Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173108 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yudhistira Tegar Setiawan
"Penelitian ini membahas tentang pengaruh penerapan berbagi bersama berupa sedekah uang terhadap tingkat kebahagiaan penduduk muslim masyarakat indonesia, untuk melihat perbedaan perilaku setiap individu dalam melakukan redistribusi pendapatan. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Pada pengolahan kuantitatif menggunakan data cross section dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) gelombang 5. Untuk melihat pengaruh terhadap tingkat kebahagiaan, peneliti menggunakan metode ordered logit sebagai metode estimasi sedangkan untuk kualitatif penulis menggunakan teknik wawancara yaitu teknik purpose dan convenience sampling. Terdapat hubungan signifikan yang positif antara kebahagiaan dengan sedekah bahagia. Hasil dari pengolahan data kualitatif menggambarkan adanya hubungan antara bersedekah dengan kebahagiaan, dimana dalam bersedekah memiliki pola pemberian yang sukarela dan pemberian yang bersifat langsung terpotong setiap bulannya dari pendapatan. Selanjutnya terdapa tiga motivasi yang dominan untuk menentukan bahwa sedekah membuat kebahagiaan, yaitu agama, adanya balasa Material dan non material dimasa depan serta rasa kasih sayang terhadap makhluk lain.

This study discusses the effect of applying voluntary shared sharing in the form of money to the level of happiness of Indonesian people, to see the differences in behavior of each individual in income redistribution. Therefore, this study uses quantitative and qualitative methods. In quantitative processing using cross section data from Indonesian Family Life Survey (IFLS) wave 5. To see the effect on happiness levels, researchers used the ordered logit method as an estimation method while for qualitative authors used interview techniques namely convenience sampling technique. There is a significant relationship between happiness and alms where with an increase Indonesian charity population adds probability of very happiness level. The qualitative results illustrate the relationship between charity and happy, where in giving alms have a voluntary pattern of giving and gifts that are directly deducted each month from income. Then there are three dominant motivations to determine that charity makes happiness, that is religion, the existence of Material and non material material in the future and compassion for other beings."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Retno Utami
"ini membahas mengenai hubungan antara tingkat pendidikan dengan kebahagiaan individu di Indonesia. Studi ini bertujuan untuk melihat pengaruh tingkat pendidikan terhadap kebahagiaan sehingga dapat mengetahui perbedaan antara individu yang menempuh pendidikan rendah dengan individu yang menempuh pendidikan tinggi terhadap kebahagiaan yang dirasakan individu tersebut. Dalam studi ini, tingkat kebahagiaan individu diukur berdasarkan indeks kebahagiaan. Indeks kebahagiaan dibentuk berdasarkan tiga dimensi yang telah ditentukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Ketiga dimensi tersebut diantaranya dimensi kepuasan hidup yang terbagi atas kepuasan hidup personal dan kepuasan hidup sosial, dimensi perasaan, serta dimensi makna hidup. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu yang berusia 15-65 tahun. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan data sekunder, yaitu IFLS 5 (2014/2015) untuk melakukan analisis statistik deskriptif dan inferensial. Hasil dari analisis statistik deskriptif menunjukkan bahwa dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi maka kebahagiaan individu dapat semakin meningkat. Kemudian, hasil analisis inferensial juga menemukan hasil yang sesuai bahwa lama tahun sekolah yang ditempuh individu signifikan mempengaruhi tingkat kebahagiaan individu.

This thesis discusses the relationship between education level and individual happiness in Indonesia. This study aims to see the effect of education level on happiness so that it can determine the difference between individuals with low education and individuals with higher education on the individual's perceived happiness. In this study, the individual's level of happiness was measured based on the happiness index. The happiness index is formed based on three dimensions that have been determined by the Badan Pusat Statistik (BPS). The three dimensions include the dimension of life satisfaction which is divided into personal and social life satisfaction, the dimension of feeling, and the dimension of the meaning of life. The unit of analysis in this study was individuals aged 15-65 years. This research is quantitative with secondary data, namely IFLS 5 (2014/2015) in conducting descriptive and inferential statistical analysis. The results of the descriptive statistical analysis show that with the higher level of education, individual happiness can increase. Then, the results of the inferential analysis also found the appropriate results that the length of the school year taken by the individual significantly affected the individual's level of happiness."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fakhrurrozi
"Kesejahteraan erat kaitannya dengan peningkatan kebahagiaan subjektif. Salah satu upaya dalam meningkatkan kebahagiaan dapat dilakukan melalui pendekatan faktor sosial ekonomi. Peningkatan kualitas rumah menjadi fokus utama dalam penelitian ini untuk mengetahui dampaknya terhadap kebahagiaan subjektif. Penelitian ini ingin menguji hubungan antara kualitas rumah dengan kebahagiaan subjektif. Data panel selama dua gelombang bersumber dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) di tahun 2007 (IFLS-4) dan tahun 2015 (IFLS-5) menjadi dasar dalam penelitian ini, dimana indikator kebahagiaan subjektif dan kualitas rumah yang digunakan terdapat di dalam IFLS. Metode yang digunakan adalah regresi data panel dan Fixed Effect untuk menentukan dampak kualitas rumah terhadap kebahagiaan subjektif. Kualitas rumah dinilai berdasarkan kualitas rumah layak yang terdiri dari kecukupan luas tempat tinggal, memiliki akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak, serta memiliki ketahanan bangunan (durable housing). Secara umum, kualitas rumah layak berdampak positif dan signifikan terhadap kebahagiaan subjektif

