lenses and their used water and water used at home. Acanthamoeba examination was carried out in the Parasitology Laboratory of the University of Indonesia FK using page-salt agar culture media. From 53 contact lens samples and treatment solution of contact lens samples, there were two positive samples of Acanthamoeba sp and three samples positive free living ameba (5.6%). From the culture results of 53 household tap water samples, 5 positive cultures of Acanthamoeba sp (9.4%) and 34 positive cultures free living ameba (64.1%) were obtained. There is only one sample showed positif of from contact lenses and household tap water with the same subtype result T4. The presence of potential transmission of Acanthamoeba isolated from household tap water users to contact lens that has been use."
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdinand Wahyudi
"Penelitian yang diadakan di Malaysia pada tahun 2001dan beberapa penelitian di Amerika Serikat menunjukan penggunaan lensa kontak merupakan faktor risiko utama Acanthamoeba Keratitis (AK). Pengetahuan dan penelitian tentang faktor risiko AK pada pengguna lensa kontak di Indonesia masih sedikit dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungan antara tingkat pengetahuan mengenai faktor risiko AK pada pengguna lensa kontak dan karakteristik mahasiswa FKUI yang mempengaruhinya. Pengumpulan data berdasarkan kuesioner pada 106 mahasiswa FKUI tingkat I, II, dan III yang dipilih secara nonprobability sampling. Karakteristik mahasiswa yang diteliti adalah jenis kelamin dan tingkat pendidikan mahasiswa. Pengetahuan yang diteliti ialah faktor risiko AK. Analisis Univariate menunjukkan 52,6% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 2,1% memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan 45,3% memiliki tingkat pengetahuan kurang. Analisis bivariate menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin (p=0,964) dengan tingkat pengetahuan faktor risiko AK dan terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan mahasiswa (p=0,03) dengan tingkat pengetahuan faktor risiko AK. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pengetahuan dan mengakses informasi mengenai kesehatan mata karena pendidikan yang lebih tinggi memungkinkan individu memiliki informasi, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan kognitif yang lebih baik untuk mengakses informasi mengenai kesehatan mata.

Study conducted in Malaysia in 2001 and studies in the United States show the use of contact lens is a major risk factor for Acanthamoeba keratitis (AK). Knowledge about risk factor for Acanthamoeba keratitis in contact lens users in Indonesia is still low and little research is done. The purpose of this study is to assess the relationship between the knowledge level regarding risk factor for Acanthamoeba keratitis in contact lens users andits relation to student characteristics in Faculty Medicine of University Indonesia (FMUI). A questionnaire-based survey was carried out with 106 students, selected by nonprobability sampling from first, second and third grade students in FMUI. Student characteristics studied were gender and education level in FMUI. Questions regarding knowledge on Acanthamoeba keratitis were risk factor. Univariate analysis showed 52.6% of respondents had high knowledge level, 2.1% had a moderate level of knowledge, and 45.3% had low knowledge levels. Bivariate analysis showed that there was no significant relation between sex (p = 0.964) with the knowledge levelregarding risk factors for Acanthamoeba Keratitis and there is a significant relation between the education level of students (p = 0.03) with the knowledge level regarding risk factors for Acanthamoeba keratitis. The results show that both man and women have equal opportunity to acquire the knowledge and information about eye health. Whereas with higher levels of education, individuals have critical thingking skills and better cognitive to obtain information about eye health.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haloho, Andreas S
"Acanthamoeba dikenal sebagai organisme penginfeksi baru yang mulai banyak mendapatkan perhatian dalam dunia kedokteran. Organisme ini merupakan sejenis parasit yang diketahui cukup sering menginfeksi pengguna lensa kontak dan bermanifestasi di mata sebagai Acanthamoeba Keratitis (AK). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengetahuan mahasiswa kedokteran mengenai etiologi dan patofisiologi infeksi yang dapat ditimbulkan oleh Acanthamoeba. Responden adalah mahasiswa kedokteran FKUI tingkat I, II, dan III yang menggunakan lensa kontak. Tingkat pengetahuan responden dinilai berdasarkan jawaban mereka terhadap kuesioner penelitian yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan realibilitas. Hasil penelitian menunjukkan 18,6% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 41,2% cukup, dan 40,2% kurang. Analisis data menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan responden (chi square, p=0,902; p>0,05), namun tingkat pendidikan memiliki hubungan yang bermakna dengan tingkat pengetahuan (chi square, p=0,000; p<0,05). Faktor yang mempengaruhi hasil ini adalah tidak ditemukannya diskriminasi gender pada responden dan sistem kurikulum yang membuat responden dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih baik.

