Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160386 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amita Nur Yudhani
"ASI Eksklusif memegang peranan penting dalam kehidupan anak baik jangka pendek maupun jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi hormonal (suntik, pil, dan susuk) pada ibu terhadap kegagalan pemberian ASI eksklusif pada anaknya yang dikontrol oleh beberapa variabel sosial, ekonomi, dan demografi baik di tingkat individu maupun kelompok. Penelitian ini menggunakan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017. Berdasarkan hasil dari analisis inferensia menggunakan model regresi Gompertz Proportional Hazard, penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan alat kontrasepsi secara signifikan memengaruhi kelangsungan pemberian ASI eksklusif pada bayi, dimana bayi yang ibunya menggunakan alat kontrasepsi hormonal memiliki risiko yang lebih kecil untuk mengalami kegagalan pemberian ASI eksklusif. Variabel kontrol yang memiliki pengaruh signifikan dalam memengaruhi kelangsungan pemberian ASI eksklusif adalah umur ibu, paritas, kuintil kekayaan, dan pendidikan ayah. Menurut kuintil kekayaan, semakin tinggi kondisi ekonomi maka akan semakin memperbesar risiko untuk mengalami kegagalan pemberian ASI eksklusif. Sementara menurut umur ibu, paritas, dan pendidikan ayah menunjukkan bahwa semakin tua umur ibu, semakin banyak paritas yang dimiliki ibu, dan semakin tinggi tingkat pendidikan ayah memiliki risiko yang lebih kecil untuk mengalami kegagalan pemberian ASI eksklusif pada bayi. Berdasarkan hasil penelitian ini maka disarankan akan pentingnya konseling/edukasi dari tenaga kesehatan mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi serta pentingnya pemilihan penggunaan dan waktu pemasangan alat kontrasepsi yang aman bagi ibu menyusui agar tidak mengganggu proses pemberian ASI eksklusif, seperti minipil progestogen dan suntik progestogen.

Exclusive breastfeeding plays an important role in children's lives both short and long term. This study aims to determine the relationship between the use of hormonal contraceptives (injections, pills, and implants) in mothers against the failure of exclusive breastfeeding for their children which is controlled by several social, economic, and demographic variables both at the individual and group levels. This study uses data from the Indonesian Health Demographic Survey in 2017. Based on the results of inferential analysis using the Gompertz Proportional Hazard regression model, this study shows that contraceptive use significantly influences the continuity of exclusive breastfeeding in infants, where infants who use hormonal contraception have a smaller risk  to experience exclusive breastfeeding failure. Control variables that have a significant influence in influencing the continuity of exclusive breastfeeding are maternal age, parity, wealth quintile, and father's education. According to the wealth quintile, the higher the economic condition, the greater the risk for exclusive breastfeeding failure. While according to maternal age, parity, and father's education shows that the older the mother's age, the more parity the mother has, and the higher the level of education the father has a lower risk of failing exclusive breastfeeding in infants. Based on the results of this study, it is recommended that the importance of counseling/education from health workers regarding the importance of exclusive breastfeeding to infants and the importance of choosing the use and timing of safe contraceptive use for nursing mothers so as not to interfere with exclusive breastfeeding processes, such as minipill progestogen and progestogen injections."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T54709
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnaini Fitri
"Pemberian ASI Eksklusif merupakan salah satu bentuk investasi modal manusia yang dilakukan pada tahap awal kehidupan dan mempengaruhi kondisi modal manusia di masa mendatang seperti capaian pendidikan dan pekerjaan (Martorell, 2017). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara peran tenaga kesehatan dan otonomi kesehatan perempuan terhadap kelangsungan pemberian ASI eksklusif di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data SDKI 2017 dengan unit analisisnya anak lahir hidup terakhir  berusia 0-5 bulan yang tinggal bersama ibu berstatus kawin atau hidup bersama. Metode analisis yang digunakan adalah Survival Analysis Model Regresi Gompertz. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua variabel bebas utama yaitu variabel peran tenaga kesehatan dalam memberi tahu ibu tentang menyusui (counsel breastfeeding) dan mengamati ketika ibu menyusui (observe breastfeeding) dan  variabel otonomi kesehatan perempuan signifikan berhubungan  dengan kelangsungan pemberian ASI eksklusif.  Resiko anak yang ibunya diberi tahu tentang menyusui (counsel breastfeeding) dan diamati ketika menyusui (observe breastfeeding) oleh tenaga kesehatan untuk gagal mendapatkan ASI eksklusif adalah 0,77 kali lebih rendah dibandingkan anak yang ibunya tidak mendapatkan counsel breastfeeding dan observe breastfeeding dari tenaga kesehatan.  Resiko untuk gagal mendapatkan ASI eksklusif adalah 0,84 kali lebih rendah pada anak yang ibunya memiliki otonomi kesehatan tinggi dibandingkan pada anak yang ibunya memiliki otonomi kesehatan rendah. Variabel bebas lain yang signifikan menurunkan resiko kegagalan ASI eksklusif adalah umur ibu, status bekerja ibu, urutan kelahiran dan indeks kekayaan rumah tangga. Sedangkan variabel keberadaan wanita yang lebih tua di rumah tangga dan klasifikasi wilayah tempat tinggal tidak signifikan.