Well-being is closely related to an increase in subjective happiness. One of the efforts to increase happiness can be done through a socio-economic factor approach. Improving the quality of the house is the main focus in this study to determine its impact on subjective happiness. This study wanted to examine the relationship between home quality and subjective happiness. Panel data for two waves sourced from the Indonesian Family Life Survey (IFLS) in 2007 (IFLS-4) and 2015 (IFLS-5) is the basis for this study, where indicators of subjective happiness and the quality of the house used are included in the IFLS. The method used is panel data regression and Fixed Effect to determine the impact of house quality on subjective happiness. The quality of the house is assessed based on the quality of a decent house which consists of a sufficient area of ​​residence, having access to drinking water and proper sanitation, and having a durable housing. In general, the quality of decent housing has a positive and significant impact on subjective happiness."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arwan Nugroho
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengaturan tempat tinggal pada penduduk usia lanjut terhadap kebahagiaan penduduk usia lanjut di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) tahun 2017 dengan menggunakan sampel penduduk usia 60 tahun ke atas yang dianalisis dengan metode regresi logistik biner. Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, daerah tempat tinggal, kelompok umur, tingkat pendidikan, status bekerja, tingkat pendapatan dan status kesehatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa penduduk usia lanjut yang hidup pada OPH memiliki kecenderungan kebahagiaan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan penduduk usia lanjut yang hidup bersama anggota rumah tangga lainnya. Daerah tempat tinggal, tingkat pendidikan, status bekerja, tingkat pendapatan dan status kesehatan juga memiliki pengaruh signifikan terhadap kebahagiaan penduduk usia lanjut dengan arah positif. Sementara jenis kelamin dan kelompok umur tidak memiliki peranan terhadap kebahagiaan penduduk usia lanjut di Indonesia.

ABSTRACT
This study aims to determine the effect of living arrangements on the elderly population on the happiness of the elderly in Indonesia. This study uses data from the 2017 Happiness Level Measurement Survey (SPTK) using a sample of residents aged 60 years and over who were analyzed by a binary logistic regression method. The control variables used in this study were gender, area of residence, age group, education level, work status, income level, and health status. The results showed that the elderly population living OPH households had a lower tendency to happiness when compared to the elderly population who lived with other household members. The area of residence, level of education, work status, income level, and health status also have a significant influence on the happiness of the elderly population in a positive direction. While gender and age group have no role in the happiness of elderly people in Indonesia."
2019
T54003
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khavari, Khalil A.
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2000
170 KHA a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Lauditta Chairunnisa
"ABSTRAK
Isu kesetaraan hak gender telah berkembang di masyarakat dunia selama beberapa dekade terakhir ini, yang membuat kini lebih banyak perempuan yang mampu menyelesaikan pendidikan tinggi serta semakin adilnya kesempatan kerja antara pria dan wanita. Hal ini pun menyebabkan adanya pergeseran peran pada wanita, seperti lebih banyak bekerja di rumah tangga, memiliki lebih sedikit anak, dan menunda pernikahan. Namun, hal ini menimbulkan masalah baru berupa timbulnya double burden wanita dalam rumah tangga serta motherhood wage penalty di tempat kerja. Di beberapa negara, fenomena ini memiliki korelasi terhadap penurunan tingkat kebahagiaan wanita secara absolut maupun secara relatif dibandingkan dengan laki-laki. Di Indonesia, sebanyak 73% wanita yang berstatus menikah juga aktif mencari nafkah. Jika partisipasi wanita menyebabkan turunnya tingkat kebahagiaan wanita di Indonesia, tentu hal ini bisa menjadi masalah. Dengan menggunakan data yang diperoleh dari Indonesia Family Life Survey, penulis melakukan analisis Ordered Probit untuk menganalisis apakah status ketenagakerjaan mempengaruhi tingkat kebahagiaan wanita di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status ketenagakerjaan mempengaruhi tingkat kepuasan hidup wanita menikah di Indonesia secara negatif. Penelitian juga menemukan bahwa anak merupakan faktor yang penting dalam menentukan kebahagiaan wanita menikah, serta persepsi tentang bagaimana sang individu mengartikan hidupnya dan bersyukur juga menjadi faktor yang penting dalam menentukan kepuasan hidupnya.

