Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128635 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Aini Hidayah
"Pada kondisi dengan keterbatasan sumber daya untuk mengakses pemantauan viral load, pemantauan imunologis menjadi bagian dari standar perawatan terapi pasien dengan pengobatan antiretroviral yang dapat digunakan untuk menilai respon terapi. Studi ini dilakukan untuk melihat hubungan antara ketidakpatuhan pengobatan terhadap kegagalan imunologis pada pasien HIV/AIDS di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso. Studi kohort retrospektif dilakukan di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso pada 284 pasien HIV/AIDS dewasa yang inisiasi antiretroviral lini pertama pada periode Januari 2014-April 2018, yang diikuti selama 12 bulan waktu pengamatan. Analisis menggunakan Kaplan Meier digunakan untuk mengestimasi probabilitas kegagalan imunologis berdasarkan ketidakpatuhan pengobatan (ambil obat dan minum obat), yang signifikansinya dilihat dengan Log-Rank Test. Analisis Cox Proportional Hazard dilakukan untuk menghitung Hazard Ratio dengan 95% confidence interval. Sebanyak 29 (10,2%) pasien mengalami kegagalan imunologis dengan 4,8 per 10.000 orang hari. Kepatuhan ambil obat (aHR 1,72, 95%CI: 0,67-4,44) dan kepatuhan minum obat (aHR 1,14, 95%CI: 0,41-3,19) berasosiasi terhadap kejadian gagal imunologis, meskipun tidak signifikan. Asosiasi yang tidak signifikan ini dimungkinkan karena pemantauan imunologis bukanlah gold standard dalam menilai respon pengobatan. Perhitungan sensitivitas dan spesifisitas kegagalan imunologis terhadap kegagalan virologis pada penelitian ini yaitu 50% dan 82,66%. Monitoring kepatuhan secara berkala dan pemeriksaan CD4/viral load yang lebih tepat waktu diperlukan untuk mencegah kegagalan pengobatan lebih dini.

Immunological monitoring becomes standard care of antiretroviral treatment due to the inaccessibility of viral load in a resource-limited setting. The aim of this study was to estimate association between antiretroviral therapy adherence and immunological failure among HIV/AIDS patient in Prof. Dr. Sulianti Saroso Infectious Disease Hospital. Retrospective cohort study was conducted at Prof. Dr. Sulianti Saroso Infectious Disease Hospital on 284 adults who started first-line antiretroviral during period between January 2014 and April 2018, then followed for about 12 months. Kaplan Meier was used to estimate probability of immunological failure based on pharmacy refill adherence and self report adherence, and their significance assessed using Log Rank Test. Cox Proportional Hazard model was fitted to measured Hazard Ratio with their 95% confidence interval. 29 (10,2%) patient has developed immunological failure with hazard rate of 4,8 per 10.000 person-day of follow up. Pharmacy refill adherence (aHR 1,72, 95%CI: 0,67-4,44) and self report adherence (aHR 1,14, 95%CI: 0,41-3,19) were associated with immunological failure. The association was not significant may because of immunological failure is not the gold standard to evaluate therapy response. Calculation of the sensitivity and specificity between immunological failure and virological failure for about 50% and 83%. Routine adherence monitoring and CD4 or viral load laboratorium measuring on schedule need to early prevent therapy failure."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53668
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurvika Widyaningrum
"Terapi antiretroviral mampu menekan replikasi HIV, mencegah morbilitas dan mortalitas. Kepatuhan pengobatan dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan terapi, mencegah resistensi obat antiretroviral dan risiko penularan HIVDR ditengah masyarakat. Efek samping obat antiretroviral umumnya terjadi pada 3 bulan pertama setelah inisiasi yang dapat mempengaruhi kepatuhan pengobatan pasien di tahun pertama pengobatan antiretroviral. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efek samping obat antiretroviral lini pertama terhadap kepatuhan pengobatan pasien HIV/AIDS di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso tahun 2010-2015.
Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif berbasis rumah sakit dimana sebanyak 376 naïve-patient HIV/AIDS dipilih sebagai sampel dan diamati selama 12 bulan setelah inisiasi ART. Kepatuhan pengobatan diukur dengan dua metode yaitu berdasarkan self report dan ketepatan waktu ambil obat. Data dianalisa dengan menggunakan cox proportional hazard regression dengan perangkat lunak STATA12. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek samping obat ARV lini pertama berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat (RR12=1,45, 95% CI 1,009?2,021 dan RR34=0,85, 95% CI 0,564-1,273) namun tidak berpengaruh terhadap kepatuhan ambil obat (RR12=1,23, 95% CI 0,851-1,839 dan RR34=0,70, 95% CI 0,437-1,108).

Antiretroviral therapy suppresses HIV replication, preventing morbidity and mortality. Adherence to antiretroviral therapy is needed to achieve successful treatment, prevent resistance to antiretroviral drugs and the risk of transmission of HIVDR in the community. The side effects of antiretroviral drugs generally occur in the first 3 months after initiation that could affect adherence in the first year of antiretroviral treatment. The aim of this study analyzed the effect of first-line antiretroviral side effect and adherence of HIV/AIDS patients in RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso period 2010 until 2015.
This study is hospital based retrospective cohort. A total of 376 HIV/AIDS naïve-patient had been selected as samples. Adherence was measured by two methods, based on self report and drug pick-up. Data was analyzed using cox proportional hazard regression with STATA12 software. Based on self report, HIV/AIDS patients who experience first-line ARV drugs side effect significantly associated with non-adherent (RR12=1.45, 95% CI 1.009 to 2.021 and RR34=0.85, 95% CI 0.564 to 1.273). Based on drug pick up, patients who experience first-line ARV drugs side effect not significantly associated with non-adherent (RR12=1.25, 95% CI 0.851 to 1.839 and RR34=0.70, 95% CI 0.437 to 1.108).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T45807
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safitri Fadilla Wardhani
"Antiretroviral (ARV) terbukti efektif untuk menurunkan angka kematian akibat HIV-AIDS. Namun demikian efektifitas ARV sangat dipengaruhi oleh kepatuhan Orang dengan HIV-AIDS (ODHA) dalam mengkonsumsi ARV. Salah satu faktor yang memengaruhi kepatuhan ODHA terhadap pengobatan ARV adalah intimasi pasangan sebagai bentuk dukungan psikososial bagi ODHA yang terbangun dari aspek emosional, sosial dan seksual. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan antara intimasi pasangan dengan kepatuhan pengobatan ARV. Penelitian ini menggunakan desain analitik observasional dengan pendekatan cross sectional pada 115 responden ODHA dewasa yang mendapat pengobatan ARV, sampel diperoleh dengan teknik consecutive sampling.
Hasil analisis uji Chi Square menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara intimasi pasangan dengan kepatuhan pengobatan ARV (p value = 0,000; 95% CI). ODHA yang memiliki tingkat intimasi tinggi, memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi pula. Dari hasil penelitian ini perawat dan konselor dapat melibatkan pasangan ODHA dalam memotivasi, mengawasi dan mengingatkan ODHA untuk patuh terhadap pengobatan ARV.

Antiretroviral therapy has been proven effectively in reducing mortality caused by HIV-AIDS. However, the effectiveness of antiretroviral therapy is affected by adherence. The factor that influences Antiretroviral adherence is spousal intimacy as a psychosocial support that built on emotional, social and sexual aspects. The research aimed to identify the relationship between spousal intimacy with Antiretroviral adhenrence. This research used a cross sectional design with a consecutive sampling method involving 115 adult People Living With HIV-AIDS (PLWHA) who received Antiretroviral as respondents.
