Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 50020 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diah Widyastuti
"

ABSTRAK

Nama               : Diah Widyastuti

Program Studi : Profesi Ilmu Keperawatan

Judul               : Analisis Asuhan Keperawatan pada Pasien Sirosis Hepatis dan

Penerapan Manajemen Cairan

Pembimbing    : Ns. Dikha Ayu Kurnia, M.Kep., Sp.Kep.MB

Sirosis hepatis merupakan penyakit kronik pada hati yang menyebabkan fungsi hati terganggu. Komplikasi dari penyakit ini salah satunya yaitu asites. Asites pada sirosis hepatis disebabkan oleh adanya kondisi hipoalbuminemia, hipertensi porta, dan retensi air dan garam. Kondisi ini menyebabkan klien mengalami ketidakseimbangan volume caira. Perawat memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan dasar, salah satunya adalah cairan. Manajemen cairan pada pasien sirosis bertujuan untuk memenuhi kebutuhan cairan, mengurangi asites, dan meningkatkan albumin. Intervensi yang dilakukan perawat yaitu monitoring status hidrasi, monitoring berat badan dan lingkar perut, mengukur balance cairan, mengatur intake cairan oral klien, dan memantau nilai elektrolit serta hematokrit. Sedangkan intervensi kolaboratif yaitu dengan terapi cairan yang mengandung asam amino rantai cabang, penggunaan obat diuretik, dan pemberian transfusi darah. Manajemen cairan yang optimal dapat menyelesaikan gangguan cairan pada pasien.

Kata kunci:

Sirosis hepatis, asites, manajemen cairan


ABSTRACT

Name                   : Diah Widyastuti

Study Program    : Nursing

Title                     : Analysis of Nursing Care in Patients with Hepatic Cirrhosis and

Application of Fluid Management

Cousellor             : Ns. Dikha Ayu Kurnia, M.Kep., Sp.Kep.MB

Hepatic cirrhosis is a chronic disease of liver which causes distrubed liver function. One of the complications of the disease is ascites. Ascites in hepatic cirrhosis is caused by hypoalbuminemia, portal hypertension, and water and salt retention. This condition causes clients to experience fluid volume imbalances. Nurses have an important role in fulfilling basic needs, which include fluid needs. Fluid management in cirrhotic patients aims to meet fluid needs, reduce ascites, and improve albumin. Interventions conducted by nurses are monitoring hydration status, monitoring body weight and abdominal circumference, measuring fluid balance, regulating the client's oral fluid intake, and monitoring electrolyte and hematocrit values. While collaborative intervention is by treating fluids containing branched chain amino acids, using diuretic drugs, and administer blood transfusion. Optimal fluid management can resolve fluid disorders in patients.

Key words:

Hepatic cirrhosis, asicites, fluid management 

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Widina Mathilda
"ABSTRAK
Manajemen cairan merupakan salah satu intervensi yang dilakukan pada pasien sirosis hepatis dengan komplikasi asites dan edema. Asites dan edema terjadi karena retensi natrium dan cairan akibat peningkatan sistem portal dan rusaknya fungsi hepatosit untuk produksi albumin. Tujuan penulisan ini adalah menggambarkan intervensi & analisis yang dilakukan pada pasien sirosis hepatis dengan metode studi kasus melalui pendekatan asuhan keperawatan. Pengaturan cairan, penggunaan diuretik, dan makanan yang tinggi asam amino diharapkan dapat mengurangi asites dan edema. Hasil yang ditemukan dalam studi kasus ini adalah asites dan edema pada klien selama dirawat di RSUP dr. Cipto Mangunkusumo berkurang yang ditandai dengan derajat edema berkurang dari derajat 4 menjadi 3 dan pengukuran asites dari lingkar perut tidak bertambah meskipun tidak terjadi penurunan yang signifikan. Oleh karena itu, peran perawat dalam memantau manajemen asites dan edema sangat penting untuk dilakukan agar lama perawatan tidak memanjang. Bekerja sama dengan keluarga dalam pengukuran minuman yang diminum pasien dan menimbang popok setiap diganti sebagai rekomendasi penelitian selanjutnya.

