Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148553 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Annisa
"

ABSTRAK

Nama : Nur Annisa
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Judul : Pengaruh Fasilitas Pelayanan Kesehatan Terhadap Keberhasilan
Pengobatan Pasien Tuberkulosis Resisten Obat di Indonesia Tahun
2014 - 2016
Pembimbing : Dr. Sutanto Priyo Hastono., M. Kes
Resistensi obat merupakan masalah baru dalam program eliminasi TB yang disebut TB
resisten obat. Pengobatan TB resisten obat di Indonesia dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan rujukan dan fasilitas pelayanan kesehatan satelit. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh fasilitas pelayanan kesehatan terhadap keberhasilan pengobatan
pasien TB resisten obat di Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2019 di
Subdit-TB, Direktorat P2PML, Kementerian Kesehatan RI. Desain studi penelitian ini
adalah kohort restrospektif. Jumlah sampel sebanyak 4288 orang, diseleksi menggunakan
teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang menyelesaikan
pengobatan di fasilitas pelayanan kesehatan satelit sebanyak 97,20% dan di fasilitas
pelayanan kesehatan rujukan sebanyak 2,8%. Proporsi keberhasilan pengobatan sebesar
53,2% dengan kumulatif hazard keberhasilan pengobatan sebesar 5,43 di akhir
pengamatan selama 36 bulan pengamatan. Hazard rate keberhasilan pengobatan
36,42/1000 orang-bulan. Hasil analisis multivariat menggunakan regresi cox timeindependet
menunjukkan bahwa pasien yang menyelesaikan pengobatan di fasilitas
pelayanan kesehatan satelit meningkatkan kecepatan terjadinya keberhasilan pengobatan
sebesar 54% (HR 2,17; 95% CI 1,66 – 2,82) dengan kondisi riwayat pengobatan sama.
Penambahan fasilitas pelayanan kesehatan satelit dan tenaga ahli dibutuhkan untuk
membantu proses pengobatan berjalan lebih baik. Peran serta masyarakat dan kesadaran
pasien perlu ditingkatkan dengan melakukan promosi kesehatan tentang TB resisten obat
secara rutin.
Kata Kunci: Fasilitas Pelayanan Kesehatan; Keberhasilan Pengobatan; TB Resisten
Obat


ABSTRACT

Name : Nur Annisa
Study Program : Public Health
Title : The Effect of Health Care Unit on The Success in Treatment of
Drug Resistant-Tuberculosis Patient in Indonesia, 2014 - 2016
Counsellor : Dr. Sutanto Priyo Hastono., M. Kes
Drug resistant is a new problem in TB elimination program, it’s called Drug-Resistat TB.
Treatment of drug-resistant TB in Indonesia is carried out in rujukan health care and
satelite health care. The aims of this study is increasing the successful treatment of Drug-
Resistant TB patients in Indonesia by health care unit. This research was conducted in
May 2019 at the TB Sub-Directorate, Directorate of P2PML, Ministry of Health of the
Republic of Indonesia. The design of this study is a retrospective cohort. Total sample
were 4288 patient, selected by using total sampling technique. The results showed that
patients who completed treatment in satelit health care were 97.20% and 2.8% in the
rujukan health care. The proportion of treatment success was 53.2% with a cumulative
hazard of treatment success 5.43 at the end of the observation for 36 months observation.
Treatment success rate was 36.42/1000 person-month. The results of multivariate
analysis using cox time-independent regression showed that patients who completed
treatment at satelit health care increased the speed of treatment success 54% (HR 2.17;
95% CI 1.66 - 2.82) with the same treatment history. The addition of satellite health
service facilities and experts is needed to help the treatment process run better.
Community participation and patient awareness need to be improved by conducting
routine health promotion about Drug-Resistant TB.
Key words: Drug-Resistant Tuberculosis; Health Care Unit; Treatment Success.

