Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163519 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Regita Sari Cahya Ningsih
"Tuli memiliki potensi untuk mengalami risiko imaturitas emosi yang akan berdampak pada pengambilan keputusan termasuk pada pemilihan pelayanan kesehatan. Pengambilan keputusan yang tidak tepat dalam memilih pelayanan kesehatan dapat mengakibatkan keterlambatan pendeteksian dini suatu penyakit seseorang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kematangan emosi serta karakteristik tuli dengan pengambilan keputusan dalam memilih pelayanan kesehatan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif-analitik cross-sectional dengan melibatkan 100 responden melalui metode purposive sampling dengan pendekatan convenient sampling. Pengukuran kematangan emosi menggunakan kuesioner modifikasi Emotional Maturity Scale, sedangkan variabel pengambilan keputusan menggunakan kuesioner Decision Making. Pengambilan keputusan dalam memilih pelayanan kesehatan pada masyarakat tuli berhubungan dengan tingkat pendidikan (p < 0,0001; 95% CI), penghasilan (p < 0,0001; 95% CI) dan kematangan emosional (r = 0,738; p < 0,0001; 95% CI).
Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kematangan emosi dengan pengambilan keputusan dalam memilih pelayanan kesehatan, yakni apabila semakin tinggi kematangan emosi maka akan semakin baik pengambilan keputusan dalam memilih pelayanan kesehatan. Penelitian ini merekomendasikan pembuatan program pengelolaan emosi seperti konseling terkait kontrol emosi; serta meningkatkan literasi bagi tingkat pendidikan; dan memberikan dukungan finansial pada masyarakat tuli sehingga dapat berdampak pada pengambilan keputusan.

Deafness has the potential to experience the risk of emotional immaturity which will have an impact on decision making including the selection of health services. Incorrect decision making in choosing health services can lead to delays in the early detection of a persons illness.
This study aims to determine the relationship between emotional maturity and deafness characteristics with decision making in choosing health services. This study used a cross-sectional descriptive-analytic research design involving 100 respondents through a purposive sampling method with a convenient sampling approach. Measurement of emotional maturity using a modified Emotional Maturity Scale questionnaire, while the decision-making variable uses the Decision Making questionnaire. Decision making in choosing health services in deaf communities is related to emotional maturity (r = 0.738; p <0.0001; 95% CI), education level (p <0,0001; 95% CI), and income (p <0, 0001; 95% CI).
The results of the analysis show that there is a significant relationship between emotional maturity and decision making in choosing health services, namely if the higher emotional maturity, the better the decision making in choosing health services. This study recommends making an emotional management program such as counseling related to emotional control and increase literacy for education level and provide financial support to deaf people so that it can have an impact on decision making.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch Ikhsan Aridani
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan dengan intensi meninggalkan perusahaan (turnover) pada karyawan generasi Y. Sampel penelitian ini adalah generasi Y yang bekerja sebagai karyawan di perusahaan. 153 responden penelitian diminta mengisi instrumen penelitian, yaitu Participation in Decision-Making (Van Veldhoven & Meijman, 1994) dan Intention to Turnover (Adiningtyas, et. al., 2010), melalui Google Spreadsheet atau kuesioner tercetak. Penelitian menemukan adanya korelasi negatif antara variabel keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan dengan intensi meninggalkan perusahaan (r=-0,299, p<0,01). Analisis tambahan menunjukkan bahwa data kontrol seperti jenis kelamin, jenjang pendidikan, sektor industri, lama bekerja dan media penyebaran tidak berpengaruh terhadap hasil penelitian.

