Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184588 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anissa Maharani
"Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan masalah utama yang sering muncul pada anak dengan pneumonia. Tindakan clapping adalah salah satu intervensi mandiri keperawatan untuk masalah bersihan jalan napas. Studi ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas clapping dalam penanganan masalah bersihan jalan napas. Intervensi berupa tindakan clapping untuk penanganan bersihan jalan napas diharapkan dapat menggerakkan sekret yang tertahan pada jalan napas. Metode yang digunakan berupa edukasi, pendampingan, memantau status respirasi, serta evaluasi. Hasil ditemukan bahwa ada perbaikan status respirasi setelah pemberian clapping dan terapi jalan napas lainnya. Berdasarkan studi ini diharapkan institusi rumah sakit memaksimalkan peran perawat untuk memberikan edukasi, pendampingan, dan evaluasi mengenai clapping sebagai tindakan penting untuk meningkatkan perbaikan masalah bersihan jalan napas.

Ineffective airway clearance is a major problem that often occurs in children with pneumonia. Clapping chest physiotherapy is one of nursing interventions for improving airway clearance. This study aims to determine the effectivity of clapping chest physiotherapy for improving airway clearance. Clapping chest physiotherapy techniques are expected to move secretion out of the lungs. The methods used are education, assistance, and evaluation of clapping chest physiotherapy, and monitoring status of respiration. The result found that there was an improvement in respiratory status after administration of clapping and other airway clearance therapy. This paper is expected to be the hospitals consideration in maximizing nurses role in education, assistance, and evaluation of clapping as an important measure to improve airway clearance. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda Oktaviani
"Ketidakefektifan bersihan jalan napas merupakan masalah yang sering ditemukan pada anak dengan pneumonia. Tindakan fisioterapi dada adalah salah satu tindakan mandiri keperawatan untuk mengatasi masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas tersebut. Studi ini bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan fisioterapi dada dalam mengatasi masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas pada anak dengan pneumonia. Tindakan fisioterapi dada diharapkan dapat membantu meningkatkan pembersihan sekret di jalan napas.
Metode yang digunakan berupa studi kasus pemberian tindakan fisioterapi dada pada anak pneumonia. Hasil yang ditemukan yaitu: terdapat perbaikan status respirasi setelah dilakukan tindakan fisioterapi dada. Berdasarkan hasil studi ini penulis merekomendasikan untuk dilakukan studi lebih lanjut terkait konsep fisioterapi dada yang dapat memberikan hasil yang lebih optimal dalam mengatasi masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas pada anak pneumonia.

The ineffectiveness of airway clearance is a problem that is often found in children with pneumonia. Chest physiotherapy is one of the independent nursing actions to overcome the problem of the ineffectiveness of the airway clearance. This study aims to determine the impact of the application chest physiotherapy in overcoming the problem of ineffective airway clearance in children with pneumonia. Chest physiotherapy is expected to help improve the cleaning of secretions in the airway.
The method used in the form of case studies is the administration of chest physiotherapy in children with pneumonia. The results found are: there is an improvement in respiratory status after chest physiotherapy. Based on the results of this study the authors recommend further studies related to the concept of chest physiotherapy that can provide more optimal results in overcoming the problem of ineffective airway clearance in children with pneumonia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Maharani Kartika
"Pneumonia masih menjadi salah satu penyebab terbesar kematian anak di dunia. Salah satu masalah khas yang muncul pada pneumonia adalah ketidakefektifan bersihan jalan napas karena produksi sekret berlebih yang tertahan dan menghalangi jalan napas. Kondisi ini dapat menganggu kemampuan oksigenasi dan ventilasi pasien terutama pada pasien anak yang belum mampu untuk batuk efektif, sehingga dibutuhkan tindakan khusus untuk mengeluarkan sekret tersebut. Karya ilmiah itu bertujuan untuk menganalisis keefektifan pemberian intervensi keperawatan postural drainage pada anak dengan pneumonia. Pasien adalah Anak Z berjenis kelamin laki-laki dan berusia 1 tahun 4 bulan. Pasien masuk dengan keluhan sesak napas memberat disertai suara napas tambahan.
Hasil yang didapatkan berupa pada anak pneumonia yang diberikan intervensi postural drainage perbaikan status pernapasannya lebih baik daripada anak yang tidak dilakukan intervensi keperawatan postural drainage. Salah satu indikasi status perubahan pada anak terdiri dari frekuensi napas dalam rentang normal (kurang dari 40x/menit), tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada pernapasan cuping hidung, serta suara napas normal (vesikuler). Hal ini didukung dengan hasil rontgen toraks yang menunjukkan tidak ada infiltrasi pada lapang paru. Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi tenaga kesehatan untuk menerapkan postural drainage pada lahan praktik rumah sakit dalam meningkatkan bersihan jalan napas pada anak dengan pneumonia.

