Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186485 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vivid Ivearni Patriana Leodewi Darwanto
"Prevalensi perilaku sedentari di Indonesia pada remaja lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Perilaku sedentari merupakan perilaku berisiko menyebabkan penyakit diabetes tipe II, hipertensi, gangguan jantung, dan depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan lama waktu sedentari pada remaja di Indonesia dan mengetahui faktor apa yang paling dominan.
Desain studi potong lintang, dengan menggunakan data GSHS 2015. Sampel penelitian remaja (11-18 tahun) yang memiliki data variabel lengkap sebesar 9973 sampel. Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji beda proporsi dan analisis multivariate dilakukan menggunakan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi perilaku sedentari ≥ 3 jam per hari pada remaja sebesar 27,7% (95% CI = 24,6%-30,9%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku sedentari adalah kelompok umur remaja (OR=3,344; 95% CI=2,410-4,642), indeks massa tubuh (OR=1,324; 95% CI=1,141-1,539), konsumsi makanan berisiko (OR=1,738; 95% CI=1,127-2,678), dan konsumsi alkohol (OR=1,643; 95% CI=1,294-2,088). Faktor paling dominan yang berhubungan dengan perilaku sedentari adalah kelompok umur remaja. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan memasukkan variabel dari faktor lingkungan.

The prevalence of sedentary behavior in Indonesia among adolescents is higher compared to other age groups. Sedentary behavior is a risky behavior that causes diabetes type II, hypertension, heart problems, and depression. This study aims to determine what factors are related to sedentary behavior among adolescents in Indonesia and to know what factors are the most dominant.
Cross-sectional study design, using data from GSHS 2015. The samples are adolescents (11-18 years) who have complete variable data. The total samples are 9973 samples. Bivariate analysis was performed using a different proportion test (Chi Square) and multivariate analysis was performed using logistic regression tests.
The results of the study showed that the prevalence of sedentary behavior for a period ≥ 3 hours per day in adolescents was 27.7% (95% CI = 24.6% -30.9%). Factors related to sedentary behavior were adolescent age groups (OR = 3.344; 95% CI = 2,410-4,642), body mass index (OR = 1,324; 95% CI = 1,141-1,539), consumption of foods at risk (OR = 1,738 ; 95% CI = 1,127-2,678), and alcohol consumption (OR = 1,643; 95% CI = 1,294-2,088). The most dominant factor associated with sedentary behavior is the age group of adolescents. Further research is needed by including variables from environmental factors.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Nadya Geraldine
"Obesitas sudah menjadi epidemi pada hampir setiap negara, juga merupakan penyumbang 5,02 juta kematian secara global. Saat ini terdapat 175 juta anak dan remaja dengan obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas pada pelajar usia remaja di Indonesia. Sumber data penelitian ini yaitu dari Global School-based Student Health Survey (GSHS) Indonesia tahun 2015. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dan desain studi potong lintang (cross-sectional). Terdapat 9956 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian terdapat 5,4% remaja dengan obesitas. Variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian obesitas yaitu usia (POR = 1,650; 95% CI: 1,357 – 2,006), jenis kelamin (POR = 1,635; 95% CI: 1,371 – 1,948), konsumsi buah (POR = 0,772; 95% CI: 0,615 – 0,970), merokok (POR = 0,655; 95% CI: 0,468 – 0,917), dan riwayat merokok orang tua (POR = 0,780 (95% CI: 0,651 – 0,935). Diperlukan keikutsertaan remaja dan keluarga serta pemerintah dan sekolah dalam melakukan perilaku hidup sehat untuk mencegah obesitas.

