Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102974 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diddah Annissaa`atul Shalihah
"Internet di Jepang memiliki banyak peran penting dalam kehidupan sosial masyarakat Jepang pada umumnya. Salah satu perannya adalah menjadi media untuk menuliskan pengalaman aborsi yang dilakukan beberapa wanita Jepang. Aborsi adalah pengalaman yang sulit diceritakan di depan publik. Dengan menggunakan identitas lain dan anonim, mereka dapat menceritakan pengalamannya tanpa khawatir tindakannya mempengaruhi kehidupan mereka di dunia nyata.
Digunakan satu situs, www.chuzetu.com yang merupakan situs portal untuk wanita Jepang yang ingin mengkomunikasikan pengalaman aborsinya dengan orang yang memiliki kesamaan pengalaman, dan pengunjung lainnya yang berniat akan melakukan aborsi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan tipe penelitiannya adalah fenomenologi. Teori yang digunakan adalah masyarakat jaringan yang difokuskan pada gerakan sosial oleh Manuell Castells, dan teori Japanese Behaviour oleh Takie Sugiyama Lebra untuk membantu menjelaskan fenomena menjadikan www.chuzetu.com sebagai media alternatif dalam mengkomunikasikan pengalaman aborsi.
Dalam penelitian ini, ditemukan faktor yang mendorong mereka melakukan aborsi, yaitu pendidikan, ekonomi, psikologis, pertimbangan sosial, dan kesehatan. Sedangkan tiga peran media sebagai tempat wanita Jepang mengkomunikasikan pengalaman aborsinya, yaitu membuat gerakan sosial di internet, media alternatif dalam mengkomunikasikan pengalaman aborsi, dan pemberi motivasi bagi wanita Jepang yang pernah melakukan aborsi. Dari kedua temuan itu, fenomena menjadikan www.chuzetu.com sebagai tempat mengkomunikasikan pengalaman aborsi adalah bagian dari tindakan kampanye #MeToo.

Internet in Japan has many important roles in the social life of Japanese society in general. One of its roles is to become a media to write about the experiences of abortions performed by several Japanese women. Abortion is an experience that is difficult to tell in public. By using another identity and anonymous identity, they can share their experiences without worrying about their actions will affect their lives in the real world.
One site is used, www.chuzetu.com which is a portal site for Japanese women who want to communicate their abortion experience with people who have similar experiences, and other visitors who intend to have an abortion. This study uses qualitative methods and the type of research is phenomenology. Using network society theory to focus on social movements by Manuell Castells, and Japanese Behavior theory by Takie Sugiyama Lebra to help explain the phenomenon of making www.chuzetu.com as an alternative media in communicating abortion experiences.
In this study, three factors founded that encourage them to have an abortion, they are (1) education, economics, psychology, (2) social considerations, (3) and health. Moreover, three media roles as places for Japanese women communicate their abortion experiences, first is making social movements on the internet, second is as an alternative media in communicating abortion experiences, and third is to motivate Japanese women who had had an abortion. From these two findings, the phenomenon of making www.chuzetu.com as a place to communicate the experience of abortion is part of the MeToo campaign action.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T53949
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alviany Muntaz
"Makalah ini membahas dampak Koreika Shakai terhadap wanita lansia di Jepang. Makalah ini menggunakan metode analisis deskriptif dan studi kepustakaan. Hasil analisis dalam makalah ini menunjukan koreika shakai yang terjadi di Jepang sejak tahun 1970 disebabkan oleh faktor angka kelahiran dan kematian yang rendah serta tingkat harapan hidup yang tinggi. Penyebab angka kematian yang rendah dan tingkat harapan hidup yang tinggi adalah asupan nutrisi dan gizi yang baik, pemahaman kesehatan yang tinggi, fasilitas dan pelayanan medis yang baik, serta ilmu kedokteran yang maju. Sedangkan penyebab angka kelahiran yang rendah adalah semakin tingginya tingkat pendidikan wanita Jepang, dan terbukanya kesempatan bekerja yang semakin luas untuk mereka. Koreika Shakai ini kemudian telah menimbulkan berbagai permasalahan pada para penduduk berusia lanjut itu sendiri, terutama pada wanita lansia. Hal ini disebabkan wanita jepang memiliki tingkat harapan hidup yang relatif lebih panjang dibandingkan pria, akibatnya banyak dari mereka yang harus hidup sendiri karena ditinggal meninggal oleh sang suami. Selain itu, para wanita lansia ini juga harus menghadapi berbagai permasalahan lainnya seperti masalah ekonomi, kesehatan, dan psikologis.