Acanthamoeba is known as the new infectious agent which begin to get much more attention in medicine. This organism is a kind of parasite which is known to infect the contact lens user frequently and has manifestation in the eyes as Acanthamoeba Keratitis (AK). The aim of this research is to get the information about the medicine students? level of knowledge about the etiology and pathophysiology of Acanthamoeba Infection. Respondents is the students in first, second, and third degree in FMUI who use the contact lens. The level of knowledge is measured based on the the answers of the respondents to the questionnaire which has been done validation and realibility testing. The results show 18,6% respondents have the good level of knowledge, 41,2% fair, and 40,2% poor. After these data have been analyzed, we got the conclusion that the gender has no differences to the level of knowledge (chi-square, p=0,902; p>0,05), but the level of education is proven to influence the level of knowledge (chi square, p=0,000; p<0,05). These results are caused by no gender discrimination between respondents and the curriculum which makes the higher degree respondents have the better level of knowledge.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bachtiar Arif Wicaksono
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara SDE dengan
analisis ImageJ dalam menilai hiperemia konjungtiva pada pemakaian LKL dalam
2 minggu. Penelitian ini merupakan studi analitik prospektif berpasangan dengan
100 subjek mata dari 50 orang dengan miopia yang belum pernah menggunakan
LKL sebelumnya. Penilaian hiperemia konjungtiva dengan SDE dan imageJ
dengan mengevaluasi foto konjungtiva yang diambil pada sebelum, hari ketujuh,
dan keempat belas penggunaan LKL. Subjek terdiri dari 80,8% (n=42) perempuan
dengan rerata usia 22,12±1,79 tahun. Awal evaluasi didapatkan terbanyak
hiperemia trace (49%) dan ringan (51%) pada konjungtiva bulbar dan hiperemia
trace (92%) pada limbus. Evaluasi imageJ didapatkan median densitas vaskular
11,80 (4,56-17,61) %area dan rerata diameter vaskular 85,81±4,07 μm. Terdapat
peningkatan hiperemia konjungtiva tingkat ringan sebesar 19% dan sedang 6%
antara setelah 2 minggu penggunaan LKL. Terdapat perbedaan diameter (p<0,05)
dan densitas vaskular (p=0,000) yang bermakna secara statistik setelah pemakaian
LKL selama 2 minggu. Pada hari keempatbelas, persentase terbanyak yaitu
hiperemia menetap (59%) dan meningkat sebesar 35% pada konjungtiva bulbar
keseluruhan. Didapatkan peningkatan 1 tingkat SDE sebesar 33% dan peningkatan
2 tingkat SDE sebesar 2% setelah pemakaian LKL 2 minggu. Terdapat kesesuaian
pada penilaian hiperemia konjungtiva bulbar dan limbus antara SDE dengan
densitas dan diameter vaskular dengan perbedaan antar masing-masing kelompok
SDE yang bermakna (p<0,05).

This study aimed to evaluate the conformity of EGS with ImageJ analysis
in assessing conjunctival hyperemia in SCL use within 2 weeks. This is a paired
prospective analytic study which included 100 eyes from 50 subjects with myopia
who have not used SCL routinely before. Conjunctival hyperemia assessments were
done with EGS and ImageJ with evaluating conjunctival images taken at before,
day 7, and day 14 of using SCL. Subjects were 80,8% (n=42) female with mean age
of 22,12±1,79 years old. At initial evaluation, there were trace (49%) and mild
(51%) grade hyperemia in bulbar conjunctiva and trace hyperemia (92%) in limbus.
ImageJ evaluation found medial vascular density of 11.80 (4.56-17.61)% area and
mean vascular diameter of 85,81±4,07 μm. There was an increase of mild grade
conjunctiva hyperemia of 19% and moderate grade of 6% between before and after
2 weeks of using SCL. There was a significant difference of vascular diameter
(p<0.05) and density (p=0.000) after using SCL for 2 weeks. At day 14 evaluation,
most percentage was found persistent grade (59%) and increasing grade (35%) in
overall bulbar conjunctiva. There were 1 EGS grade increase of 33% and 2 grades
increase of 2% after using SCL for 2 weeks. Good conformity was found in bulbar
conjunctiva and limbal hyperemia evaluation between EGS and vascular density
and diameter with significant difference between each EGS group (p<0.05)"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59130
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Dwi Shanti
"Pemakaian lensa kontak akhir-akhir ini semakin marak terlihat dari tersedianya lensa kontak yang didapatkan bebas tanpa perlu adanya resep dokter. Hal ini bisa meningkatkan terjadinya infeksi mata terutama Acanthamoeba pada pengguna lensa kontak yang tidak mengetahui cara pemakaian dengan baik dan benar. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa kedokteran FKUI mengenai pencegahan infeksi Acanthamoeba pada pengguna lensa kontak dan hubungannya dengan jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Metode penelitian ini menggunakan cross sectional melalui penyebaran kuesioner. Hasilnya adalah responden dengan tingkat pengetahuan baik 41,24%, cukup 29,89%, dan kurang 28,87%. Dengan uji chi-square hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan (p=0,036) dan terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan (p=0,009). Oleh karena adanya hubungan yang signifikan secara statistik diantara kedua variabel ini maka perlu adanya edukasi lebih lanjut mengenai pengetahuan pemakaian lensa kontak sehingga diharapkan infeksi Acanthamoeba dapat dicegah.