The results of the research was analyzed by Chi Square test and showed a significant relationship between spousal intimacy with Antiretroviral adherence (p value = 0,000; 95% CI). PLWHA who have a high level of intimacy also have a high level of Antiretroviral adherence. This research is beneficial for the health provider in supporting the improvement of ART adherence by involving PLWHA partners in care, support and treatment programs.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziyah Hasani
"Terapi Antiretroviral (ARV) merupakan revolusi dalam pengobatan pasien HIV/AIDS. Beberapa faktor prognosis yang diketahui mempengaruhi kesintasan hidup pasien terapi ARV adalah umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pernikahan, stadium klinis, status fungsional, kadar CD4 awal, cara penularan HIV, infeksi oportunistik, jenis ARV yang digunakan, dan kepatuhan minum obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor prognosis yang mempengaruhi kesintasan hidup pasien terapi ARV di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta tahun 2007-2017. Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif menggunakan data rekam medis pasien terapi ARV di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Sampel penelitian adalah pasien terapi ARV berusia dewasa yang naïve ARV di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta pada tahun 2007-2017 sebanyak 812 pasien. Penelitian ini menemukan probabilitas kesintasan pasien terapi ARV selama 11 tahun pengamatan adalah sebesar 66,5%. Hasil analisis dengan Extended Cox menunjukkan bahwa faktor prognosis yang paling signifikan mempengaruhi kesintasan pasien terapi ARV adalah infeksi oportunistik, dimana pasien yang mempunyai infeksi oportunistik memiliki risiko kematian 9,5 kali dibandingkan yang tidak memiliki infeksi oportunistik.

Antiretroviral therapy (ARV) is a revolution in the treatment of HIV/AIDS patients. Some prognosis factors that are known to affect the survival of ARV patients are age, gender, education level, marital status, clinical stage, functional status, initial CD4 level, transmission of HIV, opportunistic infections, type of ARV used, and adherence. This study aims to determine prognosis factors that influence the survival of ARV therapy patients at the Central Army Hospital (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta in 2007-2017. The design of this study was a retrospective cohort using medical record data on ARV therapy patients at Gatot Soebroto Hospital in Jakarta. The study sample was a naive ARV patient at the Gatot Soebroto Hospital in Jakarta in 2007-2017 as much as 812 patients. This study found the probability of survival of antiretroviral therapy patients during the 10 years of observation was 66.5%. The results of the analysis with Extended Cox show that the most significant prognosis factor affecting the survival of ARV therapy patients is opportunistic infections, where patients who have opportunistic infections have a risk of death 9.5 times compared to those who do not have opportunistic infections."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53008
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sondang Widya E.
"Indonesia telah mengadopsi kebijakan akses obat ARV bagi semua penderita HIV/AIDS (universal access) sejak tahun 2006 dengan target waktu pencapaian pada akhir tahun 2009. Oleh karena itu, penelitian ini dilujukan untuk mengetahui kesiapan pemerintah yang bertanggung jawab di bidang kesehatan dalam melaksanakan kebijakan tersebut di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2009, dengan pendekatan model sistem.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menggali informasi secara mendalam. Peningkatan validitas data dilakukan dengan menggunakan data primer maupun data sekunder sena triangulasi data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah yang bertanggung jawab di bidang kesehatan belum dapat melaksanakan kebiiakan obal ARV bagi semua penderita HIV/AIDS (universal access) di Provinsi DKI Jakarta sesuai target waktu. Penelitian menyarankan implementasi kebijakan tersebut perlu memperhatikan komunikasi kebijakan yang intensif kepada Iintas sektor terkail, optimalitas penggunaaan sumber daya, ketersediaan insentif yang berdampak Iangsung bai pelaksana kebUakan, dan koordinasi yang kuat antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta tempat layanan obat ARV.

Since 2006, Indonesia has adopted universal access policy for antiretroviral drug which is targeted to be achieved by the end ot' 2009. Therefore, the thesis is focused on examining the readiness of government authority in health sector in implementing the policy in DKI Jakarta Province 2009 by using model system.