This paper discusses the impact of Koreika Shakai against elderly women in Japan. This paper using the methods of descriptive analysis and literature study. The results of the analysis in this paper shows koreika shakai that happened in Japan since 1970 occurred due to the factors such as low birth rate, low mortality rate and high life expectancy rate. The root causes of low mortality and high life expectancy rate are good nutrition intake, better undersanding of health importance, good quality of medical facility service, advanced medical science. While the causes of low birth rate are the higher levels of Japanese women’s education, and the greater opportunity for them to get a job. Then, koreika shakai has led to various problems for the elderly population itself, especially for elderly women. This is because Japanese women have longer life expectancy rate than Japanese men, consequently many of them have to live alone since left to die by their husband. In addition, elderly women also have to face other problems such as the economic, health, and psychological problems.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kreasita
"Salah satu hal yang sampai saat ini masih menjadi topik pembicaraan hangat di Jepang adalah masalah pada masyarakatnya yang semakin menua. Hal ini terjadi karena peningkatan jumlah penduduk lansia yang sangat cepat dan sudah hampir mencapai 1/4 dari keseluruhan penduduk Jepang di abad ke-21 ini. Walaupun Jepang bukanlah negara pertama yang memiliki koreika shakai, namun kecepatan pertumbuhannya yang luar biasa kurang diantisipasi oleh pemerintah sehingga tak dapat dielakkan lagi dan timbullah permasalahan di berbagai bidang. Di satu sisi dapat dikatakan bahwa Jepang memang sudah berhasil meningkatkan taraf hidup penduduknya sehingga usia rata-rata harapan hidup penduduk Jepang menduduki peringkat tertinggi di dunia sekarang ini. Namun di sisi lain seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup, penduduk berusia lanjut juga semakin meningkat. Dalam bidang ekonomi dampaknya sudah terasa sekali dimana jumlah angka ketergantungan semakin tinggi tetapi jumlah penduduk berusia produktif semakin berkurang. Di bidang pendidikan pun tak luput terkena dampak dari koreika shakai ini. Beberapa sekolah dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi harus ditutup karena kekurangan murid. Tak hanya itu saja, rupanya koreika shakai di Jepang juga menimbulkan permasalahan khususnya bagi para wanita lansia. Karena harapan hidup mereka yang relatif lebih panjang daripada pria, sekarang mereka harus menghadapi kenyataan untuk siap dalam menjalani hidup tuanya tanpa didampingi oleh pasangannya. Bukan hanya perasaan kesepian saja yang harus siap mereka hadapi kelak, tetapi juga masalah kesehatan dan keuangan yang harus mereka jalani. Pendapatan wanita yang relatif lebih kecil daripada pria membuat wanita mau tak mau harus giat bekerja selagi mampu untuk menabung sebagai bekal hidup di hari tua. Itulah sebabnya mengapa banyak wanita yang sudah tua tetapi masih tetap bekerja. Itu pun berlaku hanya untuk yang masih sanggup untuk bekerja, tetapi banyak juga wanita lansia yang sudah tidak dapat bangun lagi dari tempat tidurnya. Bagi mereka hidup adalah siksaan karena harus membebani orang lain, sehingga banyak diantara mereka yang lebih memilih untuk melakukan bunuh diri. Sehingga tak mengherankan jika angka bunuh diri wanita lansia di Jepang salah satu yang tertinggi di dunia selain Hungaria. Pemerintah Jepang di satu pihak memang telah berhasil meningkatkan kesehatan rakyatnya dengan memberlakukan standar hidup yang tinggi sehingga penduduknya dapat hidup lebih lama, tetapi apa gunanya umur yang panjang jika harus menderita di hari tua."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S13567
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisma Dewi Karimah
"Makalah ini membahas mengenai koreika shakai dan dampaknya terhadap janda lansia di Jepang. Makalah ini menggunakan studi kepustakaan dengan metode analisis deskriptif. Hasil dari makalah adalah Jepang telah memasuki koreika shakai semenjak tahun 1970 yang didorong oleh dua faktor, yaitu rendahnya angka kematian dan rendahnya angka kelahiran. Rendahnya angka kematian ini disebabkan oleh fasilitas kesehatan yang baik yang menyebabkan angka harapan hidup yang tinggi. Sedangkan rendahnya angka kelahiran disebabkan oleh membaiknya teknik dalam mengatur kelahiran dan meningkatnya wanita yang menunda pernikahan sehingga hal tersebut berujung pada penundaan kelahiran. Adanya koreika shakai ini menimbulkan masalah pada wanita lansia, terutama bagi janda yang hidup sendiri. Hidup sendiri berarti harus mengatur kebutuhan sendiri, sehingga dari sanalah janda lansia menemui masalahnya. Masalah-masalah yang dihadapi oleh lansia dapat dilihat dari masalah ekonomi dan masalah kesehatan. Masalah ekonomi dapat kita lihat dari jumlah uang pensiun yang merupakan sumber utama penghasilan mereka. Dana pensiun yang diberikan oleh kokumin nenkin jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka. Sedangkan masalah kesehatan ditemui pada penderita netakiri yang tentunya harus mendapatkan bantuan dari orang lain untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