ABSTRACT
This research aimed to find the correlation between participation in decision-making and intention to turnover among generation Y employees. Samples of this research are generation Y employees who work in a company. 153 respondents were asked to fill out our instruments, Participation in Decision-Making (Van Veldhoven & Meijman, 1994) and Intention to Turnover (Adiningtyas, et. al., 2010) through Google Spreadsheet or printed behavior scale. The finding of this research is that there is a negative correlation between participation in decision- making and intention to turnover (r=-0.299, p<0.01). Additional analyses showed that demographic data such as gender, educational background, industrial sector, years of service and instrument media did not influence the result of the study."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S53261
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifa Nissa
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara ciri-ciri kecerdasan emosional dengan kesulitan pengambilan keputusan karir. Mahasiswa tingkat akhir sebagai individu yang berada pada tahap dewasa muda memiliki kebutuhan untuk memutuskan karir. Pengambilan keputusan karir membutuhkan pertimbangan yang kompleks. Pertimbangan yang kompleks membuat proses pengambilan keputusan karir menjadi sulit bagi beberapa mahasiswa tingkat akhir. Pengukuran kesulitan pengambilan keputusan karir menggunakan Career Decision Making Failure Questionnaire (CDDQ) yang disusun oleh Gati et al (1996) dan untuk mengukur ciri-ciri kecerdasan emosional menggunakan alat ukur Trait Emotional Intelligence Questinnaire (TEIQue) yang disusun oleh Petrides & Furnham (2003) . Penelitian ini dilakukan terhadap 123 mahasiswa tingkat akhir Universitas Indonesia. Data penelitian diolah menggunakan teknik product moment Pearson menggunakan software SPSS edisi 22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan negatif antara ciri kecerdasan emosional dengan kesulitan pengambilan keputusan karir. Dengan demikian, semakin baik sifat kecerdasan emosional yang dimiliki mahasiswa tingkat akhir, maka semakin mudah atau rendah kesulitan yang dihadapi mahasiswa tingkat akhir, begitu pula sebaliknya.
This study aims to examine the relationship between emotional intelligence traits and career decision making difficulties. Final year students as individuals who are in the young adult stage have a need to decide on a career. Career decision making requires complex judgment. Complex considerations make the career decision-making process difficult for some final year students. Measurement of career decision making difficulties using the Career Decision Making Failure Questionnaire (CDDQ) compiled by Gati et al (1996) and to measure emotional intelligence characteristics using the Trait Emotional Intelligence Questinnaire (TEIQue) measuring instrument compiled by Petrides & Furnham (2003) . This research was conducted on 123 final year students of the University of Indonesia. The research data was processed using Pearson's product moment technique using SPSS software edition 22. The results showed that there was a significant and negative relationship between the characteristics of emotional intelligence and the difficulty of making career decisions. Thus, the better the nature of emotional intelligence possessed by final year students, the easier or lower the difficulties faced by final year students, and vice versa."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyimes Presidiana Wardhani
"ABSTRAK
Pendahuluan: Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah jika kelahiran dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Wanita yang tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan menjadi hambatan dalam pemanfaatan layanan persalinan. Seringkali ibu hamil tidak dapat menentukan tempat persalinannya karena keputusan tersebut ditentukan suami, mertua atau anggota keluarga lainnya. Keterlambatan mengambil keputusan pada tingkat keluarga berdampak pada keterlambatan memperoleh pertolongan difasilitas kesehatan.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara partisipasi wanita dalam mengambil keputusan di rumah tangga dengan pemilihan tempat persalinan berdasarkan analisis data Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017.
Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan sumber data berasal dari data sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017. Sampel penelitian ini yaitu wanita usia subur 15-49 tahun yang pernah melahirkan anak terakhir pada tahun 2012-2017 dengan data yang lengkap yakni 14.310 responden. Data dianalisis menggunakan regresi cox dan besar pengaruh dinyatakan dalam bentuk prevalensi rasio dengan confident interval (CI) 95%.
Hasil: Proporsi wanita yang melahirkan pada bukan fasilitas kesehatan sebesar 26,5%, dan sebanyak 30,7% wanita tidak dilibatkan dalam mengambil keputusan di rumah tangga. Setelah mengendalikan variabel tempat tinggal dan status ekonomi. wanita yang tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan di rumah tangga memiliki risiko 1,633 (95%CI 1,531-1,741) kali untuk melahirkan di bukan fasilitas kesehatan dibandingkan wanita yang berpartisipasi dalam pengambilan keputusan di rumah tangga.
Kesimpulan: Wanita yang tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan di rumah tangga berhubungan signifikan dengan persalinan di bukan fasilitas kesehatan. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan upaya promosi kesehatan mengenai hak-hak reproduksi wanita, kesetaraan gender, serta melakukan kajian mengenai daerah yang masih menyakini persalinan di dukun.

