Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155836 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Roshana Rubi Ellora
"Remaja memiliki tahap perkembangan yang relatif pesat sehingga remaja membutuhkan asupan gizi yang lebih tinggi. Perilaku sarapan di kalangan remaja masih menjadi masalah di beberapa negara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku sarapan pagi dengan motivasi belajar pada remaja. Rancangan penelitian cross-sectional dengan uji korelasi Pearson digunakan untuk menganalisis hubungan antara perilaku sarapan pagi dengan motivasi belajar pada remaja. Penelitian kuantitatif dengan teknik simple random sampling melibatkan 120 siswa SMA yang dipilih secara acak. Angket yang digunakan adalah angket penilaian perilaku sarapan pagi dan angket Motivated Strategy Learning Questionnaire (MLSQ) untuk menilai tingkat motivasi belajar. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,3% remaja memiliki perilaku sarapan yang buruk dan 50,8% remaja memiliki motivasi belajar yang rendah. Hasil analisis penelitian dengan menggunakan uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku sarapan pagi dengan motivasi belajar (p value = 0,001). Dengan adanya penelitian ini diharapkan pihak pelayanan keperawatan dapat berkoordinasi dengan instansi pendidikan, instansi kesehatan, dan orang tua untuk melaksanakan penyuluhan kesehatan terkait manfaat sarapan pagi dan pentingnya sarapan setiap hari, khususnya bagi mahasiswa dalam membantu meningkatkan proses pembelajaran.

Adolescents have a relatively rapid developmental stage so that adolescents need higher nutritional intake. Breakfast behavior among adolescents is still a problem in several countries. This study aims to determine the relationship between breakfast behavior and learning motivation in adolescents. A cross-sectional study design with Pearson's correlation test was used to analyze the relationship between breakfast behavior and learning motivation in adolescents. The quantitative research using simple random sampling technique involved 120 high school students who were randomly selected. The questionnaire used was a breakfast behavior assessment questionnaire and a Motivated Strategy Learning Questionnaire (MLSQ) questionnaire to assess the level of learning motivation. Based on the results of the study showed that 53.3% of adolescents have bad breakfast behavior and 50.8% of adolescents have low learning motivation. The results of the research analysis using the Pearson correlation test showed that there was a significant relationship between breakfast behavior and learning motivation (p value = 0.001). With this research, it is hoped that nursing services can coordinate with educational institutions, health agencies, and parents to carry out health education regarding the benefits of breakfast and the importance of breakfast every day, especially for students in helping improve the learning process."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Puji Sulistyani
"[Stres diperkirakan dapat memengaruhi motivasi belajar. Remaja perlu melakukan koping untuk mencegah dampak stres tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan stres dan koping dengan motivasi belajar remaja di sekolah berbasis Islamic boarding school. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Responden penelitian berjumlah 108 remaja di SMPIT Al-Kahfi dengan teknik stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat stres dengan tingkat motivasi belajar (p value: 0,006). Namun, tidak ada hubungan antara koping dengan tingkat motivasi belajar (p value: 0,824). Penelitian ini merekomendasikan institusi sekolah dan orang tua untuk lebih memperhatikan kondisi psikologis remaja di Islamic boarding school., Stress is expected to affect learning motivation. Adolescents need coping to prevent the effects of stress. This research is aimed to determine the relationship of stress and coping with learning motivation of adolescents in school-based Islamic boarding school. Design used in this research is cross sectional. Sample of this research are 108 adolescents in SMPIT Al-Kahfi and selected through stratified random sampling technique. The results showed there were a relationship between the level of stress and learning motivation (p value: 0,006). However, there was no relationship between coping and learning motivation (p value: 0,824). This research is recommended to the institution of the school and parents to pay more attention to the psychological condition of the students learning in Islamic boarding school.]"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S60549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alexandra Azalea Vargas
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dengan masalah perilaku remaja di Jakarta Pusat. Masalah perilaku yang diukur dalam penelitian ini adalah masalah emosional, distres psikologis, conduct problem, dan perilaku kekerasan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan alat ukur keterlibatan ayah, Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) untuk mengukur masalah emosional dan conduct problem, Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) untuk mengukur distres psikologis, dan alat ukur perilaku kekerasan. Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas X yang berasal dari tiga sekolah menengah atas (SMA) di Jakarta Pusat dan ayah yang menjadi responden dalam penelitian ini. Sebanyak 403 responden anak dan 133 responden ayah dipilih melalui teknik random sampling. Berdasarkan teknik analisis data pearson correlation test, terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dan tiga bentuk masalah perilaku, yakni masalah emosional, distres psikologis, serta conduct problem. Adapun pada perilaku kekerasan tidak ditemukan hubungan yang signifikan dengan keterlibatan ayah.