This paper discusses aging population and its impact on the elderly widow women in Japan. This paper uses literature study with a descriptive analysis method. The results of the paper are Japan has entered aging population since 1970, driven by two factors, namely the low mortality and low birth rate. The low mortality rate is due to the good health facilities which led to the long life expectancy. While the low birth rate caused by the improved techniques in regulating births and the increasing of women in delay marriage so that it leads to delay birth. The existence of aging population makes problems to elderly women, especially the widow women who live alone. Living alone means having to manage their own needs, and that's where the problem encountered the elderly widow women. The problems faced by them can be seen from the economic problems and health problems. We can see the economic problems from the amount of pension which is the main source of their income. The pension funds provided by kokumin nenkin is not sufficient for their daily needs. While for the health problems, we can see when they suffered from netakiri in which they should get help from others to meet their daily needs.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Natania Saraswati Ramany
"Natania Saraswati Ramany. Abstraksi : Tema dari penulisan skripsi ini adalah pekerja lanjut usia ( penduduk Jepang yang berusia lebih dari 65 tahun yang bekerja di perusahaan Jepang ). Sejak Jepang mulai melakukan industrialisasi pada tahun 1950-an, jumlah kelahiran dan kematian di Jepang terus menurun, sehingga Jepang menjadi negara yang memiliki koreika shakai ( masyarakat menua), yakni negara yang jumlah penduduk lanjut usianya telah mencapai 7 % dari total jumlah penduduk. Penduduk lanjut usia di Jepang pada umumnya masih bekerja, sehingga pertumbuhan koreika shakai berarti peningkatan jumlah pekerja lanjut usia yang menyebabkan angkatan kerja Jepang menjadi menua. Hal ini menimbulkan berbagai masalah dalamperusahaan Jepang. Dampak dari bertambahnya koreika shakai dalam perusahaan antara lain: (a) penurunan produktivitas perusahaan seiring dengan menuanya angkatan kerja, (b) pengevaluasian sistem pembagian gaji berdasarkan senioritas yang merupakan sistem manajemen khas Jepang (c) pertentangan antara pemerintah dan perusahaan tentang penetapan kebijakan usia pensiun. Untuk dapat memberikan gambaran yang jelas tentang keadaan koreika shakai dalam perusahaan, dampak yang ditimbulkannya, serta upaya pemerintah dan juga perusahaan mengatasi dampak tersebut, yang merupakan tujuan dari penulisan skripsi ini, maka digunakan metode deskriptif-analisis. Hasil yang diperoleh setelah melakukan analisa buku-buku kepustakaan tentang koreika shakai antara lain berupa data-data demografis persentase koreika shakai, dan data-data mengenai koreika shakai dalam perusahaan Jepang. Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan: 1) Jepang mengalami pertumbuhan penduduk lanjut usia lebih cepat dibandingkan negara-negara lain yang juga ataupuntelah terlebih dahulu mengalami peningkatan jumlah penduduk lanjut usia.2) Dampak-dampak yang ditimbulkan koreika shakai dalam perusahaan Jepang yakni produktivitas perusahaan jadi menurun, perusahaan harus mengevaluasi sistem senioritas yang merupakan sistem manajemen khas Jepang, dan perusahaan harus menjalankan kebijakan perpanjangan usia pensiun yang ditetapkan pemerintah, tentu saja menyulitkan perusahaan. Namun hal ini bukanlah kesalahan koreika shakai sepenuhnya. Dampak tersebut sebenarnya timbul karena pandangan dan sistem yang ada tidak mendukung kondisi koreika shakai."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S13466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Classica Harsya Nawastha
"Industri fashion merupakan industri yang perkembangannya selalu meningkat dan Indonesia berkontribusi terbesar kesembilan di dunia. Perkembangan industri fashion dalam negeri didukung dengan adanya kampanye untuk mencintai produk lokal. Fashion brand lokal memanfaatkan media sosial sebagai wadah untuk berkomunikasi dengan pelanggannya untuk menciptakan customer engagement. Sehingga penting untuk mengetahui faktor yang mendorong customer engagement seperti advice seeking, self-image expression dan fashion involvement. Selain itu, customer engagement juga berpengaruh akan terbentuknya brand intimacy. Penelitian ini membangun customer engagement sebagai second-order construct yang didalamnya terdapat consumption, contribution, dan creation. Survei dilakukan secara online dengan 262 responden yang kemudian diolah datanya menggunakan pemodelan Partial Least Squares - Structural Equation Modeling (PLS-SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa factor yang mempengaruhi customer engagement adalah advice seeking, self-image expression, dan fashion involvement, customer engagement memiliki pengaruh terhadap brand intimacy dan diketahui pula bahwa perbedaan generasi tidak mempengaruhi hasil secara signifikan.