Pneumonia is still one of the biggest causes of child death in the world. One typical problem that arises in pneumonia is the ineffectiveness of airway clearance due to excessive secretion of the retained and obstructing the airway. This condition will disrupt the ability of oxygenation and ventilation of patients, especially in pediatric patients who have not been able to cough effectively. Special measures are needed to remove the secretion The action that can be done is postural drainage. The scientific work aims to analyze the effectiveness of providing postural drainage nursing interventions in children with pneumonia. Patients are An. Z, 1 year 4 months old. The patient comes to the hospital with heavy breathing difficulties with additional breath sounds.
The results obtained in the form of pneumonia children who were given postural drainage interventions improved respiratory status better than children who did not do postural drainage nursing interventions. One indication of status changes in children consists of breathing frequency in the normal range (less than 40x / min), no retraction of the chest wall, no nasal lobe breathing, and normal (vesicular) breathing sounds. This is supported by the results of chest X-rays that are showed no infiltration in the lung fields. The results of this scientific work are expected to be used as information on health workers to effectively implement postural drainage in hospital practice areas to improve airway clearance in children with pneumonia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adelia Hutami Sundaur
"

Pneumonia pada anak sangat rentan terjadi terutama pada negara berkembang. Biasanya pada pneumonia tanda gejala yang muncul adalah terdapat sekret berlebih pada jalan napas, batuk, terdapat retraksi dada dan napas cuping. Mayoritas masalah keperawatan yang sering muncul anak dengan pneumonia yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas. Karya ilmiah itu bertujuan untuk melihat keefektifan pemberian intervensi keperawatan postural drainase pada anak dengan pneumonia. Hasil yang didapatkan anak pneumonia yang diberikan intervensi postural drainase efektif terhadap perubahan status pernapasan daripada anak yang tidak dilakukan intervensi keperawatan postural drainase. Salah satu indikasi status perubahan pada anak terdiri dari frekuensi napas dalam rentang normal (<40x/menit pada anak usia 1-5 tahun, dan <60x/menit pada anak usia <1 tahun), tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada napas cuping hidung, serta suara napas normal (vesikuler), selain status pernapasan hal yang dapat dilihat yaitu hasil rontgen toraks menunjukkan tidak ada infiltrasi pada lapang paru. Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi terhadap tenaga kesehatan untuk menerapkan secara efektif pada lahan praktik rumah sakit untuk meningkatkan bersihan jalan napas pada anak dengan pneumonia.


Pneumonia in children is very vulnerable, especially in developing countries. Usually the symptom pneumonia that appears is there is hypersecretion in the airway, coughing, trouble breathing, there is chest retraction and nasal flaring. The most problem related with pneumonia is ineffective airway clearance. The scientific aimed to look the effectiveness of giving postural drainage intervention in children with pneumonia. It was found that pneumonia children who were given postural drainage intervention would be more effective than children who were only given inhalation and suction interventions without postural drainage. One of indicated is respiration status child with pneumonia with normal scale (<40 times per minutes in child 1 until 5 years old, and <60 times per minutes in child ages under 1 year), no chest retraction and nasal flaring, and breathing normally. Beside respiration status, the result of Rontgen thorax is no infiltrate in lungs area. The results of this scientific are expected to be used as information for health workers to apply effectively to the hospital practice area to streamline the airway clearance in children with pneumonia."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Charonika
"Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada usia dewasa, yang disebabkan oleh agen infeksius seperti bakteri, mycoplasma, dan virus, termasuk Coronavirus Disease-19 (Covid-19) yang saat ini menjadi pandemic. Klinis pasien dengan pneumonia akibat infeksi Covid-19 adalah demam, batuk, kesulitan bernapas, dan keluhan sesak memberat. Salah satu masalah keperawatan yang adalah ketidakefektifan bersihan jalan napas dikarenakan akumulasi sekret berlebih sebagai akibat reaksi inflami jaringan paru, yang ditandai dengan batuk, keluhan susah mengeluarkan dahak, terdengar ronchii, hingga timbulnya sesak napas. Tujuan penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien pneumonia terkonfirmasi positif Covid-19, dengan penerapan fisioterapi dada dan batuk efektif sebagai upaya meningkatkan bersihan jalan napas. Setelah dilakukan tindakan keperawatan secara reguler dan kontinyu yaitu 2kali dalam sehari (pagi pukul 06.00 dan sore pukul 16.00) maka terjadi perbaikan kondisi dan masalah teratasi di hari ke III rawat inap dibuktikan dengan frekuensi napas 20x.menit, irama napas reguler, kedalaman napas normal, suara napas vesikuler, tidak terdapat keluhan sesak, dan pasien mampu melakukan batuk efektif dengan baik dan benar. Hal ini menunjukkan bahwa Fisioterapi Dada dan Batuk Efektif dapat diberikan pada pasien Covid-19 dan menjadi intervensi mandiri bagi perawat isolasi kepada pasien sesuai indikasi.