Obesity now is an epidemic in most countries, also cause of 5,02 million deaths globally. Up to now there are 175 million children and adolescents with obesity. This study aims to find out risk factors of obesity among school-going adolescent in Indonesia. Furthermore, this quantitative study used cross-sectional study design with secondary data from Global School-based Student Health Survey (GSHS) Indonesia 2015 with total 9956 adolescents as respondent. This study found 5,4% adolescents with obesity. Age (POR = 1,650; 95% CI: 1,357 – 2,006), sex (POR = 1,635; 95% CI: 1,371 – 1,948), fruit consumption (POR = 0,772; 95% CI: 0,615 – 0,970), smoking (POR = 0,655; 95% CI: 0,468 – 0,917), and parental smoking (POR = 0,780 (95% CI: 0,651 – 0,935) are significantly associated with adolescent obesity. Obesity prevention can be implemented with collaboration in government, school, and family settings so every person will live a healthy lifestyle."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Setianingsih
"Waria merupakan salah satu kelompok berisiko tinggi untuk terinfeksi hiv. Berdasarkan STBP 2007 dan 2011, prevalensi hiv pada waria belum menunjukkan penurunan yang signifikan 24,33 dan 21,85. Penelitian ini membahas mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan status hiv pada waria di 5 kota di Indonesia Jakarta, Bandung, Semarang, Malang dan Surabaya menggunakan data Survei Terpadu Biologis dan Perilaku STBP Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan total sampel dari penelitian STBP 2015 dan menggunakandesain studi cross sectional.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi hiv pada waria di 5 kota di Indonesia adalah 24,8. Diketahui sebanyak 52.9 responden berumur 21 - 35 tahun, 62.1 berpendidikan rendah, 95.9 berstatus belum kawin/pernah kawin, 41 merupakan pekerja seks, 35,7 berpengetahuan rendah, 35.1 memiliki riwayat IMS, 37.2 memulai berhubungan seks < 16 tahun, 50.5 telah terlibat kerja seks ge; 96 bulan, 42.9 tidak konsisten menggunakan kondom, 39.3 mengonsumsi alkohol, 7.4 mengonsumsi napza, dan 39 melakukan kunjungan klinik IMS.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan p = 0,01 dan OR = 0,60; 95 CI: 0,43 - 0,82 , riwayat IMS p = 0,03 dan OR = 1,41; 95 CI: 1,05; 1,89 ,lama terlibat kerja seks p = 0,04 dan OR = 1,43 95 CI: 1,03 - 1,99, konsumsi alkohol p = 0,01 dan OR = 0,67; 95 CI: 0,49 - 0,91, dan konsumsi napza p = 0,04 dan OR = 1,64; 95 CI: 0,99; 2,71 berhubungan dengan status hiv pada waria.Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan kampanye terapi IMS dan melakukan inovasi mobile health care yang bertujuan untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada populasi waria.

Transgender is one of the high risk populationfor hiv infection. According to Integrated Biological and Behavioural Survey IBBS 2007 and 2011, the prevalence of hiv on transgender has not demonstrated a significant reduction 24.33 and 21.85. This study discusses the determinants of hiv on transgender in 5 cities in Indonesia Jakarta, Bandung, Semarang, Malang and Surabaya using data Integrated Biological and Behavioural Survey IBBS in 2015. This study used the all of sample from the IBBS 2015 and used cross sectional study.
The results showed that the prevalence of hivon transgender in 5 cities in Indonesia is 24.8. It is known that 52.9 of respondents are 21 35 years old, 35,7 are low educated, 95.9 are single, 41 are sex workers, 65.1 having low knowledge, 35.1 having a history of STI, 37.2 starts sex before 16 years, 50.5 had worked as sex work ge 96 months, 42.9 inconsistently using condoms, 39.3 consuming alcohol, 7.4 taking drugs, and 39 had come STI clinic before.
