Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151062 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Firliana Pramesdya Yuanjaya
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran ketersediaan obat Program Rujuk Balik di Apotek Sanafarma Tebet pada bulan Februari-Maret tahun 2019. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dan telaah dokumen untuk mengetahui keterkaitan antara komponen input, dan proses, serta imbasnya terhadap ketersediaan obat program rujuk balik. Komponen input dalam penelitian ini yaitu sumber daya manusia, ketersediaan dana, sarana dan prasarana, peraturan atau kebijakan, koordinasi, dan tools yang digunakan, sedangkan komponen dalam proses yaitu perencanaan, pengadaan, penyaluran dan distribusi, serta monitoring dan evaluasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa stok obat rujuk balik masih mengalami kekosongan dikarenakan masih adanya kendala dari segi input yaitu sumber daya manusia dan ketersediaan dana, serta dari segi proses yaitu masih ada kendala dalam proses perencanaan dan pengadaan. Kendala-kendala ini pada akhirnya berdampak kepada masih terjadinya kekosongan obat rujuk balik di apotek Sanafarma Tebet. Saran dari peneliti adalah dengan menggunakan sistem yang terkomputerisasi untuk memantau stok obat dan pencatatan terkait penggunaan obat setiap bulannya, sehingga dapat diketahui stok obat yang ada dapat digunakan untuk jangka waktu berapa lama.

This research aims to know the drug availability of Back Referral Program in Sanafarma Tebet pharmacy in February-March 2019. By using qualitative method through in depth interviews and document analysis, this research was trying to find out about the relation between input, process components, and the availability of back referral program drugs as an output. Input components were defined by human resources, fund availability, infrastructures, policy, coordination, and tools that are used, while process components were defined by the plan, procurement, storage and distribution, and the monitoring and evaluation process. The result showed that stock out of back referral drugs were still happening in Sanafarma Tebet pharmacy because of the problems in human resources and fund availability from input components and because of planning and procurement from process components. To overcome those problems, a computerized based system can be implemented to monitor the drug stock and report about drug usage should have been made so that the number of drug stock and period availability can be known."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulaiman Martawinata
"Peningkatan prevalensi Penyakit Hipertensi merupakan tertinggi diantara prevalensi penyakit kronis lainnya sehingga terjadi peningkatan juga pada peserta Program Rujuk Balik (PRB). Namun jumlah peserta PRB yang stabil dirujuk balik ke FKTP semakin menurun. Salah penyebabnya dikarenakan keluhan kekosongan obat. Keluhan kekosongan obat di Palembang menjadi keluhan obat tertinggi di Kedeputian 3 BPJS Kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah diperoleh gambaran ketersediaan obat PRB kasus Hipertensi bagi peserta JKN di Puskesmas dan Apotek yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan di kota Palembang tahun 2023. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif melalui wawancara mendalam dan telaah dokumen untuk mengetahui keterkaitan antara komponen input, proses, sehingga menghasilkan output berupa ketersediaan obat PRB kasus hipertensi. Komponen input dalam penelitian ini yaitu SDM, anggaran, perlengkapan, peraturan, dan peralatan. Sedangkan komponen proses yaitu perencanaan, pengadaan, penyaluran dan distribusi, penggunaan, serta monitoring dan evaluasi.  Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat kekosongan obat PRB kasus Hipertensi dikarenakan masih adanya kendala dari segi input yaitu kurangnya SDM, terbatasnya perlengkapan, implementasi kebijakan yang belum optimal serta dari segi proses yaitu masih ada kendala dalam proses perencanaan, pengadaan, distribusi, dan penggunaan. Kendala-kendala ini pada akhirnya berdampak kepada masih terjadinya kekosongan obat PRB di Puskesmas dan Apotek PRB.