This quantitative study investigated the relationship between father involvement and behavior problems among adolescents in Central Jakarta. Behavior problems consisted of emotional problem, psychological distress, conduct problem, and violent behavior. Father involvement inventory are used to measure father involvement, subtest of emotional symptom and conduct problem of The Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) to measure emotional and conduct problem, The Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) to measure psychological distress, and violent behavior inventory to measure violent behavior. There were 403 adolescents and 133 father participated in this study, selected by random sampling. According to measurement using Pearson Correlation Test, the results indicated that there were significant relationships between father involvement and emotional problem, psychological distress, as well as conduct problem. No significant relationships were found between father involvement and violent behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55790
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofwah Nur Athallah
"Zaman yang semakin maju menyebabkan perkembangan internet yang pesat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya pengguna internet terutama di kalangan remaja. Remaja berada ditahap perkembangan menuju dewasa sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan dan perilakunya jika tidak dapat menggunakan internet dengan bijak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan internet dengan pengetahuan seksualitas dan perilaku seksual. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional pada 413 remaja sesuai dengan kriteria inklusi melalui metode purposive sampling. Karakteristik responden pada penelitian ini yaitu usia, jenis kelamin, kepemilikan gadget, akses ke internet, penggunaan internet harian, media sosial yang digunakan, tempat untuk mengakses internet, mengakses konten seksual, dan tergabung kelompok terkait seksual di media sosial. Variabel independen pada penelitian ini yaitu pengunaan internet. Variabel dependen pada penelitian ini yaitu pengetahuan seksualitas dan perilaku seksual pada remaja. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara akses ke internet, media sosial yang digunakan, dan tempat untuk mengakses internet dengan pengetahuan seksualitas (p-value < 0,05). Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara media sosial yang digunakan, mengakses konten seksual, tergabung kelompok terkait seksual di media sosial, dan penggunaan internet dengan perilaku seksual (p-value < 0,05). Peneliti menyarankan untuk mengawasi penggunaan internet pada remaja kepada orang tua, kemudian edukasi dan promosi oleh pelayanan kesehatan terkait pengetahuan seksualitas dan perilaku seksual.

The Internet has developed rapidly with the increasingly advanced age. This is evidenced by the increase in the number of Internet users, especially among teenagers. Adolescents are in the stage of development towards adulthood. Therefore, it may affect their knowledge and behavior if they cannot use the Internet wisely. This study aims to determine the relationship of Internet use with sexuality knowledge and sexual behavior. This study used a cross-sectional approach on 413 adolescents according to the inclusion criteria through purposive sampling method. The characteristics of the respondents in this study are age, gender, gadget ownership, internet access, daily internet usage, social media used, place of internet access, access to sexual content, and joining sexually related groups on social media. The independent variable in this study is Internet use. The dependent variable in this study is sexuality knowledge and sexual behavior among adolescents. The results showed a significant relationship between access to the internet, social media used, and place to access the internet with sexuality knowledge (p-value <0.05). In addition, the results also showed a significant relationship between social media used, accessing sexual content, joining sexually related groups on social media, and internet use with sexual behavior (p-value <0.05). Researchers suggest to supervise the use of internet in adolescents to parents, then education and promotion by health services related to sexuality knowledge and sexual behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulifah
"Motivasi belajar merupakan faktor psikologis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat. Dengan demikian seorang siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat akan tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi tantangan, dan menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.
Penelitian ini berupaya melihat apakah ada hubungan antara pola asuh, religiusitas, dan iklim sekolah dengan motivasi belajar, penelitian ini dilakukan dengan mengambil 93 sampel siswa siswi di SMA Fatahillah, MA PUI, dan SMK Cyber di Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kuantitatif dengan metode survey yang bersifat deskriptif. Hubungan antara variabel dianalisa menggunakan analisa statistik path analysis dan pengolahan data mengunakan program SPSS 10.0.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dimensi dari pola asuh, religiusitas, dan iklim sekolah secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar sebesar 10%. Sedangkan sisanya sebesar 90% disebabkan faktor lain. Dan variabel iklim sekolah dapat menjadi variabel mediator dengan nilai penguatan pola asuh sebesar 0,078 dan religiusitas sebesar 0.099.