ABSTRACT
Background: Maternal mortality can be prevented by delivering in a health care facility. Women who are not involved in decision making are barriers to using health facilities. Pregnant women often cannot determine the place of delivery because the decision is determined by their husband, parents-in-law or other family members. The delays of decision-making at the family level results in delays in getting help at health facilities.
Objective: To determine the relationship between women's participation in household decision making with the selection of place of delivery based on analysis of the 2017 Indonesian Demographic Health Survey data.
Methods: Designs study was sross-sectional and data was obtained from the Indonesia Demographic Health Survey 2017. Sample was women of childbearing age 15-49 years who had given birth to the last child in 2012-2017 with complete data, total 14,310 respondents. Data were analyzed using Cox regression and the effect was expressed by prevalence ratio (PR) with a 95% confidence interval (CI).
Results: The proportion of women giving birth in non-health facilities was 26.5%, and 30.7% of women were not involved in in household decision making. After controlling residence and economic status, women who did not participate in household decision making had a risk of 1,633 (1,531-1,741) times to give birth in non-health facilities compared to women who participated in household decision making.
Conclusion: Women who did not participate in household decision making were significantly related to deliveries in non-health facilities. Therefore, the government needs to promote women's reproductive, gender equality, and conduct a study of regions that still birth in dukun."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Aulia Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah, baik domain afektif (father nurturant) maupun domain perilaku (reported father involvement), di sepanjang kehidupan anak dan kesulitan pengambilan keputusan karir pada remaja madya. Keterlibatan ayah merupakan sejauh mana ayah ikut berpartisipasi dalam berbagai aspek kehidupan anak-anak mereka (Finley, Mira, & Schwartz, 2008). Sedangkan kesulitan pengambilan keputusan karir didefinisikan sebagai hal-hal yang menghambat seseorang di saat orang tersebut harus membuat keputusan akan karirnya, memiliki kesediaan untuk menentukan karir yang dijalani, dan mampu membuat keputusan tentang karir yang tepat bagi dirinya (Gati & Saka, 2001).
Pengukuran keterlibatan ayah menggunakan alat ukur The Father Involvement and Nurturant Fathering Scales yang disusun oleh Finley dan Schwartz (2004) dan untuk pengukuran kesulitan pengambilan keputusan karir menggunakan alat ukur Career Decision-Making Difficulties Questionnaire (CDDQ) dari Gati, Krauz, dan Osipow (1996). Partisipan berjumlah 412 siswa SMA dengan usia 15 sampai 18 tahun di Jabodetabek.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan yang signifikan dengan arah negatif antara keterlibatan ayah, baik pada domain afektif (father nurturant) maupun domain perilaku (reported father involvement) di sepanjang kehidupan anak dan kesulitan pengambilan keputusan karir pada remaja madya (r = -0.263, p<0.000; two-tailed; r = -0.241, p<0.000; two tailed). Berdasarkan hasil yang didapat, diharapkan ayah dapat terlibat didalam berbagai aspek kehidupan anak-anak mereka.

This research was conducted to find the relationship between father involvement which comprise of father nurturant and reported father involvement, and career decision making difficulties in middle adolescent. Father involvement is the extent to which the father participated in various aspects of their children?s life (Finley, Mira, & Schwartz, 2008). While career decision-making difficulties are defined as things that inhibit a person to make decisions on his career, have a willingness to determine his career, and able to make decisions about the right career for himself (Gati & Saka, 2001).
Measurement in this study is using an instrument named The Father Involvement and Nurturant Fathering Scales which was developed by Finley and Schwartz (2004) and to measured career decision-making difficulties using an instrument named Career Decision-Making Difficulties Questionnaire (CDDQ) from Gati, Krauz, dan Osipow (1996). The partisipants of this research were 412 high school students from age 15 to 18 years old in Greater Jakarta.