Exclusive breastfeeding is one of the human capital investment that is carried out in the early stages of life and affects future human capital conditions such as educational and employment achievements (Martorell, 2017). This study aims to understand the association between the role of health personnel and women's healthcare autonomy on the continuity of exclusive breastfeeding in Indonesia. IDHS 2017 data is used to understand this issue and the unit analysis limiting to the last infant aged 0-5 months who lives with the mother who is married or living together. The results showed that the two main independent variables, the role of health personnel in informing mothers about breastfeeding (counsel to breastfeed) and observing when the mother was breastfeeding (observe breastfeeding) and women's healthcare autonomy were significantly related to the continuity of exclusive breastfeeding. The risk of children whose mothers were informed about breastfeeding and observed when breastfeeding by health personnel to fail to get exclusive breastfeeding was 0.77 times lower than children whose mothers did not receive breastfeeding advice and observation from health workers. The risk of children to fail exclusive breastfeeding was 0,84 times lower in children whose mothers have high healthcare autonomy compared to children whose mothers had low healthcare autonomy. Another significant independent variable related to the continuity of exclusive breastfeeding is maternal age, mother's working status , birth order and wealth index. While presence older women in the household, maternal education and place of resident are not significant."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Muryanto
"Latar belakang: Inisiasi menyusu dini memberikan efek yang menentukan bagi kelanjutan pemberian ASI Eksklusif hingga 6 bulan pada bayi. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa bayi yang berhasil menyusu dalam satu jam pertama setelah lahir cenderung akan terus menyusu lebih lama. Satu jam pertama merupakan periode emas yang akan menentukan keberhasilan seorang ibu untuk dapat menyusui bayinya secara optimal. Keberhasilan memberikan ASI Eksklusif yang diawali oleh keberhasilan dalam memberikan kesempatan dalam satu jam pertama ini berkaitan dengan refleks menghisap (suckling reflex) pada bayi. Dimana pada jam-jam pertama setelah lahir refleks menghidap bayi sangat kuat dan setelah itu bayi akan tertidur (Sidi et al, 2007). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh antara inisiasi menyusu dini terhadap kelangsungan pemberian ASI Eksklusif pada baya berusia 6 - 12 bulan di Kabupaten Kuantan Singingi.
Metodologi: Penelitian merupakan studi observasional yang menggunakan desain kros seksional. Namun dalam penelitian ini terdapat variabel waktu yang merupakan periode follow up yang peroleh melalui recall (ingatan) responden. Temporal ambiguity dapat dihindari, karena event terjadi setelah exposure. Analisis dilakukan dengan life fable, uji log rank dan Kaplan Meier serta cox proportional hazard.
Hasil dan Pembahasan: Inisiasi menyusu dini di Kabupaten Kuantan Singingi dilakukan bervariasi dengan waktu tercepat 15 menit setelah bayi lahir. Sebagian besar (73,1 %) bayi di Kabupaten Kuantan Singingi baru diberikan kesempatan untuk inisiasi menyusu dini > 1 jam setelah lahir, sedangkan bayi yang diberikan kesempatan menyusu pada < 1 jam pertama setelah lahir 26,9%. Ini jauh lebih besar dari angka nasional yang baru mencapai 3,7%. Ini dimungkinkan terjadi karena tingkat pandidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang relatif lebih baik serta low birth weight yang sangat kecil. Rata - rata pemberian ASI Eksklusif bayi usia 6-12 di Kabupaten Kuantan Singingi 6,23 minggu (1,51 bulan). Jika merujuk pada standar yang ditetapkan Depkes RI (6 bulan), maka pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Kuantan Singingi 4,49 bulan jauh dibawah yang diharuskan. Bayi yang inisiasi menyusu dini < 1 jam cenderung lebih lama menyusu secara eksklusif dibandingkan >1 jam (p=O,OOO). Dari pengujian hazard ralio bayi yang inisiasi menyusu dini <1 jam menyusu secara eksklusif lebih lama dibandingkan > 1 jam (HRcrude 5,17 dan HRadjusted 4,98). Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan Fikawati dan Syafiq tahun 2003 menyebutkan bahwa bayi yang diberikan kesempatan untuk menyusu dini delapan kali akan lebih berhasil menyusu ASI eksklusif.
Kesimpupan: Inisiasi menyusu dini merupakan faktor yang mempengaruhi kelangsungan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 6 - 12 bulan dengan HRadjusted 4,98 (95% CI 3,74-6,64). Hanya 11,50% bayi di Kabupaten Kuantan Singingi diberikan ASI Eksklusif hingga 26 minggu (6 bulan), pemberian ASI eksklusif menurun drastis pada akhir 4 bulan.