Fashion industry is an industry whose development is always increasing and Indonesia contributes the ninth largest in the world. The development of the domestic fashion industry is supported by a campaign to love local products. Local fashion brands use social media as a platform to communicate with their customers to create customer engagement. So it is important to know the factors that drive customer engagement such as advice seeking, self-image expression and fashion involvement. In addition, customer engagement also affects the formation of brand intimacy. This study builds customer engagement as a second-order construct in which there is consumption, contribution, and creation. The survey was conducted online with 262 respondents and the data was analyzed using Partial Least Squares - Structural Equation Modeling (PLS-SEM) modeling. The results showed that the factors that influence customer engagement are advice seeking, self-image expression, and fashion involvement, customer engagement has an influence on brand intimacy and it is also known that generational differences do not significantly affect results."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Rachmadini Effendi
"Penelitian ini membahas peran media sosial dalam pemberitaan pengalaman 6 kreator video YouTube yang pernah terjebak di perusahaan ‘nakal’ atau Black Company Jepang tahun 2018—2021. Data primer diperoleh dengan mengobservasi dan membuat transkripsi 11 video dari 6 kreator YouTube dan data sekunder diperoleh dari laman- laman sosial media atau situs web yang terkait dengan isu Black Company Jepang. Data dianalisis secara kualitif menggunakan metode analisis konten (content analysis) dalam kerangka teori masyarakat informasi oleh Castells dan konsep karakteristik media sosial oleh Nasrullah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media sosial berupaya memberikan informasi mengenai Black Company Jepang dengan menjadi media yang berbasis user-generated content sehingga memfasilitasi kreator menyampaikan pengalaman (storytelling), serta berperan dalam membangun kesadaran (raising awareness) tentang Black Company dengan memungkinkan para kreator untuk mengingatkan soal pentingnya pemahaman akan hukum ketenagakerjaan, kultur kerja lokal, penguasaan bahasa Jepang, kesadaran berjejaring, dalam menghadapi dan mencegah eksploitasi calon pekerja migran Indonesia (PMI) di Black Company Jepang.

This study discusses about how social media plays a role in spreading 6 YouTube video creators exposing about their personal experiences being trapped working in some "Black Company" in Japan, from 2018 to 2021. Content analysis is occupied as a method to analyze the data, implementing Castells’ network society concept and Nasrullah’s social media characteristics concept as the theory framework. This study suggests that social media (1) does its optimality as a user-generated content media and self-directed mass communication, so that (2) it facilitates the creators to spread awareness about labor law, about working culture, about the importance of Japanese language mastery, and about the absence of governmental roles in the migration process."