The increase in the prevalence of hypertension is the highest among the prevalence of other chronic diseases, so there has also been an increase in participants in the Reverse Referral Program (PRB). However, the number of stable PRB participants referred back to FKTP is decreasing. One of the causes was complaints of lack of medication. Complaints about drug shortages in Palembang are the highest drug complaints in Deputy 3 of BPJS Health. The aim of this research is to obtain an overview of the availability of PRB drugs for hypertension cases for JKN participants at Community Health Centers and Pharmacies in collaboration with BPJS Health in the city of Palembang in 2023. This research is qualitative research using in-depth interviews and document review to determine the relationship between input components, processes, thus producing output in the form of the availability of PRB drugs for hypertension cases. Input components in this research namely human resources, budget, supplies, regulations, and equipment. Meanwhile, the process components are planning, procurement, distribution and distribution, use, as well as monitoring and evaluation. The results of this research show that there is a shortage of PRB drugs for hypertension cases because there are still obstacles in terms of input, lack of human resources, limited equipment, policy implementation that has not been optimal and in terms of process, there are still obstacles in the planning, procurement, distribution and use processes. These obstacles ultimately have an impact on the fact that there are still shortages of PRB medicines in Community Health Centers and PRB Pharmacies."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Tasyah
"Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker. Pengkajian resep merupakan salah satu standar pelayanan kefarmasian yang dilakukan di Apotek. Pengkajian resep dilakukan untuk melakukan analisa adanya permasalahan terkait obat dan apabila ditemukan masalah terkait obat harus segera dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Tujuan dilakukannya pengkajian resep untuk mencegah permasalahan terkait obat sebelum obat diserahkan kepada pasien sehingga tidak terjadi medication error yang berdampak pada kegagalan terapi dan efek obat yang tidak diharapkan yang merugikan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelengkapan administrasi, kesesuaian farmasetik dan kesesuaian klinis pada peresepan di Apotek Kimia Farma Menteng Huis. Dalam penelitian ini, dilakukan pengkajian resep Pasien Rujuk Balik (PRB) pasien asma dengan mengkaji secara administratif, farmasetik dan klinis. Pada persyaratan administratif, didapatkan ketidaklengkapan berat badan pasien dan paraf dokter. Pada pengkajian secara farmasetik, resep yang tertulis sudah sesuai bentuk dan kekuatan sediaannya. Pada pengkajian secara klinis, terdapat duplikasi dan interaksi pada beberapa obat. Dapat disimpulkan bahwa masih banyak ketidaksesuaian dalam penulisan resep yang diamati sehingga harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep.

Pharmacy is a pharmaceutical service facility where pharmacists practice pharmacy. Prescription review is one of the standard pharmaceutical services carried out at pharmacies. Prescription review is carried out to analyze drug-related problems and if a drug-related problem is found, a doctor who prescribes it must be consulted immediately. The purpose of reviewing prescriptions is to prevent drug-related problems before the drugs are dispensed to patients so that medication errors do not occur which result in therapy failure and unexpected drug effects that harm the patient. This study aims to determine the completeness of administration, pharmaceutical suitability and clinical suitability for prescriptions at the Kimia Farma Pharmacy, Menteng Huis. In this study, the prescription review of Back-Referral Program (PRB) was carried out in asthma patient by examining administrative, pharmaceutical and clinical aspects. In administrative requirements, incomplete patient weight and doctor's initials were obtained. In the pharmaceutical study, the written prescription have appropriate dosage forms and dosage strengths. In clinical studies, there are duplications and interactions with several drugs. It can be concluded that there are still many observed discrepancies in prescription writing, so a doctor who prescribes it must be consulted."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Baiq Nurlusi Alvina
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya yang dilakukan puskesmas sehingga pasien  Program Rujuk Balik patuh dalam melakukan kontrol di Puskesmas Kec. Sawah Besar DKI Jakarta. Data Kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen untuk menganalisis upaya yang dilakukan Puskesmas Kec. Sawah Besar sehingga pasien PRB patuh kontrol. Adapun variabel yang digunakan adalah variabel input yang terdiri dari variabel Petugas Kesehatan, Fasilitas Kesehatan. Variabel proses terdiri dari Prosedur Program Rujuk Balik, Monitoring dan Evaluasi. Variabel output terdiri dari kepatuhan kontrol peserta PRB. Dari sisi input, Petugas Kesehatan, Fasilitas Kesehatan teridentifikasi sebagai peran dan upaya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk bisa memberikan pelayanan yang baik kepada pasien PRB seperti memberikan sosialisasi kepada pasien PRB, sarana dan prasarana yang baik sedangkan dari sisi proses teridentifikasi bahwa Pasien Program Rujuk Balik sudah bisa memahami dengan baik mengenai tahapan dalam melakukan program rujuk balik. Dari kejadian tersebut, dapat diidentifikasikan bahwa upaya yang baik dilakukan oleh puskesmas kec. sawah besar sehingga pasien patuh kontrol.