"
2019
T52798
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfa Ayuningsih
"Tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia. Hasil akhir pengobatan TB pada pasien berupa kematian saat melakukan pengobatan merupakan permasalahan terkini yang perlu diselesaikan. Penyebab pasti terjadinya kematian pada pasien yang sedang menjalani pengobatan TB masih belum banyak di ketahui. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian pasien tuberkulosis pada penderita TB MDR dan TB Sensitif Obat di Indonesia tahun 2015-2017. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari aplikasi eTB manager dan SITT di Subdit Tuberkulosis, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) - Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Kementerian Kesehatan RI. Desain penelitian adalah cohort retrospective. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 1.150 pasien TB MDR dan 12.296 pasien TB SO. Insiden rate kematian kasus TB MDR adalah 4,7 per 1000 orang-bulan, sementara itu insiden rate kematian kasus TB SO adalah 8,4 per 1000 orang-bulan. Dari penelitian ini diketahui bahwa pada kasus TB MDR variabel umur pada titik potog waktu <24 bulan diperoleh HR 1,72 (IK95% 1,18 - 2,52), sedangkan variabel umur pada titik potong waktu ≥24 bulan diperoleh HR 1,28 (IK95% 0,18 - 9,17). Pada kasus TB SO, umur diperoleh HR 1,88 (IK95% 1,57 – 2,27). Status HIV pada titik potog waktu <13 bulan diperoleh HR 4,20 (IK95% 3,43 – 5,14), sedangkan titik potog waktu ≥13 bulan diperoleh HR 9,03 (IK95% 2,58 – 31,61). Diperlukan penanganan secara intensif pada pasien TB MDR dan TB SO di Indonesia dengan HIV positif. Kata kunci: Tuberkulosis, resisten ganda, kematian.

Tuberculosis is still a public health problem in the world. The final outcome of TB treatment in patients consisting of death while taking treatment is a consideration that needs to be addressed. The exact cause of death in patients who are undergoing TB treatment is not much approved. The purpose of this study was to study the differences in factors associated with the death of tuberculosis patients in patients with drug sensitive and multidrug resistant tuberculosis in Indonesia in 2015-2017. The study was conducted using secondary data from the application of eTB managers and SITT in the Tuberculosis Subdistrict, Directorate of Direct Transmission Prevention and Control - Directorate General of Disease Prevention and Control, Ministry of Health of the Republic of Indonesia. The study design was a retrospective cohort. The number of samples in this study were 1,150 MDR TB patients and 12,296 drug sensitive patients. The mortality rate from MDR-TB is 4.7 per 1000 person-months, while the mortality rate from MDR-TB is 8.4 per 1,000 person-months. From this study, it was found that in the MDR TB case the age variable at the time point of <24 months was obtained by HR 1.72 (IK95% 1.18 - 2.52), while the age variable at the intersection time waktu24 months was obtained by HR 1.28 ( IK95% 0.18 - 9.17). In drug sensitive TB cases, HR 1.88 (IK95% 1.57 - 2.27) was obtained. HIV status at the time point <13 months was obtained by HR 4.20 (IK95% 3.43 - 5.14), while the point of interest at ≥13 months was HR 9.03 (CI 95% 2.58 - 31.61). MDR and drug sensitive TB in Indonesia are HIV positive. Keywords: Tuberculosis, multiple resistance, death."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Ayu Lestari
"
Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan di dunia. Diperkirakan pada tahun 2021 terdapat 10,6 juta orang yang terinfeksi tuberkulosis. Indonesia merupakan salah satu negara yang masuk dalam 20 negara dengan beban TB, TB MDR/RR, dan TB HIV tertinggi di dunia berdasarkan estimasi jumlah kasus hasil modelling yang dilakukan WHO. Angka inisiasi pengobatan pasien tuberkulosis resistan obat meningkat dari tahun 2020-2022, namun pasien yang terdiagnosis tuberkulosis resistan obat tidak dapat segera mendapatkan pengobatan di fasilitas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui durasi keterlambatan pengobatan pasien tuberkulosis resistan obat, serta pengaruh faktor sistem kesehatan dan faktor pasien terhadap keterlambatan pengobatan pasien tuberkulosis resistan obat di Indonesia tahun 2020-2022. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel pasien tuberkulosis resistan obat yang memulai pengobatan tahun 2020-2022 dan dilaporkan ke sistem informasi tuberkulosis. Penelitian ini menggunakan metode regresi logistik multilevel dengan sumber data sekunder dari Sistem Informasi Tuberkulosis dan Profil Kesehatan Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan rerata durasi keterlambatan pengobatan pasien tuberkulosis resistan obat meningkat dari tahun 2020-2022; faktor sistem kesehatan yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pasien tuberkulosis resistan obat antara lain rasio rumah sakit, metode diagnosis baseline, dan wilayah pendampingan komunitas; sedangkan faktor pasien yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pasien tuberkulosis resistan obat yaitu jenis kelamin, domisili pasien, riwayat pengobatan OAT suntik, jenis fasilitas kesehatan pertama yang dikunjungi, dan jumlah kunjungan ke fasilitas kesehatan. Perluasan penggunaan cartridge XDR pada alat TCM diperlukan untuk mengetahui resistansi fluorokuinolon sehingga pasien yang terdiagnosis resistan obat dapat segera diobati dan perlunya penguatan kolaborasi antara fasilitas kesehatan, dinas kesehatan, dan organisasi komunitas dalam mendukung pengobatan pasien tuberkulosis resistan obat.