Background: Early Innitiation of Breastfeeding have a significant effect in determining the continuity of Exclusive Breastfeeding for 6 months period of the infant. A few study concluded that infant who succeed breastfeed for the first hour of birth tend to continue breastfeed for a long period. The first hour of birth is a golden period which will determine the succeed of mother in breastfed the infant optimally. The Succeed of Exclusive Breastfeeding is innitiate with succeed of giving the first hour of birth as a chance for the infant to suck the nippJe in order to develop the suckling reflex. In the first hour of birth the infant has a powerfull suckling reflex, and after that the infant will fall asleep (Sidi et al, 2007). This study is conduct to investigate the effect of early innitiation on the continuity of administering exclusive breatfeeding for the 6-12 months infant in Kuantan Singingi District.
Metodology: This study is an observasional study which used cross-sectional design. However this study has a time variable which is follow up period taken through the recall of the respondents. Temporal Ambiguity can be reside, because the event is happened after the exposure. The analysis of the study is conduct through life table, log rank test, Kaplan Arfeir and Cox Proportional Hazard.
Results and Discussion: EarJy innitiation of beastfeeding in Kuantan Singingi District is conduct varied with shortest time is 15 minutes after the infant is gavebirth. Most of the infant in Kuantan Singingi District (73,1%) is let to innitiate the breastfeed after 1 hour nf birth, meanwhie infant who let to have breastfeed before the first I hour of birth is 26,9%. This number is bigger than National number which reach 3.7%. This is possible because the education and socioeconomic level ofthe society is higher and the low birth weight infants is lower. The mean of exclusive breastfeeding upon the 6-12 months old baby in Kuantan Singingi Districts is 6,23 weeks (l,51 months). Referred to the standard setting by Department of health (6 months), the mean of Exclusive Breastfeeding in Kuantan Singingi is 4,49 months below the standard setting. The infant who innitiate the early breastfeed before 1 hour afterbirth is tend to have longer exclusive breasfeeding period compare with more than 1 hour after birth. Based on the Hazard test, the ratio of infant innitiating of early breastfeeding before and 1 hour of time breastfeed exclusively longer compared with more than 1 hour afterbirth. (BRerude 5.17 and HRacijusled 4.98). This result is similar with the study conducted by Pikawati and Syafiq in 2003 which showed that the infant let to have earJy breastfeed 8 times will more succeed in Exclusive breastfeed.
Conclusions: Early innitiation of breastfeeding is a factor influencing a continuity of Exclusive breastfeeding on the 6-12 months old baby with HRadjusled 4,98 (95% CI 3.74-6.64). Only 11.50% infants Kuantan Singingi District is given exclusive beastfeading until 26 weeks old (6 months), Exclusive breasfeeding is decreasing dramatically in the end of 4 months.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T21277
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Purnama Sari
"Tingginya persentase penggunaan kontrasepsi hormonal (pil dan suntikan) tidak diikuti dengan tingginya angka kelangsungan. Angka putus pakai untuk metode pil mengalami kenaikan dari 32% (SDKI 2002-2003) menjadi 39% (SDKI 2007). Sementara itu, angka putus pakai metode suntikan juga mengalami kenaikan dari 18% (SDKI 2002-2003) menjadi 23% (SDKI 2007). Kualitas pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu elemen yang penting dalam mencapai pemakaian alat kontrasepsi yang berlangsung lama (lestari). Salah satu elemen kualitas pelayanan keluarga berencana adalah informasi yang diberikan kepada klien dan mekanisme follow-up dan kontak kembali. Penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional (studi potong lintang) yang dianalisis menggunakan analisis survival.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan antara kualitas pelayanan keluarga berencana dengan kelangsungan pemakaian kontrasepsi hormonal (pil dan suntikan) (p-value = 0,000) dan terdapat interaksi antara variabel kualitas pelayanan keluarga berencana dengan keputusan menggunakan alat/cara KB serta interaksi antara kualitas pelayanan KB dengan keinginan mempunyai anak.
Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah akseptor yang mendapatkan pelayanan keluarga berencana yang berkualitas dengan keputusan suami saja dan orang lain dalam menggunakan alat/cara KB memiliki risiko untuk gagal mempertahankan kelangsungan pemakaian kontrasepsi hormonal (pil dan suntikan) lebih tinggi 1,7 kali dibandingkan dengan akseptor yang mendapatkan pelayanan keluarga berencana yang berkualitas dengan keputusan bersama dalam menggunakan alat/cara KB (p-value = 0,008) setelah dikontrol oleh kesamaan keinginan anak antara suami dan isteri, jumlah anak dan efek samping.
Oleh karena itu, diperlukan pemberi pelayanan (provider) yang mampu melayani kebutuhan KB dan kesehatan reproduksi laki-laki dan perempuan yang meliputi pelayanan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) serta pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang dapat memenuhi kebutuhan perempuan dan laki-laki, yaitu pelayanan Komunikasi Interpersonal (KIP)/konseling dan pelayanan medis berkaitan dengan KB dan kesehatan reproduksi.