ABSTRACT
Fluid management is one of the interventions carried out in patients with cirrhosis hepatic with complications of ascites and edema. Ascites and edema occur due to sodium and fluid retention due to an increase in the portal system and damage to hepatocyte function for albumin production. The purpose of this paper is to describe the intervention & analysis carried out in patients with hepatic cirrhosis with a case study method through a nursing care approach. Fluid management, use of diuretics, and foods high in amino acids are expected to reduce ascites and edema. The results found in this case study are ascites and edema in the client while being treated at RSUP dr. Cipto Mangunkusumo decreases which is characterized by the degree of edema decreasing from degree 4 to 3 and measurement of ascites from the abdominal circumference does not increase even though there is no significant decrease. Therefore, the role of nurses in monitoring management of ascites and edema is very important to do so that the length of treatment does not extend. Family involvement in drink measurement and weighing each diaper are recommended for further research.
"
2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cok Ratih Kusumawardhani
"Limfoma Maligna adalah penyakit kanker atau keganasan yang berasal dari sistem
limfatik dan imunitas tubuh. Kanker ini bersifat heterogenitas yang menyebabkan
kelainan umum berupa pembesaran kelenjar limfe, spelnomegali, hepatomegali dan
kelainan sum-sum tulang. Manifestasi klinis dari penyakit ini salah satunya yaitu
menimbulkan gejala sistemik berupa hipertermia intermitten atau demam yang
berkepanjangan. hipertermia pada Limfoma Maligna disebabkan oleh pelepasan sitokin,
faktor interleukin-2, dan interleukin-6, atau zat kimia yang di picu dari sel kanker, sel
mononuclear yang menginfiltrasi di sekitarnya, atau dari peradangan sekunder akibat
reaksi nekrosis sel kanker. Kondisi ini dapat menyebabkan pasien mengalami dehidrasi
karena kehilangan cairan tubuh. Perawat sebagai tenaga medis profesional memiliki
peran penting dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien, salah satunya adalah memenuhi
kebutuhan dasar terkait cairan. Manajemen cairan pada pasien Limfoma maligna
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan cairan, mencegah atau mengurangi dehidrasi, dan
menyeimbangkan suhu tubuh. Intervensi yang dilakukan perawat yaitu monitoring
status hidrasi, mengatur intake cairan oral klien, mengukur balance cairan, dan
memantau nilai elektrolit, dan hematokrit. Sedangkan intervensi kolaboratif yaitu
dengan terapi cairan yang mengandung koloid dan kristaloid, dan penggunaan obat
antipiretik yang diresepkan. Manajemen cairan yang baik dan optimal diharapkan
mampu memenuhi kebutuhan cairan pasien limfoma maligna dengan hipertermia.

Malignant lymphoma is a cancer or malignancy from the lymphatic system and body
immunity. This cancer is heterogeneous which causes general abnormalities form the
node of lymph, splenomegaly, hepatomegaly and bone marrow abnormalities. One of
the clinical manifestations is systemic symptoms such as intermittent hyperthermia or
prolonged fever. Hyperthermia in Malignant Lymphoma is caused by the release of
cytokines, interleukin-2, and interleukin-6, or triggered chemicals from cancer cells,
mononuclear cells that infiltrate around it, or from secondary inflammation due to
reaction of cancer cell necrosis. This condition can make a patients to become
dehydrated due to loss of body fluids. Nurses as medical professionals have an
important role in meeting the basic needs of patients. Fluid management in patients
Malignant lymphoma aims to meet fluid needs, prevent or reduce dehydration, and
balance body temperature. Interventions conducted by nurses are monitoring status
hydration, regulating the client's oral fluid intake, measuring fluid balance, and
monitoring electrolyte and hematocrit values. While collaborative intervention is by
treating fluid containing colloids and crystalloids, and using prescribed antipyretic
drugs. Optimal fluid management is expected to Sufficient the fluid of malignant
lymphoma patients with hyperthermia

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Fauziatun Nikmah
"Gagal ginjal kronik merupakan penyakit terminal yang progresif dan ireversibel. Fungsi ginjal meliputi regulasi cairan, detoksifikasi serta produksi hormon. Pasien dengan GGK harus menjalani hemodialisis rutin sebagai terapi penggantian ginjal sementara. Pasien yang sedang menjalani hemodialisis seringkali mengalami masalah overload cairan, dimana harus melakukan pembatasan cairan untuk menghindari kelebihan cairan. Masalah overload cairan dapat menimbulkan masalah kesehatan lainnya bahkan dapat berujung dengan kematian. Oleh karena itu, dibutuhkan program pembatasan cairan yang efektif dan efisien melalui upaya pemantauan intake output cairan untuk mencegah komplikasi. Penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode studi kasus dengan tujuan menggambarkan metode pemantauan intake output cairan pasien GGK dengan menggunakan fluid intake output chart. Pemantauan tersebut terbukti efektif untuk menangani overload cairan pada klien, dibuktikan dengan berkurangnya manifestasi overload cairan pada klien.