Tuberculosis is still a health problem in the world. It is estimated that in 2021 there will be 10.6 million people infected with tuberculosis. Indonesia is one of the 20 countries with the highest burden of TB, MDR/RR TB and HIV TB in the world based on the estimated number of cases resulting from modeling conducted by WHO. The rate of initiation of treatment for drug-resistant tuberculosis patients increased from 2020-2022, however, patients diagnosed with drug-resistant tuberculosis cannot immediately receive treatment at health facilities. This study aims to determine the duration of delays in treatment of drug-resistant tuberculosis patients, as well as the influence of health system factors and patient factors on delays in treatment of drug-resistant tuberculosis patients in Indonesia in 2020-2022. This study used a cross-sectional design with a sample of drug- resistant tuberculosis patients who started treatment in 2020-2022 and reported to the tuberculosis information system. This research uses a multilevel logistic regression method with secondary data sources from the Tuberculosis Information System and the Indonesian Health Profile. The results of the study show that the average duration of delay in treatment for drug-resistant tuberculosis patients increased from 2020-2022; health system factors that influence delays in treatment of drug-resistant tuberculosis include hospital ratios, baseline diagnosis methods, and community assistance areas; Meanwhile, patient factors that influence delays in treatment for drug-resistant tuberculosis patients are gender, patient domicile, history of injectable drugs, type of first health facility visited, and number of visits to health facilities. Expanding the use of XDR cartridges in GenExpert is needed to determine fluoroquinolone resistance so that patients diagnosed with drug resistance can be treated immediately and there is a need to strengthen collaboration between health facilities, health services and community organizations in supporting the treatment of drug-resistant tuberculosis patients."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shena Masyita Deviernur
"Proporsi pasien Tuberkulosis Resistan Obat (TB RO) yang memiliki hasil akhir pengobatan meninggal meningkat di tahun 2021 menjadi 19%. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor risiko kematian pasien TB RO selama masa pengobatan di Indonesia. Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif dengan menggunakan data kasus TB RO yang memulai pengobatan tahun 2020-2021 dan telah memiliki hasil akhir pengobatan hingga Mei 2023 dan tercatat pada Sistem Informasi Tuberkulosis. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif, survival dengan menggunakan Kaplan Meier, dan multivariat dengan menggunakan cox regression. Jumlah sampel penelitian adalah 7.515. Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 19,39% pasien meninggal dengan laju kejadian keseluruhan adalah 6 per 10.000 orang hari dan probabilitas kumulatif survival sebesar 73%. Analisis multivariat menunjukkan Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian pasien TB RO selama masa pengobatan di Indonesia adalah kelompok umur 45-65 (HR 1,519; 95% CI 1,275-1,809) tahun dan 65+ (HR 3,170; 95% CI 2,512-4,001), wilayah fasyankes Jawa-Bali (HR 1,474; 95% CI 1,267-1,714), koinfeksi HIV (HR 3,493; 95% CI 2,785-4,379), tidak mengetahui status HIV (HR 1,655; 95% CI 1,474-1,858) memiliki riwayat pengobatan (HR 1,244; 95% CI 1,117-1,385), tidak konversi ≤3 bulan (HR 4,435; 95% CI 3,920-5,017), paduan pengobatan LTR (1,759; 95% CI 1,559-1,985), kepatuhan pengobatan pada kelompok tidak minum obat 1-30 hari (HR 0,844; 95% CI 0,748-0,953) dan kepatuhan pengobatan pada kelompok tidak minum obat >30 hari (HR 0,318; 95% CI 0,273-0,370). 