Motivation to learn is a psychological factor that is non-intellectual. Typical role is growing in terms of passion, feeling happy and spirit. Thus a student who has a strong motivation to learn will diligently to the task, tough challenge, and showed interest in a variety of problems.
This study seeks to see if there is a relationship between parenting style, religiosity, and school climate and motivation to learn, the study was conducted by taking a sample of 93 high school students in Fatahillah, MA PUI, and vocational Cyber Jewel in the District of South Jakarta.
Methods This study uses a quantitative approach to the analysis of the descriptive survey method. Relationships between variables were analyzed using statistical analysis and data processing path analysis using SPSS 10.0.
The results of this study concluded that the dimensions of parenting, religiosity, and school climate jointly positive and significant effect on motivation to learn by 10%. While the remaining 90% attributable to other factors. And school climate variables can be a mediator variable with a value of 0.078 strengthening parenting and religiosity of 0.099.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mifta Rizki Putri
"Bullying verbal merupakan jenis bullying yang sering terjadi pada remaja karena kritik negatif pada penampilan fisik atau dikenal dengan perilaku body shaming. Penelitian sebelumnya mengungkapkan kebanyakan orang pernah mengalami perilaku body shaming hingga berdampak pada persepsi citra tubuh yang negatif. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian cross-sectional analitik. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan perilaku body shaming dengan citra tubuh pada remaja SMA Negeri di Jakarta Selatan. Pengambilan data penelitian menggunakan teknik total sampling. Sampel penelitian ini adalah 288 orang remaja SMA Jakarta. Penelitian ini menggunakan tiga kuesioner yaitu data responden, Internalized Shame dan Objectified Body Consciousness Scales, dan Multidimensional Body Self-Relations Questionnaire-Appearance Scale (MBRSQ-AS). Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku body shaming dengan citra tubuh dengan nilai hasil uji chi square menunjukkan nilai p=0,002 (p < 0,05). Rekomendasi pada penelitian ini adalah perlunya edukasi kesehatan kepada remaja, keluarga, dan pihak sekolah mengenai penerimaan diri guna meminimalkan perilaku body shaming.

Verbal bullying is a type of bullying that often occurs in adolescents because of negative criticism on physical appearance or known as body shaming behavior. Previous research showed that mostly people have experienced body shaming behavior  has an impact on negative body image perception. In this study, researchers used a cross-sectional analytic research design. The purpose of this study was to determine the relationship of body shaming behavior with body image in  senior high school adolescents in South Jakarta. Retrieval of research data using total sampling techniques. The sample of this study were 288 teenagers from Jakarta High School. This study uses three questionnaires namely respondent data, Internalized Shame and Objectified Body Consciousness Scales, and Multidimensional Body Self-Relations Questionnaire-Appearance Scale (MBRSQ-AS). The results showed that there was a significant relationship between body shaming behavior with body image with the value of the chi square test results showed the value of p=0.002 (p <0.05). The recommendation in this study is the need for health education for adolescents, families, and schools regarding self-acceptance in order to minimize body shaming behavior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Norma Liana Sari
"Perilaku berisiko pada remaja disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Keluarga dan teman sebaya merupakan salah satu faktor eksternal penyebab perilaku berisiko. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran dan arah hubungan antara pengawasan orang tua dan pengaruh teman sebaya dengan perilaku berisiko pada remaja. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian model cross sectional dan menggunakan teknik cluster sampling sebagai teknik dalam pengambilan sampel. Jumlah sampel yang digunakan yaitu 107 remaja yang berusia 13-19 tahun dan tinggal di kelurahan Bukit Duri, Jakarta Selatan. Berdasarkan hasil uji chi square, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengawasan orang tua dengan perilaku berisiko pada remaja Pvalue=0,002, OR=3,535 dan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku berisiko pada remaja Pvalue=?0,001, OR=4,962 . Adanya hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak puskesmas, PKPR, perawat komunitas, dan masyarakat terutama untuk keluarga yang memiliki anak remaja.