Nowdays, there is a trend of using contact lenses. Contact lenses are available everywhere and can be obtained without prescription. This condition can increase the incidence of eye infections, particularly Acanthamoeba on contact lenses users who don't know how to use it properly. Therefore, this reseacrh aim to know about the knowledge level of FKUI student about prevention of Acanthmoeba Infection on contact lenses user and that relation with gender and education. This study uses cross-sectional design with questionaire. The result of this study is that the precentage of respondent with high knowledge level is 41,24%, moderate knowledge level is 29,9% and low knowledge level is 28,87%. Chi-square analysis shows that there is a relation between gender and knowledge level (p=0,036. There is also a significant relation between education and knowledge level (p=0,009). This relation suggests the need of further education about knowledge on how to use contact lenses to prevent Acanthamoeba infection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christella Caroline
"Latar belakang: Pengetahuan dan perawatan lensa kontak yang baik merupakan faktor yang memengaruhi keamanan dan risiko komplikasi akibat penggunaan lensa kontak. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan materi edukasi yang valid dan dapat digunakan sebagai standar materi edukasi bagi penjual lensa kontak sehingga informasi yang akurat dapat diberikan kepada seluruh pengguna lensa. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang terdiri dari 2 tahap, yaitu pengembangan materi edukasi dan validasi. Pengembangan materi edukasi diawali dengan tinjauan pustaka dan kesepakatan ahli melalui metode modifikasi Delphi. Item materi edukasi yang telah melalui seleksi ahli kemudian dibuat menjadi brosur, presentasi, dan checklist untuk divalidasi kepada penjual dan pengguna lensa kontak. Hasil: Item materi edukasi yang disepakati melalui metode modifikasi Delphi berjumlah 38 item materi. Nilai validasi konstruk materi edukasi adalah 3,54. Kesimpulan: Materi edukasi termasuk dalam kategori sangat valid sehingga dapat dipakai sebagai materi edukasi bagi penjual dan pengguna lensa kontak di Indonesia.

Background: The safety and risk of complications from contact lens use are influenced by factors such as proper knowledge and maintenance. Objective: To produce valid educational materials that can be used as standard educational materials for contact lens sellers in order to provide accurate information. Methods: This research is a qualitative research that consists of two stages, namely the development of educational material and validation. The development of educational materials began with a literature review and expert agreement through Delphi modification methods. Educational material that had been selected by experts were then made into brochures, presentations, and checklists for validation to the sellers and contact lens users. Results: There were 38 different educational materials that were agreed upon using the Delphi modification method. The construct validation value of the education material is 3,54. Conclusion: The educational material falls into the extremely valid category and can be utilized by Indonesian contact lens wearers and salespeople."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Rhendy
"Tujuan : Melakukan evaluasi perbedaan perubahan kuantias dan kualitas musin penderita miopia sedang antara pemakaian LKL SiH Lotrafilcon B daily dan extended.
Metode : Penelitian ini menggunakan uji klinis acak tersamar tunggal dengan desain dua kelompok paralel dan dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo RSCM Kirana. Pemeriksaan MUC5AC dilakukan pada tahap sebelum pemasangan dan pada minggu ke-4. Evaluasi tipe Ferning dilakukan pada sebelum pemasangan, minggu ke-1 dan 4.
Hasil : Empat puluh subjek yang memenuhi kriteria inklusi bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Satu subjek dalam kelompok daily wear mengalami drop out karena reaksi alergi terhadap lensa kontak. Terdapat peningkatan kadar MUC5AC yang signifikan secara statistik antara pre-fitting dan minggu ke-4 pada pada masing-masing kelompok. Kadar akhir MUC5AC setelah perlakuan tidak berbeda signifikan antara kedua kelompok. Perbandingan antara jumlah mata dengan tipe Ferning normal dan abnormal antara kedua kelompok perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada pemeriksaan pre-fitting, minggu ke-1 dan 4.