The proportion of drug-resistant tuberculosis (RO-TB) patients who have the final outcome of treatment will die in 2021 to 19%. The purpose of this study was to determine the risk factors for death of TB RO patients during the treatment period in Indonesia. The design of this study was a retrospective cohort using data on TB RO cases that started treatment in 2020-2021 and had final treatment results until May 2023 and were recorded in the Tuberculosis Information System. The analysis used in this study is descriptive analysis, survival using Kaplan Meier, and multivariate using cox regression. The number of research samples is 7,515. The results of this study showed that 19.39% of patients died with an overall incidence rate of 6 per 10,000 person days and a cumulative probability of survival of 73%. Multivariate analysis shows that the factors that influence the death of TB RO patients during the period of treatment in Indonesia are the age group 45-65 (HR 1.519; 95% CI 1.275-1.809) years and 65+ (HR 3.170; 95% CI 2.512-4.001), health facilities area Java-Bali (HR 1.474; 95% CI 1.267-1.714), HIV coinfection (HR 3.493; 95% CI 2.785-4.379), do not know HIV status (HR 1.655; 95% CI 1.474-1.858) have a history of treatment ( HR 1.244; 95% CI 1.117-1.385), no conversion ≤3 months (HR 4.435; 95% CI 3.920-5.017), mixed treatment LTR (1.759; 95% CI 1.559-1.985), treatment adherence in non-medication group 1 -30 days (HR 0.844; 95% CI 0.748-0.953) and medication adherence in the non-medication group >30 days (HR 0.318; 95% CI 0.273-0.370)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Orri Baskoro
"Latar Belakang: Bedaquiline merupakan salah satu regimen pengobatan baru tuberkulosis resisten obat yang dianggap lebih efektif namun dengan tingkat mortalitas yang masih kontroversial. Hingga saat ini masih belum ada data mengenai efektivitas maupun keamanan bedaquiline pada pasien TB resisten obat dengan komorbid DM. Penelitian ini dilaksanakan untuk melihat pengaruh status DM pasien tuberkulosis resisten obat terhadap hasil pengobatan regimen yang mengandung bedaquiline.
Tujuan: Mengetahui pengaruh status DM terhadap hasil pengobatan bedaquiline selama 6 bulan pada pasien TB resisten obat.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif dari rekam medis pasien Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan sejak tahun 2016 hingga tahun 2019. Didapatkan sebanyak 76 pasien yang menyelesaikan pengobatan regimen bedaquiline selama 24 minggu. Data kemudian dievaluasi menggunakan uji chi-square dan regresi logistik dengan pernyesuaian terhadap faktor perancu usia dan jenis kelamin menggunakan SPSS.
Hasil: Uji chi-square menunjukkan kelompok DM berisiko mengalami kematian 4 kali lipat lebih tinggi dibandingkan kelompok non-DM secara bermakna (p=0,044). Pada uji multivariat, tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara status DM dengan keberhasilan pengobatan maupun kematian pasien dengan regimen bedaquiline. Namun, didapatkan jenis kelamin pria menurunkan keberhasilan pengobatan bedaquiline hingga 5 kali lipat.
Kesimpulan: Tidak ditemukan hubungan yang bermakna secara statistik antara kondisi DM pada pasien TB resisten obat terhadap keberhasilan dan kematian pengobatan dengan regimen bedaquiline.
Background: Bedaquiline is a new drug-resistant tuberculosis treatment regimen that is said to be more effective but still with a controversial mortality rate. Currently, there are no clinical data regarding the effectiveness and safety of bedaquiline in patients with diabetes melitus. This study was carried out to see the effect of DM on bedaquiline treatment outcome in drug-resistant tuberculosis patient.
Objective: To determine the impact of DM status on the outcome of 6-month bedaquiline treatment in drug-resistant tuberculosis patient.