Pneumonia is the main cause of morbidity and mortality in adulthood, caused by infectious agents such as bacteria, mycoplasma, and viruses, including Coronavirus Disease-19 (Covid-19) which is currently becoming a pandemic. Clinical signs of patients with pneumonia due to Covid-19 infection are fever, cough, difficulty breathing,and severe shortness of breath. One of the nursing problems is the ineffective airway clearance caused by accumulation of excess secretions as the result of the reaction of lung tissue inflami, which is characterized by coughing, difficulty in expelling phlegm, sound of ronchii, to the onset of shortness of breath. This paper aims to analyze nursing care in patients with pneumonia confirmed positive for Covid-19, with the application of chest physiotherapy and effective-cough as the nursing intervention for improving the airway clearance. After regular and continuous nursing intervention, which 2 times a day (morning at 6:00 a.m. and 4:00 p.m. in the afternoon), there was an improvement in the conditionThe problems resolved in the third day of hospitalization evidenced by the frequency of breath 20x.minutes, regular breathing rhythm, normal breathing depth, vesicular breath sounds, no complaints of shortness of breath, and the patient is able to cough effectively properly and correctly. This shows that chest physiotherapy and effective-cough can be given to Covid-19 patients and become an independent intervention for isolation nurses to patients as indicated."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Perdana Kesuma
"Pasien dengan pneumonia bakterial memiliki kemungkinan 40-60% berkembang menjadi efusi pleura (parapneumonia effusion) dengan keparahan yang berbeda-beda. Selain gangguan pada pola nafas, masalah ansietas merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien pneumonia. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan parapneumonia effusion dan menganalisis penerapan intervensi latihan tekhnik nafas dalam yang dikombinasikan dengan dzikir/doa dan imajinasi terbimbing sebagai salah satu intervensi keperawatan utama dalam mengatasi permasalahan gangguan pola nafas tidak efektif dan nyeri pasien. Hasil evaluasi didapatkan intervensi teknik relaksasi ini memberikan dampak yang positif bagi status pernafasan pasien dan meningkatkan oksigenasi serta menurunkan nyeri dan meningkatkan respon reslaksasi pasien. Latihan pernafasan tekhnik nafas dalam dikombinasi dengan dzikir dan doa serta imajinasi terbimbing sangat sederhana, cost-effective, cepat, aman dan mudah untuk dilatih. Implikasi keperawatan dari studi ini menemukan bahwa penting untuk menerapkan tekhnik relaksasi ini dalam melakukan manajemen pasien dengan parapneumonia effusion

Pneumonia bacterial have a 40% - 60% chance of developing to parapneumonia effusion with varying severity. In addition to interference with breathing patterns, anxiety problems are a problem that often occurs in patients with pneumonia. This scientific work aims to describe nursing care in a teenager with parapneumonia effusion and analyze the application of breathing technique exercise combined with dzikir / prayer and guided imagination as one of the main nursing interventions in overcoming problems of ineffective breathing patterns and pain. Evaluation results show that this relaxation technique has a positive impact on the patients respiratory status and increases oxygenation and reduces pain and improves the patients relaxation response. Breathing techniques in combination with dhikr/pray and guided imagination is very simple, cost-effective, fast, safe and easy to practice. The nursing implications of this study found that it is important to apply this relaxation technique in managing patients with parapneumonia effusion"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tama Benita
"Ketidakefektifan bersihan jalan napas menjadi salah satu masalah respirasi paling umum terjadi pada anak dengan pneumonia akibat terjadinya inflamasi pada alveolus. Pada anak-anak, peningkatan produksi sekret dan ketidakefektifan batuk semakin memperparah kepatenan jalan napas sehingga memerlukan bantuan dalam sekresi sputum. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas fisioterapi dada pada pasien anak dengan pneumonia yang mengalami masalah bersihan jalan napas. Pasien An. D (11 tahun) dengan pneumonia mengalami takipnea dengan frekuensi napas 31x/menit, saturasi oksigen 95-97% dengan nasal kanul 2 liter per menit, frekuensi nadi 128x/menit, ronkhi pada kedua lapang paru, dan tingkat kesadaran stupor GCS E1M2V1. Setelah diberikan fisioterapi dada selama 4 hari, terdapat perbaikan pada frekuensi napas pasien, frekuensi nadi, saturasi oksigen, suara ronkhi yang berkurang, dan sekresi sputum mencapai 60 cc pada hari terakhir intervensi. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi tambahan bagi ners untuk memberikan fisioterapi dada sebagai intervensi keperawatan mandiri pada pasien dengan masalah bersihan jalan napas.