Kesimpulan :Tidak ada perbedaan perubahan kadar MUC5AC antara penggunaan lotrafilcon B daily dan extended wear.

Purpose: To evaluate differences of mucin quantity and quality changes in moderate myopia patients between daily and extended wear of Lotrafilcon B.
Methods: The design of this study used a single blinded randomized clinical trial with two parallel group designs and performed at Cipto Mangunkusumo Hospital RSCM Kirana. MUC5AC examination was performed at pre fitting and at 4th week. Ferning type evaluation was performed on pre fitting, 1st and 4th week.
Results: Forty subjects who met the inclusion criteria were willing to participate in the study. One subject in the daily wear group experienced a drop out due to an allergic reaction to contact lenses. There was a statistically significant increase in MUC5AC levels between pre fitting and week 4 in each group. The final MUC5AC levels after treatment did not differ significantly between the two groups. Comparison between the number of eyes with normal and abnormal Ferning types between the two treatment groups did not show significant differences in pre fitting examinations, 1st and 4th weeks.
Conclusion: There is no difference in MUC5AC levels between the use of lotrafilcon B daily and extended.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Hendra
"ABSTRAK
Pada proses produksi lensa kontak yang memiliki berbagai tahap dan mesin,
sering kali dialami kesulitan dalam mencari dengan efektif faktor krusial yang
mempengaruhi rendahnya yield. Penelitian ini membahas mengenai peningkatan
yield dengan menggunakan kerangka data mining, yang terdiri dari k-means
clustering, uji Kruskal-Wallis, dan decision tree. K-means clustering digunakan
untuk menentukan cutting point antara manufacturing order yang baik dengan
yang buruk, sedangkan uji Kruskal-Wallis digunakan untuk mencari tahap
produksi yang bermasalah dan menyebabkan rendahnya yield. Kemudian, hasil
decision tree akan mengklasifikasi akar penyebab rendahnya yield sehingga
ditemukan bahwa faktor yang paling berpengaruh adalah mesin Stop Gap dan
Supertortoise 2 pada tahap produksi Primary Packaging. Peningkatan yield dapat
dilakukan dengan melakukan perbaikan performa komponen sealing pada mesin
Stop Gap serta komponen laser printer dan foil allignment pada mesin
Supertortoise 2.

ABSTRACT
In the manufacturing process of contact lenses which contains multiple process
stages and machines, it is not easy to determine effectively the possible root
causes of low yield. This study aims to enhance yield in contact lens
manufacturing industy using data mining framework, which consists of k-means
clustering, Kruskal-Wallis test, and decision tree. K-means clustering was applied
to determine the cutting point between good batch of manufacturing order and bad
batch of manufacturing order, while Kruskal-Wallis test was applied to identify
the production process stages that causing low yield. Then, the decision tree result
will classify the root cause of low yield and it was found that the most critical
factors were Stop Gap and Supertortoise 2 machine in Primary Packaging process
stage. Yield enhancement can be gained by improving the performance of sealing
component in Stop Gap machine and the performance of laser printer and foil
allignment components in Supertortoise 2 machine."
2014
S54114
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Weni Puspitasari
"Tujuan: Menilai perubahan lapisan air mata dan parameter meniskus air mata
menggunakan Optical Coherence Tomography (OCT) sebelum dan sesudah
pemakaian lensa kontak hydrogel konvensional dan silikon hydrogel. Metode: 52
sukarelawan miopia ringan-sedang dilibatkan dalam penelitian ini dan dipilih
secara acak untuk menggunakan bahan hydrogel (Nelfilcon-A) pada satu mata dan
bahan silikon hydrogel (Lotrafilcon-B) pada mata sebelahnya selama 14 hari.
Pemeriksaan lapisan air mata dilakukan melalui pemeriksaan Non-invasive Tear
Breakup Time dan Schirmer-1, serta parameter meniskus air mata menggunakan
OCT sebelum dan 14 hari sesudah penggunaan lensa kontak. Hasil: Subjek terdiri
dari 80,8% perempuan dan 19,2% laki-laki, dengan usia rerata 22,8±1,79 tahun.
Median delta NIBUT (pre-post) adalah -3,4 detik (-11,3-1,4) pada kelompok
Nelfilcon-A dan -4,6 detik (-18,5-2,7) pada kelompok Lotrafilcon-B (p=0,008).