Jakarta : Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fathurrizki Budiman
"Penelitian ini mengkaji tentang humor yang ada pada media sosial TikTok. Fokus utama penelitian ini terletak pada humor alih bahasa Indonesia-Jepang dan bagaimana penciptaan humor tersebut terjadi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penerjemahan dari Newmark (1998), teori penerjemahan humor dari Jeroen Vandaele (2010) yang berkaitan dengan sosiokultural, dan 45 teknik pembentukan humor oleh Arthur Asa Berger (1997). Penelitian dilakukan dengan mencatat, meneliti, dan melakukan tabulasi pada 30 video TikTok oleh akun @heyekgenki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data dari tuturan tokoh yang mengandung humor dapat diklasifikasi menjadi enam bagian, yaitu idiom, nama anggota tubuh, negasi, repetisi, nama binatang, dan data lainnya. Berdasarkan hasil penelitian ini, teori 45 Teknik Pembentukan Humor dari Arthur Asa Berger (1997) pada kategori Language (kebahasaan) yang memuat 15 teknik, seyogyanya dapat ditambahkan satu teknik tambahan. Teknik tersebut adalah teknik alih bahasa yang menjadi teknik ke-16. Teknik alih bahasa mencirikan fitur penerjemahan dari satu bahasa ke bahasa lainnya yang tidak sesuai dengan kaidah kebahasaan pada bahasa yang dituju, sering kali menggunakan penerjemahan literal, dan cenderung mempertahankan pola pemikiran yang melekat pada bahasa sumber. Dengan demikian, berdasarkan data yang telah dianalisis, teknik alih bahasa ini dapat menjadi pelengkap pada teori teknik pembentukan humor Berger, sehingga membuat total keseluruhan teori tersebut berjumlah 46.

This research aims to examines humor on the social media platform TikTok. The primary focus of this research is on Indonesian-Japanese language translation humor and the mechanisms through which this humor is created. The theoretical framework utilized in this study includes Newmark's (1998) translation methods, Jeroen Vandaele's (2010) theory on the translation of humor and its sociocultural implications, and Arthur Asa Berger's (1997) 45 techniques of humor creation. The research was conducted by recording, analyzing, and tabulating data from 30 TikTok videos by the account @heyekgenki. The findings of this study reveal that the humorous utterances can be classified into six categories: idioms, body part names, negations, repetitions, animal names, and other miscellaneous data. Based on these findings, it is proposed that Arthur Asa Berger's (1997) theory of 45 Humor Creation Techniques in the Language category, which currently encompasses 15 techniques, should include an additional technique. This technique, referred to as the translation technique, would become the 16th technique. The translation technique is characterized by the translation of content from one language to another in a manner that deviates from the target language's linguistic norms, often employing literal translation and retaining the thought patterns inherent in the source language. Thus, based on the analyzed data, the translation technique can complement Berger's humor creation techniques, increasing the total number of techniques to 46."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Victoria Emmanuella
"Latar belakang dari penelitian ini adalah adanya berbagai tingkatan stigma yang dialami oleh transpuan, sehingga terdapat kesulitan untuk melakukan afirmasi diri secara aman. Ruang afirmasi virtual dilihat sebagai alternatif ruang afirmasi diri yang dapat digunakan oleh transpuan. Tujuan dari penelitian ini adalah memahami mengenai makna eksistensi diri transpuan dalam menggunakan Twitter/X sebagai ruang afirmasi. Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan strategi penelitian fenomenologi deskriptif. Subjek penelitian dari penelitian ini adalah transpuan Indonesia yang menggunakan Twitter/X dalam masa afirmasi gendernya, memiliki lebih dari 1000 pengikut pada platform Twitter/X, serta pernah mengalami diskriminasi/stigmatisasi terhadap identitas gendernya di dunia nyata. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumen pendukung lainnya. Tema-tema yang ditemukan terkait pengalaman transpuan menggunakan Twitter/X antara lain adalah membangun hubungan, mendapatkan informasi, mengedukasi pengikut, memvalidasi eksistensi dirinya, serta mengalami diskriminasi/stigmatisasi. Hasil penelitian menggambarkan bahwa pengungkapan identitas diri menjadi kekhasan pengalaman transpuan yang menjadi makna eksistensi dirinya dalam ruang afirmasi virtual, yaitu pilihannya untuk membukakan identitasnya sebagai seorang transpuan. Pengungkapan identitas diri menimbulkan rasa nyaman untuk berinteraksi dengan orang lain, adanya validasi terkait femininitasnya, serta otonomi untuk mengatur batasan privasi, yang pada akhirnya membantu transpuan dalam proses afirmasi diri.