The results of this study indicated that knowledge p 0.01 and OR 0,60 95 CI 0,43 ndash 0,82, history of STI p 0,03 and OR 1,41 95 CI 1,05 ndash 1,89, had worked as sex worker more than 96 months p 0.04 and OR 1,43 95 CI 1,03 ndash 1,99, alcohol consumption p 0.01 and OR 0,67 95 CI 0,49 ndash 0,9 , drug comsumption p 0.04 and OR 1,64 95 CI 0,99 ndash 2,71 are significantly associated to hiv infection. Therefore, it is recommended to conduct STI therapy campaigns and mobile health care innovation to reach transgender population.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvian Dicky Irawan
"Di Indonesia, prevalensi merokok di kalangan remaja terus meningkat, termasuk di Kabupaten Lamongan, yang menurut data BPS Jawa Timur tahun 2022 memiliki angka konsumsi rokok tertinggi untuk kelompok usia 5-19 tahun di Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja di SMKN 2 Lamongan tahun 2024. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Sebanyak 175 siswa dipilih sebagai sampel menggunakan metode proportional stratified random sampling berdasarkan tingkat kelas (10, 11, 12, dan 13). Proporsi sampel disesuaikan dengan jumlah siswa di tiap tingkat, kemudian siswa dipilih secara acak agar sampel mewakili populasi siswa di SMKN 2 Lamongan. Data dikumpulkan secara primer melalui pengisian kuesioner secara mandiri dan dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh (58,9%) siswa SMKN 2 Lamongan merokok, dimana 19,4% diantaranya menggunakan rokok konvensional, 10,9% menggunakan rokok elektrik, dan 28,6% menggunakan keduanya. Sikap terhadap rokok (p <0,001), aksesibilitas rokok (p <0,001), perilaku merokok teman (p <0,001), dan persepsi anak terhadap sikap orang tua (p <0,001) berhubungan dengan perilaku merokok remaja di SMKN 2 Lamongan, sedangkan usia (p= 0,377), pengetahuan tentang rokok (p= 0,979), uang saku (p= 0,227), dan iklan rokok (p= 0,555) tidak berhubungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawasan ketat terhadap perilaku merokok siswa, memberikan sanksi yang tegas kepada siswa yang kedapatan merokok di lingkungan sekolah, melakukan edukasi kepada siswa, serta menekankan tanda Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di sekitar sekolah.

In Indonesia, the prevalence of smoking among adolescents continues to rise, particularly in Lamongan Regency, which recorded the highest tobacco consumption rate for the 5-19 age group in East Java, according to 2022 data from BPS East Java. This study aims to identify the factors associated with smoking behavior among adolescents at SMKN 2 Lamongan in 2024. The study used a quantitative method with a cross-sectional study design. A total of 175 students were selected as samples using the proportional stratified random sampling method based on grade levels (10, 11, 12, and 13). The proportion of samples was adjusted according to the number of students in each grade, and students were randomly selected to ensure that the sample represented the student population at SMKN 2 Lamongan. Primary data were collected through self-administered questionnaires and analyzed using the chi-square test. The results showed that more than half (58.9%) of SMKN 2 Lamongan students smoked, with 19.4% using conventional cigarettes, 10.9% using electronic cigarettes, and 28.6% using both. Attitudes toward smoking (p < 0.001), accessibility of cigarettes (p < 0.001), peer smoking behavior (p < 0.001), and children's perception of parental attitude (p < 0.001) were significantly associated with adolescent smoking behavior at SMKN 2 Lamongan, while age (p = 0.377), knowledge about cigarettes (p = 0.979), pocket money (p = 0.227), and cigarette advertisements (p = 0.555) were not associated. Therefore, strict supervision of student smoking behavior is necessary, along with firm sanctions for students caught smoking on school premises, educational programs for students, and the reinforcement of No Smoking Area (KTR) signs around the school."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putra Fajar Angkasa