The design of the research is a qualitative approach. It is intended to explore deeper information on the policy implementation process. To ensure data validity, the research was done by using primary data obtained from in depth interview and secondary data from document assessment. Furthermore, data triangulation was also conducted.
The result of the research showed that govemment authority in health sector is not able to achieve universal access for antiretroviral drug by the target time yet. It is suggested that the iinplementation of universal access for antiretroviral drug should consider several factors, i.c. intensive policy communication among related stakeholders, optimality in utilizing the resources, the availability of appropriate incentive for policy implementer, and strong coordination between central and district government and with the health facilities that offer antiretroviral therapy as well.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T34402
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraidah
"Remaja merupakan masa peralihan dari anak anak menuju dewasa terjadi perubahan fisik, kognitif, psikososial dan psikoseksual yang menyenangkan sekaligus menakutkan bagi remaja. Karakteristik remaja yang sudah mulai mandiri mampu mengambil keputusan dalam hidupnya, demikian halnya dengan keputusan untuk tetap patuh minum ARV yang tentunya dengan didukung oleh teman dan keluarga serta petugas Kesehatan. Kepatuhan dalam pengobatan ARV menjadi tantangan dalam pengobatan ARV, karena minum ARV dilakukan seumur hidup sehingga bisa menimbulkan rasa jenuh dan bosan dalam menjalankan terapi ARV. Tujuan penelitian ini adalah mengekplorasi secara mendalam pengalaman remaja dalam mempertahankan kepatuhan ARV. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan appreciative inquiry yang teridiri dari tahap discovery, dream, design dan destiny. Adapun tahapan AI yang digunakan peneliti hanya tahap discovery dan dream. Analisis yang digunakan menggunakan analisis tematik. Penelitian ini mengungkap pengalaman 10 partisipan remaja yang patuh mengikuti terapi ARV sehingga kondisi badannya tetap sehat dan dapat hidup normal. Ada tujuh tema yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu menjalankan kehidupan, hidup normal, menghidupkan alarm minum obat, ingin sehat, minum obat harus tepat waktu, takut menghadapi stigma serta adanya semangat dan harapan. Pelayanan kesehatan diharapkan dapat memperhatikan kondisi psikosial remaja dengan HIV selain kondisi fisik dan pengobatan ARVnya.
Adolescence is a transition from childhood to adulthood. There are physical, cognitive, psychosocial, and psychosexual changes that are both fun and frightening for adolescents. Characteristics of adolescents who have started to be independent can make decisions in their lives, as well as the decision to remain adherence in taking ARVs which of course is supported by friends and family as well as health workers. Adherence with antiretroviral treatment becomes a challenge in the treatment of antiretroviral because taking antiretroviral therapy is done for life so that it can cause boredom in running antiretroviral therapy. The purpose of this study is to explore indepth the experiences of adolescents in maintaining ARV adherence. This research is qualitative research with an appreciative inquiry approach that consists of the stages of discovery, dream, design, and destiny. The AI stages used by researchers are only the discovery and dream stages. The analysis used uses thematic analysis. This study reveals the experiences of 10 adolescent participants who adhered to ARV therapy so that their body condition remained healthy and could live a normal life. There are seven themes found in this study, namely running a life, living a normal life, turning on the alarm to take medication, the reason for taking medication, taking medicine must be on time, fear of facing stigma and the spirit and hope. It is hoped that health services can pay attention to the psychological condition of adolescents with HIV in addition to their physical condition and ARV treatment."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bryany Titi Santi