Methods: This study is a retrospective cohort study from the medical records of patients at the Persahabatan General Hospital from 2016 to 2019. There were 76 patients who had finished a 24 week bedaquiline regimen treatment. The data were then evaluated using the chi-square test and logistic regression with adjustment for age and gender using SPSS.
Results: The chi-square test showed a statistically significant 4 times risk of death in the DM group compared to non-DM group (P = 0.044). In the multivariate analysis, there was no statistically significant association between DM status and treatment success or death of patients with the bedaquiline regimen. However, it is found that the male gender has a risk of reduced treatment succes up to 5 times.
Conclusion: There was no statistically significant relationship between DM status and the bedaquiline regimen treatment success and mortality
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Agustina
"Kasus TB RO menyebabkan beban pengendalian penyakit TB menjadi bertambah. Adanya penurunan angka keberhasilan pengobatan dari tahun 2010 (67,9%) menjadi 51,1% tahun 2013 dan peningkatan kasus pasien putus berobat mendorong Indonesia menerapkan pengobatan jangka pendek untuk meningkatkan angka keberhasilan pengobatan TB RO dan menurunkan kasus pasien putus berobat. Penelitian ini melihat hasil pengobatan TB RO dan faktor yang berhubungan dengan hasil pengobatan regimen pendek di Indonesia tahun 2017 menggunakan desain penelitian kohort retrospektif. Menggunakan data pasien TB RO yang tercatat dalam e-TB manager berusia ≥15 tahun yang telah menyelesaikan pengobatan regimen pendek maksimal pada bulan November 2018. Didapatkan 223 kasus dengan 46,6% sembuh, 26,5 % putus berobat, 4,9% pengobatan lengkap, 14,2 meninggal, 6,3% gagal dan 1,3% lainnya. Usia, jenis kelamin, riwayat pengobatan sebelumnya, jenis resistensi, status HIV, status diabetes mellitus dan status kavitas paru secara statistik tidak berhubungan dengan hasil pengobatan regimen pendek. Faktor yang berhubungan dengan hasil pengobatan regimen pendek ialah resisten terhadap amikasin (RR 7.4; 95% CI 4.68-17.29), ofloksasin (RR 28; 95% CI 2.8-279.5), dan kanamisin (RR 9; 95% CI 4.68-17.29), dan interval inisiasi pengobatan > 7 hari (RR 0.307; CI 0.09-0.98).

The case of drug-resistant tuberculosis causes the burden of controlling TB disease to increase. The decline in treatment success rates from 2010 (67.9%) to 51.1% in 2013 and an increase in cases of patients dropped out encouraged Indonesia to apply short-term treatment to increase the success rate of DR-TB treatment and reduce cases of patients dropped out. This study aims to look the results of DR-TB treatment and factors related to treatment outcomes for short regimens in Indonesia in 2017 using a retrospective cohort study design. Using data on DR-TB patients recorded in the e-TB manager aged ≥15 years who have completed treatment for the maximum short regimen in November 2018. There were 223 cases with 46.6% cured, 26.5% dropped out, 4.9% completed, 14.2 died, 6.3% failed and 1.3% others. Age, gender, previous treatment history, type of resistance, HIV status, DM status and lung cavity status were not statistically related to the results of treatment of short regimens. Factors related to the results of treatment of short regimens were resistant to amikacin (RR 7.4; 95% CI 4.68-17.29), ofloxacin (RR 28; 95% CI 2.8-279.5), kanamycin (RR 9; 95% CI 4.68-17.29), and treatment initiation interval >7 days (RR 0.307; CI 0.09-0.98).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Zhafirah Rahmita
"Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang sudah resisten terhadap obat lini pertama. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan di dunia karena penularannya sangat cepat dan morbiditasnya cukup tinggi. Banyaknya obat yang digunakan dalam pengobatan TB RO menyebabkan kemungkinan munculnya reaksi obat tidak diinginkan (ROTD). ROTD dapat menjadi salah satu faktor penyebab ketidakpatuhan pasien dan pada akhirnya dapat mempengaruhi hasil pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara ROTD dengan kepatuhan dan hasil pengobatan TB RO. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan data dari rekam medis pasien di RS UI periode 1 April 2022–28 Februari 2023. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Dari 65 pasien ditemukan pasien yang mengalami ROTD sebanyak 62 pasien yang didominasi oleh pasien laki-laki, usia produktif, tidak memiliki penyakit penyerta, serta pasien yang menggunakan paduan pengobatan jangka panjang. Hasil Uji Chi Square untuk ROTD dengan kepatuhan menunjukkan nilai p=0.373 (p>0.05) dan untuk ROTD dengan hasil pengobatan didapatkan nilai p=0.120 (p>0.05). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara ROTD dengan kepatuhan dan hasil pengobatan pasien tuberkulosis resisten obat di Rumah Sakit Universitas Indonesia.