The high percentage using of hormonal contraceptives (pills and injections) are not followed by a high rate of survival. The drop out rate for the method of pill use rose from 32% (IDHS 2002-2003) to 39% (IDHS 2007). Meanwhile, the dropout rate used method of injection also increased from 18% (IDHS 2002-2003) to 23% (IDHS 2007). Quality of family planning services is one of the important element in achieving contraceptive use long-lasting (sustainable). The element is information given to clients and recontact and follow-up mechanisms. This study uses a descriptive analytic with cross sectional approach were analyzed using survival analysis.
Based on the results of the study there is a relationship between the quality of family planning services with continuity of use of hormonal contraceptives (pills and injections) (p-value = 0.000) and there is interaction between the quality of family planning services with decisions using of tools/methods of family planning and the interaction between the quality of family planning services with the desire for more children.
The conclusions in this study is acceptors are getting a qualified family planning services by husband decision maker and others to using tools/methods of family planning has failed to maintain the continuity of risk for using hormonal contraceptives (pills and injections) 1,7 times higher than the acceptors who received family planning services qualified by a joint decision to using tools/methods of family planning (p-value = 0.008) after controlled by a common wishes of children between husband and wife, number of children and side effects.
Therefore required provider which capable of serving the needs of family planning and reproductive health of men and women includes IEC (Information, Education and Communication) service as well as family planning and reproductive health services that can meet the needs of women and men, Interpersonal Communication (IPC)/counseling and medical services related to family planning and reproductive health.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Razina
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian "Cross sectional study" pada akseptor yang telah menggunakan kontrasepsi hormonal antara 1 sampai 5 tahun d bandingkan dengan akseptor yang menggunakan kontrasepsi bukan hormonal Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan kadar glukosa darah dan "glycosylated protein" (HbA 1) pada akseptor yang telah menggunakan kontrasepsi hormonal jangka lama dan pada mereka yang menggunakan AKDR tipe Lippes Loop. Ada 2 golongan subyek penelitian yaitu akseptor KB yang telah menggunakan pil oral kombinasi Noriday, yang berisi mestranol 0,05 mg dan noretindron 1 mg secara terus menerus, dan akseptor KB yang telah menggunakan AKDR tipe Lippes Loop secara terus menerus. Masing-masing golongan terdiri dari 40 orang berusia antara 20 sampai 40 tahun Penentuan kadar glukosa darah dengan metode Trinder dkk Hemoglobin A, di tentukan dengan modifikasi menurut. Schneck dan Schoeder : kesemuanya dilakukan dengan menggunakan Kits Boeheringer Mannheim. Dengan uji statistik "student t-test " di dapatkan hal-hal sebagai berikut Kadar rata-rata glukosa darah pada akseptor pil oral lebih tinggi bermakna dari akseptor AKDR. Tidak terdapat perbedaan bermakna dari kadar rata-rata "glycasylated" HhA 1 , usia dan berat badan antara akseptor pil oral dan AKDR."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Baziad
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002
613.94 ALI k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Andayani
"Berbagai penelitian yang menganalisis tentang faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif telah banyak dilakukan. Namun, penelitian yang menganalisis tentang pengalaman menyusui sebelumnya bagi ibu multipara (memiliki dua anak atau lebih) masih jarang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengalaman menyusui sebelumnya terhadap pemberian ASI eksklusif balita berikutnya diantara ibu multipara dengan menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2014. Hasil regresi logistik biner menunjukkan bahwa dibandingkan dengan variabel kontrol sosial ekonomi dan demografi lainnya, dapat disimpulkan bahwa pengalaman menyusui eksklusif sebelumnya adalah yang paling besar pengaruhnya terhadap perilaku menyusui anak berikutnya pada ibu multipara. Selain pengalaman menyusui, faktor yang pengaruhnya besar terhadap pemberian ASI eksklusif bagi ibu multipara adalah keberadaan orang tua perempuan (nenek), penolong persalinan dan tingkat pendidikan ibu.