ABSTRACT
The issue of gender equality has developed over the past decades, which makes women now have more equal opportunities in career and education compared to men. Because of this, women roles in the household are now shifting; more women now are working outside the household, having less children, and also postponing marriage. However, this phenomenon leads to some new problems for women, such as facing double burden in the household and also motherhood wage penalty in the workplace. In some countries, this phenomenon has caused womens happiness level to decrease both absolute and relative to men. In Indonesia, about 73% of married women are also actively working outside the household. If working also causes womens happiness level decreases in Indonesia, this will lead to bigger problems. Using data from Indonesia Family Life Survey, the author conducted Ordered Probit analysis to see whether employment status decreases married womens happiness level in Indonesia. The result of the study shows that employment status does decrease the happiness level of married women in Indonesia. It is also found that children is an important factor in determining happiness level of married women; as well as perceptions about their life."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Rindila
"[ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara sikap terhadap uang dan kebahagiaan pada karyawan. Sikap terhadap uang diukur dengan Money Ethic Scale oleh Tang (1995), α=0,893 dan kebahagiaan diukur dengan Oxford Happiness Questionnaire oleh Hills dan Argyle (2002), α=0,891. Penelitian ini dilakukan kepada 177 karyawan dengan menggunakan teknik accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara sikap terhadap uang dan kebahagiaan pada karyawan (r=0,210, p<0,01). Penelitian menunjukkan bahwa semakin positif sikap terhadap uang, maka semakin tinggi pula kebahagiaan pada karyawan.

ABSTRACT
;This study aims to seek the correlation between attitudes toward money and employee happiness. Attitudes toward money is measured with Money Ethic Scale (Tang, 1995), α=0,893 and happiness is measured with Oxford Happiness Questionnaire (Hills & Argyle, 2002), α=0,891. Data were collected from 177 employees with accidental sampling. The result of this study shows that there is positive significant correlation between attitudes toward money and employee happiness, which is the more positive attitudes toward money of employees, the higher of happiness., This study aims to seek the correlation between attitudes toward money and employee happiness. Attitudes toward money is measured with Money Ethic Scale (Tang, 1995), α=0,893 and happiness is measured with Oxford Happiness Questionnaire (Hills & Argyle, 2002), α=0,891. Data were collected from 177 employees with accidental sampling. The result of this study shows that there is positive significant correlation between attitudes toward money and employee happiness, which is the more positive attitudes toward money of employees, the higher of happiness.]"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57642
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sean
"Kebahagiaan seharusnya menjadi tujuan akhir dari seluruh aktivitas manusia, termasuk didalamnya aktivitas ekonomi. Namun, dalam banyak kasus, seringkali pertumbuhan tingkat pendapatan tidak serta-merta disertai dengan peningkatan kebahagiaan, sebagaimana termaktub dalam Paradoks Easterlin. Studi ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara tingkat pendapatan dan kebahagiaan pada ranah analisis perilaku behavioral. Sesuai dengan tujuan tersebut, studi ini menggunakan metode eksperimental sebagai metode pengumpulan data, lalu menggunakan uji-t dan regresi ordered logit sebagai metode analisis data. Hasil studi ini menemukan bahwa tingkat pendapatan absolut merupakan determinan penting dari tingkat kepuasan seseorang akan pendapatannya.
Hasil regresi pada studi ini juga mengonfirmasi adanya peranan pendapatan di masa lalu, serta ekspektasi pendapatan di masa sekarang dalam menentukan tingkat kepuasan seseorang akan pendapatannya. Adanya informasi mengenai pendapatan orang lain, baik pendapatan rata-rata maupun pendapatan maksimum, menurunkan kepuasan subyek akan tingkat pendapatannya sendiri. Sementara itu, beberapa karakteristik sosio-ekonomi individu ditemukan signifikan mempengaruhi kepuasan seseorang akan pendapatannya, diantaranya asal fakultas, jenis kelamin, etnis, agama, asal daerah Jabodetabek, latar belakang keluarga, kepedulian seorang individu terhadap pendapat orang lain akan dirinya dan terhadap posisi tingkat pendapatannya, serta jurusan.