This study aims to determine the efforts made by puskesmas so that patients of the Refer Back Program are obedient in carrying out control at the Puskesmas Kec. Sawah Besar DKI Jakarta. Qualitative data were obtained through in-depth interviews, observations, and document reviews to analyze the efforts made by the Puskesmas Kec. Sawah Besar so that Program R patients referred to Balik obeyed the control. The variables used are input variables consisting of variables of Health Workers, Health Facilities. Process variables consist of Refer-Back, Monitoring and Evaluation Program Procedures. The output variable consists of the control compliance of participants Program Rand Balik. In terms of inputs, Health Workers, Health Facilities are identified as roles and efforts made by health workers to be able to provide good services to Program Rujuk Balik patients such as providing socialization to patients Program Rujuk Balik, good facilities and infrastructure while in terms of the process it was identified that the Patients of the Referral Program can already understand well about the stages in conducting the referral program. From this incident, it can be identified that good efforts are made by the health center of the large rice field so that the patient complies with the control."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Andewi
"Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran kepatuhan peserta PRB BPJS Kesehatan Jakarta Selatan dalam meminum obat PRB dan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Pengumpulan data dilakukan di 2 apotek penyelenggara pelayanan PRB terbesar se-Jakarta Selatan dengan menggunakan instrumen kuesioner. Hasil analisis dari 100 responden penelitian didapatkan proporsi kepatuhan peserta PRB BPJS Kesehatan Jakarta Selatan dalam meminum obat PRB sebesar 39%. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi square, didapatkan hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan peserta PRB BPJS Kesehatan Jakarta Selatan terkait penyakit dan aturan pengobatan (p value < 0,01; OR = 23,296), motivasi (p value < 0,01; OR = 13,940), dan dukungan sosial (p value = 0,033; OR = 2,843) dengan kepatuhan dalam meminum obat PRB. Sedangkan variabel jenis kelamin, umur, diagnosis penyakit, ketersediaan obat, dan jumlah jenis obat tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kepatuhan peserta dalam meminum obat PRB.

The purpose of this study is to get the overview and examine the associated factors about the adherence of Referral Program (PRB) BPJS Kesehatan Jakarta Selatan Participants on taking PRB medicines. This is a quantitative research with cross sectional study design. The data was collected in the 2 drugstores that provide the largest Referral Program (PRB) services in South Jakarta using the questionnaire. The result from 100 respondents showed the number of Referral Program (PRB) BPJS Kesehatan Jakarta Selatan Participants complience is 39% and revealed a significant association between knowledge of the disease and medication regiment (p value < 0,01; OR = 23,296), motivation (p value < 0,01; OR = 13,940), and social support (p value = 0,033; OR = 2,843) with the complience of taking medicines. For variable sex, age, diagnosis of the disease, drug availability, and number of drugs are not associated with the the adherence of taking medicines."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Nagiot Cansalony
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak perubahan bentuk kelembagaan RS Pasar Rebo dari Unit Swadana menjadi PT terhadap pelayanan rumah sakit. Perubahan akan dilihat melalui tingkat pemanfaatan sarana, tingkat efisiensi dan mutu pelayanan serta tingkat kunjungan pasien.