"Laporan Kemenkes RI mengenai angka kejadian HIV & AIDS di Indonesia sampai September menyatakan 92.251 kasus HIV dan 39.434 kasus AIDS. ODHA memerlukan ARV untuk menekan replikasi virus. Paduan pengobatan dimulai dari lini pertama yang terdiri atas 2 Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI) dan 1 Non-nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI). Nevirapin adalah ARV golongan NNRTI yang paling sering digunakan karena efektif dan efisien. Evaluasi pengobatan ARV dan data mengenai substitusi ARV masih kurang. Substitusi dapat menggambarkan isu penting berkaitan dengan keberhasilan program pengobatan HIV dan efek samping obat. Desain penelitian ini kasus kontrol dengan data berasal dari rekam medis. Kasus adalah mereka yang mengalami sustitusi nevirapin. Analisis univariat, bivariat dan multivariat logistik regresi dilakukan. Didapatkan faktor-faktor dominan yang berhubungan dengan substitusi nevirapin adalah tingkat pendidikan OR=3,31(CI95%=1,27-8,63) dan kondisi awal terapi yaitu stadium klinis OR=0,37 (CI95%=0,13-1,11), kadar SGOT OR=2,15 (CI95%=0,83-5,57), kadar SGPT dengan OR=1,41 (CI95%=0,61-3,26), dan CD4 dengan OR ==1,80 (CI95%=0,56-5,83). Edukasi kepada pasien dengan tingkat pendidikan rendah mengenai manfaat dan cara minum obat perlu lebih ditekankan dan monitoring keluhan efek samping secara teratur melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laborarium secara berkala kepada seluruh penderita HIV/AIDS yang mendapat ARV disertai CD4 dan enzim hati diawal terapi yang tinggi.

Indonesian Ministry of Health reported that there are 92.251 cases HIV and 39.434 cases AIDS until September 2012. Those people need ARV to suppress viral load dan enhaced their immunity. Based on guideline therapy, starting ARV should from first line which consisted of 2 NRTI (nucleoside reverse transcriptase inhibitor) dan 1 NNRTI (non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor). Nevirapin is a NNRTI and more prescribe because its effectiveness and efficiency. In Indonesia, there are less data about antiretroviral evaluation, especially substitution. These data are important to identify some issues such as effectiveness antiretroviral therapy and toxicity. Toxicity that induced by antiretroviral effect nonadherence. This study is using case control design which source of data is medical records. Cases are those who experienced nevirapine substitution. Univariat, bivariat and multivariate logistic regression are using to analyze these data. Result shows that significant factors associated with nevirapine substitution are education level OR=3,31(CI95%=1,27-8,63), clinical staging OR=0,37 (CI95%=0,13-1,11), SGOT level at baseline OR=2,15 (CI95%=0,83-5,57), SGPT level at baseline OR=1,41 (CI95%=0,61-3,26), and CD4 at baseline OR ==1,80 (CI95%=0,56-5,83). This result recommend to educate those who are low education with comprehensive information about antiretroviral and monitoring regularly patients who have elevated level of liver enzime on baseline therapy."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T38679
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Musdalifah
"Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh lama pemberian antiretroviral (ARV) setelah Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dimulai terhadap kegagalan perbaikan CD4 pasien ko-infeksi TB-HIV. Penelitian dilakukan pada mei-juni 2016 di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof. Dr. Sulianti Saroso. Design penelitian yang digunakan adalah kohort restrospektif dengan follow-up selama satu setengah tahun. Populasi studi adalah pasien Ko-infeksi TB-HIV yang naive ART dan tercatat pada rekam medis periode Januari 2010 - November 2014. Kriteria inklusi sampel adalah pasien usia ≥15 tahun, mendapat OAT minimal 2 minggu sebelum ART dimulai, dan memiliki data hasil pemeriksaan CD4 sebanyak dua kali dengan total sampel adalah 164 orang. Probabilias kumulatif kegagalan perbaikan CD4 pasien ko-infeksi TB-HIV sebesar 14,43%. Hazard rate kegagalan perbaikan CD4 pada pasien yang memulai terapi ARV 2-8 minggu setelah OAT dibandingkan dengan yang menunda terapi ARV 8 minggu setelah OAT masing-masing 767 per 10.000 orang tahun dan 447 per 10.000 orang tahun (p=0,266). Analisis multivariat dengan menggunakan uji cox regresi time independen menunujukkan rate kegagalan perbaikan CD4 pada pasien yang memulai ART >8 minggu setelah OAT lebih rendah dibandingkan pasien yang memulai ART pada 2-8 minggu setelah OAT (Adjusted HR=0,502 ; 0,196-1,287 ; p value=0,151) setelah dikontrol oleh jenis regimen ARV dan klasifikasi pengobatan TB.