The main results of this research shows that father involvement which comprise of father nurturant and reported father involvement negatively correlated with career decision-making difficulties in middle adolescents (r = -0.263, p<0.000; two-tailed; r = -0.241, p<0.000; two tailed). Based on the results, it is expected that the father can be involved in various aspects of their children?s life.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60664
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiman Atmaja
"Latar Belakang: Bunuh diri merupakan perilaku disengaja untuk mengakhiri hidup, dengan satu kasus terlaksana setiap 20 percobaan. Sebanyak 90%-nya memiliki gangguan psikiatri, salah satunya skizofrenia. Tingkat bunuh diri pada orang dengan skizofrenia (ODS) dilaporkan 4–13%. Faktor risiko bunuh diri melibatkan distres subjektif, gangguan kognitif, dan distorsi sosial, yang dipengaruhi oleh masalah struktur dan fungsi otak. Gangguan kognitif pada ODS, seperti memori kerja dan pengambilan keputusan, berpotensi meningkatkan risiko bunuh diri. Penelitian ini bermaksud mencari hubungan fungsi kognitif, pengambilan keputusan, faktor obat, serta faktor yang memengaruhi lainnya dengan gagasan bunuh diri pada ODS yang belum banyak diteliti.
Metode: Desain penelitian ini adalah kasus kontrol dalam rentang waktu Oktober 2023 hingga April 2024. Sampel penelitian adalah orang dengan diagnosis skizofrenia atau skizoafektif dalam fase remisi yang ada di Poliklinik Jiwa dan bangsal rawat inap RSUPN Cipto Mangunkusumo, kantor pusat Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI), dan bangsal rawat inap RSJ dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Besar sampel dari penelitian ini ada 49 dengan gagasan bunuh diri dan 49 tanpa gagasan bunuh diri. Penilaian kemampuan pengambilan keputusan menggunakan instrumen IOWA Gambling Task (IGT). Instrumen yang digunakan untuk menilai kecepatan pemrosesan, memori kerja, dan fungsi eksekutif adalah symbol coding, digit sequencing task, dan Tower of London. Perceived stress scale (PSS) digunakan untuk menilai distres subjektif. Data lain dinilai dengan kuesioner demografik. Analisis bivariat dan multivariat dengan regresi logistik digunakan untuk menilai faktor risiko dari gagasan bunuh diri pada ODS.
Hasil: Dari 98 subjek, didapatkan adanya hubungan antara umur dengan gagasan bunuh diri pada ODS (p=0,008). Didapatkan ada hubungan antara jenis kelamin dengan gagasan bunuh diri (p=0,008; OR=3,24; IK95% 1,42 – 7,41). Didapatkan ada hubungan antara memori kerja dengan gagasan bunuh diri (p=<0,001). Hasil fungsi eksekutif A dan B ditemukan berhubungan dengan gagasan bunuh diri (p=0,028 dan p=0,047). Didapatkan ada hubungan antara distres subjektif dengan gagasan bunuh diri (p=<0,001). Pada analisis multivariat dengan regresi logistik, didapatkan ada hubungan yang bermakna antara umur (B=-1,44; p=0,020; aOR=0,24; IK95%=0,07 – 0,80), status pernikahan (B=-1,37; p=0,03; aOR=0,26; IK95%=0,07 – 0,90), memori kerja (B=2,33; p=0,043; aOR=10,23; IK95%=1,07 – 97,61), dan distres subjektif (B=2,41; p=<0,001; aOR=11,17; IK95%=3,46 – 36,06) dengan gagasan bunuh diri.
Simpulan: Terdapat hubungan antara umur, status pernikahan, memori kerja, dan distres subjektif terhadap gagasan bunuh diri pada ODS. Dengan mengetahui faktor risiko ini, intervensi dengan faktor terkait dapat dilakukan.

Background: Suicide is a deliberate act to end one’s life, with one completed case occurring for every 20 attempts. Approximately 90% of suicide survivors have psychiatric disorders, one of them is schizophrenia. Suicide rates among people with schizophrenia (PwS) are reported to range from 4% to 13%. Suicide risk factors include subjective distress, cognitive impairments, and social distortions, influenced by structural and functional brain issues. Cognitive impairments in PwS, such as working memory and decision-making, may increase suicide risk. This study aims to examine the relationship between cognitive function, decision-making, medications, and other influencing factors on suicidal ideation in PwS, which has not been widely studied.