Metode yang digunakan adalah statistik nonparametris untuk menguji hipotesis komparatif 2 sampel yang berkorelasi. Alasan dari penggunaan statistik nonparametris karena distribusi data tidak normal (asymetris). Analisis data menggunakan uji Wilcoxon Match Pairs (WMP) dengan bantuan SPSS. Alasan dari penggunaan uji WMP karena uji ini dapat membuat penilaian tentang ?lebih besar dari" antara dua perbedaan dalam masing-masing sarnpel yang berkorelasi, juga dapat membuat penilaian antara dua skor yang berbeda yang timbul dari setiap dua sampel yang berkorelasi.
Hasil yang didapatkan adalah secara keseluruhan berdasarkan variabel tingkat pemanfaatan sarana, tingkat efisiensi dan mutu pelayan tidak ada perbedaan secara signifikan. Perbedaan terjadi pada beberapa indikator dari 3 variabel. Pada instalasi rawat inap terdapat 2 perbedaan yang meningkat, 2 perbedaan yang menurun dan 8 tidak ada perbedaan. Pada kunjungan di instalasi rawat jaian, pasien Askes meningkat di 10 klinik, rnenurun di 1 klinik dan tetap di 6 klinik. Pasien Karyawan meningkat tidak ada, menurun di 8 klinik dan tetap di 9 klinik. Pasien DKK meningkat di 4 klinik, menurun tidak ada dan tetap di 13 klinik. Pasien Kartu Sehat meningkat di 15 klinik, menurun tidak ada dan tetap di 2 klinik. Pasien Jaminan Perusahaan meningkat di 13 klinik, menurun tidak ada dan tetap di 6 klinik. Pasien umum meningkat tidak ada, menurun di 14 klinik dan tetap di 6 klinik. Selain itu, secara bermakna ada perbedaan dalam tingkat kunjungan seluruh pasien di Klinik Mata serta Klinik Gigi dan Mulut."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17122
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirin
"Seiring dengan semakin meningkatnya pengetahuan dan kebutuhan masyarakat khususnya dalam hal pelayanan kesehatan, yang diikuti oleh adanya tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan yang Iebih balk, maka institusi pelayanan kesehatan dituntut untuk selalu merespon perubahan yang terjadi. Kebijakan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta memberikan kesempatan kepada rumah sakit daerah menjadi unit swadana adalah sebagai upaya pemerintah daerah dalam memperhatikan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Hal ini dimaksudkan agar rumah sakit daerah dapat dikelola secara mandiri dan profesional sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat. Salah satu indikator keberhasilan rumah sakit sebagai unit swadana adalah berdasarkan tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan kesehatan yang mereka berikan. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis akan mengadakan penelitian tentang tingkat kepuasan pelanggan yaitu masyarakat sebagai pengguna jasa layanan kesehatan terhadap pelayanan kesehatan poliklinik rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah ( RSUD) Budhi Asih. Penelitian ini akan difokuskan kepada persepsi atau tanggapan pengguna jasa terhadap layanan yang diberikan dan harapan pengguna jasa terhadap layanan yang berkualitas. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan adalah dengan Cara membandingkan antara tingkat kinerja dan harapan dari pelanggan dengan menggunakan metode Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja. Sementara untuk rekomendasi tentang faktor atau atribut yang mempengaruhi kepuasan pelanggan dipetakan dalam diagram kartesius. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai terhadap 100 pasien poliklinik rawat jalan yang diambil secara acak dengan menggunakan teknik sampling aksidental. Tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan kesehatan di RSUD Budhi Asih ini, didasarkan pada dimensi kualitas pelayanan yang terdiri dan : reliability, responsiveness, assurance, empathy dan tangible.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa Persepsi pasien terhadap tingkat pelayanan di poliklinik rawat jalan RSUD Budhi Asih sebagian besar berada pada kontinum cukup memuaskan, demikian pula berdasarkan rata-rata untuk setiap dimensi juga berada pada kontinum cukup memuaskan. Sementara dari 18 indikator yang dinilai, maka berdasarkan hasil analisis sebagaimana tergambar pada diagram kartesius berkenaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien, terlihat bahwa terdapat 4 faktor yang berada di kuadran A yang berarti faktor tersebut dinilai sangat penting oleh pelanggan, akan tetapi tingkat pelaksanaannya masih belum memuaskan. Dikuadran B terdapat 7 faktor, hal tersebut menggambarkan bahwa antara tingkat pelaksanaan dengan harapan pelanggan sudah sesuai. Sementara dikuadran C terdapat 5 faktor, artinya bahwa faktor-faktor tersebut dianggap kurang penting oleh pelanggan sementara tingkat kualitas pelaksanaannya dianggap biasa. Terdapat 2 faktor yang berada dikuadran D, hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut dianggap tidak terlalu penting oleh pelanggan sementara pelaksanaannya dilakukan dengan balk oleh rumah sakit. Hasil penelitian ini kiranya dapat dijadikan sebagai salah satu masukan bagi pihak manajemen rumah sakit dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan di masa yang akan datang.