Various studies that analyzed the factors influencing the exclusive breastfeeding have a lot investigated. Previous breastfeeding experiences for multiparous mothers (having two or more children), however, have been examined less frequently. This research aims to study the influence of previous breastfeeding experience for a mother?s earlier children on the practice of exclusive breastfeeding for her later children using the 2014 National Socio-Economic Survey (Susenas 2014). Binary logistic regression results show that compared with the socioeconomic and demographic control variables, it can be concluded that the previous exclusive breastfeeding experience is the greatest influence on the next breastfeeding practice. Besides breastfeeding experience, the factors that influence greatly to exclusive breastfeeding are the role of grandmother, birth attendants and mothers' education level."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syeri Febriyanti
"Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan dunia. Prevalensi hipertensi diprediksi akan terus meningkat hingga tahun 2025 nanti. Di Indonesia, penderita hipertensi didominasi oleh penduduk berjenis kelamin perempuan. Salah satu faktor risiko yang bisa menyebabkan kejadian hipertensi adalah penggunaan kontrasepsi hormonal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal pasca salin dengan kejadian hipertensi pada wanita usia subur. Desain penelitian adalah cross sectional dilakukan pada Januari-Juni 2023 menggunakan data Riskesdas 2018. Kelompok terpajan adalah 45.178 responden yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan kelompok tidak terpajan adalah 30.845 responden yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengguna kontrasepsi hormonal pasca salin dengan kejadian hipertensi setelah mengendalikan umur dan indeks masa tubuh dengan nilai PR=1,10 (1,06– 1,12). Pada penelitian ini juga menilai hubungan antara jenis kontrasepsi hormonal pasca salin diantaranya kontrasepsi suntikan 3 bulan dengan nilai PR=1,08 (CI 95% 1,05-1,12); kontrasepsi suntikan 1 bulan dengan nilai PR 0,99 (CI 95% 0,93-1,05); kontrasepsi implan PR 0,90 (CI 95% 0,84-0,96); dan kontrasepsi pil PR 1,30 (CI 95% 1,23-1,35). Hal ini diharapkan bisa menjadi gambaran bahwa pemilihan kontrasepsi sangatlah penting untuk mencegah hipertensi dikemudian hari.