Methods: This case-control study was conducted from October 2023 to April 2024. The sample consisted of individuals diagnosed with schizophrenia or schizoaffective disorder in remission condition, recruited from the Psychiatry Outpatient Clinic and inpatient wards of RSUPN Cipto Mangunkusumo, the central office of the Indonesian Schizophrenia Care Community (KPSI), and the inpatient wards of RSJ Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. The sample included 49 individuals with suicidal ideation and 49 without. Decision-making ability was assessed using the Iowa Gambling Task (IGT). Cognitive functions such as processing speed, working memory, and executive function were evaluated using Symbol Coding, Digit Sequencing Task, and Tower of London tests, respectively. Subjective distress was measured using the Perceived Stress Scale (PSS). Additional data were collected using demographic questionnaires. Bivariate and multivariate analyses using logistic regression were performed to assess the risk factors for suicidal ideation in PwS.
Results: Among 98 subjects, age was significantly associated with suicidal ideation in PwS (p=0.008). Gender was also associated (p=0.008; OR=3.24; 95% CI=1.42–7.41). Working memory showed a significant relationship with suicidal ideation (p<0.001). Executive function tasks A and B were associated with suicidal ideation (p=0.028 and p=0.047, respectively). Subjective distress was significantly linked to suicidal ideation (p<0.001). Multivariate logistic regression analysis revealed significant associations between age (B=-1.44; p=0.020; aOR=0.24; 95% CI=0.07–0.80), marital status (B=-1.37; p=0.03; aOR=0.26; 95% CI=0.07–0.90), working memory (B=2.33; p=0.043; aOR=10.23; 95% CI=1.07–97.61), and subjective distress (B=2.41; p<0.001; aOR=11.17; 95% CI=3.46–36.06) with suicidal ideation.
Conclusion: Age, marital status, working memory, and subjective distress are associated with suicidal ideation in PwS. Understanding these risk factors may facilitate targeted interventions to mitigate suicide risk.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Atika
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi kebebasan dalam memilih aktivitas waktu luang dan efikasi diri pengambilan keputusan karier pada remaja di Indonesia. Neulinger (1974) mendefinisikan persepsi kebebasan dalam memilih aktivitas waktu luang sebagai keadaan dimana individu merasa apa yang dia lakukan dalam aktivitas waktu luangnya didasarkan oleh keinginan dan pilihannya sendiri. Kemudian, efikasi diri pengambilan keputusan karier merupakan kepercayaan individu untuk dapat menyelesaikan berbagai tugas yang diperlukan dalam membuat keputusan karier dengan sukses (Taylor & Betz, 1983). Pengukuran persepsi kebebasan dalam memilih aktivitas waktu luang dilakukan dengan menggunakan Perceived Freedom in Leisure (Short Form) Scale yang dikembangkan oleh Witt dan Ellis (1985). Di samping itu, pengukuran efikasi diri pengambilan keputusan karier, dilakukan dengan menggunakan Career Decision-Making Self-Efficacy – Short Form (CDSE-SF) yang dikembangkan oleh Betz, Klein & Taylor (1996). Secara keseluruhan, terdapat 211 remaja (15 sampai 24 tahun) yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara persepsi kebebasan dalam memilih aktivitas waktu luang (M = 72.49, SD = 7.468) dan efikasi diri pengambilan keputusan karier (M = 113.76, SD = 14.211) pada remaja di Indonesia dengan r = 0.534 dan p < 0.05.

This research conducted to examine the correlation between perceived freedom in leisure and career decision making self-efficacy among Indonesian adolescents. Neulinger (1974) define perceived freedom in leisure as a state where the individual feels that what he/she does in leisure activities based on his/her own desires and his/her own choice. Then, career decision making self-efficacy is an individual’s belief that he/she can complete various tasks required in making career decisions successfully (Taylor & Betz, 1983). Perceived freedom in leisure was measured by using Perceived Freedom in Leisure (Short Form) Scale, developed by Witt and Ellis (1985). Beside, career decision making self-efficacy was measured by using Career Decision-Making Self-Efficacy - Short Form (CDSE-SF) developed by Betz, Klein and Taylor (1996). Overall there are 211 adolescents (15 - 24 years) that include in this research. The result showed a significant positive correlation between perceived freedom in leisure (M = 72.49, SD = 7.468) and career decision making self-efficacy (M = 113.76, SD = 14.211) in Indonesian adolescents with r = 0.534 and p < 0.05.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64831
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohana Septianxi Merrynda
"Latar Belakang : pesatnya perkembangan bisnis yang mengadaptasi terhadap perkembangan teknologi informasi mendorong setiap rumah sakit mempunyai inovasi terhadap pengembangan produk yang dijual ke masyarakat. Pengembangan inovasi tersebut salah satunya ialah pemasaran digital. RS Siloam TB Simatupang sudah mengimplementasikan pemasaran digital untuk pengenalan produk layanannya ke masyarakat.
Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemasaran digital dengan minat masyarakat memilih pelayanan Kesehatan Medical Check Up di RS Siloam TB Simatupang.
Metode: data yang diambil diperoleh melalui data primer dengan instrument pengisian kuesioner, sampel pada penelitian ini ialah 382 orang peserta MCU ataupun pendamping peserta MCU. Pemasaran digital ini dilihat dari aspek informativeness, usefulness, authenticity, entertainment, aesthetics dan variety.
Hasil: hasil analisis menunjunkan adanya hubungan bermakna antara seluruh aspek pemasaran digital dengan minat pengunjung di RS. Entertainment, Authenticity dan Variety memiliki hubungan paling dominan dengan minat pengunjung. Regresi logistic menunjukkan aspek entertainment memiliki hubungan paling signifkan dengan minat pengunjung.
Kesimpulan: RS Siloam TB Simatupang sudah melakukan implementasi penggunaan pemasaran digital namun perlu adanya optimalisasi dalam penggunaan media sosial / digital RS baik dari segi kualitas maupun pelayanan, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pengunjung rs.

Introduction: the rapid development of businesses that adapt to the development of information technology encourages every hospital to have innovations in the development of products sold to the public. One of these innovations is digital marketing. Siloam TB Simatupang Hospital has implemented digital marketing for the introduction of its service products to the public.
Objectives: This study aims to determine the relationship between digital marketing and public interest in choosing Medical Check Up health services at Siloam TB Simatupang Hospital.
Methods: the data taken was obtained through primary data with the instrument filling out a questionnaire, the sample in this study were 382 MCU participants or companions of MCU participants. Digital marketing is seen from the aspects of informativeness, usefulness, authenticity, entertainment, aesthetics and variety.
Results: the results of the analysis showed a significant relationship between all aspects of digital marketing with visitor interest in the hospital. Entertainment, Authenticity and Variety have the most dominant relationship with visitor interest. Logistic regression shows the entertainment aspect has the most significant relationship with visitor interest.
Conclusion: Siloam TB Simatupang Hospital has implemented the use of digital marketing but there is a need for optimization in the use of social media / digital hospitals both in terms of quality and service, this aims to increase the trust and satisfaction of hospital visitors.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Aviliyani Taufik
"ABSTRAK
Pemasaran di era sekarang berupa promosi produk atau merek yang dilakukan melalui
media elektronik. Pemasaran rumah sakit bertujuan memperkenalkan rumah sakit pada
masyarakat luas, menginformasikan fasilitas dan kemampuan pelayanan kepada
masyarakat, membentuk dan membina citra rumah sakit melalui kepercayaan dan
penghargaan masyarakat terhadap kemampuan rumah sakit, pemanfaatan sumber daya
rumah sakit secara optimal dan juga mengharapkan terjadinya peningkatan penghasilan.
Pemasaran digital yang sudah berjalan di rumah sakit perlu dilakukan pembaharuan agar
terlihat up to date. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan
pendekatan kuantitatif. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan menggunakan google
form yang disebar melalui aplikasi whats app. Hasil analisis terdapat satu variabel yaitu
jejaring media sosial yang tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap minat
masyarakat untuk datang berobat ke rumah sakit Kartika Husada Jati Asih (p>0,05). Dari
analisis regresi logistik didapatkan dua variabel yang memiliki hubungan yang paling
signifikan terhadap minat masyarakat, yaitu variabel customization dan navigasi
(p<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah rumah sakit Kartika Husada Jati Asih
sudah melakukan pemasaran digital tetapi masih perlu dimodifikasi tampilan situs web
dan media sosialnya. Disarankan memperbarui konten marketing dan lebih interaktif di
situs web ataupun media sosial.