Along with the advancement of knowledge and needs of the society with particular reference to health services, followed by society's demands on better health service quality, health service institution is forced to keep responding to these changes. The policy of the Provincial Government of the Special Territory of the Capital City of Jakarta. allowing the Local General Hospitals to transform themselves to be a self-funded unit, is the manifestation of the provincial government's concern on health services in the hospital. The intention is to enable the Local General Hospitals to manage independently and professionally in congruence with the development of societies' demands. One of the success indicators of the hospital as a self-funded unit is based on the customers satisfaction towards the health services they provide. Based on this, the writer conducts a research on customers' satisfaction level as service users towards on coming-basis polyclinic health services in Budhi Asih Local General Hospital. The research will focus on the customers' perceptions or responses towards the services provided and their expectations towards quality services.
To find out the customer's satisfaction level the writer uses a method of performance and interest analysis by way of comparing between performance level and customer's expectations. As for the recommendations on factors or attributes which influence the customer's satisfaction is outlined in Cartesius diagram. The method of the research uses survey method towards a hundred on coming-basis patients of polyclinic which were randomly taken by using accidental sampling technique. The customer's satisfaction level towards health services in Budhi Asih Local General Hospital is based on service quality dimension comprising of reliability, responsiveness, assurance, emphaty and tangible. Based on the research findings it can be concluded that the patient's perceptions towards health services level in on coming-basis polyclinic of Budhi Asih Local General Hospital the majority stands in the continuum of relatively satisfactory, it is also the case for each dimension based on average. From 18 measured, based on analysis result as illustrated in Cartesius diagram in terms of factors that influences patient's satisfaction, it can been seen that there are four factors in A quadran meaning those factors is considered very important by the customers, however the implementation level remains not yet satisfactory. In B quadran there are seven factors that ilustrated between implementation level and customer's expectations already appropriate. As in C quadran there are five factors meaning that those factors are considered less important by the customers whereas the implementation quality level is considered ordinary. In B quadran there are two factors which show that those factors are considered not too important by the customers whereas the hospital has done it well. The research findings can be considered as an input for the hospital management in an effort to improve service quality in the future.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14176
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Al Habib Pratama
"Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dimana salah satu pelayanannya adalah rawat inap. Berdasarkan aturan Kementrian Kesehatan, setiap pelayanan yang ada akan dikenakan tarif, dimana dalam peraturan tersebut hanya diatur tarif kamar perawatan kelas 3. Hal tersebut menyebabkan tarif kamar di seluruh Indonesia menjadi bervariasi. Dalam skripsi ini, akan dilakukan pengelompokan tarif kamar berdasarkan data tarif kamar perawatan rumah sakit. Adapun pengelompokan dilakukan berdasarkan data rumah sakit rekanan PT. ABC yang tersebar di seluruh Indonesia, dimana pengelompokkan dilakukan berdasarkan pengeluaran per kapita daerah tingkat II. Kemudian akan diteliti apakah terdapat hubungan antara tarif kamar perawatan dengan pengeluaran per kapita, yang diselesaikan menggunakan uji independensi. Selanjutnya, akan dicari karakteristik tiap kelompok tarif kamar yang telah dibuat berdasarkan kategori daerah, jenis, kelas, dan status kepemilikan rumah sakit di tiap kelompok daerah menggunakan analisis korespondensi berganda. Hasil penelitian ini dapat membantu PT ABC dalam memberikan saran kepada perusahaan asuransi dalam menentukan rumah sakit rujukan yang sesuai dengan premi yang dibayarkan oleh pemegang polis.