Hypertension is one of diseases caused world health problems. The prevalence of hypertension is predicted will be increase. Hypertension in Indonesia are dominated by the female population. One of the risk factors caused hypertension is the use of hormonal contraception. This study aims to determine the association between the last birth hormonal contraception and the prevalence of hypertension. The research design was cross-sectional from January to June 2023 used the 2018 Riskesdas data. The exposed group was 45,178 respondents who used hormonal contraception and the unexposed group was 30,845 who did not use hormonal contraception. The results showed that there was a significant association between the use of hormonal contraception and the prevalence of hypertension after controlling for age and body mass index with AdjPR 1.10 (95% CI 1.06–1.12). This study also assessed the association between types of hormonal contraception including 3-month injection contraception with AdjPR value of 1.08 (95% CI 1.05-1.12); 1-month injectable contraception with AdjPR value of 0.99 (95% CI 0.93-1.05), implant contraceptive AdjPR 0.90 (95% CI 0.84-0.96), and contraceptive pill AdjPR 1.30 (95% CI 1.23-1.35). This is expected to illustrate the importance of choosing the right contraception to prevent the hypertension."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugrahani Meika Narvianti
"

Pendahuluan: Rendahnya angka ASI eksklusif merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat. Di Indonesia, angka cakupan ASI Eksklusif adalah 52,5%. Angka tersebut masih dibawah target renstra Kemenkes 2020-2024 untuk cakupan ASI Eksklusif yaitu 69%.

Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan sumber data SDKI 2017. Sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak terakhir kurang dari 6 bulan, memiliki data lengkap dan tidak memiliki data inkonsisten berjumlah 1.494 responden. Data dianalisis menggunakan cox regresi untuk mengetahui prevalen rasio penggunaan botol susu dengan dot dan status ASI Eksklusif. Crude dan adjusted prevalen rasio akan dinilai pada penelitian ini. Signifikansi dinilai dengan melihat rentang kepercayaan 95%.

Hasil: Dari 1.494 bayi kurang dari 6 bulan, ada 48,9% yang tidak ASI Eksklusif dan 28,7% yang menggunakan botol susu dengan dot. Besar asosiasi antara penggunaan botol susu dengan dot dan status ASI Eksklusif adalah 2,753 (95%CI: 2,364-3,205), setelah dikontrol variabel status sosial ekonomi, status IMD, usia ibu, pemilihan tempat persalinan, pekerjaan, kunjungan ANC, paritas, tempat tinggal, dan pendidikan.