Chronic Kidney Disease is a progressive and irreversible terminal disease. Kidney function includes fluid management, detoxification and hormone production. Patients with Chronic Kidney Disease should replace hemodialysis as a temporary kidney replacement therapy. Patients who are trying to solve the problem of excess fluid, which must do fluids to avoid excess fluid. The problem of excess fluid can cause health problems. Therefore, an effective and efficient fluid program is needed to overcome the problem, which is issued through an fluid intake output monitoring. This scientific study was a case study method with the aim of evaluating the intake method for patients with CKD by using a fluid intake output chart. This monitoring has proven to be effective in dealing with excess fluid in the client, evidenced by the reduction in manifestations of excess fluid in the client."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifa Zahrah Shalihah
"Sirosis merupakan peradangan hati yang menyebabkan edema. Penanganan edema merupakan tantangan yang terus-menerus bagi tenaga medis untuk mengurangi volume cairan secepat mungkin dengan komplikasi minimal. Leg elevation menjadi salah satu intervensi non farmakologis yang mampu menurunkan derajat edema dengan meningkatkan aliran balik vena dan mengurangi tekanan hidrostatik. Leg elevation dilakukan dua kali sehari, setiap pagi dan malam, selama lima hari. Hasil menunjukkan bahwa setelah penerapan leg elevation, terdapat penurunan derajat edema yang signifikan dari derajat 2 di tungkai kanan dan derajat 1 di tungkai kiri menjadi derajat 1 di tungkai kanan dan normal di tungkai kiri. Penurunan edema ini diperkuat oleh terapi diuretik berupa furosemide dan spironolakton. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kombinasi intervensi leg elevation dan penggunaan diuretik efektif dalam mengurangi edema pada pasien sirosis hati, sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien.

Cirrhosis is defined as an inflammatory condition of the liver that results in the accumulation of fluid within the tissues, a process known as oedema. The management of oedema represents a persistent challenge for medical personnel, who are required to reduce fluid volume as expeditiously as possible while minimizing complications. One of the non-pharmacological interventions that can reduce the degree of oedema is leg elevation, which increases venous return and reduces hydrostatic pressure.  Leg elevation was conducted twice a day, in the morning and at night, for a period of five days. The results demonstrated a notable reduction in the degree of oedema, with grades 2 and 1 observed in the right leg and left leg, respectively, and a normal grade observed in the left leg. This reduction in oedema was further reinforced by the administration of diuretic therapy in the form of furosemide and spironolactone. The findings of this study indicate that the combination of leg elevation intervention and diuretic use is an effective approach for reducing oedema in patients with liver cirrhosis, thereby improving the quality of life of these patients. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nathalia Rose Fransisca Karma
"Subarachnoid hemorrhage (SAH) atau perdarahan subarachnoid umumnya disebabkan oleh pecahnya aneurisma yang mengakibatkan darah terserap masuk ke rongga parenkim otak, dan juga mengganggu sirkulasi cairan serebrospinal. Aneurisma otak sendiri biasanya berada pada sirkulus wilisi yang merupakan suatu lingkaran anastomosis berbentuk cincin yang berfungsi untuk mendistribusikan darah ke kedua hemisfer serebral. SAH memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Angka kematian yang tinggi erat kaitannya dengan peningkatan tekanan intrakranial. Upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan tekanan intrakranial salah satunya dengan elevasi kepala 30º. Penulisan karya ilmiah akhir ners ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien perdarahan subarakhnoid dengan penerapan intervensi elevasi kepala 30°. Hasil intervensi menunjukkan elevasi kepala 30° terbukti efektif untuk mengurangi risiko peningkatan tekanan intrakranial sebagai upaya meningkatkan venous return pada pasien stroke.