The hospital is one of the health care facilities where one of its facilities is hospitalization. Under the rules of the Ministry of Health, any existing service will be charged, which in these regulations only set class 3 room rates. It creates hospital room rates throughout Indonesia to be varied. In this thesis, will be grouping room rates based on data from hospital room rates. The grouping is based on hospital which is PT. ABC?s partner scattered throughout Indonesia, where the grouping is based on districts per capita expenditure. Then it will be examined whether there is a relationship between the hospital room rate and per capita expenditure, which was completed using test of independence. Furthermore, the characteristics of each group of room rate that has been created will be determine based on the category of district, type, class, and ownership status of hospitals in each group area using multiple correspondence analysis. The results could help PT ABC in advising insurance companies in determining the appropriate referral hospital with premiums paid by the policyholder."
2016
S62158
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Lailati Fajriah
"Sebagai upaya dalam meningkatkan ketersediaan obat publik, dibutuhkan optimalisasi perencanaan dan pendistribusian obat dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota ke Unit Pelayanan Kesehatan. Diketahui bahwa persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat esensial di Kota Depok pada tahun 2022 adalah sebesar 84,21%, dimana angka tersebut memenuhi standar minimal 80%. Pada wilayah lain, diketahui persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat esensial di Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bandung, dan Kota Semarang pada tahun 2022 masing-masing adalah sebesar 89,13%, 95,16%, dan 100%, persentase tersebut dikatakan lebih baik dari persentase yang dimiliki Kota Depok pada tahun 2022. Tingkat ketersediaan obat dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain faktor input seperti keterbatasan anggaran dan faktor proses yaitu pengelolaan obat yang kurang ideal. Pengelolaan obat merupakan suatu proses yang dapat dievaluasi dan ditingkatkan setiap tahunnya guna mendapatkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran manajemen pengelolaan obat di Kota Depok. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Validasi data yang digunakan yaitu triangulasi sumber melalui wawancara dengan berbagai informan dan triangulasi metode dengan telaah dokumen serta observasi. Hasil penelitian menunjukan ketersediaan obat sesuai kebutuhan untuk tiga penyakit terbesar di Kota Depok tahun 2022 adalah sebesar 85,57%, dimana persentase tersebut sudah memenuhi standar yang ada. Pengelolaan obat yang dilakukan sudah mengikuti pedoman dari Badan Pengawas Obat dan Makanan serta Kementerian Kesehatan RI. Saran yang dapat diberikan yaitu dengan melakukan analisis beban kerja bagi SDM agar pengelolaan obat yang dilakukan dapat lebih maksimal.