Drug Resistant Tuberculosis is a disease caused by Mycobacterium tuberculosis which is resistant to the first-line drugs. This disease is still a health problem worldwide because of its fast transmission and high morbidity rate. The large number of drugs used to treat Drug Resistant Tuberculosis causes the possibility of Adverse Drug Reactions (ADRs). ADRs can be one of the factors causing patient non-compliance and can ultimately affect treatment outcomes. This study aimed to analyze the relationship between ADRs with adherence and treatment results of Drug Resistant Tuberculosis. The research design used was cross sectional with medical record data of Drug Resistant Tuberculosis patients at University Indonesia Hospital from April 1, 2022, until February 28, 2023. Data analysis used the Chi Square test. From 65 patients, 62 patients with ADRs were found, dominated by male patients, adult patients with no comorbidities, and patients who used long-term combination medication. The results of the Chi Square Test ADRs with adherence showed a value of p=0.373 (p>0.05) and for ROTD with treatment results obtained p=0.120 (p>0.05). From this study, it can be concluded that there is no relationship between ADRs with Adherence and Treatment Result of Drug Resistant Tuberculosis Patients at University of Indonesia Hospital."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hera Afidjati
"Latar belakang: Kompleksitas pengobatan TB RO berupa durasi pengobatan yang panjang, penggunaan beberapa obat lini kedua, toksisitas obat, dan interaksi obat akibat multidrug use dapat menyebabkan efek samping pengobatan pada pasien. Hal ini dapat mengurangi efektivitas pengobatan dan memengaruhi luaran pengobatan TB RO. Tujuan: Untuk melihat efek samping obat/kejadian tidak diinginkan terhadap luaran pengobatan TB RO.
Metode: Penelitian observasional dengan desain kohort retrospektif ini dilakukan di RSUP Persahabatan, Jakarta. Sumber data adalah data sekunder dari sistem informasi tuberkulosis (SITB) yang melibatkan pasien TB RO yang menjalani pengobatan di tahun 2021 – 2023. Metode sampling berupa total sampling. Analisis data bivariat antara KTD dengan luaran pengobatan TB RO berupa Cox regresi dan uji Log-Rank, yang kemudian dilanjutkan dengan analisis multivariat menggunakan Extended Cox Regresi.
Hasil: Dari 583 subjek yang diikutsertakan dalam penelitian ini, insidens luaran pengobatan tidak berhasil sebanyak 40,65%. Sebanyak 12,69% pasien mengalami efek samping berat. Sebagian besar efek samping terjadi pada fase intensif pengobatan TB RO (43,57%). Jenis efek samping yang paling sering dialami pada pasien adalah gangguan gastrointestinal (79,25%), gangguan muskuloskeletal (58,32%), dan gangguan saraf (49,40%). Efek samping berupa KTD berat/serius tidak memiliki asosiasi yang signifikan terhadap terjadinya pengobatan tidak berhasil berdasarkan hasil analisis Cox regresi bivariat (HR=0,823; 95% CI: 0,558-1,216; p=0,329) dan analisis multivariat Extended Cox regresi (setelah dikontrol oleh variabel kovariat). Probabilitas survival antara kelompok dengan KTD berat dan kelompok non-KTD berat tidak berbeda bermakna. Kesimpulan: pemantauan efek samping selama pengobatan TB RO berlangsung merupakan hal yang penting untuk menunjang keberhasilan pengobatan.