Subarachnoid hemorrhage (SAH) is generally caused by rupture of an aneurysm which causes blood to be absorbed into the brain parenchymal cavity, and also interferes with the circulation of cerebrospinal fluid. Brain aneurysms themselves are usually located in the circle of Willis which is a ring-shaped anastomotic circle that serves to distribute blood to both cerebral hemispheres. SAH has a high rate of morbidity and mortality. A high mortality rate is closely related to increased intracranial pressure. One of the efforts that can be done to reduce intracranial pressure is with a head elevation of 30º. The purpose of writing this final scientific paper for nurses is to describe nursing care for patients with subarachnoid hemorrhage with the application of a 30° head elevation intervention. The results of the intervention showed that 30° head elevation was effective in reducing the risk of increased intracranial pressure as an effort to increase venous return in stroke patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rike Triana
"Kerusakan intrarenal pada pasien Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan komplikasi Acute Kidney Injury (AKI) menyebabkan zat sisa metabolisme tidak dapat terbuang melalui urin serta terjadi kelebihan cairan. Terapi farmakologi seperti kortikosteroid dan imunosupresan turut memperparah overload cairan. Studi ini bertujuan untuk menganalisis intervensi manajemen cairan pada pasien SLE dengan komplikasi AKI terhadap masalah overload cairan. Manajemen cairan yang dilakukan pada pasien meliputi restriksi cairan; pemantauan asupan dan keluaran cairan; tekanan darah, edema dan asites, nilai laboratorium: ureum, kreatinin dan albumin; edukasi manajemen cairan serta kolaborasi pemberian diuretic dan albumin. Hasil intervensi menunjukkan balans cairan mencapai target (-) 1000 cc, asites berkurang dengan penurunan lingkar abdomen dari 105 menjadi 84 cm, adanya perbaikan fungsi ginjal dengan penurunan ureum kreatinin, pengetahuan pasien terkait pentingnya restriksi cairan meningkat dan pasien menunjukkan penerimaan terhadap perawatan. Hasil ini menunjukkan bahwa terapi kortikosteroid dan imunosupresan pada pasien SLE harus disertai dengan intervensi manajemen cairan. Oleh karena itu, penulis merekomendasikan intervensi manajemen cairan untuk dilakukan pada pasien SLE dengan komplikasi acute kidney injury.


Intrarenal damage in patients with Systemic Lupus Erythematosus (SLE) with complicated Kidney Injury (AKI) causes metabolic waste substances to not be wasted through urine and excess fluid occurs. Pharmacological therapies such as corticosteroids and immunosuppressants also contribute to fluid overload. This study aims to analyze fluid management in SLE patients with complications of AKI to overcome fluid overload. Fluid management performed on patients includes fluid restriction; monitoring fluid intake and output; blood pressure, edema and ascites, laboratory values: urea, creatinine and albumin; fluid management education and collaboration in the administration of diuretics and albumin. The results of the intervention showed that the fluid balance reached the target (-) 1000 cc, ascites decreased with a decrease in the abdominal circumference of 105 to 84 cm, an improvement in kidney function with a decrease in creatinine ureum, the patient's knowledge regarding the importance of fluid restriction increased and the patient showed acceptance of treatment. These results indicate that corticosteroid therapy and immunosuppressants in SLE patients must be accompanied by fluid management interventions. Therefore, the authors recommend fluid management interventions to be performed in SLE patients with complications of acute kidney injury."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elida Riris
"Sirosis hati merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi pada masyarakat perkotaan. Keadaan malnutrisi ditemukan pada 65-90% pasien sirosis hepatis. Kondisi malnutrisi ini berhubungan dengan terjadinya komplikasi serius pada pasien sirosis hepatis, yaitu asites, ensefalopati hepatikum, dan kematian. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pemberian diet tinggi protein, khususnya yang kaya akan asam amino rantai cabang (AARC) dapat memperbaiki kondisi klinis pasien sirosis dan mengurangi komplikasi serius tersebut. Tujuan penulisan ini adalah untuk melakukan analisis evidence based mengenai pemberian AARC dalam memperbaiki kondisi klinis (nutrisi, nilai albumin, dan mengurangi terjadinya ensefalopati hepatikum). Hasilnya pada pasien ini adalah terbukti status nutrisi dapat ditingkatkan, tidak terjadi penurunan yang signifikan pada nilai albumin, dan tidak terjadi ensefalopati hepatikum. Rekomendasi penulisan ini adalah agar perawat memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya diet tinggi protein yang kaya akan AARC.