Ineffective airway clearance is one of the most common respiratory problems in children with pneumonia due to inflammation of the alveoli. In children, increased production of secretions and ineffective coughing further exacerbate airway patency, hence sputum secretion assistance is required. This study aims to analyze the effectiveness of chest physiotherapy in children with pneumonia with airway clearance problems. Patient D (11 years old) with pneumonia had tachypnea with a respiratory rate of 31x/minute, oxygen saturation 95-97% with nasal cannula 2 liters per minute, pulse rate 128x/minute, rhonchi, and LOC stupor GCS E1M2V1. The patient's respiratory rate, pulse rate, oxygen saturation, ronchi, and sputum secretion is improved during 4 days of administered chest physiotherapy. The results of this study are expected to be an additional reference for nurses to provide chest physiotherapy as an independent nursing intervention for patients with airway clearance problems."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lorreta, Elisabeth
"Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi di daerah perkotaan. Lingkungan perkotaan yang padat, udara yang tidak sehat, dan gaya hidup yang tidak sehat merupakan faktor risiko yang meningkatkan angka kejadian pneumonia pada masyarakat kota. Salah satu masalah yang dapat terjadi pada penderita pneumonia adalah gangguan bersihan jalan napas. Tujuan penulisan ini adalah untuk melakukan analisis evidence based mengenai terapi batuk efektif dalam mengatasi masalah gangguan bersihan jalan napas pada pasien pneumonia. Hasil dari pelaksanaan batuk efektif ini terbukti efektif dalam meningkatkan pengeluaran sekret pada pasien. Rekomendasi penulisan ini agar perawat mengajarkan terapi batuk efektif.

Pneumonia is one of the health problems that occur in urban areas. Dense environment, polluted air, and unhealthy lifestyle are risk factors that increase the incidence of pneumonia in urban community. One of the problems that can occur in patients with pneumonia is impaired airway clearance. This study is aimed to do evidence based analyze about effective cough therapy to overcome impaired airway clearance in pneumonia patient. The result of effective cough therapy exercise is proved in increasing the excretion of secret in patient. Recommendation of this study is that nurses teach this effective cough therapy to pneumonia patients in order to overcome airway clearance disorders.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Muhammad Yanuar Abdurrahman
"Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan bawah yang dapat disebabkan oleh kerusakan lingkungan fisik akibat dampak urbanisasi. Intervensi manajemen jalan nafas dengan mengajarkan anak napas dalam merupakan intervensi yang bertujuan untuk mengatasi masalah hambatan pertukaran gas. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan Pneumonia dan menganalisis penerapan intervensi manajemen jalan napas melalui napas dalam. Hasil karya ilmiah ini menunjukkan bahwa intervensi manajemen jalan napas melalui teknik napas dalam sangat efektif dilakukan pada anak dengan Pneumonia dibuktikan denganĀ  status pernapasan dan status oksigenasi anak yang membaik. Rekomendasi karya ilmiah ini adalah penerapan intervensi manajemen jalan napas pada anak dengan Pneumonia secara teratur dan terencana di ruang rawat anak di rumah sakit.