Kesimpulan: Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa penggunaan botol susu dengan dot meningkatkan resiko untuk tidak ASI Eksklusif. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya penggunaan dot agar bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif dapat ditekan.

 


Introduction: The low rate of exclusive breastfeeding is a public health problem in Indonesia. The rate of exclusive breastfeeding coverage in Indonesia is 52.5%. This rate is below the Ministry of Healths target at 2020-2024 aims for the exclusive breastfeeding rate as much as 69%.

Methodology: The sample comes from the "Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)" in 2017, including mothers of infants less than six months whose data was complete and consistent. The sample was 1,494 respondents. Data were analyzed using Cox regression to determine the prevalence of bottle-feeding and exclusive breastfeeding status. The author analyzed the crude and adjusted prevalence ratios. The analysis of significance is using confidence range at 95%.

Results: The proportion of infants who did not receive exclusive breastfeeding was 48.9%. The multivariate analysis results showed that infants who used a bottle-feeding had a risk of 2.753 (95% CI: 2.364 3.205) times greater for not exclusively breastfed than those who did not use a bottle-feeding. This result came after we ruled out the biases from those variables: socioeconomic status, breastfeeding initiation, maternal age, place of delivery, occupation, antenatal lactation counseling, parity, residence, and education.

Conclusion: This study found that using bottle-feeding increases the risk of not exclusively breastfed among infants aged less than six months in Indonesia
 
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azka Aulia Fitri
"Pneumonia merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati, namun menjadi penyebab utama kematian balita di dunia, terutama pada usia kurang dari dua tahun. Pada tahun 2015, konsentrasi pneumonia berada di sepuluh negara dan Indonesia menjadi salah satunya. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017 dengan rancangan penelitian cross-sectional yang bertujuan mengetahui pengaruh pemberian ASI eksklusif dengan gejala pneumonia pada Baduta usia 0-23 bulan di Indonesia dikontrol dengan variabel kovariat (usia, jenis kelamin, berat badan lahir, status imunisasi dasar, pemberian vitamin A, pendidikan ibu, status bekerja ibu, status ekonomi, bahan bakar memasak, ART perokok dalam rumah, tipe tempat tinggal) dengan analisis multivariat regresi logistik model faktor risiko. Hasil penelitian ini, OR= 12,72 (95% CI= 2,69 – 60,09), Baduta yang tidak diberi ASI eksklusif memiliki risiko 13 kali lebih besar untuk menderita gejala pneumonia dibandingkan Baduta yang diberi ASI eksklusif, setelah dikontrol dengan usia Baduta, efek modifikasi ASI eksklusif dengan pemberian vitamin A, dan efek modifikasi tidak diberi ASI eksklusif dengan pemberian vitamin A.

Pneumonia is a preventable and treatable disease, but it is a major cause of infant mortality in the world, especially in child under two aged. In 2015, the concentration of pneumonia was in ten countries and Indonesia became one of them. This study is a secondary data analysis of the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey with a cross-sectional study design that aims to determine the effect of exclusive breastfeeding with symptoms of pneumonia in Indonesia among under two children aged 0-23 months controlled by covariate variables (age, sex, birth weight , basic immunization status, vitamin A, mother’s education, maternal working status, economic status, cooking fuel, household member smoker, and type of residents) with a multivariate logistic regression of risk factor model analysis. Results of this study, OR= 12,72 (95% CI= 2,69 – 60,09), Baduta who were not given exclusive breastfeeding had a 13 times greater risk of pneumonia symptoms than those who were given exclusive breastfeeding, after being controlled by the age of Baduta, the effect of exclusive breastfeeding by giving vitamin A, and the effect of modification not given exclusive breastfeeding with vitamin A."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>