Cirrhosis hepatic is one of problem in urban health. Malnutrition is commonly found in 65-90% cirrhosis hepatic patients. This condition correlated with serious complications such as ascites, hepatic encephalopathy, and mortality. Previous researches recommend that high protein intake enriched in branched chain amino acids (BCAA) can improve clinical outcome of cirrhosis hepatic patients and reduce complications. This final clinical nursing report aimed to analyze evidence based about BCAA administered to improve clinical outcome (nutritional status, albumin, and reduce hepatic encephalopathy). The results showed that nutritional status improved, no decreased of albumin concentration, and hepatic encephalopathy not reported. It is recommended to deliver health education to patients about the important of high protein intake enriched in BCAA.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Christafenny
"Kebiasaan konsumsi alkohol merupakan salah satu faktor risiko masalah kesehatan masyarakat perkotaan. Penyakit yang dapat timbul dari kebiasaan konsumsi alkohol adalah sirosis hati. Karya Ilmiah Akhir ini memberikan gambaran tentang analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada pasien sirosis hati di ruang perawatan umum lantai 6 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto.
Implementasi yang telah dilakukan meliputi implementasi manajemen nutrisi, manajemen cairan, dan hipertermia. Intervensi yang menjadi unggulan adalah asupan protein nabati adekuat sebagai upaya peningkatan status nutrisi pasien sirosis hati. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan lingkar lengan atas, peningkatan nilai hemoglobin dan albumin, peningkatan kondisi klinis, dan penurunan lingkar perut.

The habit of alcohol consumption is one of the risk factors of urban public health problem. The disease can arise from alcohol consumption habits is liver cirrhosis. This final scientific paper provides an overview of the analysis of urban health nursing clinical practice at liver cirrhosis patients in floor 6 of general care Army Center Hospital Gatot Subroto.
Implementation has been done include the implementation of nutrient management, fluid management, and hyperthermia. Intervention that are seeded adequate intake of vegetable protein as an effort to improve the nutritional status of liver cirrhosis patient. Evaluation results show that an increase in upper arm circumference, hemoglobin and albumin increased value, improved clinical conditions, and a decrease in abdominal circumference.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Destiana Agustin
"Laporan dari rumah sakit umum pemerintah di Indonesia rata-rata prevalensi sirosis hati adalah 47,4% dari seluruh pasien penyakit. Kematian terbesar dari sirosis hepatis pada kelompok umur 60-70 tahun. Artikel ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan pada klien sirosis hepatis di ruang perawatan PU 6 RSPAD Gatot Soebroto. Pemantauan berat badan dan lingkar abdomen setiap hari bertujuan untuk melihat keefektivan dari pemberian terapi diuretic. Intervensi ini penting dilakukan untuk mengetahui perkembangan asites dan edema.
Hasil dari intervensi yang sudah dilakukan selama 8 hari perawatan adalah terjadi penurunan berat badan sebesar 5 kg dan perubahan lingkar abdomen sebanyak 7,5 cm. Rekomendasi bagi masyarakat ialah untuk berhenti atau menghindari konsumsi alkohol yang dapat membahayakan organ hati. Rekomendasi dalam pelaksanaan intervensi ini adalah perawat harus rutin setiap hari menimbang berat badan dan mengukur lingkar abdomen serta mendokumentasikan hasilnya.

The report from public hospitals in Indonesia, prevalence of cirrhotic hepatic was 47,4% of all cirrhotic hepatic patients. The greatest mortality of cirrhotic hepatic in the age group 60-70 years. The aim of this report was describing nursing care for hepatic cirrhosis patient in PU 6 at RSPAD Gatot Soebroto. Monitoring of body weight and abdominal girth for noticing the effectivity of diuretic therapy. This intervention was necessary to be done to find out the progress of ascites and edema.
The results from intervention that already done during eight days care was decreasing weight loss 5 kg and abdominal girth 7,5 cm. Recommendation of doing this intervention for nurse is they should measurement of daily body weight and abdominal girth and reporting the results.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>