This study was aim to assess the effect of time to Antiretroviral Treatment (ART) on CD4 response failure in TB-HIV coinfection patients. This study was conducted from May to June 2016 at Infectious Disease Hospital Sulianti Saroso. This study used cohort restrospective design with one and half year time to follow up. Study population were TB-HIV coinfected patients, noted as a naive ART patient in medical records from january 2010-november 2014. A total 164 patients ≥ 15 years old, had Anti Tuberculosis Treatment (ATT) 2 weeks before ART and had minimum 2 CD4 sell count laboratorium test results. The cumulative probability of CD4 response failure among TB-HIV co-infected patients was 14,43%. Hazard rate of CD4 response failure was 767 per 10.000 person year in early ART (2-8 weeks after ATT) versus 474 per 10.000 person year in delayed ART (8 weeks after ATT) arm (p=0,266). In multivariate analysis using time independent cox regression test, rate of CD4 responses failure was lower in patients with delayed ART until 8 weeks after ATT than early ART 2-8 weeks after ATT. (Adjusted HR=0,502 ; 0,196-1,287 ; P value=0,151) controlled by types of ARV regiments and classification of TB cure."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46551
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadilla Rizky Prameshwari
"Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menginfeksi sel darah putih yang disebut sel CD4 dan menargetkan daya tahan tubuh. kasus HIV di DKI Jakarta pada tahun 2022 memiliki kasus HIV secara kumulatif sebanyak 79.043 sehingga menempati urutan provinsi tertinggi. Kasus terbanyak yang dilaporkan pada Tahun 2020 oleh Profil Kesehatan DKI Jakarta berada pada wilayah Jakarta Selatan. Salah satu upaya untuk meningkatkan angka harapan hidup ODHIV adalah penggunaan obat antiretroviral (ARV). Secara umum pemberian terapi ARV diberikan dalam bentuk kombinasi yang harus dikonsumsi seusia hidup. Angka kepatuhan di Puskesmas Kecamatan Setiabudi yaitu 45.6%. Angka ini lebih rendah dari target kemenkes yaitu 95% pasien mengalami supresi virus. Kepatuhan terapi antiretroviral di Puskesmas Kecamatan Setiabudi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor yang berhubungan dengan kepatuhan terapi antiretroviral di Puskesmas Kecamatan Setiabudi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan wawancara responden berdasarkan kuisioner yang sudah dibuat. Populasi adalah pasien ODHIV >18 tahun dengan minimal terapi selama 6 bulan. Sampel sebanyak 90 orang didapatkan melalui rumus uji beda proporsi. Berdasarkan analisis univariat diperoleh rerata kepatuhan terapi antiretroviral di Puskesmas Kecamatan Setiabudi 84.3 dari skala 100. Hasil uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa keyakinan diri memiliki hubungan dengan kepatuhan terapi antiretroviral. Keyakinan diri merupakan variabel dominan yang berhubungan dengan kepatuhan terapi antiretroviral di Puskesmas Kecamatan Setiabudi (p=0.023, OR 2.87). Monitoring kepatuhan dapat menjadi intervensi yang baik bagi Puskesmas Kecamatan Setiabudi.