Pneumonia is a lower respiratory tract infection that can be triggered by damage to the physical environment due to the impact of urbanization. An airway management intervention by teaching children to conduct deep breathe is an intervention aimed at overcoming the problem of gas exchange. This paper aims to describe nursing care in children with Pneumonia and analyze the application of airway management interventions through deep breathing. The results of deep breathing implementation show that airway management intervention through deep breathing techniques was very effective in children with Pneumonia as evidenced by respiratory status and improved oxygenation status of children. The recommendation is that to implement airway management interventions in children with Pneumonia regulary and planned."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dicka Adhitya Kamil
"Latar Belakang Pneumonia adalah suatu penyakit akibat infeksi pada paru yang menjadi masalah serius, dengan tingkat mortalitas yang mencapai 42,4% di Indonesia sendiri. Pneumonia dikaitkan dengan mortalitas tinggi, salah satunya pada kondisi kegagalan ekstubasi yang terjadi pada pasien yang memerlukan intubasi. Proses patologis ini dikaitkan dengan peningkatan sitokin proinflamasi seperti IL-6 yang dapat ditemukan pada serum ataupun bilasan bronkoalveolar. Penelitian-penelitin terdahulu belum menentukan kaitan sitokin IL-6 dengan prognosis pasien terkait mortalitas dan kegagalan ekstubasi, serta belum menentukan korelasi kadar IL-6 serum dan bilasan bronkoalveolar pada pasien meninggal dan pasien gagal ekstubasi.
Tujuan Mengetahui perbandingan kadar IL-6 pada serum dan bilasan bronkoalveolar pada pasien sesuai dengan status mortalitas dan ekstubasi pada pasien pneumonia berat, serta korelasi kadar IL-6 sersum dan bilasan bronkoalveolar pada pasien meninggal dan gagal ekstubasi.
Metode Penelitian dengan desain kohort prospektif dilakukan pada 40 pasien pneumonia berat yang terintubasi dan menjalani tindakan bronkoskopi di IGD dan ruang intensif RSCM sejak November 2020 hingga Januari 2021. Kadar IL-6 pada pemeriksaan serum dan pemeriksaan bilasan bronkoalveolar kemudian dianalisis dengan observasi keberhasilan ekstubasi selama 20 hari dan status mortalitas selama 28 hari. Analisis univariat pada karakteristik pasien dilanjutkan dengan analisis bivariat dengan uji perbedaan dua rerata tidak berpasangan dengan data skala numerik dilakukan pada data sebaran normal dan uji Mann-Whitney dilakukan pada data sebaran tidak normal.
Hasil Dalam penelitian, didapatkan rasio gagal ekstubasi dan mortalitas sebesar 80% dan 75% secara berurutan. Tidak ditemukan perbedaan bermakna antara kadar IL-6 serum ataupun bilasan bronkoalveolar pada status mortalitas dan ekstubasi pasien. Namun, ditemukan korelasi positif antara kadar IL-6 serum dan kadar IL-6 bilasan bronkoalveolar pada pasien meninggal (r=0,551) dan gagal ekstubasi (r=0,567).
Kesimpulan Tidak terdapat perbedaan bermakna pada kadar IL-6 serum dan bilasan bronkoalveolar antara pasien meninggal dan hidup, serta pasien berhasil atau gagal ekstubasi. Namun, terdapat hubungan positif antara kadar IL-6 serum dan bilasan bronkoalveolar pada pasien meninggal dan gagal ekstubasi.

Background. Pneumonia is a disease caused by infection in the lungs which has become a serious health issue, with a mortality rate of 42.4% in Indonesia itself. Pneumonia is associated with high mortality, one of which is in conditions of extubation failure that occurs in patients who require intubation. This pathological process is associated with an increase in pro-inflammatory cytokines such as IL-6 that can be found in serum or bronchoalveolar lavage. Previous studies have not determined the association of the IL6 cytokine with the prognosis of patients related to mortality and extubation failure, nor have they determined the correlation of serum IL-6 levels and bronchoalveolar lavage in patients dying and patients failing to extubate.
Purpose. To analyze the comparison of IL-6 levels in serum and bronchoalveolar lavage in patients based on their mortality and extubation status in severe pneumonia patients, as well as the correlation of IL-6 levels in serum and bronchoalveolar lavage in patients who died and failed extubation.
Method. The study with a prospective cohort design was conducted on 40 severe pneumonia patients who were intubated and underwent bronchoscopic procedures in the emergency room and intensive room of RSCM from November 2020 to January 2021. IL6 levels were examined on serum and bronchoalveolar lavage sample, which then analyzed with the observation for extubation status for 20 days and mortality status for 28 days. Univariate analysis on patient characteristics was followed by bivariate analysis with unpaired two-mean difference tests with numerical scale data performed on normal distribution data and Mann-Whitney test performed on abnormal distribution data
Result. In the study, the ratio of extubation failure and mortality was 80% and 75% respectively. No significant difference was found between serum IL-6 levels or bronchoalveolar lavage IL-6 levels based on the mortality and extubation status of patients. However, a positive correlation was found between serum IL-6 levels and IL-6 levels of bronchoalveolar lavage in patients who died (r=0.551) and failed extubation (r=0.567).
Conclusion. There were no significant differences in serum IL-6 levels and bronchoalveolar lavage between deceased and living patients, as well as patients succeeded or failed to be extubated. However, there was a positive correlation between serum IL-6 levels and bronchoalveolar lavage IL-6 levels in patients who died and failed extubation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>