Background: The complexity of treating drug-resistant tuberculosis (DR TB) involves prolonged treatment duration, the use of several second-line drugs, drug toxicity, and drug interactions due to multidrug use, which can lead to adverse drug reactions in patients. These issues can reduce treatment effectiveness and affect treatment outcomes for DR TB.
Objective: To investigate the impact of adverse drug reactions/adverse events on DR TB treatment outcomes.
Methods: This observational study utilized a retrospective cohort design conducted at RSUP Persahabatan, Jakarta. The data source was secondary data from the tuberculosis information system (SITB) involving DR TB patients who underwent treatment between 2021 and 2023. The sampling method was total sampling. Bivariate data analysis between adverse events and TB RO treatment outcomes involved Cox regression and Log Rank tests, followed by multivariate analysis using Extended Cox Regression.
Results: Among the 583 subjects included in this study, the incidence of unsuccessful treatment outcomes was 40.65%. Severe adverse drug reactions were experienced by 12.69% of patients. Most adverse reactions occurred during the intensive phase of TB RO treatment (43.57%). The most common types of adverse reactions experienced by patients were gastrointestinal disorders (79.25%), musculoskeletal disorders (58.32%), and neurological disorders (49.40%). Severe/serious adverse reactions did not have a significant association with unsuccessful treatment outcomes based on the results of the bivariate Cox regression analysis (HR=0.823; 95% CI: 0.558-1.216; p=0.329) and the multivariate Extended Cox regression analysis (after adjusting for covariate variables). The survival probability between the group with severe adverse reactions and the non- severe adverse reactions group did not differ significantly.
Conclusion: Monitoring adverse drug reactions during DR TB treatment is crucial to support the success of the treatment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eni Iswati
"ABSTRAK
Nama : Eni IswatiProgram Studi : Epidemiologi KomunitasJudul : Hubungan Konversi Kultur Sputum Pada 3 Bulan Pengobatan denganSukses Pengobatan Multi Drug Resistant Tuberculosis TB MDR diIndonesia Tahun 2014-2015 Analisis data e-TB Manager SubditTuberculosis Kemenkes RI Pembimbing : Prof. dr. Nuning Maria Kiptiyah, M.PH, Dr.PHMulti Drug Resistant Tuberculosis TB MDR adalah tuberkulosis yang resistant terhadapobat anti tuberkulosis paling efektif yaitu isoniazid dan rifampisin. Kemenkes RI 2017 menyebutkan bahwa sukses pengobatan TB resisten obat di Indonesia tahun 2016 sebesar65 dan target sukses pengobatan TB resisten obat tahun 2020 adalah 75 . Salah satufaktor yang berhubungan dengan sukses pengobatan TB MDR adalah konversi kultursputum pada 3 bulan pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuihubungan konversi kultur sputum pada 3 bulan pengobatan dengan sukses pengobatanTB MDR di Indonesia tahun 2014-2015. Desain penelitian ini adalah cohortretrospective. Populasi pada penelitian ini adalah kasus TB MDR yang teregistrasi padaaplikasi eTB Manager tahun 2014-2015 yaitu 1.219 kasus. Hasil analisis menunjukkanbahwa variabel riwayat pengobatan TB sebelumnya berinteraksi dengan waktu yaitu padabulan ke-26 sehingga HR pada kasus yang memperoleh hasil pengobatan sebelum 26bulan berbeda dengan HR pada kasus yang memperoleh hasil pengobatan 26 bulan ataulebih. Hasil analisis multivariat dengan cox extended menunjukkan bahwa hubungankonversi kultur sputum pada 3 bulan dengan sukses pengobatan TB MDR memiliki HR4,245 95 CI: 1,347-13,373 setelah dikontrol oleh HIV dan interaksi riwayatpengobatan TB sebelumnya dengan konversi kultur pada 3 bulan pengobatan. Tidakadanya riwayat pengobatan TB menambah efek konversi kultur sputum pada 3 bulansebagai indikator sukses pengobatan TB MDR.Kata kunci:Konversi Kultur, Sukses Pengobatan, TB MDR

ABSTRACT