In an effort to increase the availability of public drugs, it is necessary to optimize the planning and distribution of drugs from the Regency / City Pharmacy Installation to the Health Service Unit. It is known that the percentage of Puskesmas with the availability of essential drugs in Depok City in 2022 is 84.21%, which meets the minimum standard of 80%. In other regions, it is known that the percentage of health centers with the availability of essential drugs in Bekasi Regency, Bandung Regency, and Semarang City in 2022 is 89.13%, 95.16%, and 100%, respectively, which is better than the percentage of Depok City in 2022. The level of drug availability can be influenced by various things, including input factors such as budget constraints and process factors, namely less than ideal drug management. Drug management is a process that can be evaluated and improved every year to get maximum results. Therefore, this study aims to determine the description of drug management in Depok City. The type of research used in this study is qualitative with in-depth interview method. Data validation used is source triangulation through interviews with various informants and method triangulation with document review and observation. The results showed that the availability of drugs as needed for the three largest diseases in Depok City in 2022 was 85.57%, where the percentage had met the existing standards. The drug management carried out has followed the guidelines of the Food and Drug Administration and the Indonesian Ministry of Health. Suggestions that can be given are to conduct a workload analysis for human resources so that drug management can be maximized."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yupita Darmawanti
"Perubahan prevalensi Covid-19 menyebabkan banyak penyesuaian regulasi sebagai upaya penanggulangan wabah global terlebih pada sektor kesehatan yang berkaitan dengan persediaan obat. Hal ini dapat menyebabkan persediaan obat mengalami deadstock, stockout maupun overstock obat. Sehubungan dengan itu, perlu dilakukan analisis untuk mengetahui perubahan pola persediaan obat dan metode yang dapat diterapkan untuk efisiensi persediaan obat. Analisis perencanaan persedian obat dengan menggunakan matriks Always, Better, Control-Vital, Essential, Non essential (ABC-VEN) dan Minimum Maximum Stock Level (MMSL) dapat digunakan untuk menentukan prioritas pengadaan, jumlah, dan batas minimum melakukan pemesanan obat. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan perolehan data dilakukan secara retrospektif menggunakan data sekunder berupa harga pembelian, lead time, dan data pemakaian persediaan obat pada periode 2021—2022. Hasil analisis perubahan pola persedian obat diketahui terdapat beberapa perbedaan pada jumlah pemakaian obat pada periode 2021 dan 2022. Berdasarkan hasil klasifikasi ABC-VEN dari 1063 obat yang dianalisis diperoleh 3 kategori, kategori A sebanyak 180 item (16,93%), kategori B sebanyak 495 item (46,57%), dan kategori C sebanyak 388 item (36,50%). Hasil interpretasi MMSL terdapat penurunan sebesar 15,64% yaitu pada sebelum intervensi Rp1.972.759.117,06 dan setelah intervensi Rp1.664.293.361,17. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara nilai Inventory Turnover Ratio sebelum intervensi dan setelah intervensi metode MMSL (p = 0,001). Terdapat perbedaan jumlah pemenuhan kebutuhan obat antara analisis Rancangan Umum Pengadaan (RUP) dengan hasil perhitungan MMSL sebanyak 175 item obat. Selanjutnya berdasarkan analisis Customer Service Level diperoleh nilai rata-rata 85,43%. Oleh sebab itu, metode ABC-VEN dan MMSL dapat diterapkan dalam manajemen persediaan obat.

Changes in the prevalence of COVID-19 have caused numerous regulatory changes to deal with global epidemics, particularly in the health sector regarding medicine supply. As a result, medicine supplies may undergo deadstock, stockout, or overstock. In connection with that, it is necessary to analyze changes in drug supply patterns and methods that can be applied for drug supply efficiency. Analysis of drug supply planning using the matrix Always, Better, Control - Vital, Essential, Non-essential (ABC-VEN), and Minimum Maximum Stock Level (MMSL) can be used to determine procurement priorities, quantities, and minimum limits for ordering drugs. This was an observational study with data collected retrospectively from secondary sources in the form of purchase prices, lead times, and drug inventory usage data for the years 2021—2022. The analysis of variations in drug supply patterns indicated that there were some differences in drug usage between the years 2021 and 2022. Based on the results of the ABC-VEN classification of 1063 drugs analyzed, three categories were obtained: category A had 180 items (16,93%), category B had 495 items (46.57%), and category C had 388 items (36.50%). The MMSL interpretation results showed a 15.64% decrease, specifically before the intervention of Rp1,972,759,117.06 and after the intervention of Rp1,664,293,361.17. Furthermore, the results showed a significant difference in the Inventory Turnover Ratio value before and after the MMSL method intervention (p = 0.04). There was a difference in the amount of fulfilment of drug needs between the analysis of the General Procurement Plan (RUP) and the results of the MMSL calculation of 175 drug items. Moreover, an average value of 85.43% was obtained from the Customer Service Level analysis. Therefore, the ABC-VEN and MMSL methods can be applied to manage drug inventories."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>