ABSTRACT
Marketing in the present era is in the form of product or brand promotion carried out
through electronic media. Hospital marketing aims to introduce hospitals to the wider
community, inform facilities and service capabilities to the community, establish and
foster the image of the hospital through community trust and appreciation of the
capabilities of hospitals, optimally utilize hospital resources and also expect increased
income. Digital marketing that has been running in the hospital needs to be renewed to
make it look up to date. The research design used was cross sectional with a quantitative
approach. The distribution of questionnaires is done using Google Form which is spread
through the Whats app application. The results of the analysis contained one variable,
namely social media networks that did not have a significant relationship to the interest
of the community to come to hospital treatment at Kartika Husada Jati Asih (p> 0.05).
From the logistic regression analysis, there were two variables that had the most
significant relationship to the interest of the community, namely the customization and
navigation variables (p <0.05). The conclusion of this research is that the Kartika Husada
Jati Asih hospital has already done digital marketing but still needs to be modified the
appearance of the website and social media. It is recommended to update marketing
content and be more interactive on websites or social media.

"
2019
T53113
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inne Irmawanti Febriana
"Kecerdasan emosi dan pola asuh orang tua menjadikan remaja memiliki kesehatan jiwa yang baik. Tujuan dari penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara kecerdasan emosi dan pola asuh orang tua dengan kesehatan jiwa remaja. Metode penelitan yang digunakan adalah deskriptif korelatif dan desain cross sectional. Sampel sebanyak 474 siswa SMP di wilayah Bekasi Tambun Selatan yang dipilih melalui Teknik consecutive sampling. Responden mengisi kuesioner Strengths and Difficulties Questionnare (SDQ) untuk masalah kesehatan jiwa, Assessing Emotion Scale (AES) untuk kecerdasan emosi, dan pola asuh orang tua. Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukan52,7% remaja dengan kecerdasan emosi baik dan 47,3% remaja dengan kecerdasan emosi kurang, pola asuh orang tua di wilayah Bekasi Tambun Selatan terdapat pola asuh authoritative 27,0%, pola asuh permissive 24,1%, pola asuh authoritarian 24,5%, dan pola asuh uninvolved 24,55, kesehatan jiwa remaja di wilayah tersebut terdapat 42,8% dengan kategori normal, borderline 25,5%, dan abnormal 31,6%. Didalam penelitian ini tidak tedapat hubungan yang signifikan (p value 0,849) antara kecerdasan emosi dengan kesehatan jiwa remaja, sedangkan terdapat hubungan yang signifikan (p value 0,009) antara pola asuh orang tua dengan kesehatan jiwa pada remaja. Diperlukan pengetahuan secara mendalam mengenai kecerdasan emosi para remaja dan sosialisasi terhadap pemahaman orang tua terkait pola asuh yang digunakan untuk memberikan pemahaman tentang faktor protektif dari kesehatan jiwa remaja.

Emotional intelligence and parenting style make teenagers have good mental health. The purpose of this study was to identify the relationship between emotional intelligence and parenting style with adolescent mental health. The research method used is correlative descriptive and cross sectional design. A sample of 474 junior high school students in the Bekasi Tambun Selatan area were selected through the consecutive sampling technique. Respondents filled out the Strengths and Difficulties Questionnare (SDQ) for mental health problems, the Assessing Emotion Scale (AES) for emotional intelligence, and parenting styles. The data analysis used was univariate analysis and bivariate analysis with the chi square test. The results showed that 52.7% of adolescents with good emotional intelligence and 47.3% of adolescents with less emotional intelligence, parenting parents in the Bekasi Tambun Selatan region had authoritative parenting 27.0%, permissive parenting 24.1%, parenting authoritarian 24.5%, and uninvolved parenting 24.55, adolescent mental health in the region is 42.8% in the normal category, 25.5% borderline, and 31.6% abnormal. In this study there was no significant relationship (p value 0.849) between emotional intelligence and adolescent mental health, while there was a significant relationship (p value 0.009) between parenting style and mental health in adolescents. In-depth knowledge of adolescents' emotional intelligence is needed and socialization of parents' understanding of parenting styles is used to provide an understanding of the protective factors of adolescent mental health."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>