Happiness is what ought to be the purpose of all human activities, including economic activities. However, in many cases, growth in income is not accompanied by growth in happiness levels, as pointed out by Easterlin Paradox. This study was conducted to further analyze existing links between income and happiness in the domain of behavioral analysis. In accordance with that purpose, this study uses experimental method as a method in collecting data. Furthermore, this study uses t test and ordered logit regression as data analysis method. The result of this study finds that absolute income is an important determinant of one rsquo s income satisfaction.
Regression results also confirm the role of past income and expectation of current income in determining one rsquo s satisfaction of his her income. Any information on others rsquo income, either their average income or maximum income, is known to decrease ones satisfaction of his her income. In addition, some socio economic characteristics are found to significantly affect ones satisfaction. Those socio economic characteristics include faculty, gender, ethnic, religion, Jabodetabek origins, family economic backgrounds, ones concern for others opinion towards him her and for his relative income standing, and ones major.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siburian, Andor Kevin Nathaniel
"Rumah atau tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan utama dalam aspek kehidupan seorang individu. Beberapa penelitian menyetujui bahwa kepuasan terhadap rumah juga mempengaruhi Kesejahteraan. Maka, studi ini bertujuan untuk membuktikan bahwa kondisi rumah dapat mempengaruhi kesejahteraan dengan menggunakan Kebahagiaan sebagai proksi dari kesejahteraan individual. Penelitian ini menggunakan Regresi Probit untuk menentukan probabilitas dari kebahagiaan individu yang dipengaruhi oleh variabel kondisi rumah ataupun tempat tinggal. Penelitian ini menggunakan data dari IFLS 5 (2014) yang memuat beberapa variabel kategori yang menjelaskan kesejahteraan individu, karakteristik rumah, kelayakan rumah, dan karakteristik rumah tangga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi tempat tinggal atau rumah berpengaruh terhadap kesejahteraan atau kebahagiaan seluruh populasi penduduk, maka dari itu, kebahagiaan tidak hanya dipengaruhi oleh sifat individu. Namun, dengan melakukan tes sub-populasi Usia, Pendapatan, dan populasi Perkotaan maupun Pedesaan menunjukan bahwa signifikansi dari kondisi tempat tinggal atau rumah berbeda berdasarkan populasinya. Kurangnya studi mengenai perumahan atau tempat tinggal di Indonesia yang berfokus pada kesejahteraan merupakan justifikasi dalam melakukan penelitian ini. Oleh karena itu, penelitian ini menjadi advokat untuk menyarankan kebijakan pendirian tempat tinggal atau perumahan berdasarkan kesejahteraan atau kebahagiaan penduduk.

Housing is one of the basic needs in an individual's life aspect. Moreover, studies also approve that housing satisfaction is crucial in determining well-being. This study aims to prove that housing conditions can affect well-being using the proxy of overall happiness. The study uses Probit Regressions to determine the probability of happiness within individuals that are affected by variables of housing conditions. The study uses IFLS 5 (2014), which contains several categorical variables that explain individual well-being, housing characteristics, housing decency, and household characteristics. The results of this study suggest that housing conditions do matter to the well-being of the overall population, in which happiness is not only affected by an individual's trait. However, housing conditions within each sub-populations of Age, Income, and Urban or Rural populations suggest different significant housing conditions. This study justified its research due to Indonesia's lack of housing studies focusing on well-being. Therefore, this study advocates that policymakers establish Housing based on the population's well-being or happiness."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal Amir
"Kebahagiaan umumnya dianggap sebagai hal penting. Dalam arti yang paling rasional, mengejar kebahagiaan adalah tujuan akhir dari semua tindakan kita. Ekonomi kontemporer telah menekankan peranan pendapatan dalam meningkatkan kebahagiaan seseorang. Meskipun teori ini umumnya benar, pendapatan hanyalah alat untuk mencapai tujuan dan bukan tujuan itu sendiri. Menggunakan data Susenas 2012, menganalisis beberapa faktor penentu lain yang memengaruhi kebahagiaan. Saya menemukan bahwa meskipun pendapatan berkontribusi besar pada kebahagiaan, faktor sosial demografi sama penting dari pendapatan itu sendiri.

Happiness is generally considered an important. In the most rational sense, the pursuit of happiness is the end goal of all our actions. Contemporary economics have overemphasized the role income plays in increasing a person’s happiness. Although this theory is generally true, income is merely a means to an end rather than an end in itself. Using data from the National Socioeconomic Survey 2012, analyse some of the other determinants of happiness. I find that although income is a substantial contributor to happiness, socio-demographic factors are as important as income in itself."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>