The risky behavior adolescents is caused by internal and external factors. Family and peers are one of the external factors that may cause risky behavior. The purpose of this study was to identify the relationships between parental monitoring, peer influences, and risky behavior in adolescents. This research was a quantitative research using cross sectional method. The sampling technique was cluster sampling. Total sample of this study was 107 teenagers aged 13 19 years and lived with their parents in the village of Bukit Duri, South Jakarta. It was found that there was a significant relationship between parental monitoring and risky behavior in adolescents Pvalue 0,002, OR 3,535 and between peer influences and risky behavior in adolescent Pvalue "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67855
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nandi
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara ekspektasi sosial dengan identitas diri pada remaja di DKI Jakarta dan mengetahui perbedaan antara elemen ekspektasi sosial dan status identitas berdasarkan kategori usia (early adolescents, middle adolescents, dan late adolescents). Pengukuran identitas diri dilakukan dengan menggunakan alat ukur Extended Objective Measure of Ego-Identity Status (EOM-EIS II) yang dikembangkan oleh Adams (1998). Pengukuran ekspektasi sosial dilakukan dengan menggunakan alat ukur Social Expectation Scale yang dikembangkan sendiri oleh peneliti. Partisipan penelitian berjumlah 190 orang yang bertempat tinggal di enam wilayah bagian DKI Jakarta, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan Kepulauan Seribu.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara ekspektasi sosial dengan identitas diri pada remaja di DKI Jakarta. Selain itu, juga ditemukan perbedaan yang signifikan antar kategori usia pada elemen ekspektasi keluarga dan elemen ekspektasi teman sebaya. Untuk identitas diri, terdapat perbedaan yang signifikan pada status identitas achievement dan status identitas diffusion dengan kategori usia. Pada status identitas achievement dan status identitas diffusion sama-sama terdapat perbedaan yang signifikan antara early adolescents dengan late adolescents, serta terdapat perbedaan yang signifikan juga antara kategori usia late adolescence dengan middle adolescents. Saran untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan untuk melihat bagaimana peran gender terhadap identitas diri, dan bagaimana hubungan pola asuh orangtua dan tokoh idola terhadap identitas diri pada remaja.

This research objective is to explore the correlation between social expectation and self identity among adolescents in DKI Jakarta, and also to know the difference between social expectation status and self identity status based on their age categories (early adolescents, middle adolescents, dan late adolescents). Measuring self identity is done by using the Extended Objective Measure of Ego-Identity Status (EOM-EIS II), which is a measuring tool developed by Adams (1998). Measuring social expectation is done by using the Social Expectation Scale, which is a measuring tool developed by the researcher. The number of participants of this research is 190, and also currently living in six areas of DKI Jakarta, which is Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, and Kepulauan Seribu.
By using Pearson Correlations's statistic technique, it is foundes that there is a significant correlation between social expectation and self identity among adolescents in DKI Jakarta. Based on the reaults of statistic analysis using Post Hoc Test, it is also founded on elements of social expectation that there is a significant difference between the element of family expectations and element of friends expectations in the age category of adolescents. On the other hand, in identity status, there is a significant difference in identity achievement status and identity diffusion status with the age category of adolescents. In identity achievement status and identity diffusion status there are significant difference between early adolescents and late adolescents, and also there are significant difference between late adolescence and middle adolescents. Suggestions for further research are how the role of gender, and how the relationship between parenting style and model figures of the self identity in adolescents.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65222
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspa Astriana
"Sarapan merupakan hal penting bagi anak usia sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan sarapan dengan prestasi belajar dan status gizi siswa kelas 4-6 SDN Cipinang Besar Utara 09 Pagi Jakarta Timur. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional, dimana 111 siswa diambil dengan metode stratified random sampling untuk menjadi sampelnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara kebiasaan sarapan dengan prestasi belajar (pvalue = 0,574) dan tidak status gizi (pvalue = 0,057) siswa kelas 4-6 SDN Cipinang Besar Utara 09 Pagi Jakarta Timur. Penanaman akan pentingnya kebiasaan sarapan sejak dini perlu dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar dan status gizi anak usia sekolah.