The Human Immunodeficiency Virus (HIV) is a virus that infects white blood cells called CD4 cells and targets the body's immune system. The cases of HIV in DKI Jakarta in 2022 have cumulatively reached 79,043, making it the province with the highest number of cases. The highest number of cases reported in 2020 by the DKI Jakarta Health Profile were in the South Jakarta area. One of the efforts to increase the life expectancy of people living with HIV (PLWH) is the use of antiretroviral (ARV) drugs. Generally, ARV therapy is given in combination and must be consumed for life. The adherence rate at the Puskesmas in Kecamatan Setiabudi is 45.6%. This figure is lower than the Ministry of Health's target of 95% of patients achieving virus suppression. Adherence to antiretroviral therapy at the Puskesmas in Kecamatan Setiabudi is influenced by various factors. This study aims to understand the picture and factors associated with adherence to antiretroviral therapy at the Puskesmas in Kecamatan Setiabudi. This study uses a cross-sectional design with respondent interviews based on a pre-made questionnaire. The population is HIV patients >18 years old with a minimum of 6 months of therapy. A sample of 90 people was calculated using a difference of proportion test formula. Based on a univariate analysis, the average adherence to antiretroviral therapy at the Puskesmas in Kecamatan Setiabudi is 84.3 out of 100. The results of the multiple logistic regression tests show that self-efficacy is associated with adherence to antiretroviral therapy. Self efficacy is the dominant variable associated with adherence to antiretroviral therapy at the Puskesmas in Kecamatan Setiabudi (p=0.023, OR 2.87). Monitoring adherence can be a good intervention for the Puskesmas in Kecamatan Setiabudi."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arvianda Kevin Kurnia
"Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan masalah global yang menyerang setidaknya 4.000 anak di Indonesia. Tingkat kematian telah menurun drastis sejak era highly active antiretroviral therapy (HAART), tetapi belum ada data kesintasan di Indonesia. Studi ini memaparkan tingkat kesintasan anak dengan HIV di rumah sakit rujukan tersier. Data anak dengan HIV yang telah mendapatkan ART dikumpulkan sejak 2003 dan diikuti secara kohort retrospektif. Uji log-rank dan regresi Cox digunakan untuk menganalisis faktor prediktor kesintasan. Dari 468 subjek, terdapat 54,7% pasien menyintas dalam median pemantauan 62,5 (0 – 194) bulan. Insidens rate kematian sebesar 7,6 per 100-person years. Faktor prediktor kematian adalah stadium IV HIV (hazard ratio (HR) 1,5; interval kepercayaan (IK) 95% 1,1 – 2,1, p = 0,014), infeksi tuberkulosis (HR 1,5; IK 95% 1,1 – 2,1, p = 0,012) dan kadar CD4 awal kurang dari 750 sel/mm3 (HR 1,5; IK 95% 1,0 – 2,2, p = 0,033). Tidak ada faktor prediktor bermakna dalam analisis multivariat. Hasil tersebut menunjukkan angka kematian di rumah sakit tersier Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara lain

Human Immunodeficiency Virus (HIV) infection causes global problem, with at least 4.000 children living with HIV in Indonesia. While the mortality has significantly decreased after highly active antiretroviral therapy (HAART), but no survival data available from Indonesia. This study reports the survival rates of HIV children in a third-level referral hospital. Data of HIV children were retrospectively collected from 2003 and were followed as a cohort. Log-rank and Cox regression analysis were calculated to identify survival predictors. Of 468 subjects, 54,7% survived over median 62,5 (0 – 194) months of observation. Death incidence rate was 7,6 per 100-person years. Death predictors were stadium IV HIV (hazard ratio (HR) 1,5; 95% confidence interval (CI) 1,1 – 2,1, p = 0,014), tuberculosis (HR 1,5; 95% CI 1,1 – 2,1, p = 0,012) and CD4 level below 750 cells/mm3 (HR 1,5; IK 95% 1,0 – 2,2, p = 0,033). Multivariate analysis found no significant predictors. This result shows that survival rates of this center is lower than other countries"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>