Median delta Schirmer 1 didapatkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara
kedua kelompok LKL. Median delta tinggi meniskus air mata pada adalah -18,5 (-
57,0-96,0) μm pada kelompok Nelfilcon-A dan -11,5 (-53,0-87,0) μm pada
kelompok Lotrafilcon-B (p=0,556). Median dimensi delta area meniskus air mata
adalah -1795,0 (-7596-4372) μm2 pada kelompok Nelfilcon-A dan -1181,5 (-8188-
8770) μm2 pada kelompok Loftrafilcon-B (0=0.728) μm2. Median delta volume
meniskus air mata adalah -0.08 (-0.29-0.18) μL pada kelompok Nelfilcon-A dan -
0.08 (-0.32-0.34) pada kelompok Lotrafilcon-B. Tidak ditemukan adanya
perbedaan bermakna antara parameter meniskus air mata di kedua kelompok LKL.
Tidak terdapat korelasi antara NIBUT, tes Schirmer-1 dan parameter meniskus air
mata. Kesimpulan: Penggunaan lensa kontak Nelfilcon-A harian dan Lotrafilcon-
B mingguan selama 2 minggu dapat menyebabkan perubahan lapisan air mata
(NIBUT memendek dan penurunan parameter meniskus air mata)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Klanita Sabira
"Sistem penghantaran obat optalmik dalam bentuk obat tetes mata memiliki waktu tinggal dan bioavailibilitas yang rendah. Maka, untuk meningkatkan waktu tinggal obat pada mata, dilakukan pengujian untuk memuat lensa kontak komersial dengan nanopartikel magnetik (Fe3O4) dan nanopartikel disprosium (Dy). Penelitian dilakukan dengan mensintesis nanosphere Fe3O4-PEG-Dy2O3 dan nanorod Dy(OH)3, kemudian memuat kedua jenis nanopartikel pada permukaan lensa kontak hidrogel poly-2-hydroxyethylmethacrylate (p-HEMA).
Hasil karakterisasi XRD dan TEM menunjukkan nanosphere Fe3O4-PEG-Dy2O3 dan nanorod Dy(OH)3 yang disintesis berukuran ±13,67 nm dan ± 96,50 nm dengan diameter ± 19,30 nm. Kedua jenis nanopartikel yang dihasilkan menunjukkan sifat fotoluminesensi yang sesuai dengan sifat fotoluminensi senyawa disprosium yaitu memiliki emisi warna kuning pada panjang gelombang 575 nm.
Hasil karakterisasi SEM menunjukkan perubahan penampakan permukaan lensa kontak sebelum dan sesudah termuat nanopartikel yaitu dengan penampakan agregat partikel pada permukaan lensa kontak. Efisiensi penempelan dan profil pelepasan nanopartikel pada lensa kontak menunjukan hasil efisiensi muatan terbaik yaitu sebesar 36,12 % oleh nanorod Dy(OH)3 pada konsentrasi 0,50 mg/mL, sedangkan efisiensi muatan terbaik oleh nanosphere Fe3O4-PEG-Dy2O3 adalah sebesar 30,72% pada konsentrasi 0,50 mg/mL. Pelepasan nanopartikel dari permukaan lensa kontak terjadi pada jam ke-6 hingga jam ke-10, yang menunjukan potensi kedua jenis nanopartikel untuk sistem penghantaran obat melalui permukaan lensa kontak.

Ophtalmic drug delivery system via eye drops shows low residence time and low bioavailability. This paper proposes an approach to increase residence time of drug, study conducted of loading magnetic and dysprosium nanoparticles to soft contact lenses for ophthalmic drug delivery. Nanospheres Fe3O4-PEG-Dy2O3 and Dy(OH)3 nanorods have successfully synthesized, then the nanoparticles are loaded to the surface of poly-2-hydroxyethylmethacrylate (p-HEMA) contact lenses.
TEM and XRD characterization results showed that Fe3O4-PEG-Dy2O3 nanospheres and Dy(OH)3 nanorods have sizes of ±13,67 nm dan ± 96,5 nm with diameter ± 19,3 nm respectively. Both nanoparticles showed photoluminescence characteristics of dysprosium which shows emission at 575 nm of yellow luminescent.
SEM image of contact lens showed the difference of blank contact lens and the nanoparticle loaded contact lens with the appereance of particle aggregates on the surface of contact lenses. Nanoparticles attachement efficiency and the nanoparticles release profile were measured shows the best loading efficiency is from Dy(OH)3 nanoparticle with concentration of 0.5 mg/mL, while nanospheres Fe3O4-PEG-Dy2O3 shows 30,72% loading efficiency with concentration of 0.5 mg/mL. Complete nanoparticle release from contact lens happens in 6-10 hours, thus shows the potential of this nanoparticles for drug delivery system via contact lens.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63690
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>