Breakfast is an important thing for school age children. This quantitative study used a corelational method for its design. The aim of this study was to explore the relationship between breakfast habits and academic performance and nutritional status in 4-6th Grade Students of SDN Cipinang Besar Utara 09 Pagi Jakarta Timur. This study found that there was no relationship between breakfast habits and academic performance (pvalue = 0,574) also there was no relationship between breakfast habits and nutritional status (pvalue = 0,057) in 4-6th grade students of SDN Cipinang Besar Utara 09 Pagi Jakarta Timur. Even so, knowing this will encourage the school, family, and other health care provider to promote the importance of having breakfast in order to enhance academic performance and nutritional status of school age children.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S45779
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Meidya Ova
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara self-esteem dan perilaku kekerasan pada remaja laki-laki di wilayah Jabodetabek.
Jenis perilaku kekerasan yang diukur antara lain perkelahian fisik, tawuran,tindakan melukai orang dengan senjata, tindakan melukai seseorang hingga membutuhkan perawatan dokter, vandalisme, perilaku mengancam dengan senjata, perilaku mengancam tanpa senjata, dan bullying (menjahili orang lain, mempermalukan orang lain di depan umum, memanggil nama orang dengan sebutan lain, dan mengancam akan melukai orang lain). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan alat ukur Rosenberg Self-Esteem Scale untuk mengukur self-esteem. Daftar perilaku kekerasan yang digunakan adalah alat ukur yang telah diadaptasi dari penelitian-penelitian sebelumnya. Data penelitian diolah dengan menggunakan teknik statistik Pearson Product-Moment Correlation. Partisipan berjumlah 311 remaja laki-laki yang berada di komunitas dan lembaga pemasyarakatan. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-esteem dan perkelahian fisik pada remaja laki-laki di wilayah Jabodetabek (r = 0.24; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Selain itu, terdapat hubungan positif yang signifikan antara selfesteem
dan perilaku mengancam tanpa senjata pada remaja laki-laki di wilayah Jabodetabek (r = 0.231; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara self-esteem dan jenis perilaku kekerasan lainnya.

This research was conducted to find the relationship between self-esteem and violence behavior among male adolescents in Jabodetabek Area. Type of violent behavior being measured include physical fights, group fights, used a weapon in a fıght, hurt someone badly enough to need bandages or care from doctor or nurse, vandalism, threatening behavior with a weapon, threatening behavior with and without weapons, and bullying (teased others, humiliate someone, call the person's name with another name, and threatened to hurt someone else). This research used a quantitative approach and using the Rosenberg Self-Esteem Scale to measuring self-esteem. List of violent behavior that is used is a measure that has been adapted from previous studies. Data was analyzed using Pearson Product-Moment Correlation technique. The participants were 311 male adolescents in community and correctional-institution. The results showed that there is a significant correlation between self-esteem and physical fights among male adolescents in Jabodetabek area (r = 0.24; p = 0.000, significant at the L.o.S 0.01). In addition, there is a significant positive correlation between self-esteem and threatening behavior without weapon among male adolescents in Jabodetabek area (r = 0.231, p = 0.000, significant at the LoS 0.01). Did not reveal any significant relationship between self-esteem and other types of violent behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46108
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>