Name Eni IswatiStudy Program Epidemiologi KomunitasTitle Association of Sputum Culture Conversion at 3 MonthsTreatment with Success Treatment of Multi Drug ResistantTuberculosis MDR TB in Indonesia in 2014 2015 DataAnalysis of e TB Manager Subdit Tuberculosis Ministry ofHealth of RI Counsellor Prof. dr. Nuning Maria Kiptiyah, M.PH, Dr.PHMulti Drug Resistant Tuberculosis MDR TB is tuberculosis that resistant to the mosteffective anti tubeculosis drugs isoniazid and rifampicin. Kemenkes RI 2017 mentionedthat success treatment of resistant TB in Indonesia in 2016 is 65 and target of successtreatment of resistant TB in 2020 is 75 . One of the factors associated with successfulMDR TB was sputum culture conversion at 3 months of treatment. The purpose of thisstudy was to determine the relationship between sputum culture conversion at 3 monthsof treatment with success of MDR TB treatment in Indonesia in 2014 2015. The designof this study was a restrospective cohort. Population in this research is MDR TB casesregistered in e TB Manager application in 2014 2015 that is 1,219 cases. The resultshowed that previous history TB has interaction with time in 26th months so HR in casesthat get outcome before 26 months different with HR in casesthat ger outcome in 26thmonths or more. Multivariate analysis with extended cox showed that association ofsputum culture conversion at 3 months with successful outcome HR 4,245 95 CI 1,347 13,373 after adjusted with HIV and interaction of TB treatment history and cultureconversion at 3 months. The absence of TB treatment history increase sputum cultureconversion effect as indicator success treatment of MDR TB.Key words Culture conversion, success treatment, MDR TB"
2018
T49991
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Murniati
"Latar Belakang:Tuberkulosis resisten obat (TB-RO) merupakan ancaman bagi seluruh dunia termasuk Indonesia, karena memerlukan waktu lama dan biaya yang besar dalam mengobati penyakit tersebut meskipun telah ditangani dengan baik. Data penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa terdapat kekambuhan TB-RO, tapi datanya sangat terbatas. Di Indonesia belum ada data tentang angka kekambuhan TB-RO.
Tujuan: Mengevaluasi pasien TB resisten obat (TB-RO) pasca pengobatan yang datang kontrol pada bulan ke 6, 12, 18, dan 24 di RSUP Persabatan Jakarta.
Metode: Penelitian menggunakan desain penelitian potong lintang terhadap pasien TB-RO yang telah dinyatakan sembuh dan pengobatan lengkap yang datang kontrol di poli MDR RSUP Persahatan Jakarta mulai bulan April 2017 sampai Desember 2017. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan foto toraks dan biakan sputum. Mencatat data pengobatan dan hasil-hasil pemeriksaan terkait data yang diperlukan dalam dalam rekam medis pasien.
Hasil: Didapatkan 60 subjek penelitian dengan rerata usia 42,3 + 12,5 tahun, berjenis kelamin laki-laki 31 (51,7%) dan perempuan 29 (48,3%), dengan rerata IMT 21,75+ 4,34. Dari hasil foto toraks didapatkan gambaran dominan lesi luas dan hasil kultur sputum semua pasien yang diteliti tidak ditemukan pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis.
Kesimpulan: Tidak ditemukan kekambuhan pada pasien TB resisten obat yang yang telah dinyatakan sembuh dan pengobatan lengkap yang datang kontrol pasca pengobatan di RSUP Persahabatan Jakarta.

Objective: This study aimed to evaluate DR-TB patients which was biannually performed for two-years (e.g. at the 6th, 12th, 18th, and 24th mos) after treatment completion.
Methods: This cross-sectional study involved DR-TB patients completing their treatment at Persahabatan General Hospital Jakarta, Indonesia, between April and December 2017. The post-treatment evaluation during the 6th, 12th, 18th, and 24th mos included clinical, chest x-ray (CXR) and sputum culture examination.
Results: Sixty patients were observed in this study, 31 (51.7%) were males and 29 (48.3%) were females. The mean age was 42.3+12.5 yo and the mean body mass index was 21.75+4.34. Fourty nine (81.7%) patients showed extensive lesions per CXR and none of the patient showed Mycobacterium tuberculosis growth per sputum culture.
Conclusion: There was no recurrence of DR-TB from patients completing their treatment at Persahabatan General Hospital Jakarta, Indonesia during two-years post-treatment evaluation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>