"Tes HIV merupakan pintu gerbang awal yang menghubungkan dengan pelayanan pencegahan HIV lainnya. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku tes HIV pada LSL merupakan hal yang penting untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang program intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan angka tes HIV. Sebuah studi potong lintang dilakukan dengan menggunakan data STBP 2015 pada 921 LSL. Hubungan perilaku tes HIV diestimasi melalui nilai prevalens odds ratio (POR) dan 95% confidence interval (CI). Dari 921 LSL, 781 (84,8%) LSL memiliki perilaku tes HIV yang baik. Faktor yang berpengaruh secara independen dengan perilaku tes HIV pada LSL adalah umur (aPOR: 3,472; 95% CI: 2,164 – 5,572), tempat tinggal (aPOR: 1,678; 95% CI: 1,136 – 2,478) dan keterpaparan informasi (aPOR: 6,506; 95% CI: 3,821 – 11,077) dengan keterpaparan informasi menjadi variabel yang dominan dalam hubungannya dengan perilaku tes HIV

HIV testing is the initial gateway and links HIV cases to HIV care, support and treatment. Understanding the factors associated with HIV testing among men who have sex with men (MSM) is important to be taken for consideration in the planning of intervention programs that aimed to increase HIV testing rates. A cross-sectional study was conducted using IBBS 2015 data on 921 MSM. Association between HIV testing behavior was estimated through the prevalence odds ratio (POR) and 95% confidence interval (CI). Of 921 MSM, 781 (84.8%) MSM had good HIV testing behavior. Factors independently associated with HIV testing behavior are age (aPOR: 3,472; 95% CI: 2,164 - 5,572), recent living situation (aPOR: 1,678; 95% CI: 1,136-2,478) and recent exposed HIV information (aPOR: 6,506; 95% CI: 3,821 - 11,077) with recent exposed HIV information as a dominant variable in association with HIV testing."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asmanadia Hidayat
"ABSTRAK
Wanita Pekerja Seks Langsung (WPS) adalah salah satu kelompok populasi kunci yang paling berisiko tertular dan menularkan virus HIV. Prevalensi HIV pada WPSL pada tahun 2015 meningkat dibandingkan tahun 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status HIV pada WPSL di 16 kabupaten/kota di Indonesia pada tahun 2015. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Integrated Biological and Behavioral Survey (STBP) 2015. Sampel penelitian ini adalah wanita pekerja seks (WPS) berusia 15 tahun ke atas yang pernah melakukan hubungan seks komersial dengan minimal 1 pelanggan dalam 1 bulan terakhir. Hasil penelitian didapatkan WPSL dengan status HIV (+) sebesar 8,6%. Variabel yang secara statistik berhubungan adalah riwayat penggunaan narkoba suntikan (OR 5,449, CI 95% 1,624 - 18,285) dan riwayat gejala IMS (OR 1,579, 95% CI 1,148 - 2,172). Oleh karena itu, program pencegahan HIV-AIDS perlu terus ditingkatkan bagi kelompok perempuan pekerja seks untuk mencegah penularan HIV melalui penggunaan jarum suntik dan penularan melalui hubungan seksual.
ABSTRACT
Female Direct Sex Workers (FSW) are one of the key population groups most at risk of contracting and transmitting the HIV virus. The prevalence of HIV in FSW in 2015 increased compared to 2013. The purpose of this study was to determine the factors associated with HIV status in FSW in 16 districts/cities in Indonesia in 2015. The design of this study was cross sectional. This study uses secondary data from the 2015 Integrated Biological and Behavioral Survey (STBP). The sample of this study is female sex workers (FSW) aged 15 years and over who have had commercial sex with at least 1 customer in the last 1 month. The results of the study found that the WPSL with HIV (+) status was 8.6%. The variables that were statistically related were a history of injection drug use (OR 5,449, 95% CI 1,624 - 18,285) and a history of STI symptoms (OR 1,579, 95% CI 1,148 - 2,172). Therefore, HIV-AIDS prevention programs need to be continuously improved for groups of women sex workers to prevent HIV transmission through the use of needles and transmission through sexual contact."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniar Sinta Dewi