The background of this study is trans women experience various levels of stigma, which pose challenges to self-affirmation in a safe manner. Affirmative virtual spaces are seen as an alternative space for self-affirmation that can be used by trans women. The purpose of this study is to understand the meaning of trans women’s self-existence in using Twitter/X as an affirmative space. The research employs a qualitative approach with a descriptive phenomenology strategy. The study participants are Indonesian trans women who use Twitter/X during their gender affirmation processes, have more than 1000 followers on the platform, and have experienced discrimination or stigmatization related to their gender identity in the real world. Data were collected through interviews, observations, and supporting documents. The key themes identified regarding trans women’s experiences on using Twitter/X include building relationships, obtaining information, educating followers, validating self-existence, and experiencing discrimination/stigmatization. The findings suggest that the disclosure of self-identity is central to the trans women’s experience, and that this disclosure constitutes the meaning of their existence in affirmative virtual spaces. The process of self-identity disclosure creates comfort in interacting, validation of their femininity, and the autonomy to set privacy boundaries, which ultimately helps transgender women in self-affirmation processes."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desvita Tria Ningrum
"Penelitian ini ingin mengeksplorasi pemahaman dan pemaknaan perempuan akan pengalamannya terhadap kekerasan berbasis gender online (KBGO) dalam bentuk surveillance (pengawasan) di media sosial. Pengawasan dalam studi terdahulu lebih banyak ditemukan dalam praktik yang melibatkan negara/komersial dan masyarakat. Penelitian ini mencoba menggunakan logika pengawasan yang sama dengan berfokus pada bentuk pengawasan terhadap sesama online user di media sosial, yakni oleh laki-laki terhadap perempuan di suatu hubungan intim/romantis. Perempuan cenderung sulit melihat pengawasan yang dilakukan oleh laki-laki di dalam hubungan interpersonal sebagai bagian dari situasi KBGO yang menindas. Hal ini terjadi karena relasi kuasa dalam hubungan membuat laki-laki kerap mendistorsi cara pandang perempuan akan kekerasan melalui tindakan kontrol yang bersifat memaksa dan kontrol yang berbasis rasa kasih sayang (benevolent sexism). Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif secara spesifik dengan cara melakukan wawancara mendalam kepada perempuan yang pernah mengalami KBGO dalam bentuk pengawasan. Analisis berfokus pada temuan dengan mengandalkan kerangka teoretis utama, yakni kontrak seksual oleh Carole Pateman dan pengawasan lateral oleh Andrejevic. Penelitian ini menemukan bahwa KBGO dalam bentuk pengawasan melibatkan kontrol dan penyalahgunaan hak privasi perempuan yang berhubungan dengan kerentanan data digital perempuan. Perempuan yang terjebak di situasi KBGO dalam bentuk pengawasan mengaku mengalami peretasan data pribadi, yang tidak hanya digunakan untuk mengawasi dirinya secara online, tetapi juga berpotensi berujung pada pengawasan fisik secara langsung. Selain itu, dengan menggunakan kerangka teoretis subjektivitas individu oleh Lacan dan taktik serta strategi sebagai praktik sehari-hari oleh Michel de Certeau, penelitian ini juga memperlihatkan bahwa perempuan memiliki agensi yang mampu menyadari penindasan dan bertindak melawan kontrol laki-laki. Perempuan mempelajari celah-celah dalam struktur penindasan dan melakukan tindakan untuk melepaskan dirinya keluar dari situasi KBGO yang menindas.

This study aims to explore women's understanding and interpretation of their experiences with online gender-based violence (KBGO) in the form of surveillance on social media. Surveillance in previous studies was mostly found in practices involving the state, commercial entities, and society. This research attempts to apply the same surveillance logic by focusing on the form of surveillance among online users on social media, specifically by men over women in intimate/romantic relationships. Women tend to find it difficult to see surveillance by men in interpersonal relationships as part of an oppressive KBGO situation. This occurs because power dynamics in relationships often lead men to distort women's perspectives on violence through coercive control and control based on benevolent sexism. This study was conducted using qualitative methods, specifically through in-depth interviews with women who have experienced KBGO in the form of surveillance. The analysis focuses on the findings by relying on the main theoretical frameworks, namely the sexual contract by Carole Pateman and lateral surveillance by Andrejevic. The study found that KBGO in the form of surveillance involves the control and abuse of women's privacy rights related to the vulnerability of their digital data. Women in a surveillance situation reported experiencing personal data hacking, which is not only used to monitor them online but also has the potential to lead to direct physical surveillance. Additionally, using the theoretical frameworks of individual subjectivity by Lacan and tactics and strategies as everyday practices by Michel de Certeau, this study also shows that women possess agency that enables them to recognize oppression and act against male control. Women learn to identify gaps within the oppressive structure and take actions to free themselves from the oppressive KBGO situation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>