"Gonore adalah masalah kesehatan masyarakat yang menjadi salah satu penyumbang terbesar dalam beban global infeksi menular seksual. Menurut Kementerian Kesehatan RI, wanita pekerja seks langsung WPSL adalah kelompok berisiko penyumbang kasus gonore terbanyak di Indonesia di tahun 2007, 2011, dan 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan infeksi gonore pada WPSL di 16 kabupaten/kota di Indonesia tahun 2015. Data yang digunakan adalah data Survei Terpadu Biologis dan Perilaku 2015 dengan jumlah sampel penelitian ini sebesar 2654 responden. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Prevalensi gonore pada WPSL dalam penelitian ini sebesar 21,3. Faktor risiko infeksi gonore pada WPSL adalah usia muda PR 1,56; 95 CI: 1,35-1,81, konsisten menggunakan kondom PR 1,18; 95 CI: 1,02-1,38, melakukan bilas vagina PR 1,41; 95 CI: 1,04-1,91, baru menjadi WPSL PR 1,59; 95 CI: 1,37-1,85, berhubungan seks pertama kali saat berusia muda PR 1,24; 95 CI: 1,07-1,45, memiliki banyak pelanggan PR 1,33; 95 CI: 1,15-1,54, kurangnya pemberian informasi dan rujukan oleh petugas lapangan PR 1,55; 95 CI: 1,02-2,37, dan mengidap IMS lain PR 3,21; 95 CI: 2,73-3,78. Sedangkan faktor protektif infeksi gonore pada WPSL adalah sudah kawin PR 0,67; 95 CI: 0,56-0,79. Oleh karena itu disarankan untuk lebih memasifkan, mengintensifkan, serta menggunakan metode yang efektif dalam melaksanakan program skrining rutin bagi WPSL berusia muda, baru menjadi WPSL, memiliki banyak pelanggan, dan mengidap IMS lain pelatihan cara bernegosiasi dengan pelanggan untuk mau menggunakan kondom bagi WPSL berusia muda dan baru menjadi WPSL; serta pemberian informasi, khususnya tentang konsistensi penggunaan kondom dan larangan membilas vagina, serta dan rujukan oleh petugas lapangan.

Gonorrhea is a public health issue that becomes one of the biggest contributors to STIs global burden. According to Indonesian Ministry of Health, direct female sex workers FSWs are risk group who contribute most of the gonorrhea cases in Indonesia. This research aims to determine factors associated with gonorrhea infection among direct female sex workers in 16 districts cities in Indonesia in 2015. The data used is 2015 Integrated Biological and Behavioral Survey with samples of 2654 respondents. The design study used in this research is cross sectional. The prevalence of gonorrhea in direct female sex workers in this research is 21,3. Risk factors for gonorrhea in direct FSWs are young age PR 1,56 95 CI 1,35-1,81, use condom consistently PR 1,18 95 CI 1,02-1,38, doing vaginal douching PR 1,41 95 CI 1,04-1,91, new as direct FSW PR 1,59 95 CI 1,37-1,85, first sex at young age PR 1,24 95 CI 1,07-1,45, has many clients PR 1,33 95 CI 1,15-1,54, lack of information and referral given by field officer PR 1,55 95 CI 1,02-2,37, dan has another STIs PR 3,21 95 CI 2,73-3,78. While the protective factor for gonorrhea in direct FSWs are already married PR 0,67 95 CI 0,56-0,79. Therefore, it is recommended to be more massive, intensive, and use an effective method to do daily screening for direct FSWs who young, new as direct FSW, has many clients, and has another STIs training on how to negotiate with clients to use condom for direct FSWs who young and new as direct FSW provision of information specifically about use condom consistently and prohibition of vaginal douching, as well as referral by field officer."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amita Paramal Dini
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor individu, lingkungan, dan sistem makro dengan perilaku makan remaja. Penelitian dengan desain cross-sectional dilakukan di SMA Negeri 64 Jakarta. Siswa terpilih (n = 185, umur 15-17 tahun, semua jenis kelamin) mengisi angket yang berisi pertanyaan tentang identitas responden, pengetahuan dan sikap gizi, citra tubuh, teman sebaya, makan bersama keluarga, sumber informasi gizi, serta perilaku makan. Berat badan dan tinggi badan juga diukur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 91,4% memiliki perilaku makan tidak sehat. Pengetahuan gizi dan citra tubuh berhubungan dengan perilaku makan remaja. Oleh karena itu, perlu ada program promosi gizi dan kesehatan yang khusus menargetkan remaja supaya pesan dan cara penyampaiannya lebih mudah diterima.

ABSTRACT
The aim of the study was to determine the interactions between individual, environmental, and macro system factor, with eating behaviors among adolescents. A cross-sectional survey was conducted at State Senior High School SMA 64 Jakarta. A selected group of students (n = 185, aged 15-17 years, both sexes) completed self-reported questionnaire which contained questions about subject identities, nutrition knowledge and attitude, body image, peer group, family meal frequency, exposure to nutrition information, and eating behavior. Weight and height were measured. The result of the study was 91,4% participants had unhealthy eating behaviors. Nutrition knowledge and body image associated to adolescents? eating behavior. The result suggested there should be a nutrition and health promotion programme designed for adolescents."
2014
S57181
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Christabel Fidelia Tionauli
"Berdasarkan data SDKI 2017, persentase remaja laki-laki empat kali lebih besar untuk melakukan hubungan seks pranikah dibandingkan dengan remaja perempuan (2%). skripsi ini meneliti prevalensi dan faktor mental distress yang berpengaruh terhadap perilaku seksual pranikah diantara 4009 remaja sekolah laki-laki menggunakan Global School-based Health Survey (GSHS) Indonesia tahun 2015. Desain penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan studi cross-sectional. Sampel penelitian ini adalah pelajar laki-laki umur 11 – 18 tahun yang terdapat pada data sekunder GSHS 2015. Hasil penelitian ini menunjukkan 6,3% pelajar laki-laki pernah berhubungan seks dan terjadinya penetrasi (masuknya alat kelamin pria dalam alat kelamin wanita). Keinginan bunuh diri dan perundungan merupakan faktor risiko yang signifikan untuk perilaku seksual pranikah, sedangkan jumlah teman dekat merupakan faktor protekif yang signifikan untuk perilaku seksual pranikah pada pelajar laki-laki.

Based on the 2017 IDHS data, the percentage of male adolescents is four times more likely to have premarital sex compared to female adolescents (2%). This study examined the prevalence and factors of mental distress that influence premarital sex behavior among 4009 school-going male adolescents using the 2015 Indonesia Global School-based Health Survey (GSHS). The design of this study used quantitative methods with cross-sectional studies. The sample of this study was male students aged 11-18 years who were included in the 2015 GSHS secondary data. The results showed that 6.3% of male students had ever had sex and penetration occurred (the insertion of the male genitalia into the female genitalia). Suicidal ideation and being bullied were significant risk factors for premarital sex behavior. Meanwhile, the number of close friends was a significant protective factor for premarital sex behavior among male students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noerachma Indah Amalia
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku hubungan seksual pranikah pada remaja di Indonesia menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain potong lintang (cross-sectional). Data yang digunakan merupakan data SDKI Kesehatan Reproduksi Remaja Tahun 2017 dengan sampel sebanyak 22.986 remaja belum menikah usia 15-24 tahun yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Sebanyak 6,5% remaja mengaku pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Hasil penelitian multivariat menggunakan uji regresi logistik menunjukkan bahwa umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status ekonomi keluarga, daerah tempat, sikap terhadap hubungan seksual pranikah, pengaruh teman, pengalaman konsumsi alkohol, perilaku pacaran berisiko, dan perilaku merokok berhubungan signifikan dengan perilaku hubungan seksual pranikah pada remaja di Indonesia. Faktor paling dominan adalah perilaku pacaran berisiko, yaitu dengan nilai p = 0,000 dan aOR = 27,236 (95% CI: